MID Fauziah Ak Keuangan Dan CSR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENCATATN PIUTANG DAN


TAKSIRAN PIUTANG TAK TERTAGIH

ANDI FAUZIAH AMALIAH


002104342022

MAKSI-3 TEORI AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PASCASARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2024
KATA PENGATAR

Puji Sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNYA kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan dan CSR.

Kami sebagai penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami selaku
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta bisa menjadi tambahan referensi
di bidang ilmu komunikasi data bagi penyusun makalah di masa yang akan datan

Makassar, Mei 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi banyak perusahaan, piutang merupakan suatu pos yang penting karena merupakan
bagian aktiva lancar perusahaan dan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Piutang
merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang
nantinyaakan dimintakan pembayarannya jika sudah sampai pada waktunya. Piutang yang
terlampau besar dan adanya ketidakmampuan pelanggan di dalam membayar piutang saat
jatuh tempo dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Peningkatan penjualan produk ke masyarakat umum mendorong perusahaan untuk


melaksanakan sistem penjualan kredit dimana dalam hal ini konsumen diberikan keleluasaan
pembayaran sampai dengan jatuh tempo pembayaran berakhir. Hal ini akan menyebabkan
kerugian pada perusahaan danjuga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.

Piutang tak tertagih merupakan jenis piutang di mana debitur tidak mampu membayar
kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Meskipun kreditur sudah berusaha
semaksimal mungkin, piutang tetap tidak bisa tertagih karena kondisi debitur yang tidak
memungkinkan seperti kebangkrutan, bencana, dan sebagainya.

Dalam bisnis, piutang tak tertagih menjadi hal yang wajar. Bahkan di awal periode
akuntansi, umumnya perusahaan sudah membuat estimasi berapa jumlah piutang yang
diprediksi akan gagal bayar yang disebut sebagai cadangan kerugian piutang.
Piutang yang gagal bayar ini wajib dicatat dalam akuntansi karena akan
mempengaruhi posisi aset, laba, dan ekuitas di laporan keuangan.
Di artikel ini, kami akan menjelaskan definisi piutang tak tertagih, bagaimana kriterianya,
metode serta cara pencatatannya di akuntansi, dan bagaimana cara yang harus Anda lakukan
untuk mengatasi piutang tak tertagih.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PIUTANG

A.1 Pengertian Piutang

Menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan Piutang yaitu :“ Piutang


merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran
kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggarankelonggaran
yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut
membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan ”.

Piutang usaha menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang yang tidak
didukung dengan janji tertulis yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa
yang dihasilkan perusahaan. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang usaha adalah tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis
yang hanya dilengkapi oleh surat jalan, faktur/tanda terima lainnya yang telah
ditandatangani oleh debitur sehingga pernyataan telah menerima barang ada didalam
surat-surat tersebut.

A.2 Klasifikasi Piutang

Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal perusahaan


yaitu penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan, tetapi selain itu masih
banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.

Smith and Skousen memberikan klasifikasi piutang yang terdiri dari:

1. Piutang Usaha Transaksi paling umum yang menghasilkan piutang adalah penjualan
barang dan jasa secara kredit. piutang usaha semacam ini biasanya diharapkan dapat
ditagih dalam waktu dekat, misalnya 30 atau 60 hari.
2. Wesel Tagih Wesel tagih merupakan pernyataan jumlah utang pelanggan dalam
bentuk tertulis yang formal .
3. Piutang Usaha Lainnya Piutang lainnya termasuk piutang bunga, piutang pajak, dan
piutang karyawan atau pekerja.
A.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang

Piutang merupakan aktiva yang paling penting dalam perusahaan dan dapat
menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar kecilnya piutang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurit Riyanto (2001), faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Volume penjualan kredit
Besar kecilnya volume penjulan kredit yang diterapkan oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap jumlah piutang yang terdapat dalam perusahaan, semakin
besar volume penjulan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang
perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil volume penjulan kredit yang ditetapkan
perusahaan maka jumlah piutang akan semakin kecil.
b. Syarat pembayaran penjulan kredit
Syarat atas penjulan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan dapat bersifat ketat
atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang ditetapkan, maka semakin cepat
pengembalian piutang. Sehingga jumlah piutang perusahaan akan semakin kecil.
Sebaliknya semakin lunak syarat pembayaran yang ditetapkan, maka pengembalian
piutang akan lebih lama dan jumlah piutang akan lebih besar.
c. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas pemberian kredit
kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, maka semakin besar
pelanggan membeli secara kredit, sehingga jumlah piutang akan lebih besar.
d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
Kebijksanaan dalam mengumpulkan piutang dapat dilakukan secara aktif maupun
pasif. Bila digunakan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan untuk mendanai usaha ini. Dengan menggunakan cara ini piutang yang
ada akan cepat tertagih, sehingga akan memperkecil jumlah piutang perusahaan.
Namun, bila perusahaan menerapakan cara pasif, maka pengumpulan piutang akan
lebih lama sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan
Kebiasaan para pelanggan untuk membayar periode cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan jika pelanggan membayar
pada periode sesudah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar,
karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk terealisasi
menjadi kas.

A.4 Metode Pencatatan Piutang

1. Metode Konvensional.
Dalam metode ini, posting kedalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang
dicatat dalam jurnal. Berbagai transaksi yang mempengaruhi piutang adalah:
a) Transaksi penjualan kredit, transaksi ini diposting dalam kartu piutang atas dasar
data yang telah dicatat dalam jurnal penjualan
b) Transaksi Retur Penjualan, posting transaksi retur penjualan diposting kedalam kartu
piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal retur penjualan.
c) Transaksi Penerimaan Kas dari Piutang, Posting transaksi berkurangnya piutang dari
pelunasan piutang oleh debitur diposting kedalam kartu piutang atas dasar data yang
telah dicatat dalam jurnal umum
d) Transaksi penghapusan piutang, transaksi berkurangnya piutang dari transaksi
penghapusan piutang diposting kedalam kartu piutang atas dasar data yang dicatat
dalam jurnal umum.

2. Metode Posting langsung

Metode dibagi menjadi dua golongan berikut ini:

a. Metode Posting Harian

Posting langsung kedalam kartu piutang; jurnal hanya menunjukan jumlah total
harian saja. Dalam metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk
pencatatan timbulnya piutang di posting langsung setiap hari secara rinci kedalam kartu
piutang.

b. Metode Posting periodik

Posting ditunda. Pada metode ini faktur penjualan yang diterima dari bagian
penagihan, oleh bagian piutang disimpan sementara, menunggu beberapa hari, untuk
nantinya secara sekaligus di posting kedalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali
periode posting dengan menggunakan mesin pembukuan.

Penagihan Bersiklus (Cycle Billing). dalam metode ini pada akhir bulan,
dilakukan kegiatan posting yang meliputi : (1) Posting media yang dikumpulkan selama
sebulan tersebut kedalam pernyataan piutang dan kartu gudang; (2) Mencatat dan
menghitung saldo kartu piutang. Metode ini membagi pekerjaan posting kedalam kartu
piutang dan pernyataan piutang tersebut tersebar merata ke dalam hari kerja selama
sebulan. setiap pelanggan akan menerima pernytaan piutang pada tanggal hari kerja
yang sama setiap bulan.

c. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu


Dalam metode ini faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya yang
diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama
pelanggan dalam arsip faktur yang belum bayar.
d. Metode Pencatatan Piutang dengan Komputer
Metode pencatatan ini menggunakan batch sistem. Dalam sistem ini dokumen
sumber yang mengubah piutang dikumpulkan dan sekaligus di posting setiap hari untuk
memutahirkan catatan piutang.

A.5 Sistem Akuntansi Piutang

Sistem akuntansi piutang adalah kesatuan yang melibatkan bagian-bagian yang


saling berkaitan satu sama lain, yang digunakan dalam perusahaan untuk menangani
pemberian piutang yang berasal dari penjualan kredit.

Sub-sub sistem dalam Sistem Akuntansi Piutang terdiri dari:

1. Sub Sistem Penjualan

Fungsi ini bertanggungjawab untuk menerima surat order dari pembeli, meminta
otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana akan dikirim,
serta mengisi surat order pengiriman.

Dokumen yang digunakan sub sistem penjualan dalam Sistem Akuntansi piutang
adalah
Faktur Penjualan

Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi
penjualan kredit. Dokumen ini dilampiri dengan surat muat (bill of lading) dan surat
order pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi penjualan
kredit (Mulyadi, 2001: 258).

2. Sub Sistem Gudang

Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang
dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

Catatan akuntansi yang digunakan adalah:

Kartu Gudang

Kartu gudang adalah catatan akuntansi yang diselenggarakan oleh sub sistem gudang
dan hanya berisi data kuantitas barang yang disimpan di gudang beserta mutasinya
(Mulyadi, 2001: 208).

3. Sub Sistem Pengiriman

Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyerahkan barang berdasarkan surat order


pengiriman dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertangungjawab untuk menjamin bahwa
tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang berwenang.

4. Sub Sistem Piutang

Sub sistem piutang mencatat dalam kartu piutang dan mengirim faktur penjualan ke
bagian akuntansi.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sub sistem piutang adalah:

Kartu Piutang

Kartu piutang adalah catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat mutasi dan
saldo piutang kepada setiap debitur (Mulyadi, 2001: 260).

5. Sub Sistem Penagihan


Fungsi ini bertanggungjawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan
kepada pelanggan.

Dokumen yang digunakan dalam sub sistem penagihan adalah:

Surat Tagihan

Surat tagihan merupakan turnaround document yang isinya dibagi 2 bagian: bagian atas
merupakan dokumen yang harus disobek dan dikembalikan bersama cek oleh
pelanggan, sedangkan bagian bawah berisi rincian transaksi pembayaran yang
dilakukan pelanggan dalam periode tertentu.

6. Sub Sistem Akuntansi

Fungsi ini bertanggungjawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi
penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para
debitur, serta membuat laporan penjualan. Fungsi ini juga bertanggungjawab untuk
mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan. Mulyadi
(2001, 210-213).

A.6 Analisis sistem pengendalian intern terhadap piutang pembiayaan ditinjau dari
COSO

Menurut COSO (SanyotoGondodiyoto, 2007 : 267) bahwa “pengendalian intern


adalah suatu proses melibatkan seluruh anggota organisasi, dan memiliki tiga tujuan
utama, yaitu efektivitas, dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan
keuangan, dan dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.” Artinya, dengan adanya
sistem pengendalian intern, maka diharapkan perusahaan dapat bekerja atau beroperasi
secara efektif dan efisien, penyajian informasi dapat diyakini kebenarannya dan semua
pihak akan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang ada, baik peraturan dan
kebijakan perusahaan atau pun aturan legal / hukum pemerintah. Dengan dipatuhinya
peraturan dan kebijakan maka penyimpangan dapat dihindari. COSO menyebutkan
(SanyotoGondodiyoto, 2007 : 267) bahwa “terdapat lima komponen pengendalian
intern, yaitu lingkungan pengendalian, penentuan resiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pengawasan atau pemantauan”.
1) LingkunganPengendalian
Komponen yang menjadi fondasi utama dalam menopang komponen
pengendalian lainnya. Secara langsung lingkungan pengendalian menentukan corak
perusahaanberdasarkanfaktor-faktorberikut :
 Integritas dan nilai etis
 Komitmen terhadap kompetensi
 Kebijakan praktik sumber daya manusia
 Pemberian wewenang dan tanggungjawab
 Filosofi manajemen dan gaya operasi
 Struktur organisasi
2) Penaksiran Resiko
Manajemen harus dapat mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang timbul
dari piutang serta mengantisipasi resiko. Adapun contoh beberapa resiko dari
pemberian piutang antara lain sebagai berikut:
 Resiko kelayakan kredit konsumen
 Resiko keterlambatan pembayaran konsumen
 Resiko ketidakmampuan konsumen membayar kredit
 Resiko penggelapan penagihan piutang oleh Collector
3) Aktivitas Pengendalian Terhadap Piutang Usaha
 Aktivitas persetujuan kontrak.
 Penerapan Standar Operating Procedures (SOP) perusahaan.
 Aktivitas pemisahan tugas yang dilakukan oleh tiap karyawan berdasarkan bagiannya.
 Aktivitas pendokumentasian dan otorisasi dokumen terkait prosedur pemberian dan
penagihan piutang kepada pelanggan.Aktivitas penilaian kinerja pada karyawan terkait
piutang usaha.
4) Informasi dan KomunikasiTerhadap Piutang Usaha
 Kecukupan dokumen yang dibutuhkan untuk prosedur pemberian dan penagihan
piutang usaha kepada pelanggan.
 Kecukupan informasi yang dihasilkan dari prosedur pemberian dan penagihan piutang
usaha kepada pelanggan.
 Kebijakan manajemen dalam menyampaikan informasi
5) Pengawasan dan Pemantauan Terhadap Piutang Usaha;
Menjelaskan kegiatan pemantauan terkait perkembangan saldo piutang usaha.
6. Flowchart Piutang

Adapun alur prosedur dari flowchart sistem informasi akuntansi piutang


berdasarkan hasil sebagai berikut :

1. Bagian Penjualan

Bagian Penjualan menerima orderan dari pelanggan dan mencatat pesanan


pelanggan. Piutang dagang terjadi karena timbulnya penjualan secara kredit. Maka
bagian penjualan membuat nota pesanan yang langsung diberikan kepada bagian kredit
untuk diproses lebih lanjut. Lalu bagian penjualan menerima kartu piutang dari bagian
kredit karena pelanggan menyetejui syaratnya dan bagian penjualan akan membuat nota
penjualan sebanyak 3 rangkap. Yang dimana nota penjualan sebanyak 3 rangkap
tersebut diberikan kepada :

Nota penjualan pertama : bagian keuangan

Nota penjualan kedua : bagian kredit

Nota penjualan ketiga : bagian penjualan

Setelah membuat nota penjualan, maka bagian penjualan menyiapkan barang


dan membuat surat jalan sebanyak 2 rangkap. Adapun surat jalan sebanyak 2 rangkap
akan diberikan kepada:

Surat jalan pertama : pelanggan

Surat jalan kedua : bagian penjualan (arsip)

Nota penjualan dan surat jalan diberikan kepada masing masing bagian dan
akan di proses lebih lanjut kepada masing-masing bagiannya. Setelah faktur penjualan
dan surat jalan beserta barang sudah diproses, maka selanjutnya bagian penjualan
membuat laporan penjualan sebanyak 3 lembar, yaitu :

Lembar pertama diberikan ke pimpinan

Lembar kedua diberikan ke bagian keuangan

Lembar ketiga di simpan di bagian penjualan.


2. Bagian Kredit

Bagian Kredit menerima nota pesanan dari bagian penjualan, lalu bagian kredit
melakukan analisis kredit limit dan memberikan pilihan kepada pelanggan. Jika
pelanggan tidak setuju kredit limit ditetapkan perusahaan maka bagian kredit membuat
surat penolakkan dan diberikan ke pelanggan. Jika pelanggan setuju atas kredit limit
yang ditetapkan bagian kredit maka, bagian kredit memberikan jatuh tempo dan
membuat kartu piutang sebanyak 2 lembar.

Lembar pertama diberikan ke penjualan,

Lembar kedua disimpan.

Bagaian Kredit menerima nota penjualan dan laporan dari bagian penjualan.
Setelah itu, bagian kredit menerima permintaan kredit ulang pelanggan, maka bagian
kredit melakuakan analisis kredit ulang dan melakukan perhitungan berdasarkan
analisis umur piutang serta melakukan analisis kredit limit.

3. Bagian Keuangan

Bagian keuangan menerima surat tagihan dari bagian kredit dan menerima nota
penjualan dari bagian penjualan. Setelah bagian keuangan menerima surat tagihan dan
nota penjualan, maka bagian keuangan memproses pembayaran pelanggan. Transaksi
pembayaran pelanggan diposting ke buku besar serta membuat laporan penjualan
sebanyak 2 lembar, yaitu :

Lembar pertama diberikan ke pimpinan.

Lembar keduat disimpan di bagian keuangan.

4. Pimpinan

Pimpinan hanya menerima laporan penjualan dari bagian penjualan dan laporan
keuangan dari bagian keuangan.
B. PIUTANG TAK TERTAGIH

Piutang tak tertagih adalah situasi ketika debitur berada di situasi yang
menyebabkan piutang menjadi tidak mungkin lagi untuk tertagih. Tidak ada perusahaan
yang menginginkan piutang tidak tertagih (bad debts). Meski demikian, piutang tak
tertagih adalah kondisi umum terjadi di dunia bisnis. Walau tidak suka, sebagai pebisnis
Anda wajib tahu kriteria, metode penghapusan piutang tak tertagih, dan cara
melaporkannya ke dalam jurnal, di bawah ini penjelasan lengkapnya.

B.1 Pengertian Piutang Tak Tertagih

Piutang tak tertagih adalah hutang pihak lain kepada Anda atau perusahaan atas
transaksi suatu bisnis, tetapi piutang tersebut tidak bisa dikembalikan kreditur meskipun
telah diupayakan tindakan penagihan.

Seharusnya hasil penjualan produk membawa perusahaan kepada keuntungan.


Namun adanya piutang membuat kondisi berbanding terbalik. Perusahaan justru
mendapatkan piutang tidak tertagih sebagai akibat pembeli tidak membayar pinjaman.
Bad debts tersebut akhirnya menjadi beban yang mengurangi profit bersih.

B.2 Kriteria Piutang Tidak Tertagih

Apakah semua konsumen yang tidak membayar hutang langsung masuk dalam
kategori piutang tidak tertagih? Selengkapnya tentang kriteria piutang tak tertagih
adalah sebagai berikut.

a. Piutang Telah Memiliki Usia Tertentu

Setiap perusahaan memiliki kebijakan dan aturan terkait jangka waktu piutang. Jika
debitur belum membayar hutang hingga waktu jatuh tempo ditetapkan perusahaan,
maka perusahaan akan memberikan rentang waktu agar kreditur bisa membayar sampai
lunas. Meski demikian, rentang waktu yang diberikan kreditur memiliki batas. Jika
dalam batas tersebut debitur tidak membayar, maka perusahaan kreditur dapat
menggolongkannya sebagai bad debts.
b. Penagihan Telah Dilakukan Melewati Batas

Kriteria berikutnya piutang tak tertagih adalah ketika perusahaan telah berupaya
menagih dan mengingatkan berulang kali, tapi tidak ada itikad baik debitur untuk
membayar. Apabila perusahaan telah melakukan segala cara untuk menagih piutang,
tapi debitur tetap tidak membayar, maka perusahaan perlu memasukkan piutang
tersebut ke akun piutang tidak tertagih.

c. Kreditur Mengalami Kebangkrutan

Debitur mengalami kebangkrutan merupakan kriteria piutang tidak tertagih selanjutnya.


Biasanya, terdapat barang jaminan dalam kredit yang dilakukan konsumen. Ketika
kreditur bermasalah dan macet membayar hutang, pihak piutang akan mengambil hak
milik barang jaminan atau lainnya untuk dijual agar uang pinjaman kembali.
Sayangnya, hal ini tidak bisa dilakukan pada pihak kreditur yang mengalami
kebangkrutan. Karena kehabisan aset (termasuk uang dan barang jaminan), maka pihak
berhutang mutlak tidak mampu membayar. Jika perusahaan Anda memiliki debitur
semacam ini, maka dapat dipastikan hutang debitur tersebut masuk beban tak tertagih.

d. Debitur Dipastikan Gagal Bayar Karena Kejadian Tertentu

Kriteria terakhir dari piutang tak tertagih adalah saat debitur mengalami kejadian
tertentu yang menghanguskan seluruh harta kekayaannya. Misalnya terjadinya bencana
alam, kebakaran, dan sebagainya.

B.3 Penyebab Terjadinya Piutang Tak Tertagih


Kesulitan kondisi keuangan yang dialami debitur merupakan penyebab utama
terjadinya piutang tidak tertagih.

Namun, Rivai (2013) menyebutkan bahwa piutang tidak tertagih ini disebabkan oleh
dua faktor yang faktor internal (dari pihak kreditur) dan faktor eksternal (dari pihak
kreditur).

Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari pihak kreditur yang membuat piutang tidak
terbayar. Faktor tersebut di antaranya meliputi:

 Teledor dan kurang teliti ketika membuat perjanjian utang piutang


 Terlalu mudah memberikan pinjaman karena tidak memiliki standar yang jelas
mengenai berapa jumlah kekayaan yang dimiliki calon debitur agar bisa
memperoleh piutang

 Kinerja staff piutang yang kurang memadai seperi lemahnya pengawasan piutang

 Ketidakmampuan dalam mendeteksi risiko timbulnya piutang tidak tertagih termasuk


kondisi arus kas debitur

Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor pemicu terjadinya piutang tidak tertagih yang
berasal dari pihak debitur.

Faktor tersebut meliputi:

 Merosotnya kondisi perekonomian perusahaan debitur, baik karena menurunnya


kondisi ekonomi secara umum atau hanya pada bidang usaha yang mereka geluti

 Kebangkrutan

 Kurang cakap dalam mengelola arus kas perusahaan

 Masalah keluarga, seperti kematian, perceraian, terkena penyakit serius, dan


penyelewanggan dana usaha oleh salah satu anggota keluarga debitur

 Terjadi kondisi di luar kuasa debitur misalnya bencana alam, pandemi, dan
peperangan.

 Debitur memiliki watak yang buruk dan sedari awal memang berencana untuk tidak
membayar hutangnya.

B.4 Metode Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Lantas apakah piutang tidak tertagih dibiarkan begitu saja oleh perusahaan?
Bagaimana sebaiknya perusahaan menyikapi masalah ini? Nah, setiap perusahaan pasti
memiliki metode penghapusan piutang tak tertagih sebagai bentuk menanggulangi
risiko ini. Bagi pengusaha, yuk ketahui metodenya di bawah ini.
a. Metode Direct Write-Off

Pertama, metode penghapusan piutang tak tertagih adalah metode direct write-off.
Metode ini merupakan tindakan yang diambil perusahaan dengan menghapus akun
piutang sekaligus dari jurnal. Sebagai gantinya, perusahaan akan memasukkan bad
debts tersebut dalam akun beban, sehingga menambah liabilitas.

2. Metode Allowance

Metode lainnya yaitu metode allowance atau metode penyisihan piutang tidak
tertagih dengan tanpa memasukkannya secara aktual ke jurnal. Metode ini lebih
mengutamakan penyisihan atau penghapusan piutang jumlah kecil secara bertahap.
Perusahaan yang menggunakan metode allowance untuk menghapus bad debts tidak
akan menampakkan kerugian di dalam laporan keuangan. Sebaliknya, bad debts
tersebut dikurangkan ke laba perusahaan secara bertahap. Metode ini dianggap jauh
lebih baik bagi perusahaan, terutama di mata stakeholder-nya.

B.5 Metode Pengakuan dan Pencatatan Piutang Tak Tertagih

Pada dasarnya, ada dua metode akuntansi yang umum digunakan mencatat dan
melaporkan beban piutang tidak tertagih, yaitu:

1. Metode langsung (direct write off method atau direct charge off method)

Metode langsung atau “Direct Write-Off Method” adalah metode yang


digunakan dalam akuntansi untuk mengakui kerugian akibat piutang yang tidak
dapat ditagih dan dicatat sampai piutang pelanggan benar-benar tidak dapat
ditagih. Dalam metode ini, perusahaan tidak melakukan estimasi piutang tidak
tertagih, tetapi hanya mencatat kerugian ketika piutang diidentifikasi sebagai
piutang yang tidak dapat dipulihkan.

Ketika suatu piutang dianggap tidak dapat ditagih, perusahaan akan


mencatat kerugian ini langsung di laporan laba rugi. Sehingga mengakibatkan
pengurangan pendapatan dan kenaikan biaya kerugian piutang. Metode langsung
biasanya digunakan dalam situasi di mana perusahaan memiliki piutang yang
relatif kecil dan kasus piutang tidak tertagih jarang terjadi.

2. Metode penyisihan

Metode estimasi piutang tak tertagih adalah metode akuntansi yang


digunakan perusahaan untuk memperkirakan berapa jumlah piutang tidak berhasil
dilunasi oleh debitur. Metode ini juga sering disebut sebagai metode penyisihan.
Biasanya, perusahaan melakukan estimasi piutang tak tertagih di akhir periode
akuntansi atau pada setiap kali mereka menyusun laporan keuangan baik bulanan,
kuartalan, atau tahunan. Nantinya kerugian akibat beban piutang tidak terbayar
diakui sebagai penyisihan piutang tak tertagih.

Berikut merupakan tiga jenis metode estimasi piutang tak tertagih dalam akuntansi:

1. Metode persentase dari jumlah penjualan

Metode persentase jumlah penjualan adalah metode yang mengasumsikan


bahwa sebagian dari piutang penjualan akan menjadi piutang tidak tertagih.
Metode ini juga bisa disebut sebagai metode laba rugi (income statement method).
Metode ini didasarkan pada data historis perusahaan berapa persen jumlah
penjualan periode sebelumnya yang menjadi beban piutang tidak tertagih.

Contoh

Perusahaan ABC mencatat total penjualan tahunan sebesar Rp 5.000.000.000.


Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ternyata sekitar 3% dari total penjualan
berubah menjadi beban piutang tidak tertagih, berdasarkan data tersebut maka
perusahaan membuat estimasi nilai beban piutang tidak tertagih di periode
berjalan adalah sebesar:

Estimasi Piutang Tak Tertagih = Total Penjualan x Persentase Piutang Tak Tertagih

Estimasi Piutang Tak Tertagih = Rp 5.000.000.000 x 3% = Rp 150.000.000

Dari perhitungan tersebut, perusahaan ABC akan mencatat estimasi piutang tidak
tertagih sebesar Rp 150.000.000 dalam laporan keuangannya.

2. Metode umur piutang

Metode usia piutang adalah cara perusahaan mengestimasi berapa nilai


piutang yang akan tidak tertagih dengan mempertimbangkan usia piutang dan
mengacu pada berapa lama piutang tersebut belum dibayar. Pada dasarnya,
metode ini menggunakan asumsi semakin lama piutang tidak dibayar, maka
semakin besar pula kemungkinan piutang tersebut akan menjadi tidaak tertagih.

Metode ini dilakukan melalui beberapa langkah berikut ini:


Langkah 1. Pengelompokan piutang

Pertama, perusahaan harus mengelompokkan piutang berdasarkan usianya.


Pengelomopokkan piutang biasanya dilakukan dengan membagi piutang menjadi
kategori tertentu, misalnya, 30 hari, 60 hari, 90 hari, dan seterusnya. Kategori ini
menunjukkan berapa lama piutang tersebut belum dibayar.

Langkah 2. Membuat estimasi persentase tak tertagih

Selanjutnya, perusahaan akan menentukan nilai persentase kemungkinan masing-


masing kelompok piutang yang akan menjadi tidak tertagih. Persentase ini dapat
didasarkan pada pengalaman sebelumnya atau tren di industri. Adapun Hery
(2015) menentukan karakteristik umur piutang dan nilai persentase yang tidak
tertagih sebagai berikut:

Langkah 3. Perhitungan estimasi

Setelah persentase ditentukan, perusahaan akan mengalikan persentase


tersebut dengan total nilai piutang dalam kategori tersebut untuk mendapatkan
estimasi piutang tidak tertagih. Ini adalah upaya perusahaan untuk
mencerminkan risiko yang ada dalam kelompok piutang tertentu. Setiap
kelompok piutang memiliki nilai persentase dan perhitungan estimasi piutang
yang tidak terbayar seperti contoh berikut:
3. Metode saldo akhir piutang

Metode saldo akhir piutang adalah cara perusahaan mengestimasi piutang tidak
tertagih berdasarkan nilai saldo piutang yang belum terbayar di akhir periode
akuntansi. Dalam metode ini, perusahaan berasumsi bahwa sebagian dari saldo
piutang pada akhir periode mungkin akan menjadi tak tertagih.

Contoh

PT. Maju memiliki saldo piutang yang belum terbayar sebesar Rp 1.000.000.000
pada akhir periode. Berdasarkan data histori sebelumnya, sekitar 2% dari saldo
piutang pada akhir tahun biasanya berubah menjadi tidak tertagih. Dari data
tersebut, perusahaan bisa melakukan perhitungan estimasi nilai piutang yang
tidak tertagih sebagai berikut:

Estimasi Piutang Tak Tertagih = Saldo Akhir Piutang x Persentase Tak Tertagih

Estimasi Piutang Tak Tertagih = Rp 1.000.000.000 x 2% = Rp 20.000.000


B.6 Pencatatan Ayat Jurnal Piutang Tak Tertagih

1. Ayat jurnal penghapusan piutang metode langsung

Dalam metode langsung, piutang tidak tertagih akan dicatat sebagai kerugian
dalam laporan laba rugi. Adapun ayat jurnal penyesuaian piutang tidak tertagih
metode penghapusan langsung adalah sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Piutang Usaha xxx

Dari bentuk jurnal di atas, bisa diketahui bahwa piutang usaha pelanggan yang
gagal bayar akan langsung dihapuskan atau dinolkan di sisi kredit. Namun, masih ada
kemungkinan bahwa piutang tersebut akan dibayar di kemudian hari.

Apabila terjadi kasus seperti itu, maka piutang tersebut harus dimunculkan
kembali dengan cara membalik ayat jurnal penyesuaian piutang tidak tertagih
Sementara kas yang diterima dari pelunasan tersebut akan diakui sebagai penerimaan
pembayaran piutan.

Berikut bentuk ayat jurnal piutang tertagih kembali pada metode langsung:

Jurnal pembalik piutang tidak tertagih

Keterangan Debit Kredit

Piutang Usaha xxx

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Jurnal penerimaan kas dari pembayaran piutang


Keterangan Debit Kredit

Kas xxx

Piutang Usaha xxx

2. Ayat jurnal piutang tak tertagih metode penyisihan

Metode penyisihan dilakukan dengan membuat perkiraan kerugian piutang


yang mungkin terjadi di masa depan dan pencatatan penyisihan kerugian piutang pada
akhir periode.

Dalam metode ini, piutang usaha yang diestimasi sebagai piutang tidak
tertagih tidak langsung dihapus namun diakui terlebih dahulu sebagai penyisihan
piutang tak tertagih.

Baru apabila piutang benar-benar sudah pasti tidak tertagih, piutang usaha
akan dihapus dengan mencatatnya di sisi kredit dan akun penyisihan piutang usaha tak
tertagih di sisi debit.

Adapun ayat jurnal penyesuaian yang digunakan untuk mencatat penyisihan


piutang adalah:

Keterangan Debit Kredit

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

Kemudian ketika piutang sudah pasti tidak tertagih, ayat jurnal untuk
menghapus piutang adalah sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit

Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

Piutang Usaha xxx


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan Piutang yaitu :“ Piutang


merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada
para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggarankelonggaran yang diberikan
biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas
penjualan barang atau jasa yang dilakukan ”.

Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal perusahaan yaitu
penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan, tetapi selain itu masih banyak
sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.

Smith and Skousen memberikan klasifikasi piutang yang terdiri dari piutang usaha,wesel
tagih dan piutang usaha lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Portalgaruda.org

e-journal.uaj.ac.id, Sistem Informasi Akuntansi Piutang

Kieso, DE, Jerry JW, Terry DW 2009, Akuntansi Intermediate Edisi 12, Erlangga,
Jakarta

https://www.ocbc.id/id/article/2021/07/01/piutang-tak-tertagih

https://kledo.com/blog/piutang-tak-tertagih/

Anda mungkin juga menyukai