Jurnal Refleksi Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik
Jurnal Refleksi Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik
Jurnal Refleksi Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik
A. Pendahuluan.
Pada jurnal refleksi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik ini saya akan
mencoba menggunakan model refleksi Description, Examination and Articulation of
Learning (DEAL). Model refleksi DEAL ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton pada
tahun 2009. Refleksi model DEAL dijabarkan dalam 3 tahapan seperti berikut.
1. Description adalah mendeskripsikan pengalaman yang dialami dengan
menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana).
2. Examination adalah Menganalisis pengalaman tersebut dengan
membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya.
3. Articulation of Learning adalah Menjelaskan hal yang dipelajari dan rencana
untuk perbaikan di masa mendatang.
2. Examination.
Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa
jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan
training. Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya
kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan
diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih
dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut:
a. Definisi mentoring, Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses
dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong
menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi
kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa
mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi
perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat
perubahan.
b. Konseling, Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah
hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan
pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa
konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung
dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan
tingkah lakunya.
c. Fasilitasi, Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana
seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif
berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi
untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan
menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa
meningkatkan efektivitas kelompok itu.
d. Training, Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan
suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan
yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
Untuk lebih jelasnya lagi, perbedaan-perbedaan peran antara coaching dengan
mentoring, konseling, fasilitasi dan training dapat dirangkum dalam tabel berikut:
C. Penutup.
Modul Coaching untuk Supervisi Akademik memberikan ruang bagi Anda untuk
berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai Pemimpin
Pembelajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang mampu
menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar Anda. Perubahan strategis
yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum (standar
isi-standar proses-standar penilaian) yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan
tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid pada
Satuan Pendidikan di sekolah dan daerah kita masing-masing.
Semoga jurnal dwimingguan modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik
dapat bermanfaat bagi teman-teman guru dalam Caoaching untuk suvervsi akademik di
sekolahnya masing-masing.
Salam Guru Pengerak.