PDF LP Febris

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

AK\HPKN \CNBKMSASKN

JC@POV
BO PSKNI @HSICNZOAAC
PVSB Br. MKPYHRH ASGKDKNI

\CPOHBC RKNIIKA 0= BCVCG@CP 0<0< ‖ 0 DKNSKPO 0<0;

Hacm 4

NKGK 4 Vmcray Kgknbk Ikni

NOG 4 ;=03<3;<;<<3

\PHBO B3 EC\CPKYKRKN EKG\SV ASGKDKNI


JKESARKV EC\CPKYKRKN
SNOZCPVORKV DCG@CP
ACG@KP \CNICVKMKN

AK\HPKN ONO RCAKM BOVKMEKN \


KBK RKNIIKA.................................0<0<

\CG@OG@ONI KEKBCGO GKMKVOVYK

Vmcray Kgknbk Ikni


NO\.
NOG. ;=03<3;<;<<3
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Demam adalah adanya kenaikan suhu tubuh di atas normal sebagai respon dari
stimulus patologis (stimulus yang menyebabkan sakit) (Kapti & Azizah, 2017).
Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang
regulasi panas hipotalamus (Twistiandayani & Wintari, 2017).
B. Etiologi
Menurut (Saifuddin, 2010), etiologi febris diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali
dan menghilang sesudah masa pendek (Wahab, 2012; Twistiandayani & Wintari, 2017).
Namun, sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus.
Pada masa pandemic ini, demam bisa juga diakibatkan karena COVID-19.
C. Patofisiologi dan \ktmwky
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat
pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat
pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
Eksogen pirogen
(seperti: bakteri, virus, kompleks antigen antibodi)

Merangsang pembentukan sel host inflamasi

Memproduksi endogen pirogen


(interleukin 1, interleukin 6, faktor nekrosis tumor, dan sitokin pirogen lain)

Sintesa prostaglandin dalam hipotalamus

Merangsang hipotalamus anterior meningkatkan titik patokan suhu (set point)

DEMAM (FEBRIS) MK: Hipertermi

Peningkatan evaporasi Meningkatnya metabolik tubuh

MK: Resiko defisit volume cairan


Kelemahan

MK: Intoleransi Aktivitas

Gambar 1 Pathway Febris


D. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), tanda dan gejala demam antara lain:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C — 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan

5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Pada masa pandemic, dapat dicurigai adanya infeksi COVID-19 dengan gejala
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)4
1. Demam 7. Nyeri kepala
2. Lelah 8. Konjungtivitis
3. Batuk kering 9. Sakit tenggorokan
4. Rasa nyeri dan sakit 10. Diare
5. Hidung tersumbat 11. Hilang penciuman dan pembauan
6. Pilek 12. Ruam kulit

Klasifikasi demam menurut (Nurarif & Kusuma, 2015):


1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkatdemam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula
E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atauscanning, masih dapat
diperiksa beberapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau
sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti
melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti angiografi, aortografi, ataulimfangiografi.
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a) Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk


menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 — 1,4˚C, sehingga jelas bahwa
pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk
menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati.
b) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.

Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek
penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh,
dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal
ginjal.
2. Non farmakologis
Tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan seperti:
a) Memberikan minum yang banyak
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diaremenyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuhyang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016), kebutuhan air pada anak
berdasarkan usia, yaitu:
Tabel 1 КеbГtГh&G &İr gİGİg&I
Kecukupan asupan untuk laki-laki Kecukupan asupan untuk perempuan
Kelompok (mL/hari) (mL/hari)
usia Dari Dari Dari Dari
Total air Total air
0-6 bulan* makanan
0 700
minuman 700 0
makanan 700
minuman 700
7-12 bulan 200 600 800 200 600 800
1-3 tahun 400 900 1300 400 900 1300
4-8 tahun 500 1200 1700 500 1200 1700
8-13 tahun 600 1800 2400 500 1600 2100
14-18
700 2600 3300 500 1800 2300
tahun
* Kebutuhan air dapat dipenuhi dengan pemberian ASI eksklusif
b) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d) Memberikan kompres
Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh di
permukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justruakan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Jika anak
menggigil maka berikan kompres hangat. Kompres air hangat atau suam-suam
kuku maka suhu di luar terasahangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa
suhu diluar cukup panas.Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
G. Komplikasi
Pada demam dapat terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Menurut Corwin (2000), komplikasi febris di antaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Umum (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, alamat, suku bangsa, agama)
2. Keluhan utama
Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C,
berkeringat, mual/muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien mengalami infeksi, pneumonia, malaria atau otitis media yang
tidak sembuh-sembuh
5. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
6. Genogram
Petunjuk anggota keluarga klien untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga
7. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi prenatal, natal, postnatal serta pemberian imunisasi pada anak
8. Riwayat tumbuh kembang
a) Pertumbuhan
Kaji BBL dan BB saat kunjungan. Anak dengan demam dapat mengalami
penurunan BB
b) Perkembangan tiap tahap menggunakan DDST
9. Riwayat psikososial
Hubungan dan pola interaksi dalam keluarga dan masyarakat
10. Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
b) Istirahat tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa
gelisah dan berkeringat.
c) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa
mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
11. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Biasanya kesadaran menurun jika demam tinggi
b) Tanda-tanda vital
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80x/menit
f) Mckb th thc
1) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
2) Kulit, rambut dan kuku
Turgor kulit (baik-buruk), ada gangguan/tidak. Turgor kulit klien dengan
febris bisa kurang baik karena kekurangan cairan
3) Mata
Mulai terlihat cekung atau tidak.
4) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya
pada klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
5) Thorax dan abdomen
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bising usus.
12. Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya leukosit nya
> 10.000 (meningkat), sedangkan Hb, Ht menurun.
B. Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan \ktmwky)
1. Hipertermi
2. Resiko defisit volume cairan
C. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan Hipertermi (Domain 11, Kelas 6, Kode Diagnosis 00007)
(Herdman, 2018)
a. Definisi
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
b. Batasan karakteristik

– Postur abnormal – Letargi


– Apnea – Kejang
– Koma – Kulit terasa hangat
– Kulit kemerahan – Stupor
– Hipotensi – Takikardia
– Bayi tidak dapat mempertahankan – Takipnea
menyusu – Vasodilatasi
– Gelisah
c. Faktor yang berhubungan

– Dehidrasi – Aktivitas berlebihan


– Pakaian yang tidak sesuai
d. Rencana tindakan (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)(Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2016)

NOC NIC

1) Tujuan 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya


setelah dilakukan tindakan 2. Monitor warna kulit dan suhu
keperawatan selama … x 24 jam, 3. Monitor asupan dan keluaran
maka keseimbangan termoregulasi 4. Beri obat atau cairan IV
tidak terganggu 5. Dorong konsumsi cairan
2) Kriteria hasil 6. Fasilitasi istirahat
– Hipertermia tidak ada 7. Mandikan (pasien) dengan spons hangat
– Peningkatan suhu kulit tidak dengan hati-hati
ada 8. Pantau komplikasi-komplikasi yang

– Dehidrasi tidak ada berhubungan dengan demam


– Denyut nadi radial tidak
terganggu

– Tingkat pernapasan tidak


terganggu

2. Masalah Keperawatan Resiko Defisit Volume Cairan (Domain 2, Kelas 5, Kode Diagnosis
00028)

a. Definisi
Rentan mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan.
b. Faktor Resiko

– Hambatan mengakses cairan


– Kurang pengetahuan tentang
– Asupan cairan berkurang
kebutuhan cairan

c. Populasi Berisiko
– Usia ekstrem – Faktor yang mempengaruhi
– Berat badan ekstrem kebutuhan cairan

d. Rencana tindakan

NOC NIC
1) Tujuan 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
setelah dilakukan tindakan output
keperawatan selama … x 24 jam, 2. Monitor status hidrasi
diharapkan resiko defisit volume 3. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan tidak terjadi 4. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
2) Kriteria hasil 5. Berikan cairan dengan tepat
– Keseimbangan intake dan 6. Tingkatkan asupan oral, yang sesuai

output dalam 24 jam tidak 7. Dukung pasien dan keluarga untuk


terganggu membantu dalam pemberian makan dengan
– Turgor kulit tidak terganggu baik
– Kelembapan membran
mukosa tidak terganggu

– Bola mata cekung dan lembek


tidak ada

– Kehausan tidak ada

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interνentions Classification (NIC) (6th ed.). Philadelphia: Elsevier Inc.
Herdman, T. H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20l8-
2020 (11th ed.; T. H. Herdman & S. Kamitsuru, eds.). Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2016). Konsensus Kebutuhan Air pada Anak Sehat.
Konsensus Ikatan Dokter Indonesia, 1—7. Retrieved from
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Konsensus-Air.pdf
Kapti, R. E., & Azizah, N. (2017). PERAWATAN ANAK SAKIT DI RUMAH. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=sYtSDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
deases (Covid-19). Kementrian Kesehatan, 5, 178. Retrieved from
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-05_Pedoman_P2_COVID-
19_13_Juli_2020.pdf
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). Philadelphia: Elsevier Inc.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Saifuddin, A. B. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sodikin. (2012). PRINSIP PERAWATAN DEMAM PADA ANAK. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Twistiandayani, R., & Wintari, H. R. (2017). Hubungan Kadar Hemoglobin dan Leukosit
dengan Kejadian Febris (Demam) pada Anak Usia 6-12 Tahun. Jurnal Sains, 7(14), 37—
42. Retrieved from http://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/view/613

Anda mungkin juga menyukai