Rencana Ipal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

RENCANA IPAL (INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH)

BERBASIS ABR (AEROBIC BAFFLED REACTOR) DALAM


PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA DOMESTIK DI
KABUPATEN BANTUL KECAMATAN KRETEK

Dibuat untuk melengkapi syarat tugas pada semester genap

Disusun oleh:

Dhevanie Septanandi F
21251488

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2024
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Anaerobic Baffle Reactor Dengan Empat Penyekat.....................................16


Gambar 4. 2 Denah Bak Kontrol Black Water dan Grey Water ke dala IPAL ABR........17
Gambar 4. 3 Denah ABR dan sumur pengumpulan Effluen..............................................17
Gambar 4. 4 Tanpak Potongan A-A...................................................................................18
Gambar 4. 5 Tanpak Potongan B-B...................................................................................18
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan antara off site system dan on site system......................................9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia pada setiap tahunya terus
mengalami peningkatan, hal ini mengakibatkan tingginya volume limbah ru,ah
tangga yang dihasilkan. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan dan
kehutanan (KLHK) tahun 2020, terdapat 37,3% sampah yang dihasilkan dari
aktivitas rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan serta
kesadaraan masyarakat dalam mengelola serta mengalirkan aliran
pembuangan limbah dari aktivitas rumah tangga yang dihasilkan, sehingga
jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar
dan terutamanya alam.
Aktivitas kegiatan rumah tangga seperti mandi, memasak, dan mencuci yang
dianggap tidak memberikan dampak buruk yang siginifikan terhadap
pencemaran lingkungan ternyata dapat memberikan dampak buruk terhadap
lingkungan, hal ini dikarenakan pengaliran atau pembuangan sisa aktivitas
tersebut langsung dialirkan ke sungai. Adapun dampak negative yang dapat
ditimbulkan antaranya pencemaran sungai, kali yang menyebabkan kematian
biota yang hidup didalamnya, menurunkan kualitas tanah, menyebabkan
endapan lumpur, terjadinya sumbatan sehingga air tidak dapat digunakan
secara layak. Selain itu, limbah cair domestic menimbulkan bau yang
menyengat serta memiliki kandungan zat kimia berbahaya yang menyebabkan
tergangunya kesehatan seperti pusing dan mual jika terhirup, menyebabkan
gatal-gatal jika terkena kontak langsung dengan kulit, serta menyebabkan
dieare, hepatitis, gagal ginjal, kolera jika limbah cair domestic tersebut sampai
masuk kedalam tubuh manusia. Dimana zat kimia berbahaya yang dihasilkan
oleh air limbah domestic tidak diproses terlebih dahulu akan terakumulasi di
badan air, sehingga bisa menimbulkan perubahan iklim, eutrofikasi dan
meningkatkan kelangkaan air bersih.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
terhadap pengelolaan air limbah rumah tangga domestic ini adalah dengan
menggunakan system pengelolaan air limbah. IPAL merupakan instalasi
pengelolahaan air limbah yang dapat digunakan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan dengan menetralkan limbah terlebih dahulu sebelum
dibuang. Terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk membuat
system IPAL, dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengurangi dampak dari
limbah cair domestic dari aktivitas rumah tangga. Sebuah system yang mudah
dipahami dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Sehingga
harapannya bisa mengubah pola praktis masyarakat menjadi lebih aktif dan
sadar terhadap pencemaran lingkungan.
IPAL bersistem ABR merupakan system IPAL yang paling sederhana dari
keempat IPAL yang ada. System pembuatan IPAL yang tidak rumit,
membutuhkan waktu yang singkat dan mengeluarkan sedikit biaya, menjadi
keunggulan IPAL bersistem ABR. Pengelolaan limbah domestic bersistem
IPAL ABR ini akan dilakukan di kabupaten Bantul Kecamatan Kretek, hal ini
dilakukan atas dasar inisiatif dari peneliti dan penugasan dari pihak kampus
dengan harapan serta landasan izin dari masyarakat diwilayah yang ditentukan
serta pemimpin diwilayah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang merupakan permasalahan
dalam tugas ini yaitu belum adanya system pengelolahan air limbah domestic
secara baik di Kecamatan Kretek.

1.3 Batasan Masalah


Penulisan ini dibatasi pada:
1. Lokasi yang ditinjau adalah kecamatan Kretek Daerah Istimewah
Yogyakarta.
2. Air limbah domestic yang ditinjau di sini hanya limbah rumah tangga
yaitu berupa: tinja, limbah kamar mandi, dan juga sisa kegiatan dapur
rumah tangga.
3. System yang digunakan adalah system ABR.
4. Perencanaan layout jaringan pengelolaan air limbah domestic.
5. Penulis hanya merencanakan bentuk struktur system pengelolaan tersebut,
tentang cara kerja dan prosses pengelolaannya penulis hanya
menggunakan contoh sisyem pengelolaan yang sudah ada.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan system pengolahan air
limbah yang digunakan di Kecamatan Kretek.

1.5 Manfaat penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini untuk mengurangi pencemaran lingkungan
demi terjagaya kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan Kretek khusunya.
BAB II
ISI

2.1 Landasan Teori


Air limbah rumah tangga, sumber utamanya dari perumahan, daerah
perdagangan, daerah perkantoran, dan daerah fasilitas rekreasi, terdiri dari
beberapa jenis limbah berdasarkan sumber dan karakteristiknya. Menurut
Wernerberger (1969), limbah rumah tangga dari perumahan dapat dibagi
menjadi empat tipe utama: Grey Water, Black Water, Yellow Water, dan
Brown Water. Grey Water adalah air cucian tanpa faeces dan urin, sedangkan
Black Water adalah air pembilasan toilet. Yellow Water adalah urin yang
dipisahkan dari toilet, dan Brown Water adalah Black Water tanpa urin.
Limbah domestik memiliki berbagai bentuk fisik, termasuk limbah cair seperti
air toilet, air cucian, dan air kamar mandi, limbah padat seperti sisa makanan,
kemasan, dan sampah plastik, serta limbah gas seperti asap dari kompor
minyak atau pembakaran sampah, dan bau dari kakus. Limbah ini
mengandung bakteri, bahan organik, padatan tersuspensi, dan memiliki tingkat
BOD yang tinggi, menyebabkan rendahnya kadar oksigen terlarut di perairan.
Limbah domestik dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu organik dan
anorganik. Limbah organik terdegradasi oleh mikroba, sementara limbah
anorganik sulit terurai dan sering menyebabkan pencemaran lingkungan.
Di daerah tanpa pengelolaan limbah domestik, limbah sering dibuang
langsung ke lingkungan, terutama perairan seperti sungai dan danau, yang
menyebabkan pencemaran di sepanjang badan perairan. Air limbah domestik,
menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003,
adalah limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga, usaha
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.
Mukhtasor (2007) membagi air limbah domestik menjadi dua bagian utama:
air limbah domestik yang Air limbah domestik berasal dari cucian seperti
sabun, deterjen, minyak, lemak, dan shampo, serta dari kakus seperti tinja dan
air seni. Lebih dari 90% air limbah tersebut berupa cairan. Kodoatie, dkk.
(2010) menjelaskan bahwa air limbah mengandung unsur organik dan
anorganik, termasuk protein, karbohidrat, lemak, garam, logam, dan
mikroorganisme.
Penelitian oleh Komarawidjaja (2004) menunjukkan bahwa air limbah
domestik yang mencemari sungai Citarum mengganggu biota perairan,
terutama invertebrata seperti siput, akibat tingginya pencemaran organik,
senyawa B3, dan pestisida.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan secara alamiah dengan menggunakan
kolam stabilisasi, yang merupakan kolam untuk mengolah air limbah secara
alami. Kolam stabilisasi disarankan terutama di daerah tropis dan negara
berkembang karena biayanya terjangkau, meskipun memerlukan area yang
luas dan retention time yang cukup lama (20-50 hari). Ada beberapa jenis
kolam stabilisasi yang umum digunakan, termasuk kolam anaerobik, kolam
fakultatif, dan kolam maturasi.
Pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik didasarkan pada faktor-
faktor seperti kepadatan penduduk, sumber air, kedalaman muka air tanah, dan
kemampuan keuangan. Hal ini dapat menghasilkan sistem penyaluran air
limbah buangan domestik baik dalam skala terpusat (Off Site System) maupun
dalam skala setempat (On Site System). Tujuannya adalah untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk pencemaran air
tanah dan sungai serta meningkatkan sanitasi lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Berikut perbedaan antara off site system dan on site system:

Tabel 2. 1 Perbandingan antara off site system dan on site system

Off site System On Site System


(Sistem Pengolahan) (Sistem Pengolahan Setempat)
Keuntungan: Keuntungan:
1. Menyediakan pelayanan yang 1. Menggunakan tekologi
baik sederhana.
2. Sesuai daerah dengan 2. Memerlukan biaya yang
kepadatan tinggi. rendah.
3. Pencemaran terhadap badan 3. Masyarakat dan tiap-tiap
air dan air tanah dapat keluarga dapat menyediakan
dihindari sendiri.
4. Memiliki masa guna lebih 4. Pengoprasian dan
lama. pemeliharaan oleh
masyarakat, serta manfaatnya
dapat dirasakan secara
menyeluruh.
Kerugian: Kerugian:
1. Memerlukan biaya investasi, 1. Tidak dapat diterapkan pada setiap
operasi, dan pemeliharan yang daerah, misalkan sifat permeabilitas
tinggi. tanah, tigkat kepadatan tanah dan
2. Menggunakan teknologi tinggi lainnya.
3. Tidak dapat dilakukan oleh 2. Fungsi terbatas hanya dari buangan
perseorangan. kotoran manusia, tidak melayani air
4. Waktu yang lama dalam limbah kamar mandi dan air bekas
perencanaan dan pelaksanaan cucian,
5. Perlu pengelolaan, 3. operasi dan pemeliharaan sulit
operasional, dan dilaksanakan.
pemeliharaan.
Sumber : Asmadi dan Suharno, 2012

Anaerobic Baffle Reactor (ABR) atau dikenal juga sebagai Anaerobic Baffled
Septic Tank (ABST) merupakan sebuah reaktor anaerob yang telah
dimodifikasi dari septik tank dengan penambahan sekat-sekat. Teknologi ini
dikembangkan oleh Bacman dan rekan-rekannya pada tahun 1985 untuk
mengatasi limbah cair dengan tingkat COD yang tinggi (8000 mg/l).
Sistem ABR terbukti sangat efisien dalam mengolah air buangan sintetis dan
cocok untuk mengatasi limbah dengan kandungan zat tersuspensi yang tinggi
dan rasio BOD/COD yang rendah, seperti limbah dari kegiatan industri
(Wanasen, 2003).
ABR memiliki kompartemen-kompartemen yang dibatasi oleh sekat-sekat
vertikal, memungkinkan pengolahan berbagai jenis influen. Biasanya, ABR
terdiri dari kompartemen-kompartemen yang disusun secara seri. Susunan
kompartemen seri ini memberikan keuntungan dalam mengolah substansi
yang sulit terdegradasi. Aliran limbah cair dialirkan ke bawah sekat-sekat oleh
susunan seri sekat, tergantung pada orientasi dan tekanan dari influen,
sehingga memungkinkan air limbah mengalir dari inlet menuju outlet.

2.2 Analisa Debit, Beban Pengolahan, dan Kualitas Effluen

2.2.1 Analisa Debit

2.2.2 Beban Pengolahan

2.2.3 Kualitas Effluen


BAB III

KRITERIA DESAIN

3.1 Desain ABR (Anaerobic Baffled Reaktor)

Anaerobic Baffle Reactor (ABR) adalah sebuah bioreaktor kontinu di mana suplai
medium pertumbuhan masuk secara terus-menerus dan produk yang keluar juga
bersifat kontinu. Laju aliran cairan yang masuk ke dalam reaktor sama dengan laju
aliran cairan yang keluar dari reaktor, menjaga volume atau level reaktor tetap
konstan. ABR menggunakan prinsip-prinsip dari beberapa unit pengolahan,
seperti septic tank, fluidized bed reactor, dan Upflow Sludge Blanket Reactor
(UASB).

ABR mengombinasikan proses sedimentasi dengan penguraian lumpur secara


parsial dalam kompartemen yang sama. Meskipun pada dasarnya hanya
merupakan kolam sedimentasi tanpa bagian yang bergerak atau penambahan
bahan kimia, ABR memiliki ruang pertama untuk proses pengendapan dan ruang-
ruang berikutnya untuk proses penguraian karena kontak air limbah dengan
mikroorganisme. Operasi ABR merupakan reaktor kontinu tanpa recirculation
(pengaliran kembali). Hal ini perlu mendapatkan perhatian dalam pengoperasian
ABR adalah distrubusi aliran masuk secara merata dan juga kontak antara substrat
yang baru masuk yang telah ada di dalam reactor. Distribusi aliran masuk secara
merata dapat dicapai dengan menggunakan kompartemen pendek yang
panjangnya < 50-60%.

Tahap perencanaan Anaerobic Baffle Reactor (ABR) mencakup

a. Mendesain ABR (Anaerobic Baffled Reactor)

Volume ABR dihitung berdasarkan waktu tinggal yang akan digunakan dalam
perencanaan periode desain. Perhitungan besarnya volume reaktor sama dengan
perhitungan tangki septik konvensional. Volume ABR dihitung menggunakan
rumus berikut (Sasse dalam Mubarok, 2008):
\[V = Q \times td\]

Keterangan:

- \(V\) = volume reaktor (m³)

- \(Q\) = debit air limbah (l/detik)

- \(td\) = waktu tinggal (hari)

Sementara itu, untuk menghitung lebar bukan outlet, dapat menggunakan rumus:

\[A = \frac{Q}{v}\]

Keterangan:

- \(A\) = luas outlet (m²)

- \(Q\) = debit air limbah (l/hari)

- \(v\) = kecepatan aliran (m/jam)

Dalam penelitian ini menggunakan desain ABR dikarenakan dari beberapa


referensi penelitian terdahulu yang menerangkan bahwa Dalam perencanaan
pembuatan Instalasi Pengolahan air limbah domestik, beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti yang telah disampaikan oleh Wulandari (2014), antara lain:

1. Biaya operasinya yang rendah


2. Lahan yang dibutuhkan tidak terlalu besar
3. Mudah dalam pengelolaannya
4. Mudah dan sederhana dalam perawatannya
5. Membutuhkan energi yang rendah
6. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah
domestik
7. Menghasilkan sedikit lumpur
8. Dapat digunakan untuk air limbah domestik yang memiliki BOD tinggi
9. Dapat menghilangkan amoniak hingga mencapai standar baku mutu yang
berlaku
10. Dapat menghilangkan padatan tersuspensi

Sementara itu, menurut Zuliyanto (2011), pemilihan teknologi pengolahan air


limbah domestik harus mempertimbangkan biaya pembangunan yang rendah,
kemudahan dalam pembangunan, dan ketersediaan material di pasar lokal. Selain
itu, perancangan teknologi pengolahan air limbah domestik juga perlu
memperhitungkan tingkat ekonomi masyarakat, muka air tanah, dan topografi
daerah studi perencanaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, banyak perencanaan pembuatan Instalasi


Pengolahan Air Limbah domestik dengan sistem ABR dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh sifat sederhana sistem ABR yang dapat memangkas biaya
pembangunan, memudahkan perancangan, dan fleksibel dalam penempatannya.
Banyaknya keuntungan ini menjadi faktor utama dalam pemilihan teknologi
pengolahan air limbah domestik.
3.2 Alur Penelitian
BAB IV

PERENCANAAN IPAL

4.1 Desain IPAL ABR

Sumber: Surbakti, et al. 2020

Gambar 4. 1 Anaerobic Baffle Reactor Dengan Empat Penyekat

Rangkaian kompartemen pada ABR secara seri memiliki keuntungan


dalam membantu mengola substansi yang sulit di degradasi. Aliran limbah
cair diarahkan menuju kebawah sekat oleh susunan seri sekat tergantung
maupun tegak dan juga tekanan dari influent sehingga air limbah dapat
mengalir dari inlet menuju outlet.
Pada bagian bawah sekat tergantung dibengkokkan 45° untuk
mengarahkan aliran air dan mengurangi channeling atau aliran pendek.
Bagian dwonflow lebih sempit dibandingkan upflow untuk mencegah
akumulasi mikroorganisme. Dalam aliran keatas, aliran melewati sludge
blanket, sehingga limbah dapat kontak dengan mikroorganisme aktif. Arah
aliran limbah dalam sebuha reactor ABR dapat dilihat pada gambar 4.1 di
atas.
Aliran di atas memiliki karekteristik yang khusus, dengan tujuan untuk
mengalirirkan limbah keadalam reactor ABR dan gas yang dihasilkan dari
setiap kompartemen, mikrorganisme di dalam reactor akan naik secara
perlahan dan kemudia membentuk lapisan lumpur yang melayang, tetapi
bergerak secara horizontal turun kebagian bawah reactor dengan laju yang
relative lamvat sehingga meningkatkan waktu tinggal sel (Cell Retention
Tme).

Berikut denah bak control dan Grey Water ke dalam IPAL system
Anaerobil Baffle Reaktor (ABR) di Kecamatan Kretek:

Gambar 4. 2 Denah Bak Kontrol Black Water dan Grey Water ke dala IPAL ABR

Gambar 4. 3 Denah ABR dan sumur pengumpulan Effluen


Gambar 4. 4 Tanpak Potongan A-A

Gambar 4. 5 Tanpak Potongan B-B

Diharapkan dengan adanya desain IPAL system Anaerobic Baffel Reactor (ABR)
di Kecamatan Kretek, maka masyarakat dapat mengoptimalkan pengelolahan air
limbah buangan sehingga proses berkelanjutan prasarana dan sarana pengelolaan
air limbah itu sendiri dapat dilakukan dengan lebih efisien, efektif, terpadu dan
berwawasan lingkungan.
4.2 Hasil dan Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Sebayang, et all. 2020. “Desain Teknologi IPAL system Anaerobic Reactor Di


Kelurahan Gunung Sari Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju
Utara Sulawesi Barat” Jurnal Teknologi informasi. Hh74-78.

Website Pemerintah Kabupaten Bantul 2024. “ Profil Kabupaten Bantul


mengenai keadaan daratan dan populasi jiwa”. Diakses 27 April 2024.

Alex, dan Fuad. 2016. “Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domesik
Di Kelurahan Istiqal Kota Manado” Vol 4.No.3 hh 212-215. Jurnal sipil
static.

Anda mungkin juga menyukai