Peraturan Perundang-Undangan Terkait Perlindungan Lingkungan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 42

DASAR HUKUM

 UU No 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara


 UU No 32 Th 2009 ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UU 37 Tahun 2014 ttg Konservasi Tanah dan Air
 PP No 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
 PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang
 PP No. 5 th 2012 ttg Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki AMDAL
 PP No. 27 th 2012 ttg Perizinan Lingkungan
 PP 18 /1999 jo PP 85/1999 ttg Pengelolaan Limbah B3
 PP 82/2001 ttg Pengendalian Pencamaran Air
 Pengendalian Erosi (SE Dirjen 693.K/1996)
 Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 ttg Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
 Kepmen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018 ttg Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan Yang Baik
3
PERMASALAHAN
SEMESTINYA.....
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
DEFINISI
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang

Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha


pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan
kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,
termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta
perencanaan pascatambang 6
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
DEFINISI

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya

Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut


setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial
menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan

Pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat, baik secara individual nmaupun
kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya
7
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 95
Pemegang IUP dan IUPK wajib
 menerapkan kaidah teknik pertambangan yang
baik
 mengelola keuangan sesuai dengan sistem
akuntansi Indonesia
 meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dan/atau batubara
 melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setempat; dan
 Mematuhi batas toleransi daya dukung
lingkungan 8
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 96
Dalam Penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik,
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
 ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan
 Keselamatan operasi pertambangan
 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan
pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pascatambang
 Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
 Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha
pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan
sebelum dilepas ke media lingkungan
9
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
Pasal 97
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan
standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan
karakteristik suatu daerah

Pasal 98
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga kelestarian fungsi
dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan Per-UU

Pasal 99
(1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pascatambang pada saat
mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
(2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang
10
dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang
UU 4/2009
ttg Pertambangan Mineral dan Batubara

Pasal 100
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana
jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak
ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang
dengan dana jaminan tersebut
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberlakukan apabila pemegang IUP atau IUPK tidak
melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai
dengan rencana yang telah disetujui.11
UU 32/2009
ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 4
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. Perencanaan
b. Pemanfaatan
c. Pengendalian
d. Pengawasan
e. Penegakan Hukum

12
UU 32/2009
ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 32
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL

Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib dampak
penting wajib memiliki UKL-UPL

Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib
memiliki izin lingkungan.

Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi
terhadap lingkungan hidup.
b. Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukkan
ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan 13
UU 32/2009
ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 98

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan


yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 3 milyar dan paling
banyak Rp. 10 milyar.

Pasal 99

(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan


dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu
air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidanakan dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 1
milyar dan paling banyak 3 (tiga) milyar. 14
UU 32/2009
ttg Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 100

(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air


limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu
gangguan, dipidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 3 milyar

2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) hanya dapat dikenakan apabila sanksi
administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi
atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.

15
PP 27 /2012
ttg Perizinan Lingkungan

 Perizinan Lingkungan adalah izin yang diberikan


kepada setiap orang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagi
prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
 AMDAL adalah kajian mengenai penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
 Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan
16
PP 27 /2012 ttg Perizinan Lingkungan

 Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang


menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana
usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal
 Izin Usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh
instansi teknis utnuk melakukan Usaha dan/atau kegiatan yang
akan dilaksanakan.
 Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat
dilakukan melalui pendekatan studi terhadap kegiatan tunggal,
terpadu atau kegiatan dalam kawasan.
 Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh
penanggungjawab usaha bersamaan dengan pengajuan penilaian
Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan
 Permohonan izin lingkungan dilengkapi dengan dokumen AMDAL
atau formulir UKL-UPL, dokumen pendirian usaha dan/atau
kegiatan, dan profil usaha dan/atau kegiatan. 17
PP 27 /2012 ttg Perizinan Lingkungan
Perubahan Izin Lingkungan, dilakukan bila:
(1) Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan
(2) Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang
memenuhi kriteria:
a. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi
b. penambahan Kapasitas produksi
c. perubahan spesifikasi teknik
d. perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan
e. perluasan lahan dan banguna
f. perubahan waktu atau durasi operasi usaha/kegiatan
g. berada dalam kawasan lindung yang belum tercantum dalam IL
h. terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah
18
i. terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
PP 27 /2012 ttg Perizinan Lingkungan
Perubahan Izin Lingkungan, dilakukan bila:

(4) Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap


lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis risiko
lingkungan hidup yang diwajibkan
(5) Tidak dilaksanakan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.

19
PP No. 55/2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 13
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh IUP, IPR, atau
IUPK

Pasal 16

Pengawasan sebagaimana dimaksud pasal 13 (2),


meliputi: pengelolaan LH, reklamasi dan
pascatambang

20
PP No. 55/2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 28
(1) Pengawasan pengelolaan LH, reklamasi dan
pascatambang, paling sedikit meliputi:
a. Pengelolaan dan pemantauan LH sesuai dokumen LH
atau izin LH;
b. Penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai
dengan peruntukannya;
c. Penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
d. Pengelolaan pascatambang;
e. Penetapan dan pencairan jaminan pascatambang
f. Pemenuhan baku mutu LH
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh IT dan BERKOORDINASI dengan
21
pejabat pengawas di bidang LH dan reklamasi
PELAKSANAAN PENGAWASAN
(Pasal 36)
 Inspektur Tambang berwenang:
 Memasuki tempat kegiatan usaha
 Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan
pertambangan jika, kegiatan tsb membahayakan atau menimbulkan
pencemaran/kerusakan lingkungan
 Mengusulkan penghentian tetap menjadi permanen kpd Kepala IT.

22
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

PP No. 78 Tahun 2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

Penempatan, Pelaksanaan, Pelaporan,


Penyusunan: Evaluasi, Pencairan Jamrek OP
•Rencana Reklamasi (RR)
•Rencana Pascatambang (RPT)*
Penetapan:
•Jaminan Reklamasi (Jamrek)
•Jaminan Pascatambang (JamPT) Pemantaua
1 2 3 n n
1 2 3 n
Penyerahan lahan
EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI PASCATAMBANG kepada pemberi izin

Relinquishmen Pelaksanaan, Pelaporan,


t Evaluasi, Pencairan JamPT
Jamrek
Eksplorasi

Penempatan JamPT

*Penyusunan Rencana Pascatambang (RPT) melibatkan konsultasi dengan


stakeholders antara lain pemerintah daerah dan masyarakat setempat
© KESDM - DJMB - 2011
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

Prinsip Reklamasi dan Pascatambang pada


Penambangan Terbuka dan Bawah Tanah
(PP No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang)
:

Perlindungan terhadap
kualitas air permukaan, Pemanfaatan lahan bekas
air tanah,air laut, dan tambang sesuai dengan
tanah serta udara peruntukannya;

Penjaminan terhadap
stabilitas dan keamanan
timbunan
batuan penutup, kolam Memperhatikan nilai-nilai
tailing, lahan bekas sosial dan budaya
tambang, dan setempat;
struktur buatan lainnya;

Perlindungan dan
pemulihan Perlindungan terhadap
keanekaragaman kuantitas air tanah
hayati;
© KESDM - DJMB - 2011
PP Reklamasi dan Pascatambang

PRINSIP REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


a. perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja;
b. perlindungan setiap pekerja dari penyakit akibat kerja
KONSERVASI MINERAL DAN BATUBARA
a. penambangan yang optimum dan penggunaan
teknologi pengolahan yang efektif dan efisien;
b. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal kualitas rendah dan mineral kadar rendah
serta mineral ikutan;
c. pendataan sumberdaya cadangan mineral dan
batubara yang tidak tertambang (yang tidak mineable)
serta sisa pengolahan atau pemurnian.
25
PP Reklamasi dan Pascatambang
TATA LAKSANA REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

 Perusahaan pemegang IUP atau IUPK Eksplorasi wajib


menyusun dan menyampaikan Rencana Reklamasi dan
Rencana Pascatambang sebelum memulai kegiatan
eksplorasi
 Rencana reklamasi disusun untuk jangka waktu
pelaksanaan 5 tahun dengan rincian tahunan.
 Rencana reklamasi dan Rencana penutupan Tambang
disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah
disetujui
 Dalam hal reklamasi berada dalam kawasan hutan, pesisir
dan pulau-pulau kecil, penilaian keberhasilan reklamasi
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
26
PP Reklamasi dan Pascatambang

 Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan studi


kelayakan harus mengajukan persetujuan rencana
reklamasi disampaikan kepada menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai kewenangan masing-masing.
 Permohonan persetujuan rencana reklamasi dan
pascatambang diajukan bersamaan dengan pengajuan
permohonan IUP atau IUPK Operasi Produksi.
 Penyusunan rencana pacatambang harus berkonsultasi
dengan instansi pemerintah serta instansi di daerah
(yang membidangi pertambangan) instansi terkait
lainnya serta masyarakat setempat.

27
PP Reklamasi dan Pascatambang
PERSETUJUAN RENCANA REKLAMASI

Penilaian dan persetujuan rencana reklamasi


dilakukan dalam 30 hari kalender sejak IUP atau
IUPK Produksi diterbitkan.
Dalam hal rencana reklamasi belum memenuhi
ketantuan, dokumen rencana reklamasi
dikembalikan untuk disempurnakan dan
disampaikan kembali kepada
Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota dalam waktu
paling lama 30 hari kalender.

28
PP Reklamasi dan Pascatambang
PERSETUJUAN RENCANA PASCATAMBANG

Penilaian dan persetujuan rencana pascatambang


dilakukan dalam 60 hari kalender sejak IUP atau
IUPK Produksi diterbitkan.
Dalam hal rencana pascatambang belum
memenuhi ketentuan, dokumen rencana
pascatambang dikembalikan untuk
disempurnakan dan disampaikan kembali kepada
Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota dalam waktu
paling lama 30 hari kalender.
PP Reklamasi dan Pascatambang
PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Reklamasi dan Pascatambang wajib dipimpin oleh


seorang pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan reklamasi dan pascatambang.
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dilakukan
sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang wajib
dilakukan sesuai dengan rencana reklamasi dan
rencana pascatambang sampai memenuhi kriteria
keberhasilan
Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi di dalam
kawasan hutan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil
menyesuaikan peraturan perundang-undangan
30
PP Reklamasi dan Pascatambang
PELAKSANAAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI

Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat


kegiatan eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak
digunakan pada tahap operasi produksi
Lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi meliputi
lubang pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau
sarana penunjang
Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat
30 hari kalender setelah tidak ada kegiatan usaha
pertambangan pada lahan terganggu.
Pelaksanaan reklamasi pada tahap eksplorasi
dilakukan sampai memenuhi kriteria keberhasilan

31
PP Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI


 Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai
dengan rencana reklamasi yang disusun berdasarkan
dokumen pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam
rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasi.
 Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditempatkan pada
bank pemerintah dalam bentuk deposito berjangka.
 Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
rencana kerja dan anggaran biaya tahap eksplorasi
disetujui oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

32
PP Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI


 Bentuk jaminan reklamasi dapat berupa rekening
bersama pada bank pemerintah; deposito
berjangka pada bank pemerintah; bank garansi
pada bank pemerintah atau bank swasta nasional;
atau cadangan akuntansi
 Jaminan reklamasi harus menutup seluruh biaya
pelaksanaan pekerjaan reklamasi.
 Perusahaan wajib menempatkan jaminan reklamasi
sebelum melakukan eksploitasi/operasi produksi.
 Kekurangan biaya pelaksanaan reklamasi tetap
menjadi tanggung jawab perusahaan

33
PP Reklamasi dan Pascatambang

JAMINAN PASCATAMBANG (1)

 Bentuk Jaminan Pascatambang berupa DEPOSITO


BERJANGKA
 Penempatan jaminan pascatambang tidak
menghilangkan kewajiban perusahaan untuk
melakukan penutupan tambang.
 Kekurangan biaya untuk menyelesaikan penutupan
tambang tetap menjadi tanggung jawab perusahaan.
 Jaminan penutupan tambang ditempatkan setiap
tahun dan wajib terkumpul seluruhnya (100%) dua
tahun sebelum tutup tambang.

34
PP Reklamasi dan Pascatambang
JAMINAN PASCATAMBANG (2)

 Dalam hal kegiatan usaha pertambangan berakhir


sebelum jangka waktu yang telah ditentukan dalam
rencana pascatambang, pemegang IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib
menyediakan jaminan pascatambang sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
 Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi dapat mengajukan permohonan pencairan
jaminan pascatambang kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
dengan melampirkan program dan rencana biaya
pascatambang.

35
PP Reklamasi dan Pascatambang
PENYERAHAN LAHAN REKLAMASI DAN LAHAN PASCATAMBANG

Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan lahan


yang telah direklamasi kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang IUP dan IUPK dapat mengajukan
permohonan penundaan penyerahan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik sebagian
atau seluruhnya kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya apabila
lahan yang telah direklamasi masih diperlukan untuk
pertambangan
Pemegang IUP atau IUPK yang telah menyelesaikan
pascatambang wajib menyerahkan lahan
pascatambang kepada yang berhak sesuai peraturan
perundang-undangan melalui Menteri/Gubernur/
Bupati-Walikota sesuai kewenangannya.
36
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 ttg Pelaksanaan
Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Bagian Keempat Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pertambangan, Reklamasi, dan Pascatambang, serta
Pascaoperasi

 Kepmen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018 ttg


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik
 Lampiran V Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pertambangan
 Lampiran VI Pedoman Pelaksanaan Reklamasi
dan Pascatambang serta Pascaoperasi pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
37
Peraturan ttg BML dan Kualitas
Limbah
 PERMEN LH Nomor 113/2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Kegiatan Pertambangan Batubara
 PERMEN LH Nomor 202/2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Pertambangan Bijih Emas/Tembaga
 PERMEN LH Nomor 121/2009 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan
atau Pertambangan Bijih Besi
38
Peraturan ttg BML dan Kualitas
Limbah
 PERMEN LH Nomor 04/2006 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Timah.
 PERMEN LH Nomor 09/2006 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atauKegiatan Pertambangan Bijih
Nikel

39
PERMEN LH No. 5 /2012
ttg Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki AMDAL

Lampiran I.K
Jenis Kegiatan Mineral dan Batubara
Luas perizinan (KP) : ≥ 200 ha
Luas daerah terbuka
untuk pertambangan : ≥ 50 ha
(kumulatif/tahun)

40
PERMEN LH No. 4 /2012
ttg Indikator Ramah Lingkungan Untuk Usaha dan/atau
Penambangan Terbuka Batubara

Penggalian dan pengambilan bahan tambang


Luas permukaan lubang galian yang terbentuk tidak
lebih dari 20% dari luas IUP
Reklamasi
Tahun pertama > 80% cover crop
Tahun kedua > 80% tanaman cepat tumbuh

41
PERMEN LH No. 5 /2012
ttg Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki AMDAL

Batubara
Kapasitas : ≥ 1.000.000 ton/tahun
Jumlah material penutup yang dipindahkan : ≥
4.000.000 ton
Mineral Logam
Kapasitas : ≥ 300.000 ton/tahun
Jumlah material penutup yang dipindahkan : ≥
1.000.000 ton

42
PERMEN LH No. 5 /2012
ttg Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki AMDAL

Mineral Non Logam dan Mineral Batuan


Kapasitas : ≥ 500.000 m3/tahun
Jumlah material penutup
yang dipindahkan : ≥ 1.000.000 ton
Pengolahan Pemurnian
Mineral logam : semua besaran
Mineral non logam & batuan : ≥ 500.000 m3/tahun
Mineral Radioaktif untuk semua besaran

Penambangan di laut : semua besaran


Penambangan tailing di bawah laut : semua
43 besaran
TERIMA KASIH
J A N G A N WARISKAN
AIR MATA KEPADA ANAK
CUCU KITA

WARISKANLAH MATA
TAPI ….. KEHIDUPAN DAN
MATA AIR-MATA AIR
DEMI MASA DEPAN MEREKA

44

Anda mungkin juga menyukai