Tugas Vertigo Sulianti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Vertigo
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari vertigo,
yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing.Definisi
vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di
bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus).Sedangkan menurut Gowers Kapita
Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan
tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan
sistem keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan.Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali.
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak
mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga
tengah dan dalam atau gangguan penglihatan.Vertigo merupakan sensasi atau perasaan yang
mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan.
Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun
pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya,
asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati.
Jenis vertigo

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang


mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

2.2. Epidemiologi
Vertigo perlu diketahui karena merupakan keluhan nomor tiga paling sering
dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum, bahkan orang tua usia sekitar 75
tahun, 50 % datang ke dokter dengan keluhan vertigo.
Vertigo merupakan sebuah gejala, dan bukan merupakan penyakit. Seseorang yang
mengalami vertigo merasakan seolah-olah ia merasa berputar, atau seolah-olah benda di
sekelilingnya bergerak atau berputar, biasanya disertai dengan mual, muntah, dan kehilangan
keseimbangan.
Bila gangguan ini berat, penderita bahkan tak mampu berdiri atau bahkan terjatuh.
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
2.3 Faktor Resiko
Faktor Resiko Terjadinya Vertigo

1. Adanya inflamasi atau infeksi.


2. Adanya inflamasi pada jaringan ikat di kornea mata.
3. Adanya fluktuasi tekanan cairan di dalam telinga (penyakit meniere).
4. Sering mengkonsumsi alkohol.
5. Ototoksisitas (adanya keracunan pada telinga).
6. Menggunakan preparat antibiotik dalam jangka panjang.
7. Dipicu oleh penyakit sistem saraf pusat sepert tumor, kerusakan leher, dan stroke.

Gejala Vertigo Yang Sering Dijumpai

1. Merasakan pusing yang sangat luar biasa.


2. Perasaan berputar yang disertai dengan timbulnya mual dan muntah.
3. Wajah yang pucat.
4. Mengalami kesulitan berdiri dan bergerak.
5. Telinga terasa berdengung.
6. Gangguan penglihatan sepert pandangan kabur.
7. Berkeringat dingin dan denyut nadi cepat.

2.4 Patofisiologi
1. Anatomi Vertigo

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:


a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
 Reseptor mekanis divestibulum
 Reseptor cahaya diretina
 Reseptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di
otak:
 Saraf vestibularis
 Saraf optikus
 Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi,
inti akulomotorius, formarsio retikularis
2. Patofisiologi Vertigo

Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata
disebut nistagnus.

2.5 Etiologi
Vertigo bisa disebabkan karena adanya gangguan fungsi, atau bisa juga akibat kerusakan
alat keseimbangan tersebut,gangguan fungsi saraf dalam telinga dalam,saraf
keseimbangan,bahkan gangguan pada pusat keseimbangan di susunan saraf pusat (otak) kecil
di bagian belakang (brainstem). Seringkali vertigo ini disertai rasa mual sampai muntah
sehingga badan merasa lemas,berkeringat dingin.

Penyebab terjadinya vertigo dibedakan menjadi 2 jenis,yaitu :


1. Gangguan di sentral (susunan saraf pusat dan saraf keseimbangan)
2. Gangguan di perifer (tepi).
Jadi, vertigo dapat disebabkan karena adanya gangguan pada sistem vestibular perifer
(ganguan pada telinga bagian dalam). Pusing juga bisa muncul sebagai akibat dari gangguan
sistem vestibular sentral (misalnya saraf vestibular, batang otak, dan otal kecil). Pada
beberapa kasus, penyebab vertigo tidak diketahui.

Gangguan vestibular perifer meliputi Benign Paroksimal Positional Vertigo (BPPV;


vertigo karena gangguan vestibular perifer yang paling banyak ditemui), sindrom Cogan
(terjadi karena ada peradangan pada jaringan ikat di kornea, bisa mengakibatkan vertigo,
telinga berdenging dan kehilangan pendengaran), penyakit Ménière (adanya fluktuasi tekanan
cairan di dalam telinga/ endolimf sehingga dapat mengakibatkan vertigo, telinga berdenging,
dan kehilangan pendengaran). ototoksisitas (keracuanan pada telinga), neuritis vestibular
(peradangan pada sel saraf vestibular, dapat disebabkan karena infeksi virus).

Beberapa obat dan zat kimia (seperti timbal, merkuri, timah) dapat menyebabkan
ototoksitas, yang mengakibatkan kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf kranial VIII
dan menyebabkan vertigo. Kerusakan dapat bersifat temporer maupun permanen.
Penggunaan preparat antibiotik (golongan aminoglikosida, yaitu streptomisin dan gentamisin)
jangka panjang maupun penggunaan antineoplastik (misalnya cisplatin maupun carboplatin)
dapat menyebabkan ototoksisitas permanen. Konsumsi alkohol, meskipun dalam jumlah
kecil, dapat menyebabkan vertigo temporer pada beberapa orang.

Beberapa sumber menyebutkan, penyebab dari terjadinya vertigo antara lain :


1. Infeksi virus pada alat keseimbangan di telinga dalam
2. Radang/infeksi saraf keseimbangan (vestibular neuritis),biasanya terjadi serangan
vertigo berulang beberapa jam atau beberapa hari setelah serangan
pertamanya,seringkali disertai perasaan cemas,seringkali dialami setelah infeksi virus
sebelumnya,tidak disertai gangguan maupun penurunan pendengaran.
3. Benign paroxysmal positional vertigo,yang berhubungan dengan perubahan posisi
kepala maupun badan,seringkali disertai mual dan muntah,membaik setelah beberapa
hari kemudian disertai badan merasa limbung/goyang,bisa diderita setelah mengalami
cedera kepala,tanpa disertai gangguan ataupun penurunan pendengaran,jenis vertigo ini
cenderung membaik secara spontan setelah beberapa minggu atau bulan,tetapi
kebanyakan penderita mengalami serangan vertigo beberapa bulan atau tahun
kemudian.
4. Iskhemia/penurunan suplai darah pada daerah vertebrobasiler
5. Gangguan fungsi saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dan
tenggorok(tuba auditoria)
6. Penyakit Menier yang ditandai vertigo,gangguan pendengaran (tinnitus : sensasi /suara
berdenging),penurunan pendengaran,seringkali berhubungan dengan rasa tertekan pada
telinga,serangan vertigo dapat mulai 1-24 jam,tetapi seringkali disertai gangguan
keseimbangan permanen/menetap dan telinga serasa berdenging yang bisa semakin
terasa memberat,penurunan pendengaran pada jenis ini bisa membaik,tetapi bisa juga
permanen
7. Radang/infeksi telinga tengah menahun (congek)
8. Pemakain obat-obatan : salisilat,kina,golongan aminoglikosid
9. Migrain vestibuler
10. Epilepsi
11. Tumor pada saraf pendengaran
12. Tumor nasofaring (hidung bagian belakang)
13. Cedera pada pembuluh darah disusunan saraf pusat
14. Pasca cedera

2.6 Tanda dan Gejala

1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan
serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi,
kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut
(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk
hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya
maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan
vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia
batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa
detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan
menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo
dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit
meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada
sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan)
namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami
gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala
ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa
lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus
yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga
yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada
penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah
arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang
bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan
system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca
trauma
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat

2.7 Diagnosis
Vertigo dapat terjadi tiba-tiba dan berlangsung sebentar, tapi dapat pula terjadi selama
beberapa hari. Vertigo yang berat bisa membuat kita tidak dapat bagun dari tempat tidur dan
hal ini akan mempengaruhi aktivitas. Untuk itu, gejala vertigo dapat bervariasi tergantung
berat ringannya. Gejala yang dirasakan antara lain :
 Tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
 Benda di sekitar bergerak atau berputar
 Mual
 Muntah
 Sulit berdiri atau berjalan
 Sensasi kepala terasa ringan
 Tidak dapat memfokuskan pandangan

Sebelum dilakukan pengobatan maka ketahui dulu sifat dan penyebab dari vertigo.
Gerakan bola mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian
dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Gerakan bola mata yang cepat dari
kiri ke kanan atau dari atas ke bawah disebut Nistagmus. Nistagmus bisa dirangsang dengan
menggerakakn kepala pasien secara tiba-tiba dan dengan cara meneteskan air dingin ke dalam
telinga pasien. Arah dari gerakan bola mata tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis.

2.7 Penatalaksanaan

1. Vertigo posisional Benigna (VPB)


 Latihan
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita
VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari
itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi
duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

 Obat-obatan
Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai
terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan
akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang
merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan
pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi
perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
 Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah
baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa
serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang
atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
 Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang.
Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam
dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek
tambahan yang baik.
 Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh obat
atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan
kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular
dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine,
prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu.
Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada penderita ini
dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
 TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih sempurna
dalam kurun waktu 24 jam
 RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi lebih
dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang efektif
sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat.

2.9 Komplikasi

Penyebab Komplikasi Vertigo


Penyebab komplikasi berikut akan saya jelaskan satu per satu pada anda dan akan
menjadi bahan referensi bila anda ingin membuat suatu makalah atau skripsi masalah vertigo.
Baiklah langsung saja yang pertama.

1. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan sistem syaraf
dalam telinga. salah seorang dokter menyampaikan bahwa ini adalah masalah kronis
yang sangat fatal yang mana akan menimbulkan beberapa gejala seperti vertigo,
telinga berdengung, gangguan pendengaran dan bisa juga ada rasa tekanan dalam
telinga.
2. Trauma Telinga dan Labirintitis
Trauma telinga atau labirintitis adalah masalah pendengaran berupa tuli mendadak
yang terjadi karena hal lain seperti ledakan atau suara yang menggangu telinga dalam waktu
yang lama misalnya saat anda dalam perjalanan panjang. Hal ini juga bisa menimbulkan
komplikasi vertigo bila sampai menimbulkan gangguan pada syaraf telinga yang akhirnya
akan merasakan sensasi berputar pada pandangan mata.

3. Epidemic Atau Akibat Otitis Media Kronika

Adalah masalah serius yang terjadi karena ada peradangan pada telinga bagian tengah.
Masalah peradangan telinga ada 2 level mulai dari akut sampai kronik. Yang jelas
peradangan telinga bisa menimbulkan komplikasi vertigo pada diri anda. Penyebabnya adalah
bakteri yang merusak telinga bagian dalam dan tengah seperti streptococcus pneumoniaedan
ditambah haemophilus influenzae serta moraxella cattarhalis.

4. Penyakit Saraf Akustikus Serebelum Atau Sistem Kardiovaskuler.

Penyebab komplikasi vertigo terakhir masih berhubungan dengan syaraf. Penyakit


syaraf akustikus serebelum dan sistem kordiovaskuler jarang terjadi namun perlu anda
lakukan pencegahan berupa menghindari suara keras, musik rock dan hindari sesuatu yang
merusak telinga. Sering periksa ke dokter bila perlu.

Ciri-Ciri Komplikasi Akibat Vertigo

- Mual
- Muntah
- Pusing
- Pandangan berputar
- Lemas
- Tidak nafsu makan
- Kurang bertenaga
2.10 Pencegahan

Cara Mencegah Vertigo

Berbagai jenis gejala vertigo bisa hilang sendiri. Banyak orang yang menganggap
bahwa ini adalah gangguan normal pada semua orang dan bisa sembuh tanpa perawatan. Tapi
beberapa orang juga bisa mengalami kondisi yang lebih parah. Jadi perawatan untuk vertigo
tetap dibutuhkan. Selain itu upaya untuk mencegah vertigo lebih baik dilakukan sebelum
gejala penyakit ini menjadi lebih parah.
Berikut ini adalah beberapa macam tindakan pencegahan untuk vertigo.

 Menerapkan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan seimbang
nutrisi dan olahraga ringan bisa menjadi pencegahan untuk vertigo. Anda bisa
mengurangi konsumsi makanan cepat saji, dan selalu menerapkan latihan ringan.
Tidak hanya untuk pencegahan penyakit vertigo, menerapkan gaya hidup sehat juga
baik bagi kesehatan tubuh.
 Mengurangi semua faktor resiko seperti mencegah stroke, kolesterol tinggi, kadar
gula tinggi dan berat badan berlebih. Kondisi ini diperlukan untuk tetap
mempertahankan kondisi kesehatan dalam tahap yang stabil dan baik. Resiko vertigo
selalu lebih tinggi pada orang yang beresiko menderita stroke.
 Penderita vertigo bisa mengendalikan gangguan ini dengan menjalani perawatan
sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya infeksi telinga maka harus melakukan
perawatan untuk mengatasi masalah infeksi pada telinga.
 Konsumsi berbagai jenis buah-buahan yang mengandung banyak air seperti buah pir,
apel, belimbing dan jenis buah lain. Selain itu asupan sayuran hijau juga sangat baik
untuk mencegah vertigo.
 Mengendalikan diri agar kondisi pikiran dan perasaan tidak terlalu tertekan sehingga
terhindar dari stres.

2.2 HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

B. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi
dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah
dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Kebiasaan hidup
d. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
e. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
f. Kegemukan atau makan berlebihan
g. Stress
h. Merokok
i. Minum alkohol
j. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


1. Ginjal ; Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut dan Tumor.
2. Vascular ; Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
dan Vaskulitis.
3. Kelainan endokrin ; DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidismed
4. Saraf ; Stroke, Ensepaliti.
5. Obat – obatan ; Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor –
factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler)
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
8. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
9. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
10. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat
11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Menghentikan merokok
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perming
2. Edukasi Psikologis
a. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan
cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
b. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita.

BAB III
TINJAUAN KASUS

2.1 Persentase Kasus

1. Nama : Ny. Jumirah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Umur : 62 tahun

4. Agama : Islam

5. Tinggi/Berat Badan : 7,2 kg

6. Tanggal masuk : 1 november 2016

7. Tanggal Pulang : 8 november 2016

8. No MR : 357552

9. Dokter yang merawat : -

Anamnesa

 Keluhan Utama
Pasien mengeluh pusing sudah 2 hari dengan riwayat Hipertensi. Sebelum pusing habis minum Amlodipin dan
Captopril.

 Pemeriksaan Fisik
- Tekanan Darah : 150/98
- Suhu : 26,5 ºC
- Pernapasan : 20 x/menit
- Nadi : 86 x/menit
- BB : 60 kg

Diagnosa : - vertigo
- 2.2 Data Laboratorium
- Table 1.1 Implementasi Medikal (Pemeriksaan Tanda vital)

Pemeriksaa Nilai 1/11/201 2/11/201 3/11/201 4/11/201 5/11/201


n fisik Norm 6 6 6 6 6
al
Tekanan < 150/90 170/110 160/100 150/100 180/110
darah 120/80
(mmHg)
Suhu badan 36-37 28,5 36 36 36 36,5
(ºC)
Laju 12-18 18 20 20 18 20
pernapasan
(x/menit)
Nadi 60-80 90 90 90 90 90
(x/menit)
-
-

Pemeriksaan fisik Nilai 6/11/2016 7/11/2016 8/11/2016


normal
Tekanan darah < 120/80 160/100 160/100 150/90
(mmHg)
Suhu badan (ºC) 36-37 36 36 36,5
Laju pernapasan 12-18 20 20 18
(x/menit)

Nadi (x/menit) 60-80 90 90 80


Tabel 12 pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 1 november 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan IDL


Leukosit 14,0 3,6-11,0 103 /µl Tinggi
Eritrosit 2,85 3,80-5,20 g/dl Rendah
Hemoglobin 14,4 11,7-15,5 % Normal
Trombosit 1.296 150- 440 103/ml Tinggi
Hematokrit 27 25-47 106/µl Normal
M.C.V 94 60-100 Ft Normal
M.C.H 50 26-34 Pg Tinggi
M.C.H.C 54 32-56 g/dl Normal
Basofil 0 0-1 % Normal
Eosinofil 0 1-5 % Rendah
Batang 2 3-6 % Rendah
Segmen 86 25-60 % Tinggi
Limfosit 9 25-40 % Rendah
Monosit 3 2-8 % Normal
LED 1 0-20 mm/jam Normal

Tanggal 4 November 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan IDL


Leukosit 12,4 3,6 – 11,0 103 /µl Normal
Eritrosit 3,04 3,60-5,20 106/µl Rendah
Hemoglobin 14,7 11,7-15,5 g/dl Tinggi
Hematokrit 28 35-47 % Rendah
Trombosit 969 229-553 103/ml Tinggi
M.C.V 93 73-101 Ft Normal
M.C.H 49 23-31 Pg Tinggi
M.C.H.C 53 26-34 g/dl Tinggi
2.3 Data Pengobatan

Table 13 Penggunaan Terapi Obat

Nama Obat Rute Frekuensi 1/11/2016 2/11/2016 3/11/2016 4/11/2016


P S S M P S S M P S S M P S S M
r r r r
Betahistin 6 mgTab PO 3 x 6 mg √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √
Flunarizin 5 mg tab PO 2 x 5 mg √ - - √ √ - - √ √ - - √ √ - - √
Omeprazole inj iv 2x1 √ - - √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √
Ondansentron inj iv 3x1 √ √ - √ STOP
Micardis 40 mg PO 1 x 40 mg - - - √ - - - √ - - - √ - - - √
Amlodipine 10 mg PO 1 x 10 mg - - - - - - - - √ - - - √ - - -
Aspilet tab PO 1 x 160 mg - - - - - - - - - - - - √ - - -
Hydrea 500 mg cap PO 3 x 500 mg - - - - - - - - - - - - - - - √
Pregabalin 75 mg PO 2 x 75 mg - - - - - - - - - - - √ √ - - √

Nama Obat Rute frekuensi 5/11/2016 6/11/2016 7/11/2016 8/11/2016


P S Sr M P S Sr M P S Sr M P S S M
r
Betahistin tab PO 3 x 6 mg √ √ - √ √ √ - √ STOP
Flunarizin 5 mg PO 2 x 5 mg √ - - - √ - - - √ - √ - √ - √ -
Omeprazole inj iv 1x1 √ - - √ √ - - √ S T O P S T O P
Micardis 40 mg PO 1x1 - - - √ - - - √ - - - √ - - - √
Amlodipine 10 mg PO 1 x 10 mg √ - - - √ - - - √ - - - √ - - -
Aspilet PO 1 x 160 mg √ - - √ √ - - √ √ - - √ √ - - √
Hydrea 500 mg cap PO 3 x 500 mg √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - √
Pregabalin 75 mg PO 2 x 75 mg √ - - √ √ - - √ √ - - √ √ - - √
Omeprazole 20 mg PO 2 x 20 mg - - - - - - - - - - - - √ - - √
Keterangan : P = Pagi Sr = Sore S = Siang M = Malam

2.4.DATA SOAP PASIEN

Tgl Subjektif Objektif Assessment Plan


1/11/201 Pasien Tekanan darah 1.Vertigo -Infus asering tiap 12
6 mengeluh 150/ 90 2. Hipertensi jam
pusing dan Kes : CM Emergency -Catapres inj 7,5 cc/
tekanan darah KU : sedang jam
naik IVFD (+) -Betahistin 3 x 6mg
-Flunarizin 3 x 5 mg
-Omeprazole inj 2 x 1
vial
-Ondansentron inj 3 x
1 amp
Konsul dengan dokter
Catapres stop ganti
dengan micardis 80
mg diminum malam
hari
2/11/201 Nyeri kepala Tekanana 1. Hipertensi - Asering / 12 jam
6 darah 170/110
Setelah siang Kes : CM Emergency - Flunarizin 2 x 5 mg
hari pasien KU : sedang - Amlodipine 1 x 10
mengatakan IVFD (+) mg (pagi)
pusing - Micardis 80 mg 1 x
berkurang 1 (malam)
- Betahistin 3 x 6 mg
- Omeprazole ijn 2 x
1
- Ondansentron inj 3
x1

3/11/201 Pusing sudah Kes : CM 1. Gangguan rasa - Asering / 12 jam


6 berkurang KU : TSS nyaman /nyeri - Flunarizin 2 x 5 mg
IVFD (+) - Amlodipine 1 x 10
mg (pagi)
- Micardis 80 mg 1 x
1 (malam)
- Betahistin 3 x 6 mg
- Omeprazole ijn 2 x
1
- Ondansentron inj 3 x 1
- Lanjutkan intervensi
- Monitoring input dan
out put
- Anjurkan tekhnik
relaksasi
- Suruh pasien bedrest

4/11/201 Pusing dan Tekanan Darah 1. HT Emergency - Asering / 12 jam


6 nyeri sudah : 150/110 2. Nyeri - Flunarizin 2 x 5 mg
berkurang. Kes : CM - Amlodipine 1 x 10
Ku : sedang mg (pagi)
IVFD (+) - Micardis 80 mg 1 x
1 (malam)
- Betahistin 3 x 6 mg
- Omeprazole ijn 2 x
1
- Ondansentron inj 3
x1

- Pregabalin 3 x 75 mg
- Hydrea cap 3 x 500
mg
5/11/201 Pasien Kes : CM 1. Nyeri - Asering / 12 jam
6 mengatakan Pasien tampak - Flunarizin 2 x 5 mg
masih pusing menangis - Amlodipine 1 x 10
berputar. kesakitan. mg (pagi)
IVFD (+) - Micardis 80 mg 1 x
1 (malam)
- Betahistin 3 x 6 mg
- Omeprazole ijn 2 x
1
- Ondansentron inj 3
x1

- Pregabalin 3 x 75 mg
- Hydrea cap 3 x 500
mg
Anjurkan pasien
malakukan tarik nafas
yang dalam untuk
relaksasi.
6/11/201 Pusing Kes : CM Vertigo - Asering / 12 jam
6 berkurang KU : sedang - Flunarizin 2 x 5 mg
IVFD (+) - Amlodipine 1 x 10
IVFD (+) mg (pagi)
- Micardis 80 mg 1 x
1 (malam)
- Betahistin 3 x 6 mg
- Omeprazole ijn 2 x
1
- Ondansentron inj 3
x1

- Pregabalin 3 x 75 mg
- Hydrea cap 3 x 500
mg
7/11/201 Pusing sudah Kes : CM Vertigo Omeprazole injeksi
6 berkurang dan KU : sedang distop diganti dengan
sudah agak IVFD (-) Omeprazol cap per
rileks Oral 2 x 20 mg
8/11/201 Ibu Kes : CM Masalah Teratasi Intervensi dihentikan.
6 mengatakan KU : sedang Pasien diperbolehkan
sudah tidak IVFD (-) Rawat Jalan
pusing lagi
2.5 Manajemen Obat

Nama obat Keterangan


Betahistin 6 mg a. Indikasi :
pengobatan untuk menghilangkangejala-gejala vertigo perifer, penyakit meniere dan
sindroma meniere yang ditandai dengan serangan vertigo, telinga berdenging tanpa
tangsang dari luardan atau semakin kehilangan pendengaran, biasanya disertai dengan
mual dan muntah.
b. Alasan penggunaan :
karena pasien didiagnosis mengalami vertigo perifer. Dosis yang diberikan adalah 3x1
tablet (6 mg). pemberian obat ini adalah dari hari pertama dirawat.
c. Mekanisme obat :
betahistin tidak sepenuhnya diketahui. Pada study biokimia, betahistin ditemukan
sebgai agonis lemah H1 dan berpotensi sebagai antagonis H3 pada sistem saraf sentral
dan sistem saraf otonom. Betahistine mempercepat pemulihan vestibular setelah
neurectomy sebelah, dengan mempromosikan dan memfasilitasi kompensasi vestibular
tengah; efek ini, yang dicirikan oleh up-regulasi histamin dan pelepasannya dimediasi
melalui antagonism reseptor H3. Sifat-sifat ini berkontribusi terhadap efek terapeutik
menguntungkan melihat berkaitan dengan penyakit meniere dan vestibular vertigo.
Betahistine meningkatkan omset histamin dan pelepasan dengan cara menghalangi
presynaptic H3-reseptor dan merangsang H3-reseptor downregulation. Efek ini
memberikan penjelasan kemanjuran dari betahistine dalam perawatan vertigo dan
vestibular penyakit.
d. Efek samping : keluhan lambung yang ringan dan kemerahan pada kulit
Flunarizzin 5 mg Flunarizin merupakan obat antihistamin turunan piperazin. Obat golongan ini umumnya
memiliki efek long acting. Flunarizine adalah derivat cinnarizine yang mempunyai efek
antihistamin dan penghambat ion kalsium yang bekerja secara selektif, Flunarizine diabsorbsi
dengan baik pada saluran cerna dan mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 - 4 jam
setelah pemberian per oral. Flunarizine berikatan dengan protein plasma 90%. Waktu paruh
Flunarizine sekitar 18 hari. Setelah menjalani metabolisme ekstensif di hati, Flunarizine dan
metabolitnya diekskresi melalui feces.
a. Dosis :
10 mg, bila terjadi efek samping diturunkan menjadi 5mg.
b. Hubungan umur pasien dengan obat :
Tepat, karena obat ini digunakan untuk mengobati vertigo dari pasien. Pasien
mengalami aortasklerosis yaitu penyempitan aorta sehingga terjadi hipoksia atau
suplai oksigen berkurang sehingga obat ini dapat meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke jantung. Dosis yang diberikan menggunakan dosis dewasa lazim.
c. Hubungan dengan riwayat penyakit :
Pasien memiliki riwayat stroke di sangkal, Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan
kolesterol tinggi, sehingga dapat menyebabkan Vertigo pada pasien.
d. Indikasi :
Untuk pencegahan migraine, mengurangi frekuensi serangan dan meringankan
gejalanya, dan untuk terapi pada gangguan vestibular sentral maupun perifer seperti
pusing, tinnitus dan vertigo.
e. Mekanisme :
Flunarizin merupakan obat golongan antagonis kalsium atau penghambat kalsium.
Penghambatan kalsium mempengaruhi pergerakan kalsium ke dalam sel dari jantung
ke peredaran darah. Sehingga peredaran darah melemas dan meningkatkan suplai
darah dan oksigen ke jantung, akibatnyamengurangi kerja jantung (Anonim, 2006)
f. Efek samping :
Efek samping yang sering dijumpai adalah mengantuk dan lesu. Sedangkan efek
samping yang jarang dilaporkan adalah nyeri ulu hati, mual, muntah, insomnia,
ansietas, pusing, mulut kering, nyeri otot dan ruam kulit. Efek samping yang serius
selama pengobatan jangka panjang adalah: depresi, gejala-gejala ekstrapiramidal
(bradikinesia, rigiditas, akatisia, diskinesia orofasial, tremor).
g. Interaksi obat :
Obat-obatan seperti: alkohol, antiepilepsi, obat tidur, anti depresan dan obat penenang
dapat mempengaruhi kerja Flunarizine atau meningkatkan terjadinya efek samping
obat ini. Galaktore dapat terjadi jika digunakan bersama-sama dengan kontrasepsi oral.

Omeprazole Omeprazol menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan pada pompa H + K +
ATPase dan mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam
lumen sel. Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak
dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat ini
terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat basal dan sekresi asam
yang distimulasi oleh pentagastrin.IndikasiOmeprazol diindikasikan untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung, tukak duodenum dan refluks esofagitis; pengobatan sindroma Zollinger-
Ellison.

a. Indikasi
Pengobatan jangka pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap obat-obat
antagonis reseptor H2.Pengobatan jangka pendek tukak lambung. Pengobatan refluks
esofagitis erosif / ulseratif yang telah didiagnosa melalui endoskopi. Pengobatan jangka
lama pada sindroma Zollinger Ellison
b. Dosis
Dosis yang dianjurkan 20 mg atau 40 mg, sekali sehari.
Penderita dengan gejala tukak duodenal : lama pengobatan memerlukan waktu 2 minggu,
dan dapat diperpanjang sampai 2 minggu lagi.
Penderita dengan gejala tukak lambung atau refluks esofagitis erosif/ulseratif : lama
pengobatan memerlukan waktu 4 mimggu, dan dapat diperpanjang sampai 4 minggu lagi.
Penderita yang sukar disembuhkan dengan pengobatan lain, diperlukan 40 mg sekali
sehari.
Penderita sindroma Zollinger Ellison dosis awal 20-160 mg sekali sehari, dosis ini harus
disesuaikan untuk masing-masing penderita. Untuk dosis lebih dari 80 mg sehari, dosis
harus dibagi 2 kali sehari.
Kapsul harus ditelan utuh dengan air (kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau dihancurkan).
Sebaiknya diminum sebelum makan.

c. Efek samping
Diare, mual, sakit kepala, sembelit dan perut kembung pernah dilaporkan tetapi
jarang. Pada sejumlah pasien, ruam kulit mungkin terjadi. Efek samping yang terjadi
biasanya ringan. Omeprazole umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Pada dosis besar dan penggunaan yang lama, kemungkinan dapat menstimulasi
pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-likecells).
Pada penggunaan jangka panjang perlu diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri
yang berlebihan di saluran pencernaan.
d. Peringatan dan perhatian
Kemungkinan malignansi sebaiknya dihindarkan sebelum penggunaan Omeprazole
pada pasien tukak lambung karena dapat menutupi gejala-gejalanya dan menghambat
diagnosis. Belum ada pengalaman penggunaan Omeprazol untuk anak-anak.
Obat ini sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan dan menyusui kecuali memang
dianggap penting
e. Interaksi Obat
Omeprazol menghambat metabolisme obat-obat yang dimetabolisme oleh sistem
enzim sitokrom P450 hati dan memperpanjang waktu paruh diazepam, warfarin dan
fenitoin.
Pada wanita hamil, wanita menyusui dan anak–anak sebaiknya dihindari bila
penggunaannya dianggap tidak cukup penting

Micardis 80 mg Telmisartan – angiotensin spesifik antagonis reseptor II. Ini memiliki afinitas tinggi untuk subtipe
AT1-angiotensin receptor II, yang diimplementasikan melalui aksi angiotensin II. Telmisartan
menggantikan angiotensin II dari mengikat ke reseptor, tidak memiliki tindakan agonis terhadap
reseptor ini. Telmisartan membentuk ikatan dengan hanya subtipe dari AT 1-angiotensin receptor
II. Mengikat adalah sifat jangka panjang. Telmisartan afinitas untuk reseptor lainnya (termasuk.
AT2-Receptor) angiotensin. Signifikansi fungsional reseptor ini, dan efek stimulasi berlebihan
mereka mungkin dengan angiotensin II, konsentrasi yang meningkat dengan telmisartan, tidak
diselidiki. Telmisartan menurunkan tingkat aldosteron dalam darah. Telmisartan tidak
menghalangi renin dalam darah dan ion saluran, Ini tidak menghalangi ACE, Ini tidak
menonaktifkan bradikinin (menghindari efek samping, terkait dengan bradikinin).
a. Indikasi
Hipertensi esensial .
b. Dosis
Dewasa dosis oral 40 mg 1 waktu / hari. Pada beberapa pasien, efek hipotensi dapat dicapai
ketika administrasi obat dalam dosis 20 mg / hari. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan untuk 80
mg / hari. Ini harus ditanggung, bahwa efek antihipertensi maksimal dikembangkan melalui 4-
8 minggu.
c. Efek samping
infeksi saluran kemih (termasuk sistitis), infeksi saluran napas atas, sepsis termasuk yang
sifatnya fatal, anemia, eosinofilia, trombositopenia, reaksi anafilaksis, hipersensitivitas,
hiperkalemia, hipoglikemia (pada pasien diabetes), insomnia, depresi, ansietas, pingsan,
gangguan penglihatan, vertigo, bradikardi, takikardi, hipotensi, hipotensi ortostatik, dispnea,
nyeri abdomen, diare, dispepsia, perut kembung, muntah, mulut kering, rasa tidak nyaman
pada lambung, gangguan fungsi hati, pruritus, hiperhidrosis, ruam, angioedema, eksim,
eritema, urtikaria, drug eruption, toxic skin eruption, nyeri punggung, spasme otot (kram pada
kaki), myalgia, arthtralgia, nyeri pada ekstremitas (nyeri pada tungkai kaki), nyeri pada tendon
(gejala seperti tendinitis), gangguan fungsi ginjal, termasuk gagal ginjal akut, nyeri dada,
astenia, penyakit mirip influenza, peningkatan kadar kreatinin, penurunan hemoglobin,
peningkatan asam urat, peningkatan enzim hepatik, peningkatan fosfokinase kreatin darah.
d. Kontra indikasi
Kehamilan , menyusui dan Hipersensitivitas terhadap telmisartan
e. Perhatian
Pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau stenosis arteri ginjal hanya berfungsi
ginjal berlaku Mikardis® dengan hati-hati, sebagai peningkatan risiko hipotensi berat dan
insufisiensi ginjal
Amlodipine 10 mg a. Indikasi
Amlodipin diindikasikan untuk pengobatan hipertensi, dapat digunakan sebagai agen
tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita hipertensi.
Penderita hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya menggunakan anti hipertensi
tunggal akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipin yang dikombinasikan
dengan diuretik thiazida, inhibitor β-adrenoreseptor, atau inhibitor angiotensin converting
enzyme. Amlodipin juga diindikasikan untuk pengobatan iskemia myokardial, baik karena
obstruksi fixed (angina stabil), maupun karena vasokonstriksi (angina varian) dari
pembuluh darah koroner. Amlodipin dapat digunankan sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan obat-obat anti angina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan
dengan nitrat dan atau dengan β-blocker pada dosis yang memada
b. Kontra indikasi
Amlodipin dikontraindikasikan pada pasien yang sensitif terhadap dihidropiridin.
c. Dosis
ntuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara
individual dan tingkat keparahan penyakitnya. Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia
lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg
amlodipin satu kali sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan
bersama anti hipertensi lain.
d. Efek samping
Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi,
bradikardi, dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Pada kulit:
dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut,
kram, dan tidak nafsu makan. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek,
dyspnea, dan wheezing. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi.
Pada penelitian klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup penderita hipertensi dan
angina, efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan
pusing
e. Perhatian
Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hatiWaktu paruh eliminasi amlodipin
lebih panjang pada pasien dengan kegagalan fungsi hati dan rekomendasi dosis pada pasien
ini belum ditetapkan. Sebaiknya perlu diberikan perhatian khusus penggunaan amlodipin
pada penderita dengan kegagalan fungsi hati
Aspilet ( asam asetil Aspilet adalah obat untuk mengatasi trombosis atau antitrombotik. Obat ini dapat digunakan untuk
salisilat) pencegahan terhadap terjadinya serangan jantung, pengobatan gejala pada saat serangan jantung,
dan sebagai pengobatan tambahan pada saat pasca stroke.
a. Indikasi
Sebagai obat anti trombotik kegunaan obat aspilet adalah terutama pada pencegahan dan
pengobatan berbagai keadaan trombosis atau agregasi platelet (pembekuan darah) yang terjadi
pada tubuh terutama pada saat mengalami serangan jantung atau pada penyakit jantung dan
pasca stroke

b. Kontra indikasi
Penderita yang diketahui mempunyai riwayat alergi atau hipersensitif terhadap aspilet dan
komponen Asam Asetilsalisilat .
penderita yang diketahui mempunyai riwayat penyakit asma penderita yang diketahui
mempunyai riwayat tukak lambung atau penyakit maag penderita yang diketahui mempunyai
riwayat atau sering mengalami perdarahan di bawah kulit penderita yang diketahui
mempunyai penyakit kelainan pembekuan darah terutama hemofilia dan trombositopenia
penderita yang diketahui sedang mendapat pengobatan dengan terapi meggunakan
antikoagulan

c. Dosis
Pada pengobatan penderita dengan serangan jantung dosis dewasa Thrombo Aspilet yang
dianjurkan yaitu 2 tablet 80 mg sampai dengan 4 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari
(terutama saat serangan) dan 1 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari (pada saat rumatan).
Pada pengobatan penderita dengan serangan jantung dosis dewasa Thrombo Aspilet yang
dianjurkan yaitu 2 tablet 80 mg sampai dengan 4 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari
(dalam tempo 2 x 24 jam pasca stroke) dan 1 tablet 80 mg yang diberikan 1 kali sehari.
d. Efek samping’
Perasaan tidak nyaman pada lambung dan sekitar ulu hati Perasaan mual dan muntah Pada
pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya tukak lambung, pendarahan
lambung, dan efek samping Asam Asetilsalisilat lainnya seperti gangguan pada fungsi hati
dan gangguan pada fungsi ginjal.
Hydrea 500 mg cap Hidroksiurea pada awal disetujui untuk mengobati kanker. Obat ini juga berhasil terhadap anemia
sel sabit (sickle cell anemia). Hydroxyurea digunakan oleh pasien anemia sel sabit untuk
mengurangi rasa sakit dan mengurangi kebutuhan untuk transfusi darah. Anemia sel sabit adalah
kondisi serius di mana sel-sel darah merah mberubah bentuk menyerupai bulan sabit atau seperti
huruf C. Merupakan terapi terpilih untuk induksi remisi hematologic pada LGK, lebih efektif .
Efek mielosupresif masih berlangsung beberapa hari sampai 1 minggu setelah pengobatan
dihentikan.tidak seperti busulfan yang dapat menyebabkan anemia aplastik dan fibrosis paru.
Dosis 30 mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi 2-3 dosis. Apabila leukosit >
300.000/mm³,dosis boleh ditinggikan sampai 2,5 mg/hari . Penggunaan dihentikan bila leukosit <
8.000/mm³ atau trombosit < 100.000/mm³Interaksi obat terjadi bila diberikan bersamaan dengan
5-FU, menyebabkan neurotoksisitas.
Pregabalin 75 mg Pregabalin adalah obat yang untuk mengendalikan kejang-kejang akibat epilepsi. Obat ini
biasanya dikombinasikan dengan obat-obatan lain dan bekerja dengan menstabilkan keseimbangan
aktivitas saraf dalam otak sehingga menurunkan risiko kejang. Selain epilepsi, obat antikonvulsan
ini juga bisa digunakan untuk mengatasi rasa sakit serta mengendalikan masalah kecemasan.
a. Indikasi
Pengobatan nyeri neuropatik perifer pada dewasa. Terapi tambahan pada pengobatan
kejang parsial dengan atau tanpa generalisasi sekunder pada orang dewasa. Pengobatan
gangguan ansietas generalisata pada orang dewasa. Meredakan nyeri dalam
penatalaksanaan fibromialgia
b. Dosis
Dosis pregabalin yang dianjurkan adalah 150 mg per hari. Dosis ini kemudian bisa
ditambah secara bertahap hingga maksimal 600 mg per hari berdasarkan respons tubuh
pasien. Penambahan dosis biasanya dilakukan sebanyak 150 mg per minggu, contohnya
dosis menjadi 300 mg setelah minggu pertama dan 450 mg setelah minggu kedua.
c. Kontra indikasi
Laktasi
d. Efek samping
Mengantuk. Pusing. Gangguan penglihatan, misalnya pandangan kabur. Mulut kering.
Konstipasi atau diare, Mual Kembung. Perubahan pada emosi. Sulit tidur.Penurunan gairah
seksual, Disfungsi ereksi.

2.6 DRP Pasien (Drug Related Problem)

a. Indikasi yang tidak ditangani : tidak ditemukan


b. Pilihan Obat yang kurang tepat : tidak ditemukan
c. Penggunaan obat tanpa indikasi : tidak ditemukan
d. Dosis sub- terapi : tidak ditemukan
e. Over Dosis : tidak ditemukan
f. Reaksi obat yang tidak dikehendaki : tidak ditemukan
g. Gagal menerima obat : tidak ditemukan
h. Interaksi Obat : tidak ditemukan

BAB III
PEMBAHASAN

Pemantauan terapi obat dilakukan di ruangan Nusa Indah III RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Pasien Ny. J masuk Rumah sakit pada tanggal 1 November 2016 dengan
keluhan utama pusing berputar sebelum masuk Rumah sakit.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Pemantauan terapi terhadap pasien Ny . N di ruangan Nusa Indah III RSPI Prof. Dr Sulianti Saroso ,tidak ditemukan adanya duplikasi obat,
interaksi obat, over dosis, gagal terapi, sub terapi obat dan efek samping obat, serta pengobatan yang diberikan rasional.

B. Saran
1. Peran farmasi perlu ditingkatkan lagi di ruang perawatan agar dapat melakukan pemantauan terapi obat secara maksimal.
2. Perlunya kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan tenaga kesehatan lain agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes Marilynn E et al,1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGG


2. Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
3. Mansoer et al, 2000. Kapital Selekta Kedokteran.Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdoss
5. Sudoyo Aru. W et al, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai