Artikel Matematika Kelompok 8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN LITERATUR MENGENAI BENTUK GEOMETRI

PADA ALAME DAN KIPANG SEBAGAI MAKANAN KHAS


BATAK MANDAILING
Calvin Leandro Purba1, Jihan Natasya Sarrada2, Jessikanta Zeruya Tarigan3
PGSD FIP Universitas Negeri Medan

[email protected] , [email protected], [email protected]

ABSTRAK
Kipang dan Alame Makanan khas Batak Mandailing, lebih tepatnya dari panyabungan. Kipang
dan Alame Sampai saat ini masih sangat disukai di Sumatera Utara. Untuk memahami dan
menerapkan konsep matematika dalam mata kuliah Geometri dan pengukuran, penelitian ini
mencoba menyelidiki yang terdapat di alame Panyabungan dan kipang. Dengan pendekatan
etnografi dan metode pengumpulan data primer meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan
data sekunder hasil kajian pustaka oleh peneliti, penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif
eksploratif. Analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan merupakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa ada pemahaman matematis tentang konsep-konsep seperti sudut,
pengukuran, penghitungan, dan elemen satuan aritmatika sosial, bangun datar, bangun ruang, dan
perbandingan.
Kata kunci: alame; geometri; etnomatematika; kipang

ABSTRACT

Kipang and Alame Typical Mandailing Batak food, more precisely from Panyabungan. Kipang
and Alame are still very popular in North Sumatra. To understand and apply mathematical
concepts in Geometry and measurement courses, this research tries to investigate what is found
in the Panyabungan and Kipang nature. With an ethnographic approach and primary data
collection methods including observation, interviews, documentation and secondary data
resulting from a literature review by researchers, this research uses an exploratory qualitative
methodology. Descriptive analysis which includes data reduction, data presentation, and
drawing conclusions is the data analysis technique used in this research. Research findings show
that there is a mathematical understanding of concepts such as angles, measurement, counting,
and elements of social arithmetic units, plane figures, geometric shapes, and comparisons.
Keywords: natural; geometry; ethnomathematics; kipang

Pendahuluan
Pengetahuan umum matematika menjadi landasan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fenomena matematika selalu ada dalam berbagai setting dan
usaha manusia (Muhtadi et al., 2017). Hal ini seharusnya membuat matematika lebih
mudah didekati, terutama bagi pelajar yang lebih muda. Meskipun demikian, siswa
memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menantang dan menakutkan (Çiltaş
& Tatar, 2011). Hal ini dapat menjadi tantangan bagi para pendidik dalam
|1
mengembangkan rencana pembelajaran yang tidak memanfaatkan lingkungan, sehingga
menyulitkan siswa untuk menghubungkan ide-ide matematika yang mereka pelajari di
kelas dan dunia nyata (Abdullah, 2017 ).
Kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-
hari. Hal ini disebabkan karena kebudayaan merupakan bagian dari keberadaan manusia
dan merupakan suatu kesatuan yang kompleks. Setiap orang mempunyai kebutuhan
mendasar yaitu pendidikan. Kedua faktor tersebut sangat menentukan tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai keluhuran bangsa, yang pada gilirannya mempengaruhi
bagaimana nilai-nilai budaya luhur digunakan dalam pembentukan karakter masyarakat
(Wahyuni dkk., 2013). Karena matematika adalah produk budaya, kemajuannya
berkorelasi dengan kemajuan budaya. Selain itu, kemajuan kebudayaan menuju
peradaban dipengaruhi oleh pengetahuan matematika (Susiana et al., 2020).

Menurut D'Ambrisio (1985), istilah etnomatematika—yang menggabungkan kata


ethno dan matematika—berarti bersinggungan dengan sejarah dan budaya. Arti kompleks
dari kata "etno" mengacu pada konteks sosial dan budaya, dan matematika mencakup
operasi seperti menyortir, mengklasifikasikan, menimbang, mengukur, membandingkan,
menghitung, dan bermain. Penerapan matematika pada kelompok budaya yang beragam,
mulai dari komunitas nasional dan etnis hingga individu dari segala usia, dikenal sebagai
etnomatematika (Utami et al., 2019). Menurut Fajriyah (2018), hal ini menunjukkan
bahwa bidang penelitian etnomatematika memiliki banyak potensi karena dapat inovatif
dalam mengembangkan bahan ajar yang dimaksudkan untuk mengenalkan siswa pada
budaya masyarakat.
Indonesia terkenal memiliki populasi penduduk yang beragam di seluruh wilayah,
termasuk di provinsi Sumatera Utara. Karena keberagamannya, Indonesia menonjol dari
negara-negara lain di mana budaya dipandang sebagai ciri kesukuan dan kedaerahan
yang diturunkan dari generasi sosial sebelumnya. Salah satunya adalah pangan khas
daerah atau pangan lokal yang merupakan identitas khas suatu kelompok masyarakat atau
daerah sehingga mudah dikenali dan mempunyai ciri khas tersendiri (Guerrero et al.,
2010). Tradisi kuliner yang telah berlangsung lama dan diwariskan secara turun temurun
dikenal dengan sebutan makanan khas daerah. Meskipun budaya dan tradisi lokal atau
yang dimodifikasi sangat dihargai dalam makanan khas daerah, bahan-bahan utama yang
digunakan dan teknik kuliner tetap tidak berubah (Purwaning Tyas, 2017).
Provinsi Sumatera Utara adalah rumah bagi Mandailing. Secara geografis
Mandailing meliputi Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas,
Kabupaten Mandailing Natal, dan Kota Padang Sidempuan di Tapanuli Selatan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing Natal dan
Kabupaten Tapanuli Selatan berdiri sendiri (Matondang, 2013). Masyarakat Mandailing
meninggalkan kekayaan pengetahuan tradisional, antara lain kipang panyabungan dan
alame. Alame yang terbuat dari gula merah, tepung ketan, dan santan yang dimasak
hingga mengental juga sering disebut dengan dodol tradisional Mandailing (Wulandari,
2018). Di wilayah Panyabungan, kipang—makanan tradisional yang terbuat dari ketan
dan kacang tanah—biasanya dibeli oleh wisatawan (Sahreni, 2018). Subyek penelitian ini
adalah kipang Kipang yang bahan bakunya terbuat dari kacang tanah.
Penelitian etnomatematika berkembang pesat dan menawarkan banyak keuntungan
penting. Hal ini disebabkan penelitian menunjukkan bahwa siswa mendapat manfaat dari
penggunaan budaya sebagai komponen pembelajaran matematika (Bipatride, 2019).
Banyak peneliti telah melakukan penelitian etnomatematika terhadap makanan khas
daerah. Diantaranya adalah kajian etnomatematika makanan tradisional Cilacap
(Choeriyah et al., 2020), etnomatematika jajanan pasar di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Huda, 2018), dan eksplorasi etnomatematika kue semprong tradisional khas Karawang
(Rusmayanti & Sutirna, 2021 ). Etnomatematika Panyabungan alame dan kipang belum
banyak diteliti dalam kajian etnomatematika yang pernah dilakukan. Oleh karena itu,
kami sangat tertarik untuk menyelidiki alame dan kipang melalui kacamata
etnomatematika, yang merupakan makanan umum yang ditemukan di Mandailing.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki ide-ide matematika yang
ditemukan dalam dua masakan umum Mandailing: alame dan kipang panyabungan, yang
dibuat dengan kacang. Agar pembelajaran matematika lebih menarik bagi siswa, temuan
penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pembuatan bahan pembelajaran dan
buku serta pemanfaatan budaya lokal di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi
narasumber bagi guru matematika dan pemerhati pembelajaran matematika.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif eksploratif, yang memanfaatkan
pendekatan etnografi untuk memperoleh penjelasan komprehensif dan melakukan
analisis berbasis penelitian lapangan. Memahami fenomena agar berguna untuk
mengatasi masalah penelitian yang memerlukan penyelidikan dan penjelasan deskriptif
dengan menggunakan bahasa dan visual daripada data numerik adalah salah satu tujuan
penelitian kualitatif (Ahmadi, 2014). (Soendari, 2012). Metodologi etnografi penelitian
ini konsisten dengan tujuan etnomatematika, yaitu mengkaji konsep, praktik, dan metode
dalam suatu budaya tertentu dengan menggunakan sudut pandang asli orang-orang
tersebut (Ascher & D'Ambrosio, 1994; Rosa et al., 2016). Alat utama dalam penelitian ini
adalah instrumen manusia, atau peneliti, yang fungsinya tidak dapat ditiru atau
digantikan.
Metode pengumpulan data penelitian ini didasarkan pada data primer dan
sekunder. Metode pengumpulan data primer langsung meliputi observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Pada tempat produksi kipang (Panyabungan, kabupaten Mandailing
Natal) dan tempat produksi alame (Kotanopan, kabupaten Mandailing Natal), observasi
dilakukan dengan melihat konsep matematika yang dimiliki objek penelitian. Wawancara
dilakukan dengan narasumber terkait, khususnya pekerja di lokasi produksi di Alame dan
Kipang. Selain catatan lapangan dan foto yang diambil selama kegiatan, wawancara juga
didokumentasikan. Pengumpulan data sekunder secara tidak langsung dilakukan melalui
telaah pustaka, yang dilakukan dengan menggunakan bahan skripsi, makalah prosiding,
artikel, jurnal ilmiah, dan website pemerintah. Metode reduksi data dan penyajian data
serta analisis data digunakan dalam penelitian ini dan pengambilan keputusan. Reduksi
data digunakan untuk memisahkan aspek-aspek tertentu dari proses. produksi dan
barang-barang yang berkaitan dengan ide-ide matematika. Penyajian data dilakukan
untuk memvalidasi berbagai ide matematika yang ditemukan. Setelah itu dibuat
kesimpulan tentang ide-ide matematika dan kontribusi penemuan tersebut terhadap
pendidikan matematika.

Hasil dan Pembahasan


Wawancara, observasi, dan dokumentasi pada dua tahap proses memasak dan
membungkus menjadi landasan proses produksi Panyabungan alame dan kipang. Peneliti
|3
menemukan sejumlah konsep matematika yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pengajaran matematika setelah menganalisis proses pembuatan dan bentuk produk.
1. Menyelidiki Etnomatematika di Alame
Dodol yang umum ditemukan di Sumatera Utara disebut alame. Istilah “alame”
atau “ulame” mengacu pada kelapa dan santan yang merupakan bahan baku yang
digunakan dalam produksi, dan berasal dari bahasa Mandailing (Kemenparekraf, 2022).
Masyarakat Mandailing mempunyai nilai-nilai filosofis yang serupa dengan Alame.
Dodol yang memiliki rasa lengket dan manis merupakan representasi persahabatan dan
keakraban. Alame digunakan sebagai oleh-oleh untuk melambangkan hubungan intim
dan disajikan sebagai hidangan istimewa saat Idul Fitri atau perayaan lainnya. Daun
pandan digunakan sebagai wadah pada saat mengemas alame (Setiavani et al., 2021).

A) Tahapan memasak
Ketika adonan mulai menyatu dan gumpalan sudah benar-benar hilang, gula palem
ditambahkan setelah tepung dan santan matang pertama kali dalam proses pemasakan
alami. Proses memasak menghasilkan ide matematika berikut:

Konsep pengukuran, unsur satuan, perbandingan dan berhitung


Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses memasak yang membutuhkan kuali
besar adalah tepung pulut 7 kg, tepung terigu 3,5 kg, santan 6 kg, dan gula jawa 11 kg.
Dengan takaran ini akan dihasilkan 100 alame dengan sumpit.Anda juga bisa
menggunakan seluruh ide ini sebagai bahan berhitung. Pelajaran kelas IV meliputi
konsep unsur pengukuran dan satuan; pelajaran kelas I mencakup berhitung; dan
pelajaran kelas VII mencakup perbandingan.

Konsep bangun ruang


Tempat memasak alame di lokasi pembuatan alame yang kami kunjungi
menggunakan ruangan dengan konstruksi memanjang dan ujungnya disambung
berbentuk lingkaran untuk menampung penggorengan. Selanjutnya, kayu bakar
ditempatkan di dalam area tersebut.seperti pada Gambar 1.

Wajan yang digunakan untuk memasak alame memiliki sisi yang melengkung dan
berbentuk seperti bilik. Tergantung pada apa yang tersedia di tempat produksi,
penggorengan tersedia dalam berbagai variasi. Wajan yang digunakan dalam penelitian
ini berukuran diameter 95 cm, kedalaman 45 cm, tebal 6 cm, dan berat 10 kg. Gambar
seperti dibawah ini. Gambar 2
Pembelajaran di kelas IX meliputi gagasan membangun ruang.
Konsep aritmatika sosial Gagasan tentang tara, bersih, dan kotor ditemukan. Kotor, atau
berat gabungan panci dan bahan-bahannya, adalah 37,5 kg. Berat bersih bahan adalah 27,5
kg. Dan tara, atau 10 kg, adalah berat panci. Pelajaran di kelas VII mencakup gagasan
aritmatika sosial.

a) Prosedur pembungkusan
Alame yang sudah matang dimasukkan ke dalam sumpit selama prosedur ini.
Pengukuran adalah konsep matematika yang baru ditemukan. Setiap alame yang
dimasukkan ke dalam sumpit ditimbang hingga takaran yang telah ditentukan. Setiap
sumpit seberat 250 gram dibungkus alami di tempat produksi yang dikunjungi.
Pembelajaran di kelas IV mencakup gagasan tentang pengukuran.

b)Dengan sumpit
Ide matematika berikut juga terdapat pada sumpit.
Ide bentuk datar Bentuk sumpit berbeda-beda berdasarkan tempat pembuatannya.
Sumpit yang digunakan di lokasi penelitian berbentuk persegi panjang. Desain anyaman
sumpit menciptakan tessellation, susunan bentuk geometris yang unik. Untuk menutupi
area datar, pola ini disusun tanpa ada jarak (Puspadewi & Putra, 2014).Pola pada
anyaman sumpit tampak pada Gambar 3.

Pola tenun ini terdiri dari bentuk persegi dan persegi panjang yang berbentuk datar. Suatu
persegi tidak dapat dipisahkan dari persegi lainnya dengan jarak berapa pun. Pembelajaran
di kelas III mencakup gagasan bangun datar.Konsep Sudut Siku Sudut siku-siku
ditemukan dengan tetap berada pada pola anyaman, seperti ditunjukkan oleh garis biru
pada Gambar 3. Pembelajaran di kelas IV mencakup gagasan tentang sudut siku-siku.

c)Biaya produksi dan penjualan


Dalam memasarkan barangnya, produsen pasti akan mempertimbangkan keuntungan
yang didapat. Nominal modal yang digunakan dalam proses produksi perlu dipahami
secara menyeluruh agar dapat menghasilkan uang. Ide aritmatika sosial merupakan konsep
matematika yang ditemukan.Seratus sumpit produksi Alame dibanderol Rp 15.000 untuk
penjualan eceran dan 12.000 untuk penjualan grosir. Penjualan grosir sebesar Rp1.200.000
dan penjualan eceran sebesar Rp1.500.000 merupakan total penjualan di wilayah tersebut.

1. Kajian Kipang Panyabungan dari sudut pandang etnomatematika


Perspektif Hidangan khas daerah Panyabungan Sumatera Utara adalah kipang
panyabungan. Kipang juga hadir dalam masakan khas Sumatera Barat. Kipang
Panyabungan berbeda dengan kipang Sumatera Barat karena rasanya lebih enak dan
bentuknya lebih kompak (Fadillah, 2020). Jenis kipang yang digunakan dalam penelitian
|5
ini dibuat dengan menggunakan bahan baku kacang tanah.

a) Tata cara memasak


Langkah pertama dalam membuat kipang kacang adalah memanggang kacang tanah.
Selanjutnya haluskan kacang tanah hingga hancur, lelehkan, lalu campurkan dengan
kacang tanah. Memasak kipang kacang melibatkan penerapan ide matematika berikut:
Bahan yang dibutuhkan untuk proses memasaknya masing-masing 10 kg gula pasir
dan kacang tanah. Dari takaran tersebut akan diperoleh 100 bungkus kipang. Materi kelas
IV memuat konsep-konsep pengukuran dan unsur-unsur satuan, sedangkan materi kelas
VII memuat konsep perbandingan.
Ide membangun ruang di dalam wadah
Sebuah baskom plastik berukuran diameter 39 cm, tinggi 16,5 cm, dan berat 500
gram digunakan untuk menghancurkan kacang tanah. seperti pada Gambar 4.

Pelajaran di kelas IX mencakup gagasan membangun ruang.


Prinsip aritmatika sosial: netto, bruto, dan tara
Berat bahan dinyatakan dalam netto (20 kg), tara (500 g), dan bruto (campuran bahan dan
wadah, 20,5 kg). Pembelajaran di kelas VII memuat konsep-konsep aritmatika.

a) Tahapan membungkus
Setelah matang dan dipadukan dengan gula pasir, kipang siap dibagi menjadi
beberapa bagian dan dibungkus. Tindakan membungkus kipang melibatkan penerapan
ide-ide matematika berikut: Teori pengukuran dan komponen satuan Kipang yang sudah
dicampur dipindahkan ke lokasi baru dalam bentuk lantai atau wadah yang dilapisi
plastik. seperti pada Gambar 5.

Ketika sudah tidak panas, kipang dipotong dan dimasukkan ke dalam plastik bungkus
dengaan total ukuran 13x17 m untuk bagian luar, 9x14 m untuk bagian dalam. Pada
saat pengemasan kipang harus berhati-hati.Satu buah kipang berukuran panjang 7,5 cm,
lebar 2 cm, dan tinggi 2 cm, diposisikan miring sehingga membentuk bungkusan berisi
tujuh kipang, dengan total panjang 7,5 cm, lebar 9,5 cm, dan tinggi 2 cm. , membentuk
sebuah langkah. Satu kipang beratnya kira-kira 14 gram, jika dihitung dari berat total 100
gram. Pembelajaran di kelas IV meliputi konsep pengukuran dan komponen satuan.

Penerapan beberapa konsep matematika pada dua masakan tradisional alame dan
kipang panyabungan. Hal ini konsisten dengan sejumlah penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bagaimana komponen budaya yang berbeda dapat digunakan untuk
mengajarkan etnomatematika. Semprong, kue tradisional khas Karawang, dapat menjadi
objek dalam material ruang bersisi melengkung, menurut penelitian eksplorasi
etnomatematika kue tersebut (Rusmayanti & Sutirna, 2021). Penggunaan media Semprong
pada materi ini dapat membantu siswa belajar memperhatikan dengan cermat aktivitas
sehari-hari di sekitarnya. Konsep persegi, persegi panjang, dan sejenisnya ditemukan pada
kajian etnomatematika makanan tradisional Cilacap (Choeriyah et al., 2020). segi enam,
trapesium, segitiga, dan jajar genjang. Menggunakan makanan tradisional membantu
pemahaman langsung siswa terhadap materi pelajaran. Menurut penelitian tentang dampak
model pembelajaran inkuiri dan etnomatematika Bengkulu terhadap kemampuan
representasi matematis (Widada et al., 2019), penggunaan etnomatematika dalam
pembelajaran matematika terlihat bermanfaat bagi perkembangan matematika siswa.
Penelitian tersebut mempunyai manfaat yaitu memungkinkan para pendidik untuk
membuat materi pembelajaran matematika yang menggabungkan penyelidikan
etnomatematika alame dan kipang Panyabungan, sehingga meningkatkan pemahaman dan
kemahiran matematika siswa. Namun, saat ini belum ada standar yang ditetapkan untuk
menilai secara adil tujuan pembelajaran dan prestasi dalam pendidikan etnomatematika.

Kesimpulan dan Saran


Suku Mandailing di Sumatera Utara merupakan suku asli dan terkenal dengan
keanekaragaman budayanya. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan untuk penelitian
ini, ditemukan bahwa alame dan kipang mengandung banyak muatan matematika. Hal ini
mencakup berhitung, unsur satuan, pengukuran, sudut, perbandingan, bentuk datar dan
spasial, bahkan aritmatika sosial. Dengan mengaitkan matematika dengan situasi dunia
nyata, penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat pembelajaran dan
memperluas cakupan referensi. tentang etnomatematika. Dengan mengidentifikasi sumber-
sumber budaya yang diwariskan dari generasi sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam proses pembelajaran matematika. Penulis berpendapat bahwa penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk memajukan pemahaman ini dan bahwa kita harus meninjau
kembali ide-ide matematika dan ide-ide filosofis yang berasal dari logika matematika dan
sumber-sumber lain dalam segala bentuknya.

Daftar Pustaka

Bipatride, S. (2019). Analisis Implikasi Pengetahuan Etnomatematika Guru Sekolah


Dasar Di Kecamatan Batin XXIV. Jurnal Analisis Implikasi Pengetahuan
Etnomatematika Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Batin XXIV.
Choeriyah, L., Nusantara, T., Qohar, A., & Subanji. (2020). Studi Etnomatematika
pada Makanan Tradisional Cilacap. AKSIOMA : Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 11(2), 210–218.
Fadillah, A. (2020). Pengaruh Tenaga Kerja Dan Bahan Baku Terhadap Tingkat
Produksi Kipang Dian Desa Sipolu-Polu Penyabungan Ditinjau Menurut
Ekonomi Islam. Universitas

|7

Anda mungkin juga menyukai