TEMU 9 Lanjutan PKN - Compressed

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Agus Setiawan,SHI,MH

Temu 9 lanjutan
Good governance: Makna dan arti penting Good
Governance, Good Governance dalam bingkai otonomi
daerah
Menurut Bahasa, Good Governance bermakna “Pemerintahan Yang
Baik”. Adapun menurut Istilah, Good Governance adalah Kesepakatan
menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah,
masyarakat madani(civil society), dan sector swasta. Konsep Good Governance
tersebut menggambarkan bahwa sistem pemerintahan yang baik menekankan
pada kesepakatan pengaturan negara yang diciptakan bersama permerintah,
lembaga negara, baik tinggkat pusat maupun daerah, sector swasta,
masyarakat madani.
Good Governance adalah suatu peyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework
bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan


diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut
telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses
demokrasi yang bersih sehingga Good Governancemerupakan salah satu alat
Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika
dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini,
penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil
sepenuhnya sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak
ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan
akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.
Beberapa pengertian dari good governance, antara lain :

Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara


kekuasaan yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan
ekonomi untuk pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).

Tata laksana pemerintahan yang baik (bahasa Inggris: good governance)


adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta
maupun negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan yang
baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan
menjadi sempurna - namun, apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-
gunaan kekuasaan dan korupsi.
Prinsip Good Governance

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas


prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan
tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai
bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good
governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good
governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan
sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat,
serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud
untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi
masyarakat.
2. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan- perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law),
Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum
yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum
harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-
hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai
agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan
dunia usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk
mendukung bagaimana good governancedapat berjalan dengan baik di masing-
masing lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis
yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia.
Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari
konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan.
Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang
lebih luas untuk memberikan kontribusinya.
5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain
dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi
keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai
kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat
yang terwakili.
6. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua
warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan
hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap
tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
7. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan
efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur
dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar
pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus
mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan
nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari
jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki
perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosialyang menjadi
dasar bagi perspektif tersebut.

PENOPANG GOOD GOVERNANCE


Good governance hanya bermakna apabila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang memiliki kualifikasi berikut:
1. Negara:
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil;
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan;
c. Menyediakan pelayanan publik yang efektif;
d. Menegakan HAM;
e. Melindungi lingkungan hidup;
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik
2. Sektor swasta:
a. Menjalankan industri;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Menyediakan intensif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat;
e. Memelihara lingkungan hidup;
f. Menaati peraturan;
g. Mentranfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat;
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
3. Masyarakat madani;
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;
b. Mempengaruhi kebijakan public
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah;
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah;
e. Mengenbangkan SDM;
f. Sarana berkomunikasi antara anggota masyarakat.

Otonomi Daerah
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur
sendiri kepentingan suatu masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan
guna mengurus daerahnya sendiri. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi
Daerah adalah sebuah hak dan wewenang untuk mengatur serta mengurus
rumah tangga daerah.
Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu
pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentangPemerintah
Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan
hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik
fokus penting dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu
daerah bisa disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas
daerah masing-masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah
dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan,
serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karena itu maka Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak
perubahan. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah
daerah untuk membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta
melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing.
Berkembang atau tidaknya suatu daerah tergantung dari kemampuan dan
kemauan untuk dapat melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas
berekspresi dan berkreasi dalam rangka membangun daerahnya sendiri, tentu
saja harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah yaitu
membebaskan pemerintah pusat dari berbagai beban dan menangani urusan
suatu daerah yang bisa diserahkan kepada pemerintah daerah. Olehkarenanya
pemerintah pusat memiliki kesempatan untuk mempelajari, merespon,
memahami berbagai kecenderungan global dan menyeluruh serta dapat
mengambil manfaat daripadanya.
Adapun tujuan dari otonomi daerah menurut undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa
tujuan otonomi daerah ialah menjalankan otonomi yang seluas- luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang memang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya
saing daerah. Berikut penjelasannya:
a. Meningkatkan pelayanan umum
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan ada peningkatan pelayanan umum
secara maksimal dari lembaga pemerintah di masing-masing daerah. Dengan
pelayanan yang maksimal tersebut diharapkan masyarakat dapat merasakan
secara langsung manfaat dari otonomi daerah.
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Setelah pelayanan yang maksimal dan memadai, diharapkan kesejahteraan
masyarakat pada suatu daerah otonom bisa lebih baik dan meningkat. Tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut menunjukkan bagaimana daerah otonom
bisa menggunakan hak dan wewenangnya secara tepat, bijak dan sesuai
dengan yang diharapkan.
c. Meningkatkan daya saing daerah
Dengan menerapkan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan daya
saing daerah dan harus memperhatikan bentuk keanekaragaman suatu daerah
serta kekhususan atau keistimewaan daerah tertentu serta tetap mengacu pada
semboyan negara kita “Bineka Tunggal Ika” walaupun berbeda-beda namun
tetap satu jua

Anda mungkin juga menyukai