Artikel Matematika Kelompok 8
Artikel Matematika Kelompok 8
Artikel Matematika Kelompok 8
ABSTRAK
Kipang dan Alame Makanan khas Batak Mandailing, lebih tepatnya dari panyabungan. Kipang
dan Alame Sampai saat ini masih sangat disukai di Sumatera Utara. Untuk memahami dan
menerapkan konsep matematika dalam mata kuliah Geometri dan pengukuran, penelitian ini
mencoba menyelidiki yang terdapat di alame Panyabungan dan kipang. Dengan pendekatan
etnografi dan metode pengumpulan data primer meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan
data sekunder hasil kajian pustaka oleh peneliti, penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif
eksploratif. Analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan merupakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa ada pemahaman matematis tentang konsep-konsep seperti sudut,
pengukuran, penghitungan, dan elemen satuan aritmatika sosial, bangun datar, bangun ruang, dan
perbandingan.
Kata kunci: alame; geometri; etnomatematika; kipang
ABSTRACT
Kipang and Alame Typical Mandailing Batak food, more precisely from Panyabungan. Kipang
and Alame are still very popular in North Sumatra. To understand and apply mathematical
concepts in Geometry and measurement courses, this research tries to investigate what is found
in the Panyabungan and Kipang nature. With an ethnographic approach and primary data
collection methods including observation, interviews, documentation and secondary data
resulting from a literature review by researchers, this research uses an exploratory qualitative
methodology. Descriptive analysis which includes data reduction, data presentation, and
drawing conclusions is the data analysis technique used in this research. Research findings show
that there is a mathematical understanding of concepts such as angles, measurement, counting,
and elements of social arithmetic units, plane figures, geometric shapes, and comparisons.
Keywords: natural; geometry; ethnomathematics; kipang
Pendahuluan
Pengetahuan umum matematika menjadi landasan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fenomena matematika selalu ada dalam berbagai setting dan
usaha manusia (Muhtadi et al., 2017). Hal ini seharusnya membuat matematika lebih
mudah didekati, terutama bagi pelajar yang lebih muda. Meskipun demikian, siswa
memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menantang dan menakutkan (Çiltaş
& Tatar, 2011). Hal ini dapat menjadi tantangan bagi para pendidik dalam
|1
mengembangkan rencana pembelajaran yang tidak memanfaatkan lingkungan, sehingga
menyulitkan siswa untuk menghubungkan ide-ide matematika yang mereka pelajari di
kelas dan dunia nyata (Abdullah, 2017 ).
Kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-
hari. Hal ini disebabkan karena kebudayaan merupakan bagian dari keberadaan manusia
dan merupakan suatu kesatuan yang kompleks. Setiap orang mempunyai kebutuhan
mendasar yaitu pendidikan. Kedua faktor tersebut sangat menentukan tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai keluhuran bangsa, yang pada gilirannya mempengaruhi
bagaimana nilai-nilai budaya luhur digunakan dalam pembentukan karakter masyarakat
(Wahyuni dkk., 2013). Karena matematika adalah produk budaya, kemajuannya
berkorelasi dengan kemajuan budaya. Selain itu, kemajuan kebudayaan menuju
peradaban dipengaruhi oleh pengetahuan matematika (Susiana et al., 2020).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif eksploratif, yang memanfaatkan
pendekatan etnografi untuk memperoleh penjelasan komprehensif dan melakukan
analisis berbasis penelitian lapangan. Memahami fenomena agar berguna untuk
mengatasi masalah penelitian yang memerlukan penyelidikan dan penjelasan deskriptif
dengan menggunakan bahasa dan visual daripada data numerik adalah salah satu tujuan
penelitian kualitatif (Ahmadi, 2014). (Soendari, 2012). Metodologi etnografi penelitian
ini konsisten dengan tujuan etnomatematika, yaitu mengkaji konsep, praktik, dan metode
dalam suatu budaya tertentu dengan menggunakan sudut pandang asli orang-orang
tersebut (Ascher & D'Ambrosio, 1994; Rosa et al., 2016). Alat utama dalam penelitian ini
adalah instrumen manusia, atau peneliti, yang fungsinya tidak dapat ditiru atau
digantikan.
Metode pengumpulan data penelitian ini didasarkan pada data primer dan
sekunder. Metode pengumpulan data primer langsung meliputi observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Pada tempat produksi kipang (Panyabungan, kabupaten Mandailing
Natal) dan tempat produksi alame (Kotanopan, kabupaten Mandailing Natal), observasi
dilakukan dengan melihat konsep matematika yang dimiliki objek penelitian. Wawancara
dilakukan dengan narasumber terkait, khususnya pekerja di lokasi produksi di Alame dan
Kipang. Selain catatan lapangan dan foto yang diambil selama kegiatan, wawancara juga
didokumentasikan. Pengumpulan data sekunder secara tidak langsung dilakukan melalui
telaah pustaka, yang dilakukan dengan menggunakan bahan skripsi, makalah prosiding,
artikel, jurnal ilmiah, dan website pemerintah. Metode reduksi data dan penyajian data
serta analisis data digunakan dalam penelitian ini dan pengambilan keputusan. Reduksi
data digunakan untuk memisahkan aspek-aspek tertentu dari proses. produksi dan
barang-barang yang berkaitan dengan ide-ide matematika. Penyajian data dilakukan
untuk memvalidasi berbagai ide matematika yang ditemukan. Setelah itu dibuat
kesimpulan tentang ide-ide matematika dan kontribusi penemuan tersebut terhadap
pendidikan matematika.
A) Tahapan memasak
Ketika adonan mulai menyatu dan gumpalan sudah benar-benar hilang, gula palem
ditambahkan setelah tepung dan santan matang pertama kali dalam proses pemasakan
alami. Proses memasak menghasilkan ide matematika berikut:
Wajan yang digunakan untuk memasak alame memiliki sisi yang melengkung dan
berbentuk seperti bilik. Tergantung pada apa yang tersedia di tempat produksi,
penggorengan tersedia dalam berbagai variasi. Wajan yang digunakan dalam penelitian
ini berukuran diameter 95 cm, kedalaman 45 cm, tebal 6 cm, dan berat 10 kg. Gambar
seperti dibawah ini. Gambar 2
Pembelajaran di kelas IX meliputi gagasan membangun ruang.
Konsep aritmatika sosial Gagasan tentang tara, bersih, dan kotor ditemukan. Kotor, atau
berat gabungan panci dan bahan-bahannya, adalah 37,5 kg. Berat bersih bahan adalah 27,5
kg. Dan tara, atau 10 kg, adalah berat panci. Pelajaran di kelas VII mencakup gagasan
aritmatika sosial.
a) Prosedur pembungkusan
Alame yang sudah matang dimasukkan ke dalam sumpit selama prosedur ini.
Pengukuran adalah konsep matematika yang baru ditemukan. Setiap alame yang
dimasukkan ke dalam sumpit ditimbang hingga takaran yang telah ditentukan. Setiap
sumpit seberat 250 gram dibungkus alami di tempat produksi yang dikunjungi.
Pembelajaran di kelas IV mencakup gagasan tentang pengukuran.
b)Dengan sumpit
Ide matematika berikut juga terdapat pada sumpit.
Ide bentuk datar Bentuk sumpit berbeda-beda berdasarkan tempat pembuatannya.
Sumpit yang digunakan di lokasi penelitian berbentuk persegi panjang. Desain anyaman
sumpit menciptakan tessellation, susunan bentuk geometris yang unik. Untuk menutupi
area datar, pola ini disusun tanpa ada jarak (Puspadewi & Putra, 2014).Pola pada
anyaman sumpit tampak pada Gambar 3.
Pola tenun ini terdiri dari bentuk persegi dan persegi panjang yang berbentuk datar. Suatu
persegi tidak dapat dipisahkan dari persegi lainnya dengan jarak berapa pun. Pembelajaran
di kelas III mencakup gagasan bangun datar.Konsep Sudut Siku Sudut siku-siku
ditemukan dengan tetap berada pada pola anyaman, seperti ditunjukkan oleh garis biru
pada Gambar 3. Pembelajaran di kelas IV mencakup gagasan tentang sudut siku-siku.
a) Tahapan membungkus
Setelah matang dan dipadukan dengan gula pasir, kipang siap dibagi menjadi
beberapa bagian dan dibungkus. Tindakan membungkus kipang melibatkan penerapan
ide-ide matematika berikut: Teori pengukuran dan komponen satuan Kipang yang sudah
dicampur dipindahkan ke lokasi baru dalam bentuk lantai atau wadah yang dilapisi
plastik. seperti pada Gambar 5.
Ketika sudah tidak panas, kipang dipotong dan dimasukkan ke dalam plastik bungkus
dengaan total ukuran 13x17 m untuk bagian luar, 9x14 m untuk bagian dalam. Pada
saat pengemasan kipang harus berhati-hati.Satu buah kipang berukuran panjang 7,5 cm,
lebar 2 cm, dan tinggi 2 cm, diposisikan miring sehingga membentuk bungkusan berisi
tujuh kipang, dengan total panjang 7,5 cm, lebar 9,5 cm, dan tinggi 2 cm. , membentuk
sebuah langkah. Satu kipang beratnya kira-kira 14 gram, jika dihitung dari berat total 100
gram. Pembelajaran di kelas IV meliputi konsep pengukuran dan komponen satuan.
Penerapan beberapa konsep matematika pada dua masakan tradisional alame dan
kipang panyabungan. Hal ini konsisten dengan sejumlah penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bagaimana komponen budaya yang berbeda dapat digunakan untuk
mengajarkan etnomatematika. Semprong, kue tradisional khas Karawang, dapat menjadi
objek dalam material ruang bersisi melengkung, menurut penelitian eksplorasi
etnomatematika kue tersebut (Rusmayanti & Sutirna, 2021). Penggunaan media Semprong
pada materi ini dapat membantu siswa belajar memperhatikan dengan cermat aktivitas
sehari-hari di sekitarnya. Konsep persegi, persegi panjang, dan sejenisnya ditemukan pada
kajian etnomatematika makanan tradisional Cilacap (Choeriyah et al., 2020). segi enam,
trapesium, segitiga, dan jajar genjang. Menggunakan makanan tradisional membantu
pemahaman langsung siswa terhadap materi pelajaran. Menurut penelitian tentang dampak
model pembelajaran inkuiri dan etnomatematika Bengkulu terhadap kemampuan
representasi matematis (Widada et al., 2019), penggunaan etnomatematika dalam
pembelajaran matematika terlihat bermanfaat bagi perkembangan matematika siswa.
Penelitian tersebut mempunyai manfaat yaitu memungkinkan para pendidik untuk
membuat materi pembelajaran matematika yang menggabungkan penyelidikan
etnomatematika alame dan kipang Panyabungan, sehingga meningkatkan pemahaman dan
kemahiran matematika siswa. Namun, saat ini belum ada standar yang ditetapkan untuk
menilai secara adil tujuan pembelajaran dan prestasi dalam pendidikan etnomatematika.
Daftar Pustaka
|7