Perfect Sin - EBookWave

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 240

i

PERFECT
SINS

THESHITTYQUEEN

ii
Warning

Cerita ini berisi konten dewasa


yang tidak cocok untuk pembaca
di bawah umur. Novel di bawah
ini mengandung adegan seks,
pembunuhan dan sebagainya.

iii
Daftar Isi
........................................................................................................ i
P E R F E CTS IN S ................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................iv
PROLOG ...................................................................................6
Bagian Pertama .......................................................................9
Bagian Kedua .........................................................................23
Bagian Ketiga.........................................................................32
Bagian Kelima
Keempat .................................................................... 46
........................................................................ 61
Bagian Keenam......................................................................76
Bagian Ketujuh......................................................................92
Bagian Kedelapan...............................................................102
Bagian Kesembilan ............................................................113
Bagian Kesebelas
Kesepuluh ...............................................................126
................................................................137
Bagian Keduabelas.............................................................150
Bagian Ketigabelas.............................................................162

iv
Bagian Ketujuhbelas
Keempatbelas ....................................................... 176
Kelimabelas
Keenambelas
........................................................... 193
......................................................... 207
......................................................... 214
Bagian Kedelapanbelas.................................................... 226

v
PROLOG
Seorang laki-laki dengan wajah babak belur
penuh darah itu memohon ampun kepada
sosok laki-laki di hadapannya yang tengah
memegang sebuah balok kayu besar. “Maafkan
aku Kayden, aku bersalah. Aku berjanji aku
tidak akan mendekati adik mu lagi.” Laki-laki itu
menangis sembari bersujud di depan sosok laki
laki yang ia sebut dengan panggilan Kayden.

“Aku minta ampun, aku berjanji tidak


akan mengulanginya lagi. Tolong lepaskan aku,
kalau begini aku bisa mati.” Laki-laki itu
memohon sekali lagi.

Namun nampaknya Kayden, si laki-laki


dengan balok berlumuran darah itu masih
merasa belum puas memberi pelajaran pada
orang yang telah berani-beraninya mengajak
adik kembarnya untuk berkencan. “Sayang
sekali tapi memang itu lah tujuan ku. Membuat
mu babak belur sampai mati.”

Sosok laki-laki yang tengah bersujud itu


terbelalak, ia tidak menyangka Kayden akan
semarah ini hanya karena ia mengajak Kayla—
adik kembar Kayden untuk pergi berkencan
dengannya.

“Aku hanya ingin mengajak adik mu


berkencan, aku tidak ada niat jahat padanya
sedikit pun. Kenapa kau semarah ini, apakah
rumor soal kalian punya hubungan terlarang itu
benar?”

Kayden menyeringai, ia berjongkok di


hadapan laki-laki itu. “Kalau iya kenapa? Yang
perlu kau khawatirkan itu bukan hubungan ku
dengan adik ku tercinta tapi seharusnya kau

7
mengkhawatirkan dirimu sendiri. Apakah kau
bisa pergi dari tempat ini tanpa kehilangan
nyawa mu?”

Kayden kembali berdiri, ia mengambil


ancang-ancang untuk menghantam kepala laki
laki itu dengan balok kayu yang berada di
tangannya. Tanpa rasa kasihan dan bersalah
Kayden menghantam kepala laki-laki itu
berkali-kali hingga hancur tak berbentuk.
Memastikan laki-laki itu benar-benar mati
sebelum ia menyingkirkan mayatnya dan
kembali pulang ke rumah dengan santai.

Kayden masuk ke dalam mobilnya dengan


pakaian yang penuh cipratan darah, dengan
santai ia menyalakan sebatang rokok dan
menghisapnya sembari melajukan mobil
menuju rumah.

8
BAGIAN PERTAMA

“Heh, kau sudah dengar berita hari ini


belum?” Seorang wanita berambut coklat
bertanya pada teman yang duduk di sebelahnya.

“Ini masih pagi Olivia, tapi kau sudah


bicara soal gosip saja.” sang teman berdecak
kesal, ia masih mengantuk. Kesal karena harus
datang awal untuk kelas hari ini

“Ini bukan gosip Lorraine, ada mayat


yang ditemukan lagi di belakang kampus.”
Olivia masih tak mau menyerah, ini berita panas
hari ini. Lorraine juga harus tahu. “Polisi di sini
tidak becus bekerja atau bagaimana, ini sudah
mayat ke 3 tapi masih saja pelakunya belum
tertangkap.”

9
Olivia bergidik ngeri memikirkan bahwa
pelakunya belum juga tertangkap dan sampai
sekarang masih berkeliaran bebas di sekitar
mereka. “Kau tidak takut kalau kita bisa saja jadi
target selanjutnya?”

Lorraine berdecih, menurutnya Olivia


terlalu paranoid. “Kita tidak akan jadi target,
sejauh ini korbannya selalu laki-laki. Selagi kau
dan aku masih perempuan, kita tidak akan
menjadi target.”

“Lorraine, korbannya baru 3 orang.


Jangan hanya karena tiga-tiganya laki-laki kau
menganggap dia tidak mengincar perempuan.”

Lorraine mendengus jengkel, “Kalau kau


takut akan jadi korban sebaiknya kau hati-hati
dalam berbicara. Semua mayat yang ditemukan
dalam keadaan mengenaskan, wajah hancur

10
dipukuli habis-habisan. Sudah jelas motifnya
pasti denda—”

“Kalian sedang membicarakan apa?”

Perkataan Lorraine terpotong dengan


datangnya Kayla, sahabatnya yang lain datang
dengan saudara kembarnya.

“Kami membicarakan soal kasus


pembunuhan di gedung tak terpakai di belakang
kampus kita ini.” ujar Olivia menjawab
pertanyaan Kayla.

“Oh.” Kayla, gadis dengan rambut hitam


panjang itu menganggukkan kepalanya
mengerti. Ia menoleh ke arah sang saudara
kembar yang berdiri di sebelahnya. “Kayden,
kau bisa pergi ke kelas mu. Aku akan di sini
dengan Olivia dan Lorraine.”

11
Kayden melirik sekilas ke arah Olivia dan
Lorraine yang tersenyum kikuk lalu kembali
menoleh ke arah Kayla. “Baiklah, kalau begitu
aku ke kelas ku dulu.” Kayden memberikan
kecupan kecil di pipi Kayla sebelum ia
melangkah pergi meninggalkan ketiga wanita itu.

Lorraine berdeham canggung, ini bukan


pertama kalinya ia melihat dua saudara kembar
itu saling cium pipi tapi sampai sekarang
Lorraine masih belum terbiasa. Padahal mereka
sudah bersahabat sejak masih SMA.

“Kayla.. kau tidak merasa aneh setiap kali


Kayden mencium pipi mu? Aku dan adik ku
yang paling kecil saja tidak pernah saling cium
pipi setelah kami pubertas.” Olivia teringat
dengan adik laki-lakinya yang dulu
menggemaskan, dulu memang lucu mencium
pipinya tapi setelah adiknya beranjak remaja

12
Olivia justru merasa geli jika harus mencium
pipinya.

“Kenapa harus merasa aneh? Bagiku dan


Kayden itu sudah jadi kebiasaan di keluarga
kami, Mama dan Papa ku setiap hari mencium
pipi ku dan Kayden.”

Olivia menganggukkan kepalanya


mengerti, mungkin memang tiap orang dan
keluarga berbeda beda.

“Oh ya, Aleandra mana?” Kayla baru


menyadari absen nya sahabatnya yang satu lagi.

“Dia tidak bisa masuk kelas hari ini,


anaknya sakit.” Lorraine menjawab pertanyaan
Kayla, “Malam ini apa kau jadi ingin ikut blind
date?”

13
Kayla menganggukkan kepalanya
semangat, tentu saja jadi. Ia sudah menunggu
hari ini tiba.

“Kau yakin?” tanya Lorraine memastikan,


Olivia yang duduk di sebelah Lorraine pun
tampak ragu dengan Kayla.

“Kenapa kau bertanya begitu?”

“Ya kau tahu sendiri Kay, setiap kau ingin


menghadiri blind date saudara kembar mu itu
selalu melarang dan berakhir batal.”

Olivia dan Lorraine sependapat, memang


tiap kali Kayla ingin melakukan blind date pasti
Kayden selalu membuat masalah. Seolah tak
suka adik kembarnya ikut-ikut hal seperti itu.

“Tidak, kali ini Kayden tidak akan


mengganggu. Aku sudah siapkan rencana.”

14
“Kalau rencana yang kau maksud itu
dengan membohongi Kayden, sebaiknya kau
urungkan saja. Kau tahu sendiri Kayden itu
semengerikan apa saat marah.” Lorraine
melarang Kayla, sebagai sahabat Kayla,
Lorraine sudah bukan satu dua kali melihat
Kayden marah dan sampai sekarang
menurutnya Kayden itu sangat mengerikan saat
sedang marah.

“Dia tidak akan marah kalau kita tidak


ketahuan.”

***

Lorraine dan Olivia menghela napas berat,


sudah mereka duga akan begini. Meski Kayla
berbohong bahwa mereka akan belajar bersama
atau sejenisnya sekali pun tidak akan mempan
terhadap Kayden. Mereka sudah sampai, sudah
rapi dan cantik untuk melakukan blind date. Tapi

15
laki-laki yang datang justru Kayden, bukan laki
laki lain melainkan Kayden sendiri yang datang.

“Katanya mau belajar, apa ini tempat


untuk belajar? Aku tidak tahu kalau mahasiswi
sekarang bisa belajar di restoran dengan pakaian
seperti itu.” Kayden melirik sinis Kayla yang
duduk di seberangnya, matanya melihat tak suka
ke arah bahu Kayla yang terekspos karena
model bajunya yang agak terbuka.

“Kenapa kau bisa kemari, seharusnya aku


bertemu orang lain di sini.” Kayla merasa
jengkel, blind datenya untuk kesekian kalinya
gagal karena Kayden. Matanya mulai berkaca
kaca, usahanya untuk mencari pasangan gagal
lagi karena Kayden.

“Kenapa kau menangis?” tanya Kayden


ketika melihat setitik air mata jatuh ke pipi
Kayla.

16
“Kau menyebalkan, kau selalu
mengganggu ku setiap kali aku ingin berkencan
dengan orang lain!”

Kayden memijit pelipisnya, ia merasa


pening. “Kau tahu maksud ku itu baik,
bagaimana jika kau dijahati?”

“Aku tidak akan kenapa-kenapa, toh aku


kemari tidak sendirian.” Kayla menunjuk ke
arah Lorraine dan Olivia yang duduk di meja tak
jauh dari mereka, Lorraine dan Olivia hanya
tersenyum canggung pada Kayden saat
pandangan mereka bertemu.

“Tetap saja aku tidak suka kau pergi ke


acara seperti ini, dan lagi.. kau membohongi ku
Kayla. Hanya karena untuk pergi berkencan
dengan laki-laki yang tidak jelas asal usulnya kau
membohongi ku, saudara mu sendiri.”

17
Tekanan dari Kayden semakin membuat
air mata Kayla merembes, ia menjadi merasa
bersalah karena telah membohongi Kayden.
“Kalau aku tidak bohong kau pasti tidak akan
mengizinkan ku kemari.” Isak Kayla pelan, ia
malu dilihat oleh tamu restoran yang lain.

“Berhenti menangis, sebaiknya sekarang


kita pulang.” Kayden bangkit berdiri,
mengulurkan tangannya kepada Kayla namun
tak kunjung Kayla gapai.

“Aku tidak mau pu—”

“Pulang sekarang.” perintah Kayden


dengan suara beratnya, Kayla tak berani
melawan lagi. Ia dengan jengkel bangkit berdiri,
melangkah lebih dulu melewati Kayden keluar
dari restoran.

18
Kayden melirik ke arah Olivia dan
Lorraine sebelum ia pergi menyusul Kayla,
lirikan Kayden begitu tajam. Seolah
menunjukkan bahwa ia tidak suka Kayla bergaul
dengan Olivia dan Lorraine.

Kayla masuk ke dalam mobil sembari


menangis, disusul oleh Kayden yang nampak
datar seolah tak merasa bersalah.

“Kau menangis hanya untuk masalah


seperti ini?”

“Hanya kau bilang? Aku selalu gagal


berkencan karena mu. Usia ku sudah 22 tahun
tapi aku belum pernah berpacaran sekali pun!”
teriak Kayla kesal, ia iri teman-temannya sudah
merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya
putus cinta sementara Kayla belum pernah
dekat dengan laki-laki mana pun semuanya
karena Kayden.

19
“Berpacaran itu tidak penting,
memangnya untuk apa berpacaran? Kau butuh
orang untuk memeluk mu, ada aku yang selalu
memeluk mu, untuk mengingatkan makan? Ada
aku yang selalu membawakan mu makanan,
keberadaannya tidak dibutuhkan jadi untuk apa?”

Kayla memukul dashboard mobil karena


emosi, ia paling malas berdebat dengan Kayden.
Tangisan Kayla semakin menjadi.

Kayden jadi merasa bersalah, tangannya


terulur membelai rambut Kayla lembut. “Aku
hanya tidak ingin kau jatuh pada laki-laki yang
salah Kayla. Tolong mengerti kakak ya.”

Kayla buang muka, ia memilih menatap


ke arah jendela. Tidak memedulikan Kayden
yang mulai menyalakan mesin mobil. Kayla
hanya memandang ke arah jendela mobil dalam
20
sepanjang perjalanan menuju rumah, hingga ia
jatuh tertidur.

Saat mobil berhenti dan memasuki


pekarangan rumah. Kayden menoleh ke arah
Kayla yang tertidur dengan bekas air mata di
pipinya. Kayden menghela nafas berat, ia
memandangi wajah Kayla yang tertidur pulas.
Pandangannya beralih pada bibir merah Kayla.
Bibir yang berani mendebatnya itu.

Kayden menunduk memberikan kecupan


lembut di bibir merah Kayla sebelum ia keluar
dari mobil dan menggendong Kayla masuk ke
dalam rumah. Kayden membaringkan Kayla di
ranjang kamarnya, sekali lagi memberikan
kecupan lembut di bibir dan kening Kayla
sebelum ia keluar dari kamar Kayla.

Kayden keluar rumah, masuk ke dalam


mobilnya itu dan melajukannya dengan

21
kecepatan penuh ke arah gedung tak terpakai.
Mobil terhenti dan Kayden turun dari mobilnya
itu dengan sebuah balok kayu di tangannya, ia
melangkah menuju bagasi mobilnya. Membuka
bagasi mobil tersebut dengan wajah datar.

Di dalam bagasi tersebut ada seorang laki


laki yang tengah terikat dan juga mulut
terlakban. Laki-laki itu menatap horor ke arah
Kayden. Kayden menculiknya saat ia hendak
datang ke acara blind date dengan Kayla.

“Bagusnya kau itu ku apakan? Ku pukul


sampai mati atau ku lindas dengan mobil ku ini?”

22
BAGIAN KEDUA

Kayden pulang larut malam setelah


membersihkan dan membuang barang bukti
atas tindak kriminal yang telah ia lakukan.
Rumah sepi karena orang tua Kayden dan Kayla
sudah dua hari ini tidak ada di rumah, mereka
sibuk mengurus bisnis di luar negeri. Hal yang
tidak Kayden dan Kayla peduli kan.

Kayden menaiki anak tangga satu persatu,


ia tidak masuk ke dalam kamarnya melainkan ke
kamar Kayla. Membuka pakaiannya dan hanya
menyisakan boxer Kayden berbaring tepat di
samping Kayla yang tengah tertidur lelap.

Tangan Kayden terulur memeluk Kayla


dari belakang, hidungnya menyentuh puncak
kepala Kayla, menghirup aroma rambut Kayla

23
sembari memejamkan mata. Ikut tidur dengan
Kayla dalam pelukannya.

***

Kayla terbangun di pagi hari dalam


pelukan Kayden, ia berdecak sebal ketika
melihat wajah tidur kakaknya itu. Kayla masih
sebal karena masalah semalam, untuk ke sekian
kalinya kencannya gagal dan itu semua karena
Kayden, kakak kembarnya sendiri.

Dengan paksa Kayla berusaha melepas


tangan Kayden yang melingkar di pinggangnya
namun sekuat apa pun Kayla berusaha melepas
pelukan itu tidak ada hasil sama sekali, tangan
Kayden bahkan tak bergeser sedikit pun.

"Lepas!" teriak Kayla jengkel, masih pagi


hari tapi ia sudah emosi setengah mati dengan
Kayden.

24
Kayden terbangun karna teriakan Kayla,
ia mengecup pipi Kayla tanpa melepaskan
pelukannya. "Good morning, Kayla sayang."

"Lepaskan tangan mu ini Kayden, aku


ingin mandi. Aku ada kelas pagi hari ini."

Setelah pelukan Kayden terlepas, Kayla


turun dari ranjang dan segera masuk ke dalam
kamar mandi. Melepas semua pakaiannya dan
membersihkan diri di guyuran air hangat
shower. Saat Kayla sedang sibuk menyabuni
tubuhnya, pintu kamar mandi terbuka. Kayden
masuk ke dalam kamar mandi dengan tidak tahu
malunya, membuat Kayla menoleh dan terkejut.
Kayla menutupi tubuh telanjangnya dengan
kedua tangannya meski itu percuma.
"Apa-apaan kau Kayden?!" teriak Kayla
tidak terima karena Kayden masuk tanpa ijin,
25
terlebih lagi saat Kayla sedang telanjang bulat
seperti ini.

"Aku ingin buang air besar." Ujar Kayden


santai sembari membuka kloset dan dengan
santai duduk di sana setelah membuka sebagian
boxernya.

"Kenapa harus buang air besar di sini? Di


kamar mu kan ada kamar mandi, di bawah juga
ada toilet. Kenapa harus di sini?!"

"Kenapa kau berteriak terus menerus,


sudah lah lanjutkan saja kegiatan mandi mu.
Kenapa harus malu kalau ada aku di sini, toh
sejak kecil juga kita sering mandi bersama."

Kayla tidak habis pikir dengan pola pikir


Kayden, ia malas mendebat Kayden lebih jauh
lagi. Kayla juga tidak punya banyak waktu
karena ia harus buru-buru agar tidak terlambat

26
ke kampus untuk kelas paginya. Persetan soal
Kayden.

Kayla tidak lagi menutupi tubuh


telanjangnya, ia melanjutkan sesi mandi yang
sempat tertunda. Bergerak cepat agar bisa
segera keluar dari kamar mandi ini.

Sementara Kayla sibuk mengusap sabun


ke tubuhnya, Kayden yang duduk di atas closet
itu memandang ke arah tubuh telanjang Kayla
tanpa berkedip. Kayden memperhatikan lekuk
tubuh telanjang Kayla dengan saksama, dada
Kayla yang besar, pinggang Kayla yang kecil
hingga bokong Kayla yang sintal. Kayden
memperhatikan semuanya dengan pandangan
yang sulit dijelaskan.

Tak lama Kayden melihat Kayla


mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya
dengan handuk kecil sebelum menutupi tubuh

27
telanjangnya itu dengan bathrobe. Kayla pergi
keluar dari kamar mandi meninggalkan Kayden
sendirian di kamar mandi itu. Kayden berdiri
dan memasang kembali boxernya. Ia
berbohong, ia tidak buang air besar. Ia sengaja
masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk
melihat Kayla mandi.

Kayden keluar dari kamar mandi dan


mendapati Kayla sedang berpakaian, Kayden
melewati Kayla begitu saja. Ia harus bersiap juga
meski ia tidak ada kelas pagi hari ini. Kayden
tidak ingin Kayla pergi ke kampus sendirian,
Kayden akan mengantar Kayla.

***

"Bukannya kemarin kau bilang kau tidak


ada kelas pagi, Kay?" Tanya Johanes—salah
satu teman Kayden yang kebetulan bertemu di
kantin kampus.

28
"Aku mengantar Kayla." jawab Kayden
singkat, ia sibuk memperhatikan handphonenya
atau lebih tepatnya sibuk men-stalk akun sosial
media Kayla dan teman-teman Kayla.

"Kau perhatian sekali dengan adik mu,


kadang aku berpikir bahwa perlakuan mu ke
Kayla itu agak berlebihan. Seperti perlakuan
seorang laki-laki pada kekasih bukan seperti
kakak dan adik." ungkap Johanes jujur,
sebenarnya ia agak bingung sendiri dengan
sikap Kayden yang terlihat sangat dekat dam
terkesan obsesif kepada adiknya.

Kayden tidak menjawab perkataan


Johanes, membuat Johanes penasaran apa yang
sedang Kayden lakukan dengan handphonenya
sampai tak menoleh atau pun menimpali
perkataan Johanes barusan.

29
Johanes menilik handphone Kayden dan ia
terkejut saat melihat Kayden tengah sibuk
membuka akun sosial media Kayla dan
membaca tiap komentar yang ada pada semua
postingan baru Kayla.

Johanes menatap Kayden dengan


pandangan miris, sepertinya tebakannya soal
Kayden ada benarnya. Meski agak takut
menyinggung perasaan Kayden, Johanes tetap
memberanikan diri bertanya.

"Kayden.. Apa kau mencintai Kayla?


Maksud ku bukan cinta kakak adik tapi lebih
dari itu, apa kau mencintai Kayla sebagai
seorang wanita dewasa?"
Pertanyaan Johanes berhasil membuat
Kayden menoleh ke arahnya namun tatapan
Kayden datar seolah tidak terpengaruh dengan
pertanyaan Johanes barusan. Johanes

30
menambahkan, “Jatuh cinta dengan adik mu
sendiri itu dosa, Kayden.”

Kayden masih menatap Johanes dengan


tatapan datarnya, bibirnya bergerak membalas
perkataan Johanes. "Jangan ikut campur urusan
ku kalau kau tidak ingin menyesal nantinya
Johan, aku memperingatkan mu."

Kayden bangkit berdiri, ia pergi


meninggalkan Johanes yang masih terduduk di
kursi kantin itu. Johanes hanya memandang
kepergian Kayden dengan kening berkerut.

"Si keras kepala itu, padahal aku begini


karena aku peduli dengannya sebagai seorang
sahabat.

31
BAGIAN KETIGA

Kayden sudah menunggu Kayla di


parkiran sejak Kayla mengabari bahwa kelasnya
akan segera berakhir. Namun sampai sekarang
Kayla tak kunjung muncul, padahal Kayden
sudah melihat beberapa teman Kayla yang
mengambil kelas yang sama sudah keluar sejak
setengah jam yang lalu.

Kesal karena lama menunggu, Kayden


memutuskan untuk keluar dari mobilnya.
Hendak menghampiri kelas Kayla karena
Kayden tidak tahan jika harus menunggu lebih
lama lagi. Bukan karena ia bosan, melainkan
karena Kayden merasa khawatir dan aneh
lantaran tidak biasanya Kayla lambat
menemuinya.

32
Biasanya Kayla selalu berlari terburu
setiap kelasnya berakhir, meski pun Kayla ada
janji dengan temannya untuk hang out setelah
kelas mereka berakhir pun biasanya Kayla selalu
cepat menemui Kayden untuk sekedar
mengabari. Kayden melangkah melewati lorong
fakultas Kayla, matanya tak lepas memandang
sekeliling mencari sosok adik kembarnya itu dan
ya, tak butuh waktu lama Kayden mendapati
Kayla tengah bersenda gurau dengan seorang
laki-laki di ujung lorong koridor.

Rahang Kayden mengeras melihat hal itu,


emosinya seolah tersulut melihat Kayla tertawa
sembari bercanda memukul dada laki-laki itu
pelan. Siapa laki-laki sialan yang berani
mendekati Kayla itu? Dengan langkah lebar
Kayden mendekati keduanya, “Kayla!” Panggil
Kayden dengan suara beratnya.

33
Sontak Kayla dan teman laki-lakinya itu
menoleh ke arah Kayden. Si laki-laki hanya
menatap Kayden dengan kening berkerut
karena bingung sementara Kayla berdecak
jengkel karena lagi-lagi Kayden menunjukkan
ekspresi yang Kayla benci.

“Sedang apa kau di sini? aku sudah


menunggu mu sejak lama di parkiran.” ujar
Kayden jengkel, ia menatap Kayla dan sosok
laki-laki di samping Kayla itu dengan tatapan
sinis.

Kayla tidak menghiraukan pertanyaan


Kayden, Kayla justru kembali menatap laki-laki
di sampingnya dan tersenyum manis.
“Sepertinya aku harus pulang sekarang, sampai
ketemu besok Jovan.”

34
Si laki-laki menganggukkan kepalanya,
“Sampai ketemu besok.” laki-laki itu melangkah
meninggalkan Kayla dan Kayden.

Pandangan Kayden masih sama, menatap


orang tersebut dengan tatapan sinis. Bahkan
Kayden masih memandang punggung laki-laki
itu yang semakin lama semakin menjauh.

“Tidak perlu menatapnya sampai seperti


itu, dia bukan orang jahat.” Kayla dengan wajah
sebal melangkah mendekati Kayden dan
menggandeng tangan Kayden. “Ayo pulang.”

Bukannya berjalan Kayden justru tetap


diam di tempat, menarik tangannya lepas dari
rangkulan Kayla. “Siapa laki-laki itu, sejak kapan
kalian dekat? Biasanya kau hanya bergaul
dengan ketiga teman wanita mu.”

35
“Dia bukan siapa-siapa, dia hanya teman
satu fakultas ku dan kami mengambil kelas yang
sama. Apa salah jika aku mengobrol kepada
teman kuliah ku? Aku hanya membicarakan soal
projek dengannya.”

Jawaban Kayla tidak membuat Kayden


puas, Kayden masih menatap Kayla dengan
tatapan penuh selidik. “Kenapa harus
dengannya, kenapa bukan dengan teman wanita
mu?”

“Ayolah Kayden, aku tahu kau itu cerewet


tapi kau tidak bisa ikut campur urusan tugas
kuliah ku juga. Aku tidak mau bertengkar
dengan mu hanya karena masalah sepele seperti
ini.”

Alis Kayden terangkat tidak senang,


“Sepele? Aku khawatir pada mu dan kau bilang
itu sepele?”

36
Kayla menatap Kayden dengan tatapan
tak menyangka. Dari sekian banyak persoalan
yang bisa mereka jadikan bahan perdebatan,
Kayden justru mendebat Kayla hanya karena
Kayla bicara dengan teman laki-lakinya? Yang
benar saja.

“Kekhawatiran mu itu tidak mendasar


Kayden, kau terlalu khawatir pada sesuatu yang
bahkan belum tentu terjadi. Tidak semua laki
laki itu punya niat jahat kepada ku. Aku juga
butuh bersosialisasi.” Kayla menghela nafas
berat, tak ingin emosi ya meledak dan hanya
akan memperburuk suasana.

“Aku tahu kau sayang pada ku Kayden,


aku tahu kau sangat ingin melindungi ku karena
sejak kecil kita selalu bersama-sama sementara
orang tua kita sibuk bekerja. Tapi aku juga
butuh teman lain Kayden, aku tidak bisa hanya
bergaul dengan perempuan dan kau juga tidak

37
bisa terus-terusan membatasi ruang lingkup
pertemanan ku. Kalau kau memang menyayangi
ku, seharusnya kau mengerti keinginan ku.”

Kayden terdiam, ekspresi wajahnya masih


sama kerasnya namun Kayden tidak membalas
perkataan Kayla. Kayden hanya berdecak dan
menggandeng tangan Kayla.

“Sudahlah ayo pulang.” Kayden


menggandeng tangan Kayla menuju parkiran di
mana mobil milik Kayden terparkir.
Membukakan pintu mobil untuk Kayla,
memastikan Kayla masuk ke dalam mobil tanpa
terantuk atap mobil.

“Mau mampir makan malam di mana,


restoran atau makan di rumah?” tanya Kayden
pada Kayla ketika mereka berdua sudah berada
di dalam mobil, mesin mobil juga sudah Kayden
nyalakan. Kayden belum melajukan mobilnya,

38
masih memandang Kayla yang terduduk di
sampingnya.

“Pulang saja, aku lelah.” jawab Kayla


singkat.

Kayden tahu bahwa Kayla masih kesal


dengannya, Kayden berdeham dan melajukan
mobil menuju rumah mereka. Selama
perjalanan hanya keheningan yang ada di antara
mereka berdua, sesekali Kayden menyentuh
tangan Kayla dan mengelusnya lembut dan
Kayla pun tidak menolak atau pun menepis
sentuhan dari Kayden.

Memang Kayla dan Kayden tidak pernah


benar-benar bertengkar sampai mengabaikan
satu sama lain. Mereka berdua pasti selalu tetap
saling peduli dan menyayangi satu sama lain,
meski suasana hati mereka sedang buruk sekali
pun.
39
Mobil Kayden memasuki area pekarangan
rumah, menyetir mobil masuk ke dalam garasi
yang telah terbuka otomatis saat mobilnya
mendekat.

Kayden turun lebih dulu dan


membukakan pintu mobil untuk Kayla seperti
biasa, menggandeng Kayla masuk ke dalam
rumah bersama.

“Tolong siapkan makanan untuk ku dan


Kayla.” ujar Kayden pada seorang pelayan yang
langsung diangguki oleh pelayan itu. Sementara
Kayden dan Kayla kini menuju kamar mereka
untuk mengganti pakaian mereka sebelum
mereka turun untuk makan bersama. Mereka
masih bergandengan saat menaiki anak tangga
dan hanya berpisah saat ingin memasuki kamar
masing-masing.

***

40
“Kenapa kau rapi sekali?” Kayden
kebingungan saat ia mendapati Kayla keluar dari
kamar dengan sebuah dress mini. Mereka akan
makan malam bersama tapi Kayla justru terlihat
seperti akan pergi ke suatu tempat.

“Aku mendadak ada acara dengan teman


teman ku, aku tidak bisa makan malam dengan
mu, Kayden.”

Apa-apaan ini, apakah perdebatan mereka


di kampus sebelumnya masih belum cukup?
Kenapa sekarang Kayla kembali membuat
Kayden merasa kesal.

“Kau bilang kau lelah, lalu sekarang kau


mau pergi? Kau bahkan tidak mengatakan
kepada ku sebelumnya kalau kau mau pergi
dengan teman-teman mu.” Kayden melipat
kedua tangannya di depan dada, “Apa ini soal

41
blind date lagi? Kau mau pergi kencan buta lagi
kan?”

Dengan cepat Kayla menggelengkan


kepalanya, “Aku tidak pergi kencan buta, aku
akan pergi ke acara ulang tahun teman ku. Aku
baru ingat dan lupa memberitahu mu. Lorraine
dan Olivia sudah menunggu ku di depan. Maaf
malam ini kau harus makan sendiri.”

“Ulang tahun siapa? Biar aku yang


mengantar kalian.” ujar Kayden masih dengan
tatapan selidiknya, ia mengambil kunci mobil
yang terletak di meja ruang tamu.

“Lorraine sudah membawa mobil, tidak


perlu kau mengantar kami. Sudahlah Kayden,
Lorraine dan Olivia sudah menunggu ku di
depan. Tidak enak jika harus membuat mereka
menunggu lebih lama lagi.”

42
Sebenarnya Kayden ingin menghentikan
Kayla untuk pergi tapi melihat ekspresi Kayla
yang tampak dingin. Kayden memutuskan
untuk diam dan membiarkan Kayla melakukan
apa yang ia inginkan kali ini.

Kayden tidak ingin membuat Kayla


semakin marah kepadanya. “Telepon aku jika
acaranya sudah selesai atau terjadi sesuatu, aku
akan menjemput mu.”

“Hmm, aku pergi.”

Kayden hanya memandang punggung


Kayla yang melangkah keluar rumah mereka.
Setelah mendengar suara mobil Lorraine melaju
pergi, Kayden segera menyalakan handphonenya.
Membuka aplikasi yang biasa ia gunakan untuk
melacak keberadaan Kayla.

43
Kayden duduk di sofa sembari
memperhatikan gambar titik merah yang tengah
bergerak di layar handphonenya itu. Gambar titik
merah itu melambangkan posisi Kayla saat ini,
Kayden hanya diam memantau benarkah tujuan
Kayla adalah ke pesta ulang tahun temannya.

Jika memang itu pesta ulang tahun,


seharusnya pestanya di adakan di rumah atau di
restoran bukan?

Rahang Kayden mengeras ketika ia


melihat titik merah di handphonenya itu justru
bergerak ke denah daerah yang Kayden ketahui.
Area klub malam, kenapa Kayla ke sana? Jangan
bilang pesta ulang tahun temannya diadakan di
klub malam?

Kayden masih mencoba untuk tetap


tenang, mungkin mereka hanya lewat sana saja.
Tapi titik merah itu justru berhenti tepat di

44
lokasi yang bertanda sebuah klub malam
terkenal. Titik merah itu tak lagi bergerak,
berdiam di satu posisi.

Kayden mencengkeram handphonenya kuat,


Ahh.. Kayden sudah berusaha menghindari
perdebatan dengan Kayla agar tidak membuat
Kayla kesal, tapi Kayla justru membuatnya kesal
bukan main. Kayden tidak bisa tinggal diam, ia
harus menyusul Kayla dan menyeret Kayla
pulang. Kayla tidak seharusnya berada di klub
malam.

45
BAGIAN KEEMPAT

Kayden dengan terburu keluar dari rumah,


ia akan menyusul Kayla. Persetan soal makan
siang, saat ini Kayden tengah kesal karena lokasi
Kayla sekarang berada di klub malam. Kayden
melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh,
tangannya mencengkeram setir mobilnya kuat
kuat.

Dalam hati Kayden berharap semoga


aplikasi itu yang salah. Semoga Kayla tidak pergi
ke klub malam. Karena jika benar Kayla berada
di klub malam maka Kayden pasti akan lepas
kendali.

Mobil Kayden berhenti tepat di depan


bangunan klub malam tersebut, ia melihat layar
handphonenya untuk memastikan apakah ia
berada di tempat yang benar.
46
Setelah memastikan lokasinya benar,
Kayden masuk ke dalam klub tersebut dengan
langkah lebar. Matanya bergerak mencari sosok
Kayla di antara kerumunan pengunjung klub.

Langkah Kayden terhenti ketika ia


melihat sosok Kayla dengan mini dressnya
tengah menari di lantai dansa dengan seorang
pria.

Amarah Kayden tersulut, Kayla telah


membohonginya. Pertama Kayla bohong soal
pesta ulang tahun, kedua Kayla pergi ke klub
malam tanpa seizinnya, dan yang ketiga Kayla
menari di lantai dansa dengan seorang pria.

Rahang Kayden mengeras ketika melihat


Kayla melingkarkan tangannya di leher laki-laki
itu. Amarah sudah tak dapat lagi Kayden
tampung, Kayden dengan langkah lebar

47
mendekati Kayla dan menarik tangan Kayla dari
leher laki-laki asing itu.

“Aw!” ringis Kayla kesakitan, Kayla


mendongak dan terkejut ketika melihat bahwa
orang yang mencengkeram tangannya adalah
Kayden. “K-kayden?”

“Ini yang kau bilang pesta ulang tahun


teman mu?!” teriak Kayden kepada Kayla.

Bukan hanya Kayla saja yang terkejut akan


teriakan Kayden, melainkan laki-laki yang
sebelumnya menari dengan Kayla pun sama
terkejutnya. Laki-laki itu berusaha menolong
Kayla, mendorong Kayden agar menjauh
namun dorongannya seolah tak berarti apa-apa.
Tubuh Kayden tidak bergerak sedikit pun.

“Hei.. Kenapa kau berteriak pada Kayla,


kau ini siapa?”

48
Kayden awalnya tidak mau menggubris
laki-laki itu, tapi karena laki-laki itu terus saja
mencoba ikut campur. Kayden tersulut dan
melayangkan kepalan tangannya ke wajah laki
laki itu hingga laki-laki itu terhuyung jatuh ke
belakang menabrak tamu-tamu klub lainnya.

“Kayden! Apa yang kau lakukan, kenapa


kau membuat keributan di sini?!” Teriak Kayla
menarik Kayden menjauh dari laki-laki yang
baru saja Kayden pukul itu.

“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa


kau bisa ada di tempat seperti ini Kayla?! Kau
bilang kau ingin merayakan pesta ulang tahun
teman mu, tapi kau justru berada di klub malam
dan berpelukan dengan laki-laki bajingan itu!”
Kayden berteriak murka, mengabaikan tatapan
dari para pengunjung lainnya.

49
“Memangnya kenapa kalau aku kemari,
aku sudah dewasa. Aku bebas ingin melakukan
apa pun!”

Jawaban Kayla justru membuat Kayden


semakin emosi, “Termasuk membohongi ku?
kita tumbuh bersama Kayla, kau tidak pernah
bohong sebelumnya. tapi akhir-akhir ini kau
sering berbohong hanya demi bisa pergi dengan
laki-laki yang bahkan tidak jelas asal usulnya dari
mana.”

“Apa pergi dengan laki-laki bajingan lebih


penting bagi mu sampai kau tega membohongi
aku, saudara mu?”

Kayla berdecak, “Hentikan drama ini


Kayden, kau terlalu berlebihan. Kalau kau tidak
bersikap posesif dan terlalu mengatur ku, aku
juga tidak akan sampai hati berbohong padamu.
Kalau bukan dengan kebohongan, apa kau pikir

50
kau akan membiarkan ku datang kemari? tidak
bukan? kau pasti akan melarang ku, berkencan
saja aku tidak bisa apalagi datang ke tempat
seperti ini.”

Kayden tidak ingin berdebat lebih


panjang lagi dengan Kayla di hadapan orang
banyak, apalagi menjadi tontonan gratis begini.
Kayden menarik tangan Kayla, menyeret Kayla
untuk ikut keluar dari klub ini.

Tentu saja Kayla tidak menurut, Kayla


memberontak. Kayla berusaha menarik
tangannya lepas dari genggaman Kayden
namun Kayla kalah kuat. Kayden jauh lebih
kuat darinya.

Kayla dipaksa masuk ke dalam mobil oleh


Kayden, Kayden tidak membiarkan Kayla
memiliki kesempatan sedikit pun untuk kabur.

51
Orang-orang yang awalnya hendak
menolong Kayla lepas dari Kayden pun tak
sempat ikut campur, karena Kayden sudah lebih
dulu melajukan mobilnya dengan cepat.

Kayla bahkan harus berpegangan erat


pada sabuk pengamannya karena laju mobil
yang begitu cepat, Kayla melirik Kayden yang
tengah menyetir.

Kayla bisa melihat Kayden menggenggam


setir mobil dengan sangat kuat hingga urat urat
tangan Kayden menonjol, Kayla menyadari
betapa tindakannya membuat Kayden marah.

Tapi bukan hanya Kayden di sini yang


marah. Kayla pun sama marahnya. Kayla
merasa tidak punya kebebasan. Padahal ia sudah
bukan lagi anak-anak atau pun remaja yang
butuh pengawasan dari Kayden dalam dua
puluh empat jam penuh.

52
Mobil berhenti di area rumah mereka,
namun ketika Kayla hendak turun Kayden
justru mencegahnya. Mencengkeram
pergelangan tangan Kayla kuat-kuat, seolah tak
bisa menunggu untuk mendebat Kayla.

“Kau belum menjelaskan kepada ku


Kayla, kenapa kau pergi ke tempat seperti itu?”
Kayden kembali berteriak, pikirannya kacau.
Sejak Handphonenya melacak keberadaan Kayla
di klub malam, perasaan Kayden kacau balau. Ia
marah dan takut dalam satu waktu.

“Kenapa aku harus menjelaskannya


kepada mu Kayden, aku sudah dewasa. Aku
bukan anak kecil lagi yang harus kau pantau
terus menerus!” Kayla juga membalas dengan
teriakan, ia muak dengan sikap Kayden yang
terlalu protektif.

53
“Kau berbohong padaku Kayla, hanya
demi bisa pergi ke tempat seperti itu kau
membohongi ku. Sebelumnya kau sudah
berbohong soal kencan buta, lalu sekarang kau
bohong soal klub malam. Sebenarnya apa yang
kau inginkan? Apa yang ingin kau dapatkan
sampai kau tega membohongi ku.”

Kayla berdecih, ia menarik paksa


tangannya dari genggaman Kayden. “Kau
bertanya alasannya apa? Karena aku butuh
ruang untuk diri ku sendiri dan kau tidak
membiarkan aku memilikinya. Kau selalu
melarang ku ini itu, aku tahu kalau aku tidak
berbohong maka kau pasti tidak akan
mengizinkan ku pergi. Aku butuh bersosialisasi
Kayden, kalau aku tidak bersosialisasi
bagaimana aku bisa mendapatkan pasangan?”

Kayla melanjutkan, “Teman-teman seusia


ku sudah berganti-ganti pasangan, tapi aku

54
berpacaran sekali saja belum pernah. Dan itu
semua karena sifat mu yang terlalu egois!”.
Jawaban Kayla justru semakin memancing
amarah Kayden, mata Kayden menatap Kayla
tajam.

“Kenapa kau sangat ingin memiliki


kekasih, apa yang kau inginkan dari mereka?
Kasih sayang? Kau sudah mendapatkannya dari
ku dan orang tua kita, pelukan dan ciuman kecil?
Tiap malam sebelum tidur kau mendapatkannya
dari ku, lalu apa yang kau inginkan Kayla? Apa
itu sex? Iya? Kau merasa gatal dan ingin
disentuh oleh laki-laki di luaran sana, begitu?!”

“Kalau iya kenapa, kalau aku memang


ingin tidur dengan laki-laki di luaran sana
kenapa?! Aku sudah dewasa!” Kayla semakin
berteriak, ia tidak menyadari bahwa jawaban
yang spontan ia katakan itu justru semakin
membakar amarah Kayden.

55
Rahang Kayden mengeras, Kayden segera
turun dari mobil dan menyeret Kayla masuk ke
dalam rumah bersama dengannya. Kayden
mengabaikan ringis kesakitan Kayla, Kayden
terus menyeret Kayla paksa menuju kamarnya.

Para pelayan yang melihat keributan itu


hanya diam saja tak berani ikut campur, mereka
paham betul kalau mereka berani ikut campur
maka Kayden pasti akan menghukum mereka
semua. Lebih parah lagi mereka bisa dipecat
secara tidak hormat.

Kayden menyeret Kayla ke kamarnya dan


membanting tubuh Kayla ke atas ranjang
setelah ia menutup rapat-rapat kamarnya itu.

Kayla kaget dengan murka Kayden,


biasanya saat Kayden marah Kayden tidak
pernah sampai sebegitunya. Tidak pernah

56
sampai melempar tubuh Kayla dengan kasar ke
atas ranjang. Tatapan Kayla yang semula penuh
amarah kini justru berubah menjadi penuh
ketakutan, Kayla takut dengan tindakan yang
akan Kayden ambil selanjutnya.

Kayla hendak turun dari ranjang dan


berlari melarikan diri keluar dari kamar Kayden,
namun Kayden dengan cepat kembali
mendorong Kayla berbaring di ranjang.. Wajah
Kayden gelap, Kayden sekarang tampak seperti
orang lain. Seperti bukan Kayden yang Kayla
kenali.

“Ka-kau mau apa Kayden, jangan gila kau.


Kenapa kau membawa ku kemari?” Kayla
terbata-bata, pupil matanya bergerak-gerak
takut, jantungnya berdegup kencang saat
Kayden mengambil posisi di atas tubuhnya.

57
Kayden menahan kedua tangan Kayla
yang berusaha keras mendorongnya menjauh,
Kayden membuat Kayla terlentang tak berdaya
di bawahnya. Dengan gerakan kasar Kayden
menyatukan bibirnya dengan bibir Kayla,
meraup bibir itu seolah tindakannya bukanlah
tindakan yang salah.

Kayla meraung-raung mencoba


menghindar dari ciuman Kayden, Kayla dan
Kayden sudah biasa saling bersentuhan bibir
sejak mereka masih kecil. Tapi yang biasa
mereka lakukan hanyalah kecupan singkat
sebagai penanda kasih sayang di antara mereka
berdua, tapi kali ini Kayden justru
melakukannya dengan buas. Bukan kecupan
kasih sayang tapi lumatan penuh amarah.

Kayla masih berusaha untuk lepas, dan


ketika tangannya berhasil bebas. Ia segera
mendorong Kayden hingga tautan bibir mereka

58
terlepas. Belum sempat Kayden melihat ke
arahnya, Kayla sudah lebih dulu menampar pipi
Kayden hingga membuat sudut bibir Kayden
terluka.

“Kau sudah gila, karena amarah kau


sampai melakukan hal seperti ini kepada ku?
Aku adik mu! Kita saudara kembar, apa kau lupa
kalau kita berasal dari rahim yang sama?!” teriak
Kayla kepada Kayden, air matanya meluruh
jatuh. Dengan tangan gemetar ia mengusap
bibir dan dagunya yang basah bekas ciuman
Kayden.

Kayden hanya terdiam sembari


memegangi pipinya yang telah ditampar oleh
Kayla, Kayden tidak membalas perkataan Kayla
dan juga tak mencegah saat Kayla pergi keluar
dari kamarnya.

59
Kayden masih terdiam, ia agak menyesal
karena telah terbawa emosi dan melakukan
tindakan yang membuat Kayla menangis dan
menatapnya dengan tatapan benci. Tangan
Kayden terkepal, ia emosi kepada Kayla dan
juga kepada dirinya sendiri. Kayden turun dari
ranjang dan melangkah lebar menuju cermin.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Kayden memukul cermin itu hingga


pecah, serpihan kaca yang menancap di kepalan
tangannya tak membuat emosi Kayden reda, ia
tidak tahu harus melampiaskan kekesalannya ini
ke mana lagi.

60
BAGIAN KELIMA
Kayla berlari dari kamar Kayden menuju
kamarnya sendiri, tak lupa mengunci pintu
kamarnya itu rapat-rapat agar Kayden tidak bisa
masuk menyusulnya kemari. Dengan kaki yang
lemas Kayla melangkah menuju ranjang,
terduduk di atas ranjang dengan ekspresi kacau.
Bukan hanya ekspresinya saja yang kacau tapi
pikiran Kayla juga tengah kacau sekarang.

Kayla masih tidak bisa menyangka dengan


apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan juga
Kayden, bagaimana bisa Kayden menciumnya
seperti itu? Melumat bibirnya seolah
tindakannya itu tidak salah?

Kayla paham kalau Kayden marah karena


telah dibohongi, tapi mencium Kayla dengan
cara tidak senonoh begitu juga tidak dibenarkan,
mereka adik kakak. Kecupan bibir pertanda
61
kasih sayang mungkin hal biasa, tapi melumat?
Itu sudah lain cerita.

Air mata Kayla masih berderai


membasahi pipinya, ini lah salah satu alasan
mengapa Kayla gencar sekali ingin memiliki
pasangan.
Kayla dan Kayden sudah bersama dari
sejak mereka berada di rahim Ibu mereka,
mereka tidak pernah berpisah. Awalnya Kayla
biasa saja dengan hal tersebut, bagi Kayla
keberadaan Kayden di sisinya seperti sudah
menjadi kebutuhan wajibnya. Karena kedua
orang tua mereka yang sibuk, orang yang selalu
berada di sisi Kayla dan menjaga Kayla setiap
saat adalah Kayden.

Tapi setelah beranjak dewasa, Kayla mulai


menyadari banyak hal. Orang-orang mulai
menggunjingkan hubungan persaudaraannya
dengan Kayden yang tampak berlebihan. Tidak

62
sampai di situ saja, orang-orang pun mulai
menyebar rumor yang tidak pantas soal mereka
berdua.

Karena hal itu lah Kayla merasa kalau


dirinya dan Kayden harus mulai mengenal jarak,
mereka tidak boleh terlalu dekat lagi agar
pandangan orang tidak aneh kepada mereka.

Kayla mulai mencari pasangan dengan


bantuan temannya, melajukan kencan buta
berkali-kali namun semuanya selalu digagalkan
oleh Kayden. Padahal satu-satunya cara agar
mereka bisa berjarak satu sama lain adalah saat
mereka sudah memiliki pasangan masing
masing.

Kala itu Kayla berpikir mungkin jika ia


memiliki kekasih, memiliki sosok yang bisa
menjaganya dan bisa ia percayai selain Kayden
maka Kayden akan berhenti bersikap over

63
protektif dan mulai fokus pada dirinya sendiri
juga.

Tapi pemikiran Kayla itu salah, Kayden


justru marah tiap kali Kayla pergi berkencan
buta dengan alasan Kayla pergi menemui orang
yang tidak Kayla kenal. Kayden yang awalnya
sudah over protektif menjadi semakin over
protektif sejak Kayla mulai berdekatan dengan
banyak laki-laki.

Seandainya saja Kayla bisa mengatakan


kepada Kayden bahwa ia melakukan ini semua
juga demi kebaikan mereka berdua. Hubungan
di antara mereka berdua sudah terasa aneh,
tujuan Kayla mencari kekasih agar mereka
berdua bisa saling berjarak dan tidak saling
ketergantungan satu sama lain.

Jarvas juga butuh pasangan, tapi Kayla


tahu Jarvas tidak mau memiliki kekasih maka

64
dari itu Kayla memilih agar dirinya saja yang
mencari kekasih. Tapi keputusannya itu justru
membuat Kayden marah dan mereka
bertengkar hebat.

Kayla tidak tahu harus bagaimana lagi.

Handphone Kayla tiba-tiba saja berdering,


ada panggilan masuk dari Ibunya. Kayla
berusaha untuk menghentikan tangisnya, tak
ingin orang tuanya tahu soal apa yang terjadi
antara dirinya dan Kayden.

Kayla berdeham sebelum ia menekan


tombol hijau di layar handphonenya dan
mendekatkan handphonenya itu ke telinga.

"Hallo, Ma.." sapa Kayla dengan suara


riang yang dibuat-buat.

65
"Kau belum tidur nak? Apa Mama
mengganggu?" tanya sang Ibu dari seberang sana.

"Belum kok Ma, ada apa menelepon


Kayla malam-malam begini, apa Mama dan
Papa akan segera pulang?" masih dengan suara
riang yang dibuat-buat Kayla bertanya, jujur ia
merindukan kedua orang tuanya yang kini
tengah berada di negara lain karena bisnis
keluarga mereka.

"Kau sudah makan malam sayang, bagaimana


dengan kuliah mu. Apa lancar?" tanya sang Ibu
kembali pada Kayla.

Kayla berbohong kepada Ibunya, "Iya aku


sudah makan. Kuliah ku juga lancar, Mama dan
Papa tenang saja, aku baik-baik saja di sini
dengan Kayden."
66
Kayla berbohong soal makan malam, ia
belum makan malam. Hubungannya dengan
Kayden pun sedang tidak baik-baik saja, belum
ada satu jam sejak mereka bertengkar hebat.

"Mama senang kalau kau baik-baik saja.


Kalau begitu istirahat saja sekarang, Mama akan
hubungi kau lagi nanti. Selamat malam, sayang.
Mimpi indah."

"Titip salam ku pada Papa, aku


merindukan kalian berdua." ucap Kayla
sebelum sambungan telepon itu berakhir.

Kayla menaruh handphonenya di atas nakas


dan berbaring lemas di ranjang. Pikirannya
masih kacau, bahkan Kayla ragu ia bisa tidur
nyenyak malam ini.

***

67
Bukan hanya Kayla yang mendapatkan
panggilan, Kayden juga mendapatkannya.
Kayden mengangkat panggilan telepon itu
dengan tangannya yang terluka.

"Hallo, Ma?"

"Apa Kayla ada di samping mu?" tanya suara


dari balik handphone Kayden itu.

"Tidak, Ma. Kayla berada di kamarnya


sekara-" Belum sempat Kayden menyelesaikan
kata-katanya, ia sudah lebih dulu di sela.

"Jangan panggil aku Mama jika kau tidak


sedang berada di dekat Kayla, aku tidak sudi kau
panggil Mama!" teriak Ibunya membuat Kayden
sedikit menjauhkan handphone itu dari telinganya.

Ah, Kayden lupa oleh peraturan itu.

68
"Kau terus menjaga Kayla 'kan? Ingat Kayden,
tugas mu berada di sisi Kayla hanya untuk menjaga
Kayla dan karena Kayla masih membutuhkan mu.
Saat kau tidak dibutuhkan lagi oleh Kayla, kau tidak
perlu lagi berperan sebagai saudara kembar Kayla. Kau
mengerti?"

Tangan Kayden terkepal kuat, kesal


mendengar ucapan sang Ibu yang menyakiti
perasaannya.

"Jawab aku Kayden!"

"Iya, aku mengerti."

"Bagus."

Sambungan telepon diputus oleh sang Ibu,


Kayden menatap layar handphonenya dengan
tatapan benci. Kayden benci dengan kedua

69
orang tuanya, ah.. bukan, mereka bukan orang
tua kandung Kayden.

Anak mereka hanya Kayla, yang mereka


sayangi hanya Kayla.

Kayden sesungguhnya bukan saudara


kembar Kayla, saudara kembar Kayla yang asli
sudah lama mati. Mati dalam sebuah kecelakaan
bersama dengan Kayla.

Dalam tragedi itu hanya Kayla yang


selamat sedangkan saudara kembarnya tewas di
tempat. Kejadian tersebut tidak bisa Kayla
terima, Kayla yang saat itu masih kecil tidak bisa
menerima kematian seseorang yang selalu
bersamanya sejak ia masih berupa fetus.

Kayla saat itu stres berat dan berakhir


masuk rumah sakit, Kayla hampir tewas karena
malnutrisi. Tidak mau makan tanpa kehadiran

70
kembarannya, orang tuanya tidak bisa
menghidupkan anak mereka yang telah tiada
jadi mereka mencari anak yang mirip dengan
mendiang putra mereka.

Berkeliling ke sana kemari dan berjanji


akan membayar orang mahal jika ada di antara
mereka yang bisa menemukan anak yang mirip
dengan mendiang anak mereka.

Lalu Kayden yang seorang anak yatim


piatu di panti asuhan dibeli oleh kedua orang tua
Kayla karena memiliki rupa yang mirip dengan
mendiang anak mereka, diperintahkan untuk
berperan sebagai saudara kembar Kayla yang
telah tiada.

Tapi meski Kayden diperintahkan


berperan sebagai saudara kembar Kayla,
Kayden tidak pernah diperlakukan selayaknya
anak angkat. Meski rupanya mirip dengan

71
mendiang anak mereka pun tidak membuat
mereka serta merta sayang kepada Kayden.

Mereka justru menyiksa Kayden, jika


Kayla terluka maka Kayden lah yang akan
dipukuli di ruang kerja sang Ayah tanpa
sepengetahuan Kayla.

Jika Kayla menangis pasti Kayden yang


akan disalahkan, disiksa di ruang kerja sang
Ayah. Kayden tidak boleh melakukan kesalahan,
kalau tidak maka tubuhnya akan dipukuli hingga
memar.

Kayden ingat setiap kali ada memar di


tubuhnya dan Kayla bertanya kenapa ia bisa
memar. Kayden selalu berbohong kalau ia
terjatuh, kalau pun sang Ayah dan Ibu terlihat
oleh Kayla sedang memukuli Kayden, mereka
pasti beralasan kalau Kayden membuat masalah.

72
Membuat alasan kalau Kayden sudah
mencuri uang, melawan, memukuli teman
sebayanya dan sebagainya.

Tidak sampai di situ saja, orang tua Kayla


juga selalu mengingatkan Kayden kalau posisi
Kayden itu hanya sementara. Hanya sampai
Kayla tidak membutuhkan Kayden lagi, karena
mereka tahu Kayla sangat menyayangi Kayden.

Maka dari itu juga Kayden selama ini


selalu bersikap posesif dan over protektif
kepada Kayla, karena Kayden tidak mau Kayla
terbiasa tanpanya. Kalau Kayla sampai terbiasa
maka Kayden akan dibuang, perannya sudah
tidak diperlukan lagi.

Kayden akan kembali menjadi


gelandangan, hidup di jalanan, kehilangan
semua fasilitas yang ia miliki selama ini.

73
Awalnya hanya itu tujuan Kayden
bersikap over protektif kepada Kayla, karena
tidak mau kehilangan apa yang ia miliki. Namun
berjalannya waktu, Kayden justru merasa ia
lebih tidak ingin kehilangan Kayla dibandingkan
kemewahan yang ia rasakan.

Kayden yang selama ini mendedikasikan


hidupnya untuk Kayla menjadi terobsesi untuk
bisa bersama dengan Kayla selamanya, sampai
sampai Kayden tega membunuh setiap laki-laki
yang mendekati Kayla.

Dan sekarang, pikiran jahat itu kembali


muncul di kepala Kayden. Pikiran jahat itu
muncul setelah mendengar perkataan sang Ibu
soal Kayden yang akan dibuang jika tidak
dibutuhkan lagi.

Kayden menatap darah dari tangannya


yang menetes ke lantai, dari pada menunggu

74
waktu itu tiba. Bukankah lebih baik jika Kayden
membunuh kedua orang tua Kayla lebih dulu
sebelum mereka menyingkirkan Kayden dari
hidup Kayla?

Dengan begitu Kayden tidak perlu


merasa takut lagi, ia juga bisa hidup dengan
Kayla berdua saja tanpa pengganggu.

75
BAGIAN KEENAM

Kayden mengetuk pintu kamar Kayla, ini


sudah jam sepuluh pagi tapi Kayla belum juga
keluar dari kamarnya sejak semalam.

Kayden tahu kalau Kayla belum makan


sejak semalam, sarapan Kayla yang telah
disediakan oleh pelayan di atas meja makan
sejak beberapa jam yang lalu pun masih utuh tak
tersentuh.

“Kayla buka pintunya, mau sampai kapan


kau mengurung diri di dalam?” Kayden masih
mengetuk pintu, berharap pintu tersebut dibuka
atau paling tidak Kayden mendengar jawaban
dari Kayla. Tapi tak ada suara apa pun terdengar
dari dalam, membuat Kayden khawatir akan
keadaan Kayla di dalam.

76
Ketukan Kayden di pintu kamar itu
semakin mengencang, ia mulai meninggikan
suaranya memanggil Kayla. Seharusnya Kayla
sekarang menjawab panggilannya, meski Kayla
marah padanya atas kejadian semalam paling
tidak Kayla akan balas berteriak memaki dan
mengusir Kayden agar tidak mengganggunya.

Tapi alih-alih mendapatkan makian, justru


tidak terdengar suara apa pun dari dalam.

Kayden panik sendiri, ia berlari


memanggil para pelayan meminta kunci
cadangan kamar Kayla. Perasaan Kayden tidak
enak, ia merasa terjadi sesuatu kepada Kayla di
dalam sana.

Pelayan yang diteriaki oleh Kayden pun


bergerak cepat menyerahkan kunci cadangan
yang ia dapatkan dari laci penyimpanan, hanya

77
memperhatikan bagaimana Kayden berlari
terburu-buru melewati anak tangga untuk
membuka pintu kamar Kayla dengan kunci
cadangan.

Dengan kunci cadangan itu Kayden


akhirnya berhasil masuk ke dalam kamar Kayla,
yang pertama kali Kayla dapati di kamar itu
adalah Kayla yang tengah berbaring di atas
ranjang dengan balutan selimut.

Kayden melangkah mendekat, semakin ia


mendekat semakin ia bisa melihat bahwa Kayla
sedang tertidur dengan tubuh berkeringat dan
wajah pucat. Sontak Kayden mengulurkan
tangannya menyentuh kening Kayla, rasanya
panas sekali. Kayla demam.

Sekali lagi Kayden berteriak memanggil


pelayan untuk datang, menyuruh pelayan
tersebut untuk membawakan kompres untuk

78
dahi Kayla dan juga menyuruh pelayan untuk
membuatkan bubur untuk Kayla.

Kayla tidak akan bisa minum obat jika


perut Kayla masih dalam keadaan kosong.

Tangan Kayden terulur mengusap


keringat di wajah dan leher Kayla, agak
menyesali tindakan impulsifnya semalam yang
berakhir membuat Kayla sakit seperti ini.

Pelayan datang membawa baskom kecil


berserta kain untuk mengompres kening Kayla,
dengan telaten Kayden memeras kain tersebut
dan meletakkannya di kening Kayla.

“Kalau buburnya sudah jadi segera bawa


kemari dan juga obat demam.” perintah Kayden
kepada pelayan itu lagi, mengusir pelayan itu
untuk pergi meninggalkannya dan Kayla berdua.

79
Kayden memegang tangan Kayla,
memperhatikan Kayla yang terus bergumam
pelan dan merengek kesakitan. Kayla memang
selalu seperti setiap kali jatuh sakit, menangis
dalam tidurnya.

Tak lama mata Kayla yang awalnya


terpejam itu perlahan terbuka, bertemu
pandang dengan mata Kayden. Saat melihat
Kayden, Kayla langsung menangis.

Bukan menangis karena takut, tapi Kayla


memang selalu seperti ini setiap kali sakit. Manja
dan selalu menangis di depan Kayden.

“Shhh..” Kayden mengusap air mata


Kayla, masih menggenggam salah satu tangan
Kayla dengan erat. “Tidak usah menangis, aku
di sini. Aku akan menemani mu di sini.”
80
“Pusingh.” keluh Kayla masih dengan
mata berkaca-kaca, menggenggam tangan
Kayden sama eratnya.

“Iya, setelah kau makan bubur dan


minum obat. Pusingnya akan hilang, tunggu
sebentar ya. Pelayan sedang membuatkan
buburnya.” Kayden mengusap-usap punggung
tangan Kayla, berharap tindakannya itu bisa
membuat Kayla sedikit lebih tenang.

Tak lama pelayan muncul dengan


semangkuk bubur yang masih mengepul panas,
tak lupa dengan obat dan air minum.
Menyerahkan semuanya kepada Kayden, karena
setiap Kayla sakit yang turun tangan mengurus
Kayla selalu Kayden.

Kayla biasanya mengamuk jika disentuh


oleh orang lain saat sakit, bahkan oleh orang tua
mereka sendiri.

81
Kayden meniup bubur tersebut,
memastikan bubur itu tidak terlalu panas saat ia
suapkan ke mulut Kayla.

Kayla sempat menggelengkan kepalanya,


menolak untuk makan. Dalam keadaan seperti
ini mana ada orang yang bernafsu makan.

“Kalau kau tidak mau makan maka aku


tidak mau mengurus mu, aku akan
meninggalkan mu sendirian di sini. Kau pilih
mana? Makan bubur ini atau ku tinggalkan?”
Kayden mengancam Kayla, membuat Kayla
yang lemas itu mau tak mau membuka mulutnya
menerima suapan dari Kayden.

Kayla tidak sanggup memakan satu


mangkuk penuh bubur, yang berhasil tertelan
olehnya hanya sekitar 6 sendok saja. Itu pun atas

82
paksaan Kayden, tapi yang paling penting perut
Kayla sudah terisi makanan sekarang.

Kayden segera menyiapkan obat untuk


Kayla minum, Kayla tampak ragu untuk
menelan obat tersebut. Tapi melihat tatapan
tajam dari Kayden membuat Kayla
memaksakan diri menelan beberapa butir obat
dengan susah payah.

Setelah selesai makan dan minum obat,


Kayden kembali mengganti kompresan di
kepala Kayla. Sebelum Kayden bangkit berdiri
hendak membawa mangkuk dan gelas kotor ke
dapur Kayla sudah lebih dulu menahan tangan
Kayden.

“Jangan pergi, aku tidak mau sendirian..”


isak Kayla pelan, isakan itu membuat Kayden
membatalkan niatnya untuk pergi ke dapur.
83
Kayden memilih naik ke atas ranjang dan
berbaring di samping Kayla, memeluk Kayla
erat sembari ia mengusap-usap puncak kepala
Kayla dengan gerakan lembut.

“Tidurlah, kau butuh istirahat. Aku tidak


akan ke mana-mana. Aku akan terus di sini
sampai kau terbangun lagi nanti.” bisik Kayden
tepat di telinga Kayla.

Kayla yang memang mulai merasa


mengantuk karena efek pusing di kepalanya dan
juga karena efek obat yang ia konsumsi akhirnya
jatuh tertidur dalam dekapan Kayden.

***

Seperti apa yang Kayden janjikan, Kayden


tidak ke mana-mana. Kayden tidak
meninggalkan Kayla barang sedetik pun.

84
Saat Kayla terbangun, ia masih berada
dalam dekapan Kayden yang hangat. Kayden
bahkan ikut jatuh tertidur dengannya.

Hal yang pertama kali bisa Kayla lihat saat


membuka mata adalah wajah damai Kayden
yang tengah tertidur.

Dalam diam Kayla mengamati setiap inci


wajah Kayden dari dekat, Kayden adalah
saudara kembarnya tapi mereka berdua tidak
mirip sama sekali. Bukan hanya segi wajah
bahkan personality mereka pun sangat bertolak
belakang.

Tapi satu hal yang Kayla tahu, Kayla tidak


bisa hidup tanpa Kayden dan Kayla juga yakin
kalau Kayden juga pasti merasakan hal yang
sama.

85
Lama Kayla memandangi wajah Kayden
hingga mata Kayla tak sengaja menatap bibir
Kayden. Kayla mendadak mengingat kejadian
semalam, kejadian pertengkaran mereka yang
berakhir dalam sebuah ciuman paksaan dari
Kayden.

Omong-omong soal ciuman itu, jujur


Kayla kaget dan takut. Tapi saat memandang
bibir Kayden saat Kayden tengah tertidur
tenang entah mengapa membuat hati Kayla
berdesir.

Kayla menjilat bibirnya sendiri sembari


mengingat saat Kayden mengulum bibirnya
dengan penuh amarah semalam. Dengan cepat
Kayla menggelengkan kepalanya, tidak
seharusnya ia memikirkan hal seperti itu.

Ini lah alasan kenapa mereka berdua harus


saling berjarak, hubungan mereka mulai

86
melewati batas yang seharusnya. Kayla juga
mulai merasakan perasaan yang tak sepatutnya
ia rasakan terhadap saudara kembarnya. Ini lah
alasan terkuat kenapa Kayla ingin sekali punya
kekasih.

Kayla merasa perasaan yang ia rasakan


saat ini hanya karena pubertasnya saja yang
datang terlambat. Ia mulai menunjukkan
ketertarikan kepada laki-laki dan sialnya laki-laki
yang selalu berada di dekatnya itu Kayden.

Kayla yakin jika ia sudah punya kekasih


dan sudah tidak penasaran lagi, ia tidak akan
merasakan gelenyar aneh itu lagi di dadanya
setiap kali ia berdekatan atau pun bersentuhan
dengan Kayden.

Saat Kayla sibuk dengan pikirannya


sendiri, Kayden terbangun dan mengecup
kening Kayla sejenak.

87
“Demam mu sudah turun.” ujar Kayden
sembari melepaskan pelukannya, Kayden turun
dari ranjang. Mengulurkan tangannya kepada
Kayla. “Sekarang ayo ikut aku, bubur yang kau
makan sebelum tidur tadi tidak cukup untuk mu.
Kau harus makan sungguhan sekarang, aku juga
belum makan karena terus menjaga mu.”

Kayla menurut, ia meraih tangan Kayden


dan ikut turun dari ranjang. Mereka berdua
melangkah bergandengan menuju lantai bawah,
di mana meja makan berada.

Kayla dan Kayden duduk berseberangan,


makan dalam diam. Kayla pikir Kayden akan
membahas soal pertengkaran mereka semalam.
Namun nampaknya Kayden memilih untuk
bertingkah seolah pertengkaran mereka
semalam tidak pernah terjadi.

88
Kayla rasa memang lebih baik seperti itu,
Kayla tidak mau jadi canggung dengan Kayden.
Lebih baik bersikap insiden itu tidak pernah
terjadi saja.

Setelah selesai makan, Kayla mengecek


handphonenya dan mendapati kalau teman
temannya banyak yang mencoba
menghubunginya sejak semalam namun tak ada
satu pun yang Kayla angkat atau pun balas.

Ada pesan dari Lorraine yang bertanya


apa Kayla baik-baik saja.

Ada juga pesan dari Olivia yang bertanya


apa Kayla disakiti oleh Kayden.

Dan tak lupa ada beberapa panggilan tak


terjawab dari Aleandra.

89
Ketiga sahabatnya itu pasti khawatir
dengannya, Kayla agak merasa bersalah
membuat mereka khawatir. Terlebih lagi
Aleandra, Aleandra itu seorang Ibu yang punya
anak kecil, pasti Kayla menambah beban pikiran
Aleandra.

Kayla tiba-tiba teringat dengan telepon


Ibunya semalam. Kayla mendongak menatap
Kayden yang duduk di seberangnya, masih
sibuk memakannya.

“Apa Mama menelepon mu semalam,


semalam Mama menelepon ku dan bertanya
soal kabar kita.” Kayla memberitahu Kayden,
reaksi yang Kayden berikan hanya sebuah
deheman.

“Ku harap orang tua kita bisa cepat


pulang, aku sudah rindu.” ujar Kayla sekali lagi,
tapi hanya Kayla yang benar-benar

90
mengharapkan kepulangan orang tuanya,
Kayden tidak.

Kayden benci dua manusia tua yang selalu


menyiksanya sejak kecil itu, selalu bersikap
penyayang terhadapnya jika di depan Kayla.
Tapi di belakang Kayla mereka menyiksa
Kayden sedemikian rupa. Namanya juga anak
pungut, Kayden tidak akan pernah bisa
menggantikan sosok putra kandung mereka
yang telah tiada.

Kayden tidak akan pernah bisa menjadi


sosok Kayden yang mereka inginkan dan
sayangi. Darah yang mengalir di dalam tubuh
Kayden bukan darah mereka. Orang asing akan
tetap menjadi orang asing.

91
BAGIAN KETUJUH

“Bagaimana keadaan mu Kayla, kau tidak


bisa dihubungi kemarin. Kau pergi begitu saja
dengan saudara kembar mu itu, kami khawatir.”
Lorraine menunjukkan ekspresi khawatirnya,
agak sedikit lega melihat Kayla masuk kuliah
sehingga mereka bisa bertemu. Tadinya jika
Kayla tidak kuliah, Lorraine dan kedua
temannya yang lain akan mendatangi rumah
Kayla.

Bermaksud untuk melihat keadaan Kayla


sekaligus minta maaf kepada Kayden karena
mereka telah mengajak Kayla ke klub malam
dan membuat Kayden marah besar.

92
“Tenang saja, aku tidak apa-apa. Aku
memang sempat sakit kemarin, tapi itu hanya
karena aku telat makan. Kalian tidak perlu
khawatir, aku dan Kayden sudah berbaikan.”
Jawab Kayla berusaha untuk menenangkan para
sahabatnya itu, Kayla juga sebenarnya agak
merasa bersalah. Malam itu ia membuat
keributan dengan Kayden di klub malam, pasti
sahabat-sahabatnya malu akan hal itu.

“Maaf ya sudah merepotkan kalian,


Kayden memang agak protektif. Tapi maksud
dia tidak jahat, dia begitu karena dia terlalu
menyayangi ku.” tambah Kayla lagi.

Olivia yang berada di sebelah Lorraine


memutar bola matanya jengah, “Tapi saudara
kembar mu itu terlalu berlebihan sayang
padamu, jatuhnya justru seperti Sister complex.
Kau kan adiknya bukan pasangannya, dia tidak
seharusnya bersikap berlebihan.”

93
“Tapi menurut ku wajar Kayden marah,
Kayden ditugaskan menjaga Kayla oleh orang
tua mereka. Peran Kayden bukan hanya seorang
kakak tapi juga orang tua, kalau bukan Kayden
yang menjaga dan memarahi Kayla lalu siapa
lagi? Tidak ada kakak yang ingin sesuatu hal
buruk terjadi pada adiknya, Kayden hanya tidak
mau Kayla jatuh ke tangan laki-laki yang tidak
bertanggung jawab.”

Aleandra menambahkan, “Edgar juga


marah kalau aku bergaul dengan laki-laki lain.”

Olivia berdecak jengkel, Aleandra terlalu


berpikir positif sampai lupa perbedaan antara
Edgar suaminya dan Kayden saudara kembar
Kayla.

“Edgar wajar begitu karena Edgar itu


suami mu, dia cemburu kalau kau dekat dengan

94
laki-laki lain. Tapi Kayden? Kayden itu hanya
saudara kembar Kayla. Ada batasan juga bagi
mereka, tidak seharusnya Kayden mencampuri
urusan romansa Kayla. Jika Kayla berpacaran
dengan laki-laki brengsek dan lai-laki itu
menyakiti Kayla maka Kayden berhak untuk
marah bahkan memukuli laki-laki itu sampai
mampus pun aku dukung. Tapi menghalang
halangi Kayla untuk berpacaran bahkan bergaul
dengan lawan jenis, itu sudah kelewatan
namanya.”

Lorraine menganggukkan kepalanya, ia


setuju dengan perkataan Olivia. Kalau sampai
membatasi pergerakan Kayla, bahkan membuat
Kayla susah memiliki teman lawan jenis. Itu
sudah over namanya.

Protektif sebagai seorang kakak boleh saja,


tapi sampai membuat adiknya sendiri tidak
punya teman itu beda lagi jalan ceritanya.

95
“Kayden bahkan sering sinis kepada kita,
menurut ku Kayden itu sudah berlebihan.
Sangat berlebihan. Kalau aku jadi Kayla pasti
aku sudah melawan.” tambah Olivia lagi dengan
ekspresi jengkelnya.

“Tapi Kayla sudah melawan, Kayla sudah


melakukan apa yang Kayden larang. Kau lihat
sendiri bukan malam itu? Kayden marah besar,
aku saja takut melihatnya.” Lorraine teringat
malam di mana Kayden muncul tiba-tiba dan
membuat keributan di klub malam. Malam itu
Lorraine seolah melihat sisi Kayden yang lain,
dan itu membuatnya agak merasa merinding.

Kayla yang melihat sahabat-sahabatnya


jadi bertengkar karena permasalahannya itu
menghela nafas, “Sudahlah biarkan ini jadi
masalah ku dengan Kayden saja, kalian tidak
perlu berdebat soal ini. Aku yakin kalau aku

96
menemukan laki-laki yang baik dan
menunjukkan kepada Kayden bahwa di dunia
ini ada laki-laki yang baik dan tulus mencintai ku,
dia pasti akan mengalah. Kayden begitu karena
dia sayang padaku. Kemarin saat aku sakit saja
dia tetap mengurus ku, menjaga ku dan
menemani aku istirahat meski sebelumnya kami
habis bertengkar hebat. Kayden membuang
egonya demi merawat ku, itu saja sudah
menunjukkan betapa berartinya aku bagi
Kayden.”

***

Hal paling tidak Kayden inginkan terjadi,


Carlos dan Fernanda akan pulang. Dua orang
yang paling Kayden benci itu akan kembali ke
rumah, kembali berada di dekatnya dan juga
Kayla.

97
Kayden menyayangkan urusan bisnis
mereka yang selesai lebih awal dari perkiraan,
seharusnya mereka masih akan kembali bulan
depan. Tapi siapa sangka prediksi Kayden justru
salah, rentang seminggu dari telepon terakhir di
antara mereka. Fernanda justru kembali
menelepon hari ini, mengabarkan kepada Kayla
kalau mereka akan pulang.

Kayla senang bukan main dengan


informasi itu, Kayden melihat Kayla melompat
kecil karena rasa bahagianya. Mungkin Kayla
merasa senang karena akan kembali bertemu
dengan orang tuanya, tapi tidak dengan Kayden.
Keberadaan kedua manusia itu hanya masalah
bagi Kayden.

Kayden jadi sulit bergerak leluasa di


rumah karena Fernanda pasti akan
memperhatikan gerak-geriknya, dan yang paling
membuatnya kesal adalah Kayden yakin jika

98
kedua manusia itu tahu Kayla sempat jatuh
demam sebelumnya. Kayden pasti akan disiksa
lagi di ruang kerja Carlos.

Ah.. membayangkannya saja sudah


membuat urat leher Kayden mencuat karena
emosi.

Tapi lebih dari itu, yang paling Kayden


kesali adalah fakta bahwa Fernanda dan Carlos
pasti akan mendukung Kayla jika Kayla
mengatakan kepada mereka soal keinginannya
untuk memiliki kekasih.

Mereka pasti senang kalau Kayla punya


kekasih dan menjauh dari Kayden, dengan
begitu mereka bisa mengirim pergi Kayden
jauh-jauh dari Kayla dengan alasan bisnis
keluarga tanpa dihentikan oleh Kayla lagi.

99
Tentu saja alasan bisnis palsu, alasan
sebenarnya adalah membuang Kayden karena
Kayden bukan anak kandung mereka dan
Kayden sudah tidak mereka butuhkan lagi
untuk menjaga Kayla.

Kayden berdecak, bagaimana caranya


agar ia bisa menyingkirkan dua manusia sialan
itu?

Kayden sudah punya keinginan sejak lama


untuk membunuh mereka berdua, tapi Kayden
tidak kunjung melakukannya karena dulu ia
merasa masih membutuhkan Fernanda dan
Carlos sebagai mesin penghasil uang untuknya
dan Kayla.

Tapi mengingat Kayden sekarang sudah


dewasa, Kayden bisa mengambil alih
perusahaan dan menjalankannya saat Carlos
dan Fernanda mati nanti.

100
Sekarang yang harus Kayden pikirkan adalah
bagaimana cara membunuh mereka, apakah
dengan cara meracuni makanan mereka nanti
saat mereka telah kembali? Tapi bagaimana jika
terjadi kesalahan dan Kayla justru memakan
makanan itu? Kayden tidak mau salah sasaran,
Kayden tidak mau ditinggal mati oleh Kayla.

101
BAGIAN KEDELAPAN

Kayden dan Kayla kini tengah berada di


dalam mobil, mereka berangkat menuju
bandara untuk menjemput Fernanda dan Carlos
yang hari ini kembali dari urusan bisnis mereka
di luar negeri.

Kayden membawa mobil dalam diam,


hanya Kayla yang terlihat bersemangat untuk
menjemput orang tuanya. Kayla bersenandung
sepanjang jalan, sementara Kayden menatap
lurus ke jalanan di depan.

Kayla menoleh ke arah Kayden yang


tengah menyetir, “Kira-kira Mama dan Papa

102
membawakan kita oleh-oleh apa ya?” tanya
Kayla dengan nada riangnya.

Kayden hanya melirik Kayla sekilas,


masih sibuk menyetir. Dalam hati Kayden
menertawai pertanyaan Kayla. Kita katanya?

Dari dulu sampai sekarang setiap kali


Fernanda dan Carlos pergi ke luar negeri atau
pun luar kota untuk pekerjaan mereka. Mereka
tidak pernah memberikan oleh-oleh untuk
Kayden. Yang mendapatkan oleh-oleh hanya
Kayla seorang.

Selama ini setiap pulang dari luar negeri


atau pun luar kota mereka selalu memberikan
beberapa paper bag kepada Kayden di depan
Kayla, seolah ingin menunjukkan kalau bukan
hanya Kayla yang diberikan hadiah tapi Kayden
juga. Tapi kenyataannya paper bag itu semuanya

103
kosong, malah pernah hanya terisi beberapa
sampah.

Lupakan soal oleh-oleh, hadiah dan segala


jenisnya. Kayden tidak peduli dengan hal
semacam itu. Kayden juga tidak pernah
mengharapkan hadiah dari mereka. Bodoh jika
Kayden mengharapkan hal seperti itu dari
Fernanda dan Carlos yang jelas-jelas membenci
keberadaannya.

Setelah sampai di bandara dan menunggu


di terminal kedatangan. Kayla yang kini berdiri
di samping Kayden itu melambai-lambaikan
tangannya kepada dua sosok orang yang
kedatangannya Kayla tunggu.

Sepasang suami istri dengan koper


mereka melangkah antusias mendekat ke arah
Kayla, memeluk Kayla dengan sangat erat.

104
Sudah berbulan-bulan mereka tidak berjumpa,
rindu sudah tak terbendung lagi.

“Mama.. Papa.. Kayla kangen kalian.”


Kayla memeluk kedua orang tuanya itu, ia
tersenyum lebar saat kedua orang tuanya
memeluknya secara bergantian dan mengecup
puncak kepalanya lembut.

“Mama juga rindu, sekarang ayo kita


pulang. Mama sudah siapkan banyak sekali
hadiah untuk mu.” Fernanda mengusap lembut
puncak kepala Kayla, meraih tangan putrinya itu
untuk ia genggam. Fernanda dengan sengaja
meninggalkan kopernya untuk Kayden bawa.

Untuk apa ia menyeret barang bawaannya


sendiri kalau ada Kayden di sini yang bisa ia
suruh sesuka hati.

105
Kayla berjalan bergandengan dengan
Fernanda sementara Kayden di belakang
membawa barang-barang milik Fernanda.

Carlos melirik sinis ke arah Kayden,


“Hati-hati membawanya, oleh-oleh untuk Kayla
bisa rusak jika kau membawanya sembarangan.”

Kayden tidak membalas, hanya diam


mengikuti dari belakang. Ah, belum ada satu
jam bersama tapi Kayden sudah dibuat jengkel
oleh Fernanda dan Carlos.

Satu hal kelemahan Kayla, Kayla itu


bodoh. Mudah sekali dibodohi, bahkan oleh
kedua orang tuanya sendiri dan Kayden. Karena
itu juga lah Kayden tidak mau Kayla bergaul
dengan laki-laki, entah laki-laki itu ada niat jahat
atau pun tidak.

106
Kayden merasa Kayla gampang dibodohi
dan laki-laki mudah melihat kesempatan yang
ada, bagi Kayden yang boleh membodohi dan
menyakiti Kayla hanya dirinya sendiri. Tidak
ada orang lain yang boleh melakukan itu kepada
Kayla selain dirinya.

Mereka berempat tidak langsung menuju


rumah, melainkan mampir ke sebuah restoran
untuk makan bersama.

Hal yang ingin Kayden rahasiakan dari


Fernanda dan Carlos tanpa sengaja Kayla
bocorkan. Soal Kayla yang sempat jatuh sakit,
untungnya Kayla hanya mengatakan kalau ia
sakit karena telat makan. Bukan karena
perdebatan mereka atas keinginan Kayla untuk
memiliki kekasih dan pergi ke klub malam.

Kayden bisa merasakan kakinya


ditendang oleh Carlos dari bawah meja. Tatapan

107
Carlos tajam, seolah memperingati Kayden
dengan apa yang akan ia lakukan kepada
Kayden sebagai hukuman karena telah lalai
menjaga Kayla.

“Tapi kau sudah baik-baik saja kan,


sayang?” Fernanda mengusap pipi Kayla,
menatap putrinya itu dengan tatapan khawatir.

Kayla menganggukkan kepalanya dengan


cepat, “Aku baik-baik saja Ma, Kayden menjaga
ku dengan sangat baik. Dia merawat ku saat aku
jatuh sakit, Kayden kakak yang hebat.” Kayla
memuji Kayden di depan Fernanda dan Carlos.

Sebenarnya Kayden sempat mengira


kalau Kayla akan mengadu soal ciuman paksa
yang Kayden lakukan padanya saat itu. Tapi
setelah Kayla sembuh dari sakitnya, mereka
justru bersikap seolah tidak ada yang pernah
terjadi di antara mereka.

108
Kayla juga tidak menceritakannya kepada
Fernanda dan Carlos. Jika saja Kayla
memutuskan untuk bercerita, maka habis
riwayat Kayden.

***

Saat Kayla dan Fernanda sedang


menonton televisi di ruang tamu. Carlos
memanggil Kayden untuk ikut ke ruang
kerjanya.

Untuk apa lagi kalau bukan untuk


menghukum Kayden karena telah lalai menjaga
Kayla hingga jatuh sakit?

Kayden masuk ke ruang kerja Carlos, ia


berdiri dalam diam saat Carlos mengunci pintu
ruang kerjanya. Membawa satu tongkat baseball
sebagai alat untuk menghukum Kayden.

109
“Kau tahu di mana letak kesalahan mu
bukan?” tanya Carlos sembari memutari
Kayden, tangannya bergerak memainkan
tongkat baseball tersebut. “Kau sudah ku
pungut dari panti asuhan sialan itu, ku beri
tempat tinggal mewah, ku beri makanan enak,
ku biarkan kau bermain peran sebagai putra ku
yang telah tiada. Tapi bertugas menjaga Kayla
saja kau tidak mampu?”

Kayden diam tak melawan, meski Kayla


sakit di luar tanggung jawabnya. Tapi Kayden
tahu kalau ia buka suara sedikit saja, pasti Carlos
akan menambah hukumannya.

Carlos mengayunkan tongkat baseball


tersebut, memukul punggung Kayden berkali
kali dengan tongkat tersebut.

110
Kayden tidak mengeluarkan suara sedikit
pun. Hanya menggigit bibirnya ketika ia
merasakan nyeri di punggungnya.

Tidak apa-apa, Kayden hanya perlu


menerima pukulan terakhir dari Carlos. Karena
mulai besok Carlos tidak akan bisa lagi
menyiksanya seperti ini. Kayden sudah berada
pada keputusan finalnya, ia akan melenyapkan
Carlos dari muka bumi ini.

Klang!

Tongkat baseball tersebut Carlos jatuhkan


ke lantai setelah ia puas memukuli punggung
Kayden.

“Kau boleh pergi sekarang, tapi camkan


Kayden, jika kau membuat kesalahan lagi. Aku
tidak akan segan-segan menambahkan
hukuman mu. Kau mengerti?” Carlos

111
mengibas-ngibaskan tangannya mengusir
Kayden dari ruang kerjanya.

Lagi katanya? Kayden mencemooh Carlos


dalam hati. Tidak akan ada kesempatan lagi bagi
Carlos untuk memukulinya, orang mati tidak
akan bisa bergerak apa lagi memukul.

Kayden keluar dari ruang kerja Carlos,


melangkah menuju kamarnya sendiri. Setelah
berada di kamar, Kayden melangkah mendekat
ke arah jendela kamarnya dan melihat ke luar.

Kayden memandang lurus ke arah mobil


milik Carlos yang terparkir di luar, sudut bibir
Kayden terangkat membentuk sebuah seringai
memikirkan hal buruk yang akan ia lakukan
pada mobil Carlos itu.

112
BAGIAN KESEMBILAN

Sarapan pagi hari ini tidak hanya ada


Kayla dan Kayden saja seperti sarapan hari
sebelumnya. Sarapan kali ini ada Fernanda dan
Carlos.

Carlos lebih dulu selesai sarapan, ia harus


berangkat ke kantor hari ini meski baru kemarin
pulang dari urusan bisnisnya di luar negeri.
Sebelum pergi Carlos menyempatkan diri
mengecup kening Kayla dan juga Kayden.

Ini hal yang membuat Kayden takjub akan


Carlos, sebenci-bencinya Carlos terhadap
dirinya, Carlos tetap bisa berakting
menyayanginya di depan Kayla. Bahkan sudi
untuk mengecup kening seseorang yang baru
semalam ia pukuli dengan tongkat baseball.

113
“Papa sudah akan berangkat, padahal
Kayla ingin ke kampus diantarkan Papa hari ini.”
Kayla merajuk, Carlos hanya terkekeh melihat
sikap manja Kayla.

“Besok, Papa janji akan mengantarkan


Kayla ke kampus. Sekarang Papa berangkat
dulu ya.” Carlos berpamitan pergi.

Dalam diam Kayden memperhatikan


punggung Carlos yang menjauh, tidak akan ada
hari esok bagi Carlos.

***

Kayden dan Kayla masih dalam


perjalanan menuju kampus saat handphone Kayla
berdering kencang. Sang Ibu menelepon,
padahal baru 20 menit yang lalu mereka
berpisah.

114
Kayla mendekatkan handphone ke telinga,
“Hallo, Ma.. ada apa? Apa ada barang yang
Kayla dan Kayden tinggalkan?”

Bukannya mendapat jawaban, yang Kayla


dengarkan hanyalah suara tangisan. Dalam hati
Kayla bertanya-tanya kenapa Ibunya itu
menangis?

Dua puluh menit yang lalu saat Kayla


berpamitan untuk berangkat kuliah, Ibunya
masih baik-baik saja. Masih tersenyum lebar
sembari menasihatinya untuk hati-hati.

Tapi kenapa sekarang Ibunya itu


menangis?

“Mama kenapa, Mama baik-baik saja kan?”


tanya Kayla khawatir, Kayden yang sedang
menyetir menoleh sekilas ke arahnya dengan
wajah pura-pura bingung.

115
“Kayla.. hiks.. Mama baru mendapat
telepon, katanya Papa mu kecelakaan nak.
Mama.. bingung.. Mama tidak tahu harus
bagaimana..”

Akhirnya suara Ibunya itu terdengar, tapi


ucapan sang Ibu itu justru membuat Kayla
terkejut. Apa ia tidak salah dengar? Ayahnya
kecelakaan? Bagaimana bisa?

“Mama tidak bercanda kan?” tanya Kayla


dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca
kaca menahan tangis.

“Untuk apa Mama bercanda soal hal


seperti ini Kayla.. Mama serius, Papa
kecelakaan.”

Kayla tidak sanggup lagi mendengar


tangisan Ibunya dari balik telepon. Kayla

116
dengan cepat menggerakkan tangannya
mencengkeram lengan Kayden yang tengah
sibuk menyetir.

“Putar balik mobilnya Kayden.”

“Ada apa? Apa kau meninggalkan buku


mu di rumah?” tanya Kayden dengan wajah sok
polosnya.

Kayla menoleh ke arah Kayden, air


matanya sudah tak lagi dapat ia bendung. “Papa..
Papa kecelakaan. Kita harus pulang dan
menjemput Mama, kita harus melihat keadaan
Papa di rumah sakit.”

“Papa kecelakaan?!” Kayden dengan tiba


tiba menghentikan laju mobilnya, “Kau tidak
bercanda kan Kayla?”

117
Kayla menggelengkan kepalanya pelan,
“Aku tidak bercanda, Papa kecelakaan. Kita
harus menemui Papa, aku tidak mau Papa
kenapa-kenapa.”

Kayden mengusap air mata Kayla yang


menetes membasahi pipinya. “Tenang saja,
Papa pasti baik-baik saja.”

Bohong.

Dalam hati Kayden justru sekarang


sedang menyumpahi Carlos mati. Berharap
kecelakaan itu menewaskannya hingga Kayden
tidak perlu lagi melihat wajah memuakkan
Carlos lagi.

***

Tangisan Fernanda dan Kayla terdengar


keras di telinga Kayden, mereka berdua

118
menangisi kematian Carlos. Carlos tewas tanpa
sempat mendapatkan pertolongan di rumah
sakit.

Kecelakaan yang Carlos alami sangat


parah, mobilnya hancur, beberapa bagian tubuh
Carlos pun hancur karena kecelakaan tersebut.

Setengah mati Kayden mencoba untuk


menitikkan air mata agar ia terlihat ikut berduka
atas kematian Carlos. Memastikan dirinya
terlihat sesedih mungkin.

Kayden bahkan bersikap sok peduli saat


Fernanda jatuh pingsan karena menangisi
kematian suaminya. Kayden bisa mendapatkan
penghargaan karena bakat alaminya dalam
berpura-pura.

Kayden membawa Fernanda yang


pingsan ke kamar sebelah, kondisi Fernanda

119
memprihatinkan. Kelopak matanya bengkak
karena banyak menangis. Setelah
membaringkan Fernanda di kamar rawat
sebelah, Kayden memutuskan untuk kembali
menemani Kayla yang masih menangisi
kematian Carlos.

***

Pemakaman Carlos ramai, para rekan


bisnis Carlos berdatangan untuk mengucapkan
bela sungkawa.

Kayden selalu berada di sisi Kayla dan


Fernanda, ia juga yang menjawab setiap ucapan
bela sungkawa dari orang-orang karena Kayla
sibuk dengan Ibunya yang terus saja melamun
dengan air mata menetes.

Tatapan Fernanda kosong, seolah masih


tak menyangka suami yang selama puluhan

120
tahun bersamanya kini telah tiada. Sudah tidak
terhitung berapa kali Fernanda jatuh pingsan
sejak kemarin, tapi meski begitu Fernanda tetap
tidak bisa melepas kepergian Carlos. Terlebih
lagi saat peti Carlos di kubur, Fernanda menjerit
tak terima. Meminta agar suaminya dikeluarkan
dan dibawa kembali ke dalam pelukannya.

Tapi tangisan dan teriakan Fernanda tak


berarti apa-apa. Peti Carlos tetap dikuburkan,
Fernanda hanya bisa mengikhlaskan dengan
menangis di pelukan Kayla, putrinya.

“Papa mu Kayla.. kemarin, baru kemarin


kita sarapan pagi bersama, tertawa bersama..
kenapa dia pergi secepat ini? Kenapa?”

Kayla tidak tahu harus merespons


bagaimana, Kayla juga terluka atas kepergian
Ayahnya untuk selamanya. Tapi ia harus tegar
demi sang Ibu.

121
Kayla hanya bisa memeluk Ibunya itu
erat-erat, menuntun Ibunya itu pergi
meninggalkan area pemakaman. Proses
pemakaman sudah selesai, mereka tidak bisa
terus menangis di pusara Carlos.

Kayla menatap Kayden yang membantu


membukakan pintu mobil, membantu Ibunya
masuk ke dalam mobil lalu duduk di bangku
kemudi. Melajukan mobil menuju rumah
mereka, rumah yang kini bukan lagi untuk
empat orang.

Kayla membiarkan Ibunya itu menangis


dalam sandarannya, menangis hingga jatuh
tertidur.

***

122
“Kau perlu istirahat Kayla, kau sudah
menjaga Mama sejak kemarin. Kau juga butuh
istirahat.” Kayden menepuk bahu Kayla yang
tengah duduk di pinggir ranjang Ibunya, “Biar
Mama aku yang jaga. Mama juga akan sedih
kalau melihat kau begini, kau putri
kesayangannya.”

Kayla mendongak menatap Kayden,


awalnya Kayla ingin menolak namun ketika
melihat wajah sedih Kayden. Kayla jadi merasa
bersalah, Kayden pasti kesulitan saat harus
mengurus semuanya. Pemakaman Ayah mereka,
pekerjaan yang Ayah mereka tinggalkan, dan
jika Kayla jatuh sakit juga seperti Ibu mereka
pasti Kayden akan semakin kesulitan.

Karena tidak ingin semakin merepotkan


Kayden, Kayla akhirnya menganggukkan
kepalanya. Ia akan beristirahat.

123
“Kau mau ku antar ke kamar mu?” tanya
Kayden kepada Kayla yang langsung dijawab
dengan gelengan oleh Kayla.

Kayla bangkit dari posisi duduknya di


pinggir ranjang, melangkah keluar dari kamar
ibunya itu. Kayla perlu membersihkan dirinya
sebelum beristirahat di kamar sendiri.

Setelah Kayla pergi, Kayden menutup


kamar Fernanda. Ia menatap Fernanda yang
berbaring di ranjang dengan tatapan mengejek.

“Menyedihkan sekali kau wanita tua.”


bisik Kayden pelan, “Kalau saja kalian tidak
membuat ku kesal, mungkin sekarang suami
sialan mu itu masih hidup.”

Kayden berbalik, hendak ikut keluar dari


kamar Fernanda. Siapa juga yang mau menjaga

124
wanita tua yang selalu menyiksanya sejak kecil.
Tidak ada untungnya bagi Kayden.

125
BAGIAN KESEPULUH

Keadaan Fernanda semakin memburuk


dan hal itu membuat Kayla terluka, Kayla sudah
berusaha membujuk Ibunya itu untuk makan
namun Ibunya itu selalu saja menolak.

Tidak sampai di situ saja, Fernanda juga


mulai bertingkah aneh. Mulai berhalusinasi
seolah Carlos masih hidup, kadang Kayla
memergoki Ibunya itu sedang tertawa-tawa
seolah tengah berbincang dengan mendiang
Ayahnya. Lalu beberapa menit kemudian
Fernanda akan mengamuk dan menangis ketika
mengingat Carlos telah tiada.

Hal ini benar-benar menyiksa batin Kayla,


melihat Ibunya mulai kehilangan akal sehat
membuat Kayla terluka. Luka dari ditinggal
pergi sang Ayah saja masih basah, tapi sekarang

126
ia harus melihat sang Ibu kehilangan
kewarasannya perlahan-lahan.

“Sepertinya kita harus membawa Mama


ke rumah sakit, Mama tidak bisa terus begini.
Aku tahu kau tidak ingin Mama dianggap gila,
tapi Kayla.. kalau begini terus kita bisa
kehilangan Mama.” Kayden duduk di sebelah
Kayla yang sebelumnya sibuk termenung, ia
meraih tangan Kayla yang terluka karena
pecahan kaca.

Sebelumnya Kayden sudah


memperhatikan bagaimana Kayla terluka
karena Fernanda, Kayla hanya ingin membantu
Fernanda untuk makan tapi Fernanda justru
menyerang Kayla dengan pecahan kaca dari
gelas minuman miliknya yang sempat terjatuh
ke lantai.

127
“Tapi bagaimana kalau mereka memaksa
Mama untuk dirawat di rumah sakit jiwa? Aku
tidak mau berpisah dari Mama.” Kayla
menggelengkan kepalanya, ia tahu Ibunya butuh
pertolongan profesional tapi Kayla tidak mau
berpisah dengan sang Ibu.

“Kayla.. aku tahu ini berat, ini juga berat


bagi ku Kayla. Tapi tolong pikirkan kondisi
Mama, ini demi kebaikan Mama sendiri. Kita
masih bisa mengunjungi Mama secara berkala,
Mama butuh pengawasan dan pengobatan dari
profesional. Kau tidak bisa mengatasi Mama
sendirian, jika dibiarkan Mama justru akan
semakin parah.” jelas Kayden sekali lagi, ia
mengusap punggung Kayla lembut. Berharap
Kayla terbujuk dengan perkataannya.

Lama Kayla terdiam, berpikir soal


keputusan yang akan ia ambil. Setitik air mata
jatuh ke pipinya saat ia dengan berat hati

128
menganggukkan kepalanya. Demi kebaikan
sang Ibu, Kayla harus rela melepas Ibunya pergi
untuk diobati.

Sudut bibir Kayden terangkat


membentuk sebuah seringai, rencananya
berjalan mulus. Kematian Carlos berhasil,
sekarang rencananya untuk menyingkirkan
Fernanda pun berhasil.

Satu hal yang Kayden rencanakan dan tak


Kayla ketahui, bahwa kegilaan Fernanda itu
bukan tanpa sebab. Kayden selama ini dengan
sengaja mencekoki Fernanda dengan obat
obatan agar Fernanda menggila di depan Kayla.

Kayden juga sudah bekerja sama dengan


orang dalam rumah sakit jiwa untuk tidak
membocori hal ini, Kayden ingin Fernanda di
tahan di rumah sakit jiwa selama hidupnya.

129
Dengan begitu Kayden bisa hidup berdua saja
di rumah ini dengan Kayla.

Kayden dengan gerakan lembut memeluk


Kayla, mengusap-usap punggung Kayla
perlahan. “Besok kita antarkan Mama berobat,
ya? Kau bisa kan?”

Kayla yang berada di dalam pelukan


Kayden hanya mengangguk. Tidak punya
pilihan lain selain mengikuti saran dari Kayden,
demi kebaikan Ibunya.

***

“Kayla.. kau tidak apa-apa, wajah mu


pucat. Seharusnya kau tidak usah masuk kuliah
saja, kenapa memaksakan diri.” Aleandra
menyentuh kening Kayla yang terasa hangat,
Aleandra khawatir dengan sahabatnya ini.
Lantaran baru-baru ini sahabatnya itu ditinggal

130
mati oleh Ayahnya, lalu sekarang Ibunya dibawa
ke rumah sakit jiwa. Aleandra paham ini berat
bagi Kayla, seharusnya Kayla tidak perlu masuk
kuliah.

Kayla seharusnya mengambil cuti kuliah


untuk menenangkan hati dan fisiknya yang
terluka karena dukanya. Tapi Kayla tetaplah
Kayla, memaksakan diri pergi kuliah dengan
alasan tidak ingin menyia-nyiakan waktunya.

“Kalau aku tidak kuliah, aku harus


melakukan apa lagi? Diam di rumah hanya akan
membuat ku semakin merindukan mendiang
Papa. Aku juga tidak boleh egois, Kayden jauh
lebih menderita dari ku. Bukan hanya aku yang
merasa kehilangan dan terluka, Kayden juga
merasakannya tapi Kayden tetap kuat di
samping ku, dia menampung semua beban di
punggungnya. Urusan kantor yang mendiang
Papa ku tinggalkan semuanya Kayden yang

131
mengurus, Mama masuk rumah sakit jiwa pun
Kayden yang mengurus. Aku hanya perlu kuliah
dengan benar saja aku tidak mampu.”

Kayla menunduk lemah, ia malu kepada


Kayden. Sebagai saudara Kayla merasa sangat
merepotkan dan bergantung pada Kayden.
Semua beban Kayden yang mengemban,
sementara Kayla hanya terus menangis dan
jatuh sakit berkali-kali. Sedangkan Kayden tidak
pernah mengeluh sedikit pun.

Kayden justru selalu berada di sisi Kayla,


memeluk Kayla tiap kali Kayla merasa terpuruk.

“Apa kau ada kelas lagi sekarang?” tanya


Aleandra pada Kayla yang dijawab gelengan
kepala oleh Kayla.

“Kalau begitu kau mau pulang, di mana


Kayden? Apa kau akan pulang dengannya?”

132
Kali ini Lorraine yang bertanya, ia siap
mengantarkan Kayla pulang jika Kayden tidak
bisa.

Kayla kembali menggelengkan kepalanya,


“Urusan Kayden di kantor akan selesai sebentar
lagi, aku akan pulang dengannya saja.”

“Kalau begitu kami akan menemani mu di


sini sampai Kayden datang.” Olivia duduk di
samping Kayla, tidak ada yang bisa mereka
lakukan sebagai sahabat selain terus berada di
sisi Kayla.

“Kay.. kalau kau butuh sesuatu atau


bahkan kau butuh tempat meluapkan emosi,
jangan sungkan ya. Kami siap menemani mu,
kau sahabat kami. Melihat mu sedih dan
terpuruk juga membuat kami sedih.” tambah
Olivia lagi.

133
Kayla menganggukkan kepalanya pelan,
“Terima kasih.”

***

“Bagaimana urusan kantor, apa itu


menyulitkan mu?” Kayla baru saja masuk ke
dalam mobil Kayden, setelah menunggu sekitar
30 menit bersama sahabatnya, akhirnya Kayden
muncul.

“Tidak juga. Kau tidak perlu khawatir,


masalah kantor itu biar jadi urusan ku.” Kayden
melajukan mobilnya menuju rumah mereka.

“Apa kau lelah?” tanya Kayla lagi, “Kau


mengurus mendadak mengambil urusan
perusahaan, kau juga kuliah. Apa kau tidak
lelah?”

134
Kayden menghentikan laju mobilnya, ia
menoleh ke arah Kayla. “Tentu saja aku lelah
Kayla, tapi kau tidak perlu khawatir soal ku oke?
Justru kau harus memperhatikan dirimu sendiri,
kau semakin kurus.”

Kayla terdiam, tentu saja ia kehilangan


banyak berat badan. Ia bahkan tak nafsu makan.

“Kayden.. aku punya satu permintaan.”

Kayden mengangkat satu alisnya, “Apa


itu?”

“Bolehkah sekali ini saja, aku minum. Aku


ingin melarikan diri dari sakit ini, aku ingin
melupakan semuanya. Aku ingin tidur dengan
nyenyak sekali saja. Tolong izinkan aku minum,
satu gelas saja. Aku janji.”

135
Kayden tahu apa yang Kayla maksud,
Kayla meminta untuk diizinkan minum-minum,
sebelumnya Kayden tidak pernah mengizinkan
Kayla melakukannya meski usia Kayla sudah
lewat dari cukup umur. Tapi kali ini, setelah
melihat ekspresi tersiksa Kayla, Kayden
akhirnya mengangguk.

“Baiklah.”

136
BAGIAN KESEBELAS

“Kayla.. kau berjanji hanya akan minum


satu gelas, ini sudah gelas ke empat.” Kayden
menarik gelas kosong dari tangan Kayla, tidak
mengizinkan Kayla untuk menenggak miras
lebih banyak lagi.

Tapi Kayla tetaplah Kayla, gelasnya


diambil oleh Kayden tidak membuat Kayla
menyerah. Kayla justru mengambil botol
minuman itu dan menenggaknya langsung dari
sana. Mengabaikan rasa terbakar di
tenggorokannya.

“Kayla!!” bentak Kayden lagi, Kayden


merampas botol tersebut dari tangan Kayla.

Kayla hanya memandang Kayden dengan


tatapan sayunya, wajah Kayla sudah memerah

137
karena mabuk. “Kayden.. sebanyak apa pun aku
minum, kenapa di sini tetap sakit?” Kayla
menepuk-nepuk dada kirinya, “Di sini rasanya
sakit sekali. Aku rindu Papa dan Mama, lebih
baik ditinggal pergi karena urusan bisnis dari
pada ditinggal seperti ini. Rasanya sangat sakit.”

Kayla memukul dadanya, berharap rasa


sakit di dadanya bisa berkurang dengan hal itu.
Tapi nyatanya tidak, rasa sesak yang Kayla
rasakan tak berkurang. Meski ia minum hampir
satu botol penuh whiskey, pedih di hatinya tak
kunjung reda.

Alih-alih lupa akan kesedihannya, Kayla


justru semakin dibayangi akan sosok kedua
orang tuanya yang kini tidak lagi bisa berada di
sisinya.

“Kayla..” Kayden menyentuh pipi Kayla


lembut, “Kau masih memiliki ku, aku selalu

138
berada di sisi mu. Baik dulu, sekarang, atau pun
selamanya aku akan tetap berada di sisi mu.
Mama dan Papa mungkin pergi jauh dari kita,
tapi tidak dengan ku. Aku akan selalu bersama
mu.”

Gerakan tangan Kayla yang memukul


dadanya berhenti, Kayla menatap Kayden
dengan tatapan putus asa. “Tapi sakit di dada ku
tak kunjung hilang Kayden, aku tidak bisa lupa.
Tolong aku.. rasanya sangat menyakitkan,
tolong buat aku lupa. Tolong buat aku lupa akan
kesedihan ini, aku benci perasaan ini Kayden.”

Kayla meracau, ia mabuk berat dan masih


menangis karena terbawa emosinya yang
meluap.

Kayden yang duduk di samping Kayla


segera meraih tengkuk Kayla, menghentikan

139
racauan Kayla dengan cara menyumpal bibir
Kayla dengan bibirnya.

Awalnya hanya kecupan saja, namun


sedetik kemudian bibir Kayden bergerak
melumat bibir Kayla yang terasa pahit karena
sisa whiskey.

Kayden kira tindakannya ini akan


mendapatkan penolakan dari Kayla seperti
sebelumnya, Kayden kira Kayla akan
mendorongnya dan menamparnya lagi karena
telah lancang mencium Kayla seperti malam itu.

Tapi alih-alih mendorong dan menampar,


Kayla justru mengalungkan tangannya di leher
Kayden dan membalas ciuman Kayden.

Kayden terkejut tentu saja dengan hal itu,


tapi ia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang
datang. Kayden memiringkan kepalanya

140
memperdalam ciumannya dengan Kayla.
Bahkan Kayden tak sungkan memasukkan
lidahnya ke dalam mulut Kayla.

Di malam yang sepi, di ruang tamu rumah


mereka. Kayla dan Kayden saling berciuman.
Saling meraup bibir satu sama lain dengan ganas,
seolah tindakan mereka itu tidak salah.

Tidak ada yang memikirkan soal moral di


sini, Kayla terlalu mabuk untuk sadar bahwa ia
melakukan tindakan gila. Sementara Kayden,
Kayden justru senang. Ini hal yang ia inginkan,
bibir Kayla yang ia dambakan akhirnya bisa ia
cicipi tanpa ragu.

Ciuman mereka terlepas, Kayla berusaha


kembali bernafas teratur, matanya tak lepas
memandang ke arah Kayden. Mereka berdua
saling memandang sejenak hingga keduanya

141
kembali memutuskan untuk menyatukan bibir
mereka kembali.

Tapi kali ini lebih ganas, lebih liar dan


lebih tidak tahu malu. Kayla kini berada di
pangkuan Kayden, Kayden mengangkatnya ke
pangkuannya dengan mudah tanpa melepaskan
ciuman mereka. Lidah mereka berdua beradu
mesra.

Tangan Kayden tak tinggal diam,


memanfaatkan situasi yang ada. Tangan Kayden
bergerak dari pinggang Kayla menuju dua
bongkahan sintal milik Kayla, meremas
payudara itu dengan gerakan lembut dan
menggoda.

Kayla mendesah tertahan, namun tak


mengelak saat Kayden menelanjanginya. Kayla
terlalu mabuk dan terlalu terbawa suasana untuk

142
menyadari bahwa ia kini sudah telanjang dada di
pangkuan Kayden.

Ciuman mereka kembali terlepas, namun


kali ini Kayden beralih mencumbu leher Kayla.
Membuat Kayla yang berada di pangkuannya
mendesah, desahan Kayla semakin menggila
saat cumbuan Kayden turun ke dadanya.
Memberikan jilatan di puting merah jambunya.

Jemari Kayla tak bisa tinggal diam, ia


meremas rambut Kayden bersamaan dengan
gelenyar nikmat yang ia rasakan saat kedua
puting dadanya dihisap dan digigit bergantian
oleh Kayden.

Kayla pasrah saat Kayden memindahkan


posisinya yang awalnya berada di pangkuan
Kayden kini berbaring di sofa. Pandangan
Kayla buram, ia tak bisa melihat jelas saat

143
Kayden menarik turun celana dan celana dalam
yang ia kenakan.

Kaki jenjang Kayla dibuka lebar,


membuat Kayden bisa melihat bagian inti Kayla
secara jelas. Kayla sudah basah dan sedikit
berkilat, Kayden memosisikan kepalanya di
antara kedua kaki Kayla. Menjulurkan lidahnya
menjilat benjolan kecil di sana yang berhasil
membuat Kayla menggelinjang tak karuan.

Melihat reaksi yang Kayla berikan,


Kayden semakin bersemangat. Ia menghisap
dan memainkan lidahnya di sana, membuat
Kayla semakin basah. Tubuh Kayla bergetar
hebat, cengkeraman Kayla pada sofa mengerat,
lolongan Kayla menandakan bahwa Kayla baru
saja orgasme karena oral sex yang Kayden
berikan.

144
Kayden menyeringai melihat Kayla yang
tampak bingung karena baru pertama kali
merasakan orgasme. Kayden tidak ingin buang
buang waktu, tidak ingin Kayla terlanjur sadar
dari mabuknya dan mendorongnya menjauh
tanpa sempat ia setubuhi.

Kayden tidak menelanjangi dirinya, ia


tidak sabaran. Lebih memilih menurunkan
resleting celananya dan mengeluarkan
kejantanannya yang sejak awal memang sudah
menegang keras.

Kayden mengarahkan kejantanannya ke


vagina Kayla yang basah karena baru orgasme,
meski Kayla sudah sangat basah dan licin hal
tersebut tidak serta merta membuat Kayden
mudah menyatukan tubuh mereka.

145
Kayla masih perawan, sulit bagi Kayden
untuk memasukkan kejantanannya meski Kayla
sudah dipenuhi lendir kenikmatannya sendiri.

Meski begitu Kayden tidak menyerah, ia


mendorong paksa kejantanannya untuk masuk.
Mengecupi kening dan pipi Kayla saat Kayla
meringis kesakitan.

“Shh..” desis Kayden berusaha membuat


Kayla tenang, semakin Kayla bergerak gelisah
maka semakin sulit mereka menyatu.

Kayden merasa ia sudah berhasil masuk


sebagian, ia memandang Kayla yang meringis
menunggu momen yang tepat untuk
menghentakkan dirinya masuk sepenuhnya ke
dalam diri Kayla.

Kayden mencium bibir Kayla kembali,


ingin mendistraksi Kayla dari rasa sakit yang

146
akan Kayla rasakan. Saat bibir mereka kembali
menyatu, Kayden menghentak tubuh Kayla
dengan keras. Membuat Kayla menjerit tertahan
oleh ciuman mereka.

Kayla menangis, namun hal tersebut tidak


membuat Kayden berhenti. Kayden melumat
bibir Kayla dengan rakus, mulai menggerakkan
pinggulnya maju mundur dengan perlahan.

Kayla kesakitan, Kayla meronta saat


pertama kali Kayden hentak namun setelah
beberapa menit kemudian Kayla mulai
mendesah. Mencakar bahu Kayden dan
membalas ciuman Kayden tak kalah ganasnya.

Malam itu, malam di mana seharusnya


mereka hanya minum-minum untuk melepas
stress. Mereka justru saling menyatu sama lain,
saling bergerak mencapai kenikmatan masing
masing.

147
Kayden melepas ciumannya, ia
memandang Kayla yang berada di bawahnya.
Telanjang bulat, penuh peluh dan terhentak
hentak. Pandangan ini membuat kejantanannya
yang berada di dalam diri Kayla semakin
mengeras.

Kayden melirik ke bawah, melihat


bagaimana kejantanannya keluar masuk vagina
Kayla yang sedikit berdarah. Ah, sial.. Kayden
semakin bergairah melihat hal itu.

Terlebih lagi saat matanya kembali


bertemu pandang dengan Kayla, Kayden
semakin mempercepat gerakkannya.
Menghentak Kayla sembari menggeram pelan,
menyemburkan larva hangatnya ke dalam rahim
Kayla.

148
“Shit.” maki Kayden pelan, ia tidak
menyangka kalau bercinta dengan Kayla akan
senikmat dan seindah ini. Kalau ia tahu, dari
dulu saja ia meniduri Kayla.

Sayangnya Kayden baru bisa meniduri


Kayla ketika orang tua sialan Kayla itu berakhir
ia singkirkan.

149
BAGIAN KEDUA BELAS

Kayla terbangun dengan badan yang


terasa amat pegal, rasanya seperti ia habis
dipukuli. Kepalanya pun terasa pening.

Hal yang pertama kali Kayla sadari saat ia


membuka mata adalah, ia berada di kamarnya.
Tapi satu hal yang membuat Kayla mengernyit
bingung, di sebelahnya ada Kayden yang tengah
tertidur pulas.

Kayla semakin kebingungan saat ia


merasakan selimut menyentuh langsung ke
kulitnya, Kayla membuka selimut yang
menutupi tubuhnya dan alangkah terkejutnya ia
saat melihat bahwa di balik selimut ia tidak
mengenakan apa-apa. Bukan hanya itu saja, tapi
di bagian bawahnya, Kayla merasa kesakitan,
perih, ngilu menjadi satu.

150
Dalam hati Kayla bertanya-tanya apa yang
sudah terjadi? Kenapa ia telanjang?

Kayla susah payah berusaha mengingat


ingat kejadian semalam, dan saat ia berhasil
mengingatnya, air mata Kayla jatuh. Ia dan
Kayden semalam berhubungan intim, karena
terlalu mabuk mereka berdua melakukan hal
yang tidak seharusnya.

Kayla menangis, dari sekian banyak laki


laki di dunia ini kenapa harus Kayden? Kenapa
harus Kayden yang menidurinya dan
mengambil keperawanannya? Kenapa?

Kayla sudah mati-matian berusaha untuk


membuang perasaan aneh yang selama ini
menggerogoti perasaannya, susah payah ia
berusaha mencari kekasih untuk membuang
rasa itu. Tapi sekarang hanya karena mabuk,

151
Kayla dan Kayden justru melakukan hal yang
Kayla takutkan terjadi.

Mereka semalam bercinta tanpa tahu


malu, seolah lupa dengan status mereka berdua
yang merupakan kakak beradik.

Kayla melirik ke arah Kayden yang masih


tertidur, bagaimana ini? Bagaimana dengan
hubungan mereka, mereka tidak mungkin bisa
bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi.
Kayla takut sekali, takut jika karena kejadian ini
hubungannya dengan Kayden akan merenggang.

Kedua orang tua mereka sudah tidak bisa


berada di sisi mereka lagi, Kayla tidak ingin
kehilangan Kayden juga.

Seharusnya semalam Kayla tidak minum


terlalu banyak, seharusnya semalam mereka

152
tidak minum sama sekali. Dengan begitu hal
seperti ini tidak akan terjadi.

Saat Kayla kembali melirik ke arah


Kayden di sebelahnya, kali ini Kayden sudah
tidak lagi tertidur. Kayden sudah terbangun dan
menatap Kayla dengan tatapan yang tak bisa
Kayla mengerti.

Dengan mata berkaca-kaca Kayla


meremas selimut yang menutupi tubuh
telanjangnya, “Kayden.. bagaimana ini, kita
sudah berbuat dosa.”

Kayden tidak membalas perkataan Kayla,


Kayden justru turun dari ranjang. Menyingkap
selimut yang menutupi tubuh telanjang Kayla
dan menggendong Kayla menuju kamar mandi.

“Kayden?” panggil Kayla sekali lagi,


namun tidak ada jawaban. Kayden tetap diam,

153
Kayden hanya mendudukkan Kayla di dalam
bath tub yang telah berisi air hangat.

Kayden dalam diam membantu


membasuh tubuh Kayla, membersihkan tiap
sela tubuh Kayla tanpa membalas tatapan
penuh tanya Kayla.

Keterdiaman Kayden membuat Kayla


frustrasi, Kayla mencengkeram tangan Kayden
yang sedang membasuh bahu telanjangnya.
Memaksa Kayden untuk menatapnya balik.

“Kayden, tatap aku..” paksa Kayla dengan


suara seraknya.

Kayden menatap Kayla, namun Kayden


tetap diam. Tak buka suara sedikit pun.

“Bagaimana dengan kita Kayden, kita..


bagaimana dengan hubungan kit—”

154
Belum sempat Kayla menyelesaikan
pertanyaannya, Kayden sudah menarik tengkuk
Kayla mendekat. Mengecup bibir Kayla sekali,
menunggu reaksi dari Kayla akan kecupan
tersebut. Tak ada reaksi yang Kayla berikan
membuat Kayden kembali mengecup bibir
Kayla sekali lagi, seolah ingin menjawab
pertanyaan yang berputar di kepala Kayla
dengan ciuman kecil tersebut.

Kayla terdiam, ia paham arti ciuman


tersebut. Jauh sebelum persetubuhan mereka
terjadi, Kayla sudah tahu kalau ada yang aneh di
antara mereka berdua. Kayla memiliki perasaan
tak wajar dan begitu pula dengan Kayden,
semalam perasaan tak wajar mereka berdua
lepas begitu saja. Dan sekarang menurut Kayla,
Kayden seolah sadar dengan perasaannya itu
dan tak ingin berhenti.

155
Mereka tidak bisa kembali lagi seperti
dulu, seperti kakak dan adik pada umumnya,
hubungan mereka telah melewati batas garis
seharusnya dan mereka tak bisa lagi mundur.
Bukan, bukan tak bisa. Tapi tak mau. Kayla
tidak mau mundur.

Kayla menarik kerah kemeja yang Kayden


kenakan, ia membalas ciuman Kayden kembali.
Persetan soal norma, perasaan ini tak bisa lagi
Kayla tampung dan tutupi.

Mereka berdua kembali berciuman, saling


melumat satu sama lain. Lebih ganas dari yang
mereka lakukan semalam, kali ini mereka
melakukannya dalam keadaan sadar. Bukan
karena mabuk apa lagi karena patah hati
ditinggal orang tua.

Kali ini mereka murni melakukannya


karena mau sama mau, mereka ingin

156
melampiaskan hasrat terpendam mereka
masing-masing.

Kayla memandang Kayden dengan


tatapan sayunya saat tautan bibir mereka
terlepas, Kayla tengah telanjang bulat di dalam
bath tub sementara Kayden duduk di pinggiran
bath tub.

Kayden mulai membuka kancing


kemejanya satu persatu, ia menelanjangi dirinya
sendiri sebelum masuk ke dalam bath tub
bersama Kayla.

Mereka kembali berciuman, saling meraba


tubuh satu sama lain di dalam rendaman air
hangat.

Kayla diam saja saat Kayden mengangkat


tubuhnya dan memangkunya, mengarahkan

157
kejantanannya itu untuk masuk kembali ke
dalam tubuh Kayla seperti semalam.

Mata Kayla terpejam karena menahan


rasa nyeri, ia duduk di pangkuan Kayden dalam
keadaan kejantanan Kayden mengisi penuh
bagian bawahnya.

Kayla tidak tahu bagaimana menjelaskan


perasaannya saat ini, rasanya berdebar, sedih,
senang, kecewa bercampur menjadi satu.

Desahan keluar dari bibirnya saat Kayden


menggerakkan tangannya membantu Kayla
untuk bergerak naik turun. Air yang berada di
antara tubuh mereka bergerak sesuai gerakan
pinggul Kayla.

Kayla bergerak bagai pelacur kecil, ia


menggerakkan pinggulnya sensual. Mengurut

158
kejantanan Kayden di bawah sana dengan otot
kewanitaannya.

Pagi itu mereka bercinta hingga berkali


kali di kamar mandi, mereka baru keluar dari
kamar mandi sekitar 2 jam setelahnya.

Kayden membawa Kayla yang telanjang


keluar dari kamar mandi, membantu Kayla
memakai pakaiannya dan kembali
menggendong Kayla menuju ruang makan di
lantai bawah.

Pipi Kayla memerah malu saat para


pelayan melirik ke arah mereka, Kayla yakin
para pelayan tahu apa yang telah terjadi.
Semalam mereka bercinta di ruang tamu,
sedangkan para pelayan tinggal bersama mereka.
Mustahil mereka tidak mendengar desahan
Kayla semalam di ruang tamu.

159
Tapi para pelayan itu tampak tidak peduli,
mereka memang harus begitu jika tidak ingin
dipecat. Berpura-pura tidak terjadi sesuatu,
tutup mata dan telinga akan apa yang terjadi.
Selama gaji mereka terbayarkan, mereka tidak
peduli apa lagi berani ikut campur urusan
pribadi majikan mereka.

Kayden mendudukkan Kayla di kursi


meja makan, di meja makan tersebut sudah
tersedia sarapan untuk mereka.

Mereka sarapan seolah sebelumnya tidak


terjadi hal gila di antara mereka berdua di kamar
mandi, setelah mereka selesai makan Kayden
bersiap untuk ke kantor sebentar lalu pergi
kuliah.

Sementara Kayla tidak kuliah hari ini,


Kayla tidak sanggup berjalan. Selangkangannya
masih sakit sekali, tubuhnya pun terasa remuk

160
redam. Kayla memilih untuk bolos kuliah,
sebelum Kayden berangkat, Kayden
menyempatkan diri mencuri kecupan di bibir
Kayla di depan para pelayan.

Kayden dan Kayla justru bersikap seperti


pasangan pengantin baru, bukan seperti kakak
beradik. Namun tidak ada yang berani protes
apa lagi menggunjingkan hal tersebut, mereka
tidak mau dipecat.

161
BAGIAN KETIGA BELAS

“Apa kau sakit, kenapa kau tidak masuk


kuliah lagi?”

Kayla baru saja mengangkat panggilan dari


Aleandra, Aleandra terdengar khawatir dari
balik telepon.

“Aku tidak apa-apa.” jawab Kayla singkat,


namun jawaban Kayla tidak membuat
Aleandra puas. Karena di sebrang sana, suara
Kayla justru terdengar serak seperti orang jatuh
sakit.

“Kami datang menjenguk mu ya?” tawar


Aleandra yang dengan cepat Kayla tolak.
“Kenapa tidak boleh, kami mengkhawatirkan
mu. Suara mu terdengar parau.”

162
“Tidak usah, aku baik-baik saja. Aku hanya
sedikit sakit karena telat makan, kalian tahu
kan aku mudah jatuh sakit karena terlambat
makan. Aku akan segera sembuh kalian tidak
perlu khawatir.” Kayla mengelak, ia tidak
mungkin membiarkan teman-temannya datang
kemari untuk menjenguknya.

Kayla tidak ingin Aleandra, Lorraine dan


Olivia melihat keadaannya sekarang. Kesulitan
berjalan, bibir bengkak, penuh tanda merah di
sekujur tubuhnya, dan juga suara serak. Jika
teman-temannya melihat hal ini mereka pasti
akan langsung paham dengan apa yang terjadi.

Teman-teman Kayla sudah hapal dengan hal


yang sepeti ini, melihat keadaan Kayla yang
berantakan hanya akan membuat mereka
menyadari bahwa ada yang tak beres antara
hubungan Kayla dan Kayden.

163
“Ingat Kayla, kau tidak perlu sungkan untuk
menghubungi kami. Kami siap jadi tempat mu
berkeluh kesah, jangan pendam kesedihan mu
sendiri oke? Kami ikut sakit jika melihat mu
sakit.”

Kayla menganggukkan kepalanya mengerti


meski Aleandra dan teman-temannya tidak bisa
melihat gerakkannya itu. “Terima kasih, kalian
memang sahabat terbaik ku.”

***

Para pelayan benar-benar tutup mata dan


telinga dengan apa yang terjadi di rumah,
mereka diam saja dan tak mau ikut campur saat
Kayden dan Kayla mulai sering bermalam satu
kamar.

Memang sejak dulu mereka sudah sering


tidur satu kamar, tapi dulu mereka murni

164
hanya tidur. Berbeda dengan kali ini yang
setiap malam selalu terdengar suara desahan
dan deritan ranjang.

Hubungan Kayden dan Kayla semakin


dekat, semakin intim dari sebelumnya. Di
depan publik mereka masih bersikap
selayaknya kakak adik. Tapi ketika mereka
sedang berdua saja, mereka bertingkah
bagaikan sepasang kekasih.

Saling mencumbu tanpa malu, seperti


sekarang ini Kayden dan Kayla sedang berada
di dalam mobil. Mereka sedang dalam
perjalanan menuju kampus mereka.

Salah satu tangan Kayden yang menganggur


berada di atas paha Kayla. Mengusap-usap
paha Kayla dengan gerakan lembut, sementara
Kayla sibuk bermain dengan handphonenya.

165
Kayla berdecak dan memukul tangan
Kayden saat jemari Kayden dengan nakalnya
masuk ke dalam rok Kayla. Membelai bagian
bawah Kayla dengan sengaja.

“Fokus menyetir Kayden!” omel Kayla


sembari menyingkirkan tangan Kayden dari
pahanya, Kayden yang dimarahi hanya tertawa
kecil.

***

“Aku senang kau sudah mulai ceria lagi


selama sebulan ini Kayla.” Lorraine yang
tengah duduk di hadapan Kayla itu angkat
bicara, kelas mereka telah selesai dan mereka
sedang bersantai di cafe dekat kampus.

“Ngomong-ngomong bagaimana keadaan


Mama mu?” Tanya Lorraine pada Kayla, ia

166
teringat kalau Ibu Kayla sampai saat ini masih
di rawat di rumah sakit jiwa.

Kayla menghela nafas berat, wajahnya yang


ceria mendadak murung. Membuat Lorraine
agak menyesal karena telah salah bertanya.
Tidak seharusnya ia bertanya soal keadaan Ibu
Kayla.

“Kondisinya memburuk, tidak ada kemajuan


sama sekali. Bahkan terakhir kali aku dan
Kayden mengunjungi Mama. Mama histeris,
Mama menunjuk-nunjuk ke arah Kayden dan
menyumpahi Kayden mati.” Kayla
menundukkan kepalanya, agak sedih saat
teringat wajah Ibunya kala itu.

“Kau dan Kayden di serang, apa kau


terluka?” kali ini Aleandra yang bertanya. Turut
prihatin dengan keadaan keluarga Kayla.

167
Kayla sekali lagi menggelengkan kepalanya,
“Tidak, Mama tidak menyerang ku. Mama
hanya menyerang Kayden. Mama tidak banyak
bicara, hanya mengulang kata mati berkali-kali.
Itu membuat ku merasa bersalah sekaligus
kasihan dengan Kayden, Kayden sudah
kesulitan mengurus perusahaan, kuliahnya,
bahkan menjaga ku. Tapi Kayden juga harus
menerima serangan dari Mama.”

“Apa tidak ada harapan Mama mu bisa


pulang dari rumah sakit jiwa?"

Kayla mengangkat bahunya, “Sepertinya


sulit, dokter juga menyarankan untuk tidak
memaksa membawa Mama pulang karena
Mama berpotensi menyakiti orang sekitar. Aku
dan Kayden hanya bisa mengunjungi Mama
saja secara rutin, ku harap kunjungan
berikutnya kami akan mendapatkan kabar
baik.”

168
Aleandra, Lorraine dan Olivia
menganggukkan kepala mereka mengamini.
Berharap masalah Kayla cepat berlalu.

Pintu cafe terbuka, terlihat Kayden masuk


dan menghampiri meja mereka. Kayden yang
datang segera memeluk Kayla dari belakang
dan mengecup puncak kepala Kayla di depan
para sahabat Kayla. Tak lupa Kayden
membisikkan sesuatu di telinga Kayla yang
masih bisa sahabat Kayla dengar meski samar.

“Bisa ikut aku sebentar?”

Aleandra berdeham canggung melihat itu,


begitu pula dengan Olivia dan Lorraine yang
berpura-pura sibuk dengan minuman mereka.

169
“Maaf tinggal kalian sebentar dulu, kalian
tidak masalah kan aku pergi sebentar? Aku titip
tas ku ya.”

Ketiga sahabat Kayla itu mengangguk


bersamaan, “Ya, jangan lama-lama.” Aleandra
melambaikan tangannya, tersenyum pada
Kayla dan Kayden yang melangkah keluar dari
Cafe.

Olivia melirik ke arah Aleandra, “Perasaan


ku saja atau hubungan Kayla dan Kayden
terlihat semakin dekat?”

Alis Aleandra terangkat, ia bingung dengan


perkataan Olivia barusan. “Bukannya mereka
memang sudah dekat dari dulu?”

“Mereka memang sudah dekat dari dulu, tapi


belakangan ini semenjak Kayla sempat berhari
hari tak masuk kuliah. Mereka jadi terlihat

170
tambah dekat, mereka justru semakin terlihat
seperti sepasang kekasih di mata ku.” Lorraine
ikut angkat bicara.

“Mungkin mereka begitu untuk saling


menguatkan satu sama lain, kalian tahu sendiri
mereka sudah tidak punya sanak saudara
lainnya untuk menjadi tempat bersandar dan
berbagi beban. Kita hanya bisa berharap
semoga masalah Kayla bisa cepat teratasi.”
Aleandra menengahi, tak ingin sahabatnya
berpikiran buruk tentang hubungan Kayla dan
saudara kembarnya.

“Orang-orang mulai menggunjingkan Kayla


dan Kayden, mereka bahkan mulai menyebar
gosip yang tidak-tidak. Aku hanya berharap
semoga gosip itu bukan sungguhan.” Olivia
menghela nafas berat, ia kembali teringat gosip
yang ia dengar dari orang-orang di fakultasnya
tentang Kayla dan Kayden.

171
Banyak yang menyebut Kayla brother
complex, ada juga yang menyebut Kayden
sister complex. Bahkan ada yang menghina
mereka dengan kalimat sweet home Alabama.

Olivia hanya bisa berharap kata-kata hinaan


itu tidak sampai ke telinga Kayla, Olivia tidak
mau Kayla kembali down setelah akhirnya ia
bisa kembali ceria.

***

“Kau mau mengajak ku ke mana, Kayden?”


Kayla kebingungan saat Kayden menarik
tangannya masuk kembali ke area gedung
kampus, melewati lorong kosong dan
membawanya memasuki satu ruang kelas yang
sudah lama tak terpakai.

172
“Kenapa kita kemari?" Tanya Kayla sekali
lagi.

“Aku harus ke kantor setelah ini, dan


sepertinya aku tidak akan pulang karena harus
lembur mengurus masalah kantor. Besok juga
aku tidak bisa berangkat ke kampus dengan
mu, aku tidak ada kelas dan akan terus berada
di kantor. Kau tahu maksud ku kan?” Kayden
mendekati Kayla, tangannya terulur menyentuh
bibir merah muda Kayla, mengelus bibir
tersebut dengan gerakan lembut.

Kayla tahu maksud Kayden, sejak pagi


memang Kayden sudah terlihat
menginginkannya. Saat di mobil saja tangan
Kayden sudah nakal menjamahnya, sepertinya
nafsu Kayden sudah tidak terbendung terlebih
lagi Kayden tidak akan pulang bersamanya hari
ini.

173
Kayla akan tidur sendirian malam ini.

Kayla yang mengerti dengan apa yang


Kayden inginkan pun mengangguk
memberikan Kayden persetujuan, ia
mengalungkan tangannya di leher Kayden saat
Kayden menggendongnya dan
mendudukkannya di salah satu meja kosong.

Kayden membuka lebar kaki Kayla,


menaikkan rok yang Kayla kenakan dan
menyingkap celana dalam Kayla. Mereka tidak
punya banyak waktu, Kayden harus segera ke
kantor. Kayden menurunkan resleting
celananya, mengeluarkan kejantanannya yang
sejak awal memang sudah mengeras itu dan
mengarahkannya ke liang vagina Kayla.

Tanpa ba-bi-bu Kayden menghujam masuk


dirinya ke dalam diri Kayla, mereka berciuman

174
sembari Kayden menghentak tubuh Kayla
dengan cepat.

Kayla sudah terbiasa dengan hal ini,


melakukan quickie dengan Kayden. Tapi
biasanya mereka melakukannya di rumah,
seperti di meja makan, di ruang kerja mendiang
Ayah mereka, kamar mandi. Untuk pertama
kalinya mereka melakukan hal seperti ini selain
di rumah dan hal itu sangat mendebarkan,
membuat keduanya entah mengapa semakin
bersemangat.

Kayden meraup bibir Kayla dengan


ganasnya, gerakan pinggulnya semakin cepat
memompa Kayla. Mereka berdua terlalu asik
dengan kegiatan gila mereka itu sampai-sampai
tidak menyadari bahwa ada sepasang mata
yang sebenarnya tengah mengintip kegiatan
gila mereka itu.

175
BAGIAN KEEMPAT BELAS

Johanes berdecak sebal, beberapa hari ini


Kayden membuatnya jengkel bukan main.
Menurut Johanes, sejak Ayah Kayden
meninggal dan Kayden turun tangan mengurus
perusahaan keluarganya. Kayden jadi
sombong, tak mau bertegur sapa bahkan
sekedar nongkrong dengannya.

Yang paling membuat Johanes kesal adalah


ketika Kayden dan dirinya ditugaskan dalam
satu kelompok, niat Johanes baik. Dia ingin
mengerjakan tugas kelompok mereka sendiri,
karena Johanes tahu akhir-akhir ini Kayden
sedang tertimpa masalah dan sedang sibuk
sibuknya soal perusahaan keluarganya.

Tapi jawaban Kayden atas tawaran yang


Johanes berikan justru membuat Johanes

176
tersinggung, Kayden saat itu menatap Johanes
dengan tatapan yang seolah merendahkan.
Mengatakan kalau Kayden tidak percaya
dengan Johanes, Johanes tidak sepintar dirinya
dan kemungkinan justru akan membuat
mereka berdua mendapat nilai yang tidak
memuaskan.

Padahal maksud Johanes baik tapi penolakan


Kayden yang terkesan merendahkan itu
membuat Johanes jadi ditertawakan oleh
teman kelompok lainnya.

Johanes melirik sinis ke arah Kayden yang


melengos pergi keluar dari kelas setelah kelas
mereka selesai, ke mana lagi Kayden pergi
kalau bukan untuk menemui adik
kesayangannya itu.

Tangan Johanes terkepal kuat, si sombong


itu. Dia tidak tahu saja kalau di belakangnya

177
banyak orang yang menggunjingkannya dan
juga adik kembarnya.

Johanes ikut keluar dari ruang kelasnya,


hendak menuju toilet untuk membasuh
wajahnya. Johanes masih ada kelas lain satu
jam lagi. Ia harus meredakan emosinya, ia tidak
akan bisa belajar dengan benar jika emosinya
masih membara.

Saat Johanes hendak masuk ke dalam toilet


khusus laki-laki, Johanes tidak sengaja melihat
di kejauhan sana ada Kayden dan Kayla yang
berjalan melewati lorong kosong menuju ruang
kelas yang tak terpakai.

Satu alis Johanes terangkat melihat hal


tersebut, kenapa mereka berdua ke sana?
Tempat itu sudah lama dikosongkan karena
jarang di pakai, karena penasaran Johanes
mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam

178
toilet. Johanes justru melangkahkan kakinya
menuju ke ruangan kelas kosong yang Kayden
dan Kayla masuki.

Johanes sengaja melangkah mengendap


ngendap, berusaha agar kehadirannya tidak
diketahui oleh Kayden dan Kayla. Setelah
sampai, Johanes berusaha mendorong sedikit
pintu ruang kelas yang terpakai tersebut agar ia
bisa mengintip ke dalam.

Awalnya Johanes kesulitan untuk bisa


mengintip, namun setelah ia berhasil melihat
ke dalam tanpa ketahuan. Johanes terkejut
bukan main dengan apa yang ia saksikan
dengan kedua bola matanya itu.

Kayden dan Kayla di dalam ruang kelas tak


terpakai itu sedang bersetubuh, Johanes
menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya,

179
Kayden dan Kayla saling bercumbu satu sama
lain dalam keadaan tubuh saling menyatu.

Johanes memang sudah sejak lama menduga


ada yang tidak beres dengan Kayden, tapi ia
pikir hanya Kayden yang memiliki sister
complex terhadap Kayla. Johanes tidak
menyangka kalau ternyata mereka melakukan
hubungan incest.

Dari banyaknya wanita yang mengejar


Kayden, Kayden justru berhubungan intim
dengan adik kembarnya sendiri. Melihat itu
Johanes merasa mual.

Ia hendak pergi menjauh setelah mengetahui


fakta mengejutkan itu, namun langkah Johanes
terhenti ketika ia kembali mengingat
kesombongan Kayden kepadanya. Pikiran
jahat mulai muncul di kepala Johanes.

180
Jika anak-anak kampus tahu soal hubungan
gila Kayden dengan adik kembarnya itu,
apakah Kayden masih bisa bersikap sombong
dan menganggap rendah Johanes? Siapa yang
tahu bukan.

Johanes mengeluarkan handphonenya dari


dalam saku, alih-alih pergi menjauh, Johanes
justru merekam aksi gila Kayden dan Kayla itu
dari kamera handphonenya. Dengan begini
Kayden tidak akan bisa lagi menanggap remeh
Johanes, justru Kayden lah yang akan
dipandang remeh oleh semua orang.

***
Kayla kembali menemui sahabatnya di cafe,
ia datang dengan keadaan berkeringat. Para
sahabatnya menatap Kayla dengan tatapan
aneh, dalam hati mereka bertanya-tanya apa
yang Kayla lakukan sampai berkeringat begitu.

181
Kayla yang sadar akan tatapan para
sahabatnya itu tertawa canggung, mulai
mengarang kebohongan. "Aku berlari kemari
takut kalian menunggu ku terlalu lama, aku jadi
berkeringat begini."

***

Johanes tersenyum licik, ia menonton


kembali hasil rekaman video yang ia ambil
diam-diam itu.

Masih dengan senyum liciknya Johanes


mengirim video tersebut ke grup fakultasnya.
Dalam hitungan detik handphone Johanes yang
awalnya sepi itu mulai ramai membahas video
yang baru saja Johanes kirimkan.

Banyak reaksi yang muncul, mulai dari


terkejut, jijik, menghina, memuji tubuh molek
Kayla, hingga ada yang berkomentar bahwa

182
mereka sudah menduga kalau Kayden dan
Kayla itu pasangan incest.

Video yang awalnya Johanes sebar di grup


fakultasnya mulai tersebar lebih jauh, bahkan
ke grup fakultas lain. Tidak terkecuali grup
fakultas Kayla dan para sahabatnya.

Kayla dan para sahabatnya masih berada di


cafe saat handphone mereka semua berdering,
mereka mengecek handphone mereka masing
masing dan terkejut bukan main dengan apa
yang baru saja mereka lihat.

Baik Aleandra, Lorraine dan Olivia mereka


bertiga menonton video porno Kayla dan
Kayden, mereka mendongak melihat Kayla
yang wajahnya mendadak pucat pasi.

183
Belum sempat Lorraine mengatakan sesuatu,
Kayla sudah lebih dulu melarikan diri karena
malu.

Kayla kabur dengan wajah pucat pasi, ia


tidak menyangka kalau aksi mesumnya dengan
Kayden di ruang kelas tak terpakai ternyata di
rekam oleh seseorang. Terlebih lagi disebar.

Dengan tangan gemetar Kayla berusaha


menghubungi Kayden, ingin memberitahukan
soal hal ini. Namun Kayden sulit dihubungi,
Kayden pasti masih dalam perjalanan menuju
kantor.

Kayla yang berdiri di pinggir jalan mulai


gelisah, anak-anak kampus yang berada di
sekitarnya mulai berbisik-bisik tentangnya.

Kayla merasa mual, ia takut sekali dengan


situasi ini. Baru saja Kayla hendak

184
menghentikan taksi untuk pulang. Ketiga
sahabatnya menghentikannya.

"Kayla kita perlu bicara." Lorraine


menggenggam pergelangan tangan Kayla erat
erat.

Kayla malu, ia tidak punya keberanian untuk


menatap wajah ketiga sahabatnya lagi. Pasti
dalam hati sahabatnya, sahabatnya itu
menganggap Kayla sebagai wanita murahan
dan gila. Yang mau-mau saja tidur dengan
saudara kembarnya sendiri.

Rasanya Kayla belum siap untuk dimusuhi


sahabatnya, ia mengelak ingin melarikan diri
namun Lorraine masih menahannya. Kayla
tidak lebih kuat untuk bisa lepas dari
cengkraman tangan Lorraine.

185
Kayla tidak punya pilihan lain selain
menuruti kemauan Lorraine untuk bicara,
mungkin sudah saatnya Kayla jujur dengan
ketiga sahabatnya itu.

***

Kayden baru saja sampai di kantor,


handphonenya mati karena kehabisan batrai.
Sesampainya di ruang kerjanya Kayden segera
men-charge handphonenya itu tanpa
menyalakannya terlebih dahulu.

Kayden segera duduk di kursinya dan


mengerjakan dokumen-dokumen yang harus ia
pelajari dan ia tanda tangani. Kayden sibuk
sampai tak sempat menyentuh handphonenya
sama sekali.

Tidak tahu menahu kalau video mesumnya


dengan Kayla sudah tersebar ke mana-mana.

186
***

"Apa video itu benar, Kayla?" tanya Lorraine


pada Kayla dengan nada bicara seriusnya. Jujur
ia terkejut dengan video yang sebelumnya ia
tonton, video mesum antara Kayla dan
Kayden.

Kayla terdiam, jari jemarinya gemetar karena


ketakutan. Aleandra tak tega melihat hal itu, ia
menggenggam tangan Kayla lembut, berusaha
membuat Kayla sedikit lebih tenang.

"Tenang, Kayla.. kami di sini bukan untuk


menghakimi mu. Kami hanya ingin tahu apa
yang sebenarnya terjadi sehingga kami bisa
membantu mu." Aleandra berusaha
menjelaskan dengan tenang, takut jika Kayla
salah paham dengan cara bicara Lorraine yang
terkesan menuntut.

187
"Katakan Kayla, video itu video asli atau
editan?" tanya Lorraine lagi, tapi kali ini ia
berusaha membuat nada suaranya lebih lembut
dari sebelumnya.

Kayla akhirnya menggelengkan kepalanya,


"Itu bukan editan." jawab Kayla pelan.

Ketiga sahabat Kayla itu membuang nafas


berat, ternyata video tersebut benar.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan hal seperti


itu dengan Kayden, apa Kayden memaksa mu?
Apa dia mengancam mu, katakan pada kami
Kayla, apa dia memperkosa mu?" Lorraine
kembali bertanya, ia bersusah payah menahan
emosinya namun ia tidak bisa. Tidak setelah ia
mengetahui bahwa Kayla benar-benar telah
ditiduri oleh Kayden.

188
Kayla lagi-lagi menggelengkan kepalanya,
"Kayden tidak memaksa ku, mengancam ku,
apa lagi memperkosa ku."

Olivia menghela nafas berat, ia ikut buka


suara. "Jadi kalian melakukannya atas dasar
mau sama mau?"

Kali ini Kayla mengangguk, dan anggukan


kepala Kayla itu membuat Lorraine agak
jengkel.

"Ada banyak laki-laki di dunia ini Kayla,


kenapa dari sekian banyak laki-laki kau justru
memilih tidur dengan saudara kembar mu
sendiri? Apa kau gila?"

Kayla mulai meneteskan air mata, ia tahu ia


salah, ia telah gila karena tidur dengan Kayden
tapi Kayla juga tidak mengerti kenapa dirinya
bisa begini.

189
"Aku.. aku juga awalnya tidak mau, kalian
tahu sendiri aku sudah berusaha mencari
kekasih. Tapi malam itu, malam di saat aku dan
Kayden benar-benar berada di masa terberat
kami, kami berdua mabuk berat dan berakhir
melakukan sex. Aku menyesal tentu saja, tapi
karena sex itu juga aku jadi sadar akan perasaan
ku sendiri, bahwa selama ini aku sebenarnya
sudah jatuh cinta dengan Kayden. Selama ini
aku tidak pernah bisa punya kekasih bukan
hanya karena Kayden yang terlalu protektif,
tapi karena aku juga tidak pernah bisa benar
benar membuka hati untuk orang lain selain
Kayden."

"Apa Kayden juga merasakan hal yang


sama?" Tanya Olivia lagi.

"Ya, Kayden bilang dia tidak bisa lagi


menganggap ku seperti adik. Sejak hari itu

190
kami mulai bersikap layaknya sepasang
kekasih, aku dan Kayden saling mencintai."

"Tapi kalian berasal dari rahim yang sama


Kayla, kau dan dia itu saudara kembar. Kalian
tidak bisa bersama, kalau pun kalian berdua
memaksa untuk bersama jika kalian punya
anak nanti, anak kalian berdua besar
kemungkinan akan lahir cacat." kali ini
Aleandra ikut menjelaskan, ia paham kalau
Kayla mencintai Kayden tapi cinta antara
saudara kembar itu tidak benar, terlebih lagi
sampai berhubungan badan.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku mencintai


Kayden, aku tidak bisa hidup tanpanya." tangis
Kayla lagi.

"Kau bisa Kayla, kau bisa hidup tanpa


Kayden. Kau sekarang ini hanya sedang
terbawa suasana, karena Kayden yang selalu

191
berada di sisi mu selama ini. Hubungan mu
dengan Kayden tidak bisa diteruskan, senang
atau pun tidak senang kalian harus mengakhiri
hubungan gila kalian itu sebelum semuanya
terlambat."

192
BAGIAN KELIMA BELAS

Kayden masih sibuk dengan pekerjaannya


saat Sean masuk ke ruangannya dengan wajah
tegang, Sean membawa tablet di tangannya dan
menunjukkan berita yang sedang menjadi topik
hangat kali ini.

Di headline portal berita tersebut terpasang


foto Kayden dan Kayla, berita tersebut
memuat soal hubungan terlarang antara
Kayden dan Kayla, berserta video mesum
Kayden dan Kayla yang tersebar.

Kayden berdecak kesal, ah.. padahal


pekerjaannya sedang sangat menumpuk,
kenapa masalah harus datang di saat seperti
ini?

193
Kayden mengambil handphonenya yang
sedang di-charge, mencoba mendial nomor
Kayla, ingin memastikan kalau Kayla baik-baik
saja namun Kayla tak kunjung mengangkat
panggilannya. Kayden mengirim pesan pun tak
kunjung di balas.

Ada apa dengan Kayla, apa Kayla baik-baik


saja?

Sean, mantan sekretaris Carlos yang kini


menjadi sekretaris Kayden itu kembali
melaporkan kepada Kayden bahwa saham
perusahaan mereka turun drastis sejak berita
tersebut muncul.

Para pemegang saham, investor dan dewan


direksi lainnya pun komplain atas pemberitaan
yang ada. Menganggap bahwa ini aib bagi
perusahaan.

194
Kayden berdecak kesal, ia tidak bisa
memikirkan soal perusahaan sekarang. Yang
ada dipikirannya hanyalah Kayla. Kayden
khawatir terjadi sesuatu kepada Kayla, terlebih
lagi Kayla sekarang tidak bisa dihubungi,
membuat Kayden semakin diliputi perasaan
khawatir.

Persetan soal urusan kantor, saham


perusahaan yang terjun bebas, Kayden tidak
peduli. Untuk saat ini yang menjadi
prioritasnya adalah Kayla.

“Aku akan kembali lagi nanti.” Kayden


berlari keluar ruang kerjanya, ia harus pulang
sekarang dan mengecek keadaan Kayla.
Sebelum Kayden melihat dengan mata
kepalanya sendiri bahwa Kayla baik-baik saja
maka Kayden belum bisa tenang.

195
Sean ingin menghentikan Kayden namun
percuma, Kayden sudah lebih dulu masuk ke
dalam lift. Kalau pun Sean sempat
menghentikan Kayden, Sean sangsi kalau
Kayden mau menurutinya untuk tidak pergi.

Sekarang Sean harus melakukan tugasnya,


mereport semua artikel berita yang memuat
hubungan terlarang antara Kayden dan Kayla
sebelum pemberitaan itu semakin berdampak
buruk bagi nasib perusahaan.

***

Kayden melajukan mobilnya dengan


kecepatan tinggi menuju rumah, menyalip
beberapa kendaraan lain yang menghalangi
jalannya.

196
Sesampainya di rumah, Kayden melangkah
lebar-lebar masuk ke dalam sembari berteriak
memanggil-manggil nama Kayla.

“Kayla!” teriak Kayden sembari menaiki


anak tangga menuju kamar milik Kayla, saat
hendak masuk ke dalam Kayden terhalang oleh
pintu kamar Kayla yang ternyata terkunci.

Untuk pertama kalinya setelah sebulan ini


Kayla kembali mengunci pintu kamarnya.
Biasanya sebulan ini Kayla tidak pernah
mengunci kamarnya, selalu membiarkan
Kayden dengan mudahnya keluar masuk.
Terlebih lagi selama sebulan ini mereka selalu
tidur satu kamar secara bergantian, kadang di
kamar Kayla dan kadang di kamar Kayden.

“Kayla buka pintunya!” Kayden masih


berteriak memanggil nama Kayla, menggedor
gedor pintu tersebut agar terbuka.

197
Awalnya Kayden sudah berniat mengambil
kunci cadangan agar bisa masuk, namun baru
saja ia ingin melangkah pergi menuju lemari
penyimpanan. Pintu kamar Kayla sudah lebih
dulu terbuka, pintu tersebut terbuka dan
menunjukkan Kayla yang dalam keadaan
berantakan.

Pakaian Kayla masih sama dengan pakaian


yang Kayla kenakan ke kampus sebelumnya,
yang berbeda adalah rambut Kayla yang acak
acakan serta jejak-jejak tangis di wajahnya.
Sepertinya Kayla sudah menangis berjam-jam
karena masalah ini.

Kayden merutuki dirinya sendiri dalam hati,


seharusnya ia bisa menyadari soal berita itu
lebih cepat lagi. Dengan begitu Kayden bisa
lebih cepat menemui Kayla dan menenangkan
Kayla dari perasaan takutnya.

198
“Kayden.. bagaimana ini video kita tersebar,
semua orang membicarakan kita. Aku takut..”
Kayla kembali menangis, ia sudah melihat isi
pesan di handphonenya yang berisi kata makian
terhadap dirinya, belum lagi tayangan televisi
yang memuat tentang dirinya dan juga Kayden.

Kayden mengusap air mata Kayla,


membawa Kayla masuk kembali ke dalam
kamar dan duduk bersama di pinggir ranjang.

“Jangan pikirkan perkataan orang, aku akan


urus semuanya. Kau tenang saja.” Kayden
mengusap lembut pipi Kayla yang basah
karena air mata, tapi Kayla menepis tangan
Kayden itu membuat Kayden mengerutkan
keningnya tidak senang.

“Tidak bisa Kayden, aku tidak bisa tenang.


Semua orang menghina kita, sahabat-sahabat

199
ku pun sudah tahu soal hubungan kita. Mereka
bilang hubungan kita salah, kita tidak
seharusnya begini. Kita itu saudara kembar.”

Kayden berdecak, lagi-lagi sahabat sialan


Kayla itu berusaha mempengaruhi pikiran
Kayla, Kayden tidak bisa tinggal diam. Dia
tidak mau kehilangan apa yang sudah ia miliki
sekarang ini, susah payah ia bisa berada di
tahap hubungan ini dengan Kayla dan sekarang
mereka harus berhenti hanya karena hubungan
mereka dianggap tabu dan dosa bagi orang
orang. Yang benar saja, Kayden tidak akan
pernah mau berpisah dari Kayla.

“Teman mu itu bilang apa?" Tanya Kayden


dengan suara beratnya. Matanya menggelap
karena menahan emosi.

“Mereka bilang hubungan kita sudah


seharusnya berakhir, hubungan kita hanya akan

200
membawa hal buruk. Baik gunjingan dari
orang lain sampai kecacatan. Jika kita
meneruskan hubungan tidak wajar ini dan aku
berakhir hamil, anak kita nanti bisa terlahir
cacat.” Kayla sebenarnya tidak mampu
mengatakan hal ini tapi kalau dipikir-pikir apa
yang sahabatnya katakan kepadanya ada
benarnya. Ini demi kebaikan mereka berdua.

“Jadi kau mau hubungan kita ini berakhir?


Apa kau bisa kembali memandang ku sebagai
saudara kembar mu, sebagai kakak mu bukan
sebagai laki-laki yang kau cintai, apa kau bisa?”
tanya Kayden sekali lagi kepada Kayla, suara
Kayden masih sama beratnya. Sarat akan
amarah yang tertahan.

Kayla menggelengkan kepalanya pelan, ia


kembali terisak. Jujur saja Kayla tidak akan bisa
melihat Kayden sebagai sosok saudara

201
kembarnya lagi. Tidak setelah apa yang mereka
lewati bersama.

“Aku tidak bisa Kayden, tapi hubungan kita


tetap salah. Sebagaimana pun kita berjuang di
sini, kita tidak akan pernah bisa menang.
Karena sejak awal hubungan kita sudah
salah.” Kayla berat mengatakan ini tapi
omongan sahabatnya benar, hubungan mereka
salah dan tidak akan bisa diterima masyarakat.
Apa mereka sanggup menerima hinaan dari
orang lain lebih lama demi cinta mereka yang
tak seharusnya?

“Jadi kau ingin hubungan kita ini berakhir?”

Kayla kembali menunduk, ia tidak bisa


menjawab. Ia terlalu nyaman dengan
hubungannya sekarang dengan Kayden. Kayla
akui ia menyukai Kayden lebih dari kasih
sayang adik kakak.

202
Kayla tidak yakin apakah ia sanggup kembali
menjadi seperti dulu, seolah tidak terjadi apa
apa di antara mereka. Atau bahkan saling
menjauh satu sama lain, Kayla tidak yakin.

“Kau tidak bisa menjawab ku kan? Kau juga


mencintai ku kan Kayla, sama seperti aku
mencintai mu.” Kayden meraih tangan Kayla
dan menggenggamnya erat, “Tidak usah
pikirkan kata orang lain, aku akan selesaikan
semua masalah ini agar kita berdua bisa
bersama. Aku tidak akan menyerah akan
hubungan kita, meski orang melempari kita
batu sekali pun aku tetap tidak akan
melepaskan mu.”

Kayla mendongak, balik menatap Kayden. Ia


sedikit mendapat ketenangan dan kekuatan
dari perkataan Kayden itu.

203
“Kau percaya pada ku kan?”

Kayla menganggukkan kepalanya pelan, ia


memejamkan matanya sejenak saat Kayden
memberikan kecupan di keningnya.

“Sekarang istirahat lah, aku janji saat kau


bangun nanti masalah ini sudah ku selesaikan
dengan baik. Aku tidak akan membiarkan mu
larut dalam masalah ini.” Kayden membantu
Kayla berbaring di ranjang, menyelimuti tubuh
Kayla sebelum ia melangkah pergi
meninggalkan Kayla.

Dalam hati Kayla berharap semoga Kayden


benar-benar bisa mengatasi masalah ini, karena
Kayla tidak yakin ia sanggup menatap wajah
orang lain setelah skandalnya dengan Kayden
beredar.

***

204
Kayden keluar dari kamar Kayla sembari
sibuk mengecek handphonenya, mencari tahu
dari mana asal mula video tersebut bisa
tersebar.

Kayden berdecih saat ia mengetahui bahwa


orang yang menjadi sumber video tersebut,
orang yang pertama kali menyebarkan video
quickienya dengan Kayla itu ternyata adalah
orang yang selama ini berada di dekat Kayden
sendiri.

Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah


teman Kayden, Johanes.

Sudah Kayden duga pasti Johanes


sebenarnya memiliki perasaan iri dan dengki
terhadap dirinya, tapi Kayden agak tidak
menyangka kalau Johanes akan melakukan hal
senekat ini.

205
Kayden merenggangkan otot lehernya,
sepertinya ia kembali mempunyai target untuk
ia habisi. Johanes.. lihat saja, Kayden pasti akan
membuat Johanes menyesal karena telah
berani-beraninya mengusik hidupnya dan
Kayla.

206
BAGIAN KEENAM BELAS

Kayden kembali ke kantor, ia menemui Sean


yang memang telah menunggunya. Kayden
datang membawa beberapa berkas dari rumah
dan menyerahkannya kepada Sean.

“Kita bisa gunakan berkas ini, ini surat


keterangan kalau aku diambil oleh Carlos dan
Fernanda dari panti asuhan, aku bukan saudara
kembar Kayla yang asli. Saudara kembar Kayla
sudah lama mati saat Kayla masih berusia 7
tahun. Aku diambil oleh Carlos dan Fernanda
karena Kayla saat itu masih belum bisa
menerima kenyataan kalau kakak kembarnya
meninggal karena menyelamatkannya dari
tabrak lari.”

“Dan ini juga surat kematian saudara


kembar Kayla yang asli, ada beberapa foto

207
serta surat tes DNA kalau aku bukan anak
kandung Carlos dan Fernanda.”

Tidak sampai di situ saja, Kayden juga


menyerahkan selembar kertas yang sudah ia
persiapkan. Itu surat wasiat palsu yang sudah ia
persiapkan. Surat wasiat dari Carlos yang
bertuliskan bahwa Carlos ingin Kayden dan
Kayla menikah.

Di surat wasiat tersebut juga tertulis kalau


Carlos hanya mempercayai Kayden untuk
menjaga putrinya dan sebenarnya Carlos sudah
sejak lama ingin menikahkan Kayden dengan
Kayla namun belum memiliki waktu yang tepat
untuk menyampaikan kepada Kayla kalau
Kayden sebenarnya bukan kakak kembarnya.

Sean menganggukkan kepalanya, ini semua


sudah cukup untuk menentang pemberitaan
soal kasus hubungan incest Kayla dan Kayden.

208
Terlebih lagi ada surat DNA, foto kembaran
Kayla yang asli hingga surat wasiat. Orang
orang tidak akan bisa mempertanyakannya
hubungan Kayla dan Kayden lagi dengan
semua bukti ini.

Sebenarnya Sean sudah lama tahu soal fakta


bahwa Kayden bukan anak kandung Carlos
dan Fernanda, ia tahu karena ia memang sudah
lama jadi sekretaris Carlos. Tapi satu hal yang
tidak Sean ketahui bahwa Kayden sebenarnya
dibenci oleh Carlos dan Fernanda, Sean tidak
pernah tahu fakta itu karena Carlos dan
Fernanda selalu bersikap baik dan sayang
kepada Kayden di depan orang lain, termasuk
Sean.

“Tuntut semua stasiun berita yang telah


memberitakan hal buruk tentang ku dan Kayla,
oh ya.. tuntut juga orang-orang yang
mengirimkan komentar jahat pada Kayla.”

209
Kayden sudah bersiap untuk pergi lagi. Jika
sebelumnya ia pergi ke rumah untuk
memastikan keadaan Kayla baik-baik saja, kali
ini tujuan Kayden bukan rumahnya melainkan
rumah Johanes.

Kayden akan memastikan Johanes menyesal.

***

Kayden melangkah di gang kecil yang gelap,


ia mengenakan pakaian serba hitam dan juga
masker. Bersyukur keadaan malam yang gelap
dan daerah tempat tinggal Johanes yang sepi
membuat Kayden lebih mudah melancarkan
aksinya.

Dengan mudahnya Kayden bisa menyelinap


masuk ke dalam rumah Johanes. Rumah kecil
yang hanya ditempati oleh Johanes sendiri.

210
Saat masuk ke dalam, keadaan rumah itu
gelap. Lampunya mati karena Johanes sudah
terlelap di kamarnya. Melihat Johanes yang
tidur dengan lelapnya membuat Kayden ingin
menusuk leher Johanes dengan sebilah pisau,
namun Kayden mengurungkan niatnya.

Tidak boleh, Kayden tidak boleh gegabah.


Johanes tidak boleh terlihat mati karena
dibunuh, dengan begitu Kayden pasti akan
dicurigai.

Kayden mengeluarkan suntik berisi obat


yang membuat Johanes tidak akan bisa
terbangun dari tidurnya hingga esok siang.
Kayden menusukkan obat tersebut di tubuh
Johanes. Setelah selesai, Kayden beralih pada
dapur Johanes dan menusuk selang gas di sana,
membiarkan gas tersebut bocor.

211
Setelah itu Kayden pergi dari sana dengan
santainya, besok siang saat reaksi obat yang
Kayden suntikan ke Johanes telah habis.
Johanes tetap tak akan bisa bangun, karena
Johanes pasti telah mati karena kehabisan
oksigen.

Meski disayangkan Kayden tidak bisa


menyiksa Johanes sampai mati, tapi paling
tidak ia bisa membuat Johanes kehilangan
nyawa.

Kayden keluar dari rumah Johanes dengan


santai, melewati gang gelap dan sempit itu
tanpa ketahuan oleh siapa pun.

Setelah misi balas dendam ya berhasil,


Kayden pulang ke rumah dengan senyum
lebar. Ia masuk ke kamar Kayla dan membuka
seluruh pakaiannya hingga hanya
meninggalkan boxer.

212
Kayden ikut naik ke atas ranjang dan
berbaring di sebelah Kayla, memeluk Kayla
dengan erat dari belakang. Hal yang paling
Kayden suka setelah membunuh adalah
kembali ke pelukan Kayla, rasanya nyaman dan
menyenangkan.

213
BAGIAN KETUJUH BELAS

Yang pertama kali bangun di pagi hari


adalah Kayla, Kayla menyadari keberadaan
Kayden di sebelahnya. Tidur dengan pulas
sembari memeluknya dengan erat.

Ah, Kayla mendadak ingin menangis lagi.


Kayla tidak ingin momen seperti ini hilang dari
hidupnya. Kayla tidak akan sanggup berpisah
dengan Kayden.

Kayla hendak turun dari ranjang, ia mencoba


melepaskan pelukan Kayden dari pinggangnya
namun bukannya terlepas pelukan itu justru
semakin mengerat. Kayla kembali menoleh ke
arah Kayden dan mendapati mata Kayden yang
sebelumnya terpejam kini terbuka dan
memandang ke arahnya.

214
“Kau mau ke mana?” tanya Kayden dengan
suara serak khas baru bangun tidurnya itu.

“Kenapa wajah mu sedih begitu, tidur mu


terganggu?” tanya Kayden sekali lagi.

Kayla tak menjawab, namun hanya melihat


ekspresi wajah Kayla saja Kayden sudah tahu
kenapa Kayla bersikap seperti ini.

Kayden semakin menarik Kayla ke dalam


pelukannya, memberikan kecupan sayang di
bibir Kayla. “Bukankah kemarin aku sudah
mengatakan padamu untuk tidak khawatir, aku
sudah mengurus semuanya. Tidak ada yang
perlu kau takutkan lagi.”

Kening Kayla berkerut bingung, “Maksud


mu?”

215
Kayden akhirnya melepaskan pelukannya,
meraih handphonenya yang tergeletak di atas
nakas dan menunjukkan headline berita hari ini
pada Kayla.

Sebelumnya berita teratas adalah berita soal


hubungan ‘incest’ antara Kayden dan Kayla
tapi sekarang berita teratas tersebut berganti
menjadi berita tentang Kayden yang ternyata
bukan anak kandung Carlos, juga berita
tentang Kayden yang ternyata sejak kecil sudah
dijodohkan dengan Kayla oleh Carlos.

Mata Kayla membesar melihat berita itu, di


antara orang lain Kayla lah yang paling terkejut
akan berita itu.

“Ka-kau bukan saudara kembar ku? Kau


berbohong pada media agar kita bisa bersama,
Kayden?”

216
“Aku tidak berbohong Kayla, aku memang
bukan saudara kembar mu.”

Kayla menggelengkan kepalanya tidak


percaya, “Kita bersama sejak kecil Kayden,
jelas-jelas kau itu saudara kembar ku. Mama
dan Papa juga bilang begitu.”

“Faktanya aku memang bukan saudara


kembar mu Kayla, kau bisa lihat sendiri di
berita itu. Ada lampiran foto saudara kembar
mu yang asli dan foto ku. Aku dibawa oleh
Papa dari panti asuhan, awalnya aku hanya
disuruh berperan sebagai saudara kembar mu
sementara. Sampai kau siap menerima
kenyataan kalau Kayden yang asli telah tiada,
tapi kau tidak pernah siap. Setiap kali Mama
dan Papa mengungkit kecelakaan hari itu kau
histeris, kau tidak mau disentuh oleh siapa pun
selain aku. Setiap kali kau sakit, yang kau cari
hanya aku. Maka dari itu kebohongan soal aku

217
sebagai kembaran mu terus berlanjut hingga
kita dewasa.”

Setitik air mata Kayla terjatuh, Kayla


menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Tiba
tiba muncul sebuah ingatan bagai kaset rusak
di kepala Kayla, ingatan tersebut samar-samar.
Hanya ingatan tentang dirinya yang menangisi
tubuh anak kecil yang bersimbah darah.

Kayden tidak bohong, saudara kembar


Kayla yang asli memang telah tiada dan
penyebabnya adalah Kayla sendiri.

Hari itu Kayla nekat ingin pergi beli ice


cream sendirian, saudara kembarnya sudah
melarang dan mengejarnya tapi Kayla tetap
berlari sambil tertawa dan tak menyadari kalau
ada mobil yang melaju kencang ke arahnya.
Saat itu Kayla hanya bisa merasakan tubuh
kecilnya di dorong menjauh hingga terjatuh ke

218
aspal bersamaan dengan bunyi decitan mobil
yang mengerikan memekakkan telinganya.

Kayla ingat, saat ia berbalik menengok ke


belakang yang ia temui adalah tubuh saudara
kembarnya yang terbaring di aspal dengan
darah menggenang di sekitar tubuhnya.

Saat itu yang bisa Kayla lakukan hanya


menangis dan berteriak minta tolong, namun
tidak ada orang yang datang. Pengemudi yang
menabrak saudara kembarnya pun justru
melajukan mobilnya kabur dari tempat
kejadian.

Saat itu Kayla melihat dengan mata


kepalanya sendiri saudara kembarnya
menghembuskan nafas terakhir dalam
pelukannya, dan itu meninggalkan trauma
besar dalam diri Kayla. Ia menyalahkan dirinya

219
sendiri setiap hari, ia tidak mau makan dan
berakhir masuk rumah sakit berkali-kali.

Kedua orang tua Kayla telah putus harapan,


tidak ingin kehilangan anak mereka lagi.
Mereka memutuskan mencari ke segala panti
asuhan dan orang yang ada, mencari anak yang
wajahnya paling mirip dengan mendiang putra
mereka.

Dan mereka akhirnya menemukan ‘Kayden’,


anak panti asuhan tanpa nama yang sering
menjadi objek kekerasan pihak pengelola panti
asuhan.

Kayden dibawa menemui Kayla yang saat itu


sedang di rawat di rumah sakit, Kayla yang
awalnya lemas mendadak bahagia saat melihat
Kayden. Kayla tertipu oleh paras Kayden yang
sekilas mirip saudara kembarnya yang telah
tiada. Padahal jika diperhatikan banyak

220
perbedaan antara Kayden yang asli yang telah
tiada dengan Kayden yang palsu.

Saudara kembar Kayla bermata coklat muda,


sama seperti Kayla sementara Kayden bermata
hitam. Bibir saudara kembar Kayla tipis
sedangkan Kayden sedikit lebih tebal dan cara
mereka memandang pun berbeda. Pandangan
saudara kembar Kayla teduh bagaikan anak
penuh kasih sayang, sedangkan Kayden..
pandangannya bengis, seolah telah merasakan
pahitnya hidup lebih dari siapa pun di dunia
ini.

Kayla menganggukkan kepalanya, ia ingat


sekarang. Ia ingat kejadian traumatis itu.

Kayden meraih Kayla kembali ke dalam


pelukannya, “Biarkan masa lalu jadi masa lalu,
aku tahu kematian saudara kembar mu sampai
sekarang masih menjadi luka terberat dalam

221
hidup mu. Tapi kau juga bisa melihat dari sisi
baiknya, dengan ini kita bisa bersama tanpa ada
yang bisa menentang kita. Papa pasti juga
senang di atas sana, karena ini keinginan beliau
sejak dulu.”

“Benarkah?”

Tentu saja Kayden berbohong.

“Benar, ini keinginan Papa sejak dulu. Kita


bersama-sama. Papa tidak percaya dengan laki
laki di luar sana selain aku, kau tahu kenapa
selama ini aku selalu melarang mu berkencan
dengan laki-laki lain? Memang awalnya karena
perintah dari Papa, tapi lambat laun aku sadar
kalau aku juga ingin menjadi pendamping mu
bukan orang lain. Karena sejak aku kecil Papa
sudah sering mengatakan kepada ku kalau
orang yang pantas menjadi pendamping mu
hanya aku.”

222
“Papa.. kenapa Papa tidak pernah cerita soal
ini?”

“Kau selalu histeris setiap kali kejadian


kecelakaan itu diungkit, Papa tidak berani
melakukannya. Papa menunggu sampai waktu
yang tepat datang, namun saat waktu yang
tepat itu telah tiba Papa justru telah tiada. Dan
sekarang aku lah yang bertugas menyampaikan
kebenarannya kepada mu.”

Kayden membelai pipi Kayla yang basah,


“Kau tidak senang dengan fakta kalau kita ini
bukan saudara kembar?”

Kayla menggelengkan kepalanya, Kayden


tidak mengerti betapa leganya Kayla setelah
mengetahui fakta ini.

223
“Bukan begitu Kayden, aku justru senang.
Kau tidak tahu betapa sedihnya aku saat
memikirkan kita harus berpisah. Aku bahkan
sempat mencari-cari tempat di mana
pernikahan sedarah di terima, berpikiran
bahwa kita bisa melarikan diri ke sana. Aku..
aku begitu tidak ingin berpisah dari mu, dan
berita ini membuat ku bersyukur, kita tidak
perlu lari, aku bisa mencintai mu sebebas yang
aku mau.”

Kayla meletakkan handphone Kayden itu


kembali ke atas nakas, ia beralih kembali
memeluk Kayden dengan erat-erat. Mengecup
dada telanjang Kayden dengan penuh
perasaan. “Aku mencintai mu Kayden, aku
sangat mencintai mu. Aku senang karena
ternyata perasaan ku ini tidak salah. Meski
tetap menyakitkan mengetahui fakta bahwa
saudara kembar ku sudah tiada, aku tetap
merasa lega.”

224
Kayden membalas pelukan Kayla,
mengusap-usap punggung Kayla dengan
gerakan lembut. “Aku juga mencintai mu,
Kayla.”

225
BAGIAN KEDELAPAN BELAS

“Aku sudah dengar beritanya, jadi kau dan


Kayden sungguh bukan saudara kembar?”

Kayla menganggukkan kepalanya sebagai


jawaban atas pertanyaan Olivia.

“Pantas saja kalian berdua itu tidak ada


mirip-miripnya sama sekali. Kau baik, murah
senyum, sedangkan Kayden.. tatapannya penuh
dengan kebencian.” tambah Olivia lagi yang
disetujui oleh Aleandra dan Lorraine, faktanya
Kayden dan Kayla memang sangat bertolak
belakang.

“Lalu bagaimana, kalian resmi sepasang


kekasih sekarang? Bukan kakak adik lagi?”

226
Dengan pipi bersemu merah Kayla
menganggukkan kepalanya, ia dan Kayden
resmi sebagai sepasang kekasih sekarang.

“Aku turut senang jika kau bahagia, aku juga


salut dengan Kayden yang bergerak cepat saat
berita bodoh itu menyebar. Untung Kayden
sigap menuntut siapa pun yang menyebar
postingan dan komentar buruk tentang mu,
berita itu dengan cepat menghilang dan tak ada
lagi yang berani membahasnya. Bahkan anak
anak kampus pun tidak ada yang berani.”
Aleandra mengacungkan ibu jarinya, awalnya ia
sudah siap melawan siapa saja yang bicara
buruk soal Kayla tapi setelah Kayden
mengambil jalan hukum tidak ada lagi yang
berani mengusik atau pun memandang Kayla
dengan tatapan menghina lagi.

“Tapi.. dengar-dengar orang yang


menyebarkan video porno mu dengan Kayden

227
itu kemarin ditemukan dalam keadaan
meninggal di rumahnya.” kali ini Lorraine yang
bicara, ia teringat dengan berita yang sempat ia
baca dari grup fakultas mereka.

“Ya, aku tahu berita itu. Katanya dia


meninggal karena gas di rumahnya bocor.”
Aleandra ikut menambahkan.

Lorraine menatap Kayla dengan tatapan


serius, “Apa kau tidak curiga dengan kematian
orang itu yang sangat tiba-tiba?”

Kayla mengangkat bahunya tak peduli, “Aku


menganggapnya karma, dia terlalu ikut campur
urusan pribadi ku dengan Kayden. Kalau kau
mencurigai Kayden membunuh orang tersebut,
Kayden bukan orang seperti itu. Lagi pula
Kayden terus bersama ku saat itu karena aku
terus saja menangis. Dia hanya ke kantor
sebentar untuk menyerahkan bukti pada

228
sekretarisnya lalu kembali ke rumah, Kayden
jelas-jelas berada di pelukan ku sepanjang
malam.”

Lorraine menganggukkan kepalanya, “Aku


hanya penasaran saja, tidak ada maksud
menuduh Kayden. Bisa jadi dia juga melakukan
bunuh diri dengan alasan gas bocor, dia pasti
takut masuk penjara karena Kayden
mengambil jalur hukum.”

“Benar itu, orang yang sebelumnya paling


kencang menghina mu saja diam tak berkutik
apa lagi orang yang menyebarkan langsung
video tersebut dia pasti takut dituntut.”

***

Kayden hari ini tidak kuliah, tapi ia tetap


menjemput Kayla saat kelas Kayla telah selesai.

229
Ia tersenyum saat Kayla membuka pintu mobil
dan duduk di sebelahnya.

“Bagaimana kelas mu hari ini, sayang?”


tanya Kayden sembari membantu Kayla
memasang seat beltnya.

Wajah Kayla memerah karena panggilan


sayang dari Kayden, hal tersebut membuat
Kayden gemas dan mencubit pipi Kayla yang
memerah itu.

“Kelas ku lancar hari ini, kau sendiri


bagaimana di kantor?”

“Pekerjaan ku menumpuk tapi tak apa, aku


sanggup menyelesaikannya.” Jawab Kayden
sembari menyalakan mesin mobil, melajukan
mobilnya itu menuju rumah mereka.

230
Selama perjalanan menuju rumah Kayla
menyalakan musik, bersenandung sepanjang
jalan tentang lagu cinta. Sesekali Kayden juga
meraih tangan Kayla dan mengecup punggung
tangan Kayla penuh kasih sayang.

Sekarang mereka bebas mengekspresikan


cinta mereka berdua.

***

“Kau sudah kenyang, apa kau makan lagi?”


Kayden bertanya kepada Kayla yang baru saja
selesai menghabiskan makan malamnya.

“Aku sudah ken—”

Belum sempat Kayla menjawab pertanyaan


Kayden, Kayden sudah lebih dulu berdiri dari
kursinya dan mengangkat Kayla ke dalam
gendongannya.

231
“Karena kau sudah kenyang, kini giliran ku
yang makan. Aku akan memakan mu sampai
ku puas.” Kayden membawa Kayla yang
berada dalam gendongannya ke kamar,
membiarkan pelayan sibuk membereskan sisa
makanan mereka.

Kayla hanya tertawa, melingkarkan


tangannya di leher Kayden dan kakinya di
pinggang Kayden.

“Haha.. Kayden geli..” Kayla memejamkan


matanya ketika Kayden mengecup dan
menggigit kecil lehernya.

Kayden membaringkan Kayla di ranjang,


mencumbu setiap inci tubuh Kayla dengan
penuh cinta. Meninggalkan bekas cintanya di
tiap titik tubuh Kayla.

232
Saat tangan nakal Kayden berhasil membuka
baju Kayla, Kayden meraup gemas dua dada
Kayla yang akhir-akhir ini menjadi bagian
favoritnya.

Puas bermain dengan dada Kayla, Kayden


turun ke bawah menelanjangi Kayla
sepenuhnya. Kayden mengambil vibrator mini
yang telah ia siapkan di atas nakas,
memasukkan vibrator mini tersebut ke dalam
vagina Kayla.

Sudut bibir Kayden tertarik membentuk


sebuah seringai saat ia melihat tubuh Kayla
menggelinjang bersamaan dengan getaran
vibrator yang Kayden mainkan sesuka hatinya.

Kayden tidak tinggal diam saja, ia


menelanjangi dirinya sendiri. Membantu Kayla
bangun dari posisi berbaringnya menjadi
menungging menghadap ke arah kejantanan

233
Kayden yang telah mengeras dan berdiri tegak
itu.

“Open your mouth baby..” perintah Kayden


yang langsung dituruti oleh Kayla, Kayden
memasukkan kejantanannya ke dalam mulut
Kayla. Memaju mundurkan kepala Kayla
perlahan, membiarkan ujung kepala
kejantanannya menyentuh uvulva Kayla.

Kayla hanya bisa mengerang tertahan,


mulutnya disumpal kejantanan Kayden,
sementara kewanitaannya berkedut karena
vibrator, belum lagi tangan Kayden yang juga
dengan nakal bermain dengan dada Kayla yang
bergelantung bergerak bersamaan dengan
gerak kepala Kayla yang maju mundur
menghisap kejantanan Kayden.

Berkali-kali Kayla hampir tersedak hingga


akhirnya Kayden mengeluarkan kejantanannya

234
dari dalam mulut Kayla, kembali membantu
merubah posisi Kayla menjadi berbaring di
ranjang. Mengeluarkan vibrator dari dalam
vagina Kayla, menggantikannya dengan
kejantanannya.

Kayla menggigit bibirnya, merasakan


perbedaan ukuran antara vibrator dan
kejantanan Kayden yang kontras.

Kayla semakin meremas seprai ranjang saat


Kayden mulai menghentak tubuhnya, bukan
hanya itu tapi Kayden juga memainkan
vibrator yang menganggur itu di clit Kayla.
Membuat Kayla menggelinjang nikmat,
diserang seperti ini oleh Kayden membuat
Kayla tak sanggup.

Jemari Kayla beralih meremas rambut


Kayden saat Kayden menundukkan kepalanya
untuk menciumnya. Triple kill, Kayla tak

235
sanggup lagi. Ia mendesah tertahan saat
orgasmenya datang.

Tubuh Kayla gemetar karena orgasmenya


namun Kayden masih bergerak menghentak,
Kayla sudah sampai berkali-kali namun tidak
dengan Kayden, Kayden belum mencapai
putihnya.

Kayden terus menghentak Kayla hingga


kejantanannya mulai berkedut di dalam sana,
Kayden mendorong kejantanannya dalam
dalam saat ia mencapai putihnya dan
menyemburkan larvanya itu ke dalam rahim
Kayla.

Meski sudah mencapai orgasmenya, Kayden


tak segera mencabut kejantanannya dari dalam
diri Kayla. Tetap membiarkan diri mereka
menyatu, tak ingin spermanya mengalir sia-sia
dari dalam diri Kayla.

236
Kayden memandang Kayla yang berada di
bawahnya, masih dalam keadaan tubuh saling
menyatu satu sama lain Kayden menunduk dan
membisikan sesuatu di telinga Kayla.

“I love you..” bisik Kayden pelan.

Kayla mengalungkan tangannya di leher


Kayden, membalas ungkapan cinta Kayden itu
dengan senyuman. “I love you too, Kayden..”

Mereka kembali berciuman, melanjutkan sesi


kedua percintaan mereka.

Berkali-kali Kayden menghentak Kayla


dalam berbagai posisi dan menyemburkan
spermanya di dalam rahim Kayla hingga Kayla
tergolek tak berdaya.

237
Saat Kayden menarik lepas kejantanannya,
Kayden membelai dan mencium perut Kayla
dengan lembut.

Ia melakukannya berkali-kali dan


mengeluarkannya di dalam bukan tanpa alasan,
Kayden ingin Kayla mengandung anaknya.

Kayden sudah punya rencana, jika


seandainya dosa-dosa Kayden diketahui oleh
Kayla, Kayla tidak akan bisa meninggalkan
Kayden karena sudah terlanjur mengandung
anak Kayden.

Kayden akan melakukan berbagai macam


cara untuk membuat Kayla berada di sisinya,
Kayla tidak akan pernah bisa lepas darinya.
Kayla adalah milik Kayden seorang, baik dari
mereka masih kecil hingga mereka berdua mati
nanti.

238
Kayden memeluk Kayla erat-erat, tidak ada
yang bisa menjauhkan Kayla dari dirinya
bahkan Kayla sendiri. Kayla miliknya, hanya
miliknya seorang.

The End

239
Terima kasih karena telah membeli dan
membaca cerita Perfect Sin karya
Theshittyqueen dengan cara legal, sampai
berjumpa lagi di lain cerita.

Kontak yang bisa dihubungi seandainya


ebook/pdf hilang
Email : [email protected]
Line : Ezralisca06
Whatsapp : 085156805627
• Kirim bukti pembelian pdf
sebelumnya/screenshot chat. Jika sudah
pdf (ebook) akan dikirimkan kembali
oleh penulis/admin.

240

Anda mungkin juga menyukai