Cyber Not

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN CAVEAT (KEWASPADAAN)

TERHADAP KONTRAK ONLINE CYBER NOTARY

Dosen Pengampu :

Dr. Agus Pandoman, S.H.,M.KN, CMB

Oleh :

Widya Anugrah Saputri

E2B023021

KEMENTERIAN RISET TEKHNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

MAGISTER KENOTARIATAN

2024
A. PENDAHULUAN

Caveat (kewaspadaan) dapat diartikan dalam pembahasan ini merujuk pada


peringatan atau pemberitahuan yang diberikan kepada individu atau organisasi tentang
pentingnya berhati-hati dalam menggunakan layanan notaris daring atau cyber notary.
Notaris juga dengan adanya perkembangan system informasi dan teknologi ini akan
memanfaatkan sistem tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai notaris,
pemanfaatan ini disebut dengan e-notary atau cyber notary.

Berkembangnya dunia kenotariatan di era 4.0, layanan elektronik mulai


bermunculan, perkembangan teknologi informasi mempengaruhi pengoperasiannya.
Notaris, sekarang dalam pembuatan aktanya bisa dilakukan dengan video conference atau
melalui aplikasi virtual (media elektronik). Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik), pemanfaatan teknologi online memiliki manfaat yang bermanfaat
bagi notaris, karena proses pembuatan dokumen menjadi lebih cepat, mudah dan efisien. 1
Pelaksanaan praktik berbasis digital ini dengan cepat menyebar ke berbagai industri
profesi. Saat ini hampir semua profesi membutuhkan penggunaan komputer, untuk
menyimpan semua informasi pekerjaan dalam satu sistem, mengirim surat dan informasi
data internet, jual beli elektronik dan aktivitas lainnya dengan bantuan teknologi
informasi. Perkembangan teknologi informasi komunikasi melalui internet juga
mempengaruhi notaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Notaris yang
melakukan hal tersebut sampai sekarang tugasnya adalah menggunakan cara yang masih
tradisional, yaitu tetap mengadakan pertemuan tatap muka tepat di hadapannya dan
perincian pembawa acara diserahkan kepada notaris. Notaris publik membuat catatan
dokumen, salinannya dibuat untuk presenter, dokumen yang dibuat dan disahkan dalam
bentuk dokumen fisik. Akta notaris merupakan akta autentik yang memiliki kekuatan
hukum sempurna bagi para pihak yang membutuhkan pembuktian sempurna menuju arah

1
Junita Faulina, Abdul Halim Barkatullah, Djoni S Gozali, “Kedudukan Hukum Akta Notaris Yang Menerapkan
Konsep Cyber Notary di Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia”, Notary Law Journal, Edisi No.3 Vol.1, (2022),
hlm. 249. Honggo Hartono, “Roles of Notary in Drawing Up Marriage Agreement after Constitutional Court
Number 69/PUU-XIII/2015”, 2 (2) Prophetic Law Review 180, 2020, hlm. 181-182.
jasa pelayanan notaris secara elektronik dalam menjalankan fungsi notaris yang dikenal
dengan cyber notary. Cyber notary merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan
spesialisasi dalam bidang hukum dan komputer.2

Berkaitan dengan notaris yang menjalankan profesinya melalui konsep cyber


notary dalam pembuatan akta otentik, tetap harus dilaksanakan dengan menghadirkan
saksi. Hal tersebut berdasarkan pada Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-Undang Nomor
02 Tahun 2014 menyatakan bahwa Notaris wajib membacakan Akta di hadapan
penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 orang saksi, atau 4 orang saksi khusus
untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan, dan ditanda tangani pada saat itu juga oleh
penghadap, saksi, dan notaris. Tambahan lagi, pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik juga mengecualikan Akta Notaris dalam konteks dokumen
elektronik sebagai alat bukti yang sah, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan
hukum bagi para notaris, baik secara perdata, administrasi atau bahkan pidana.

Terdapat dua aspek yang menjadi hal penting dalam cyber notary yakni mengenai
kewenangan dan teknologi dan hal ini sejalan dengan adanya beberapa peraturan yang
memberikan peluang dan memfasilitasi notaris untuk memanfaatkan teknologi informasi
dalam menjalankan kewenangan yang dimiliki oleh notaris. Kemajuan teknologi tersebut
tentunya akan memberikan dampak bagi praktek hukum di Indonesia, salah satunya
mengenai kepastian hukum terhadap implementasi konsep cyber notary tersebut di
Indonesia serta bagaimana batasan dalam menerapkan dan memanfatatkan konsep cyber
notary tersebut dalam prakteknya. Terdapat berbagai hal yang menjadi peluang terjadinya
permasalahan terhadap kewenangan yang notaris miliki. Hal-hal demikian perlu
dilakukan kajian dan pembahasan untuk melihat bagaimana bentuk jaminan yang
diberikan sehingga memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. 3

Caveat kewaspadaan dalam cyber notary ini bisa mencakup beberapa hal seperti,
keamanan Data yaitu pentingnya untuk melindungi data pribadi dan informasi sensitif

2
Friko Rumadanu, Esther Masri, dan Otih Handayani, “Penggunaan Cyber Notary Pada Akta Autentik dan
Kekuatan Pembuktiannya Dalam Perspektif Undang-Undang Jabatan Notaris”, Jurnal KRTHA
BHAYANGKARA, Edisi No.1 Vol. 16. (2022), hlm. 90-91.
3
Indah Sugiarti, “Kepastian Hukum Terhadap Penerapan Dan Pemanfaatan Konsep Cyber Notary Di Indonesia”,
Jurnal Officium Notarium, Edisi No. 1 Vol. 2 (2022), hlm. 14-15.
saat menggunakan layanan notaris daring, mengingat risiko kebocoran atau
penyalahgunaan data. Validitas Transaksi seperti peringatan bahwa transaksi yang
melibatkan notaris daring mungkin memiliki risiko tertentu terkait validitasnya, terutama
jika tidak ada pengawasan yang memadai atau jika tidak ada aturan yang jelas untuk
mengatur notaris daring. Ketentuan Hukum berkaitan perlu dicatat bahwa dalam
beberapa yurisdiksi, pengakuan hukum dan keabsahan dokumen yang disertifikasi oleh
notaris daring mungkin belum diatur secara jelas atau diakui sepenuhnya. Verifikasi
Identitas terkait pentingnya memastikan identitas pengguna yang terlibat dalam transaksi
notaris daring, karena risiko penipuan atau identitas palsu. Dalam konteks ini, "caveat
kewaspadaan" akan menyoroti perlunya berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang
terkait dengan penggunaan layanan notaris daring, serta mungkin menggugah orang
untuk mencari informasi lebih lanjut atau berkonsultasi dengan ahli hukum sebelum
menggunakan layanan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan caveat (kewaspadaan) terhadap kontrak online cyber notary ?

C. PEMBAHASAN
Hubungan Caveat Kewaspadaan Terhadap Kontrak Online Cyber Notary
Pengertian kontrak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perjanjian secara
tertulis antara dua pihak dalam perdagangan, sewa menyewa, dan sebagainya, persetujuan
yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan
kegiatan. Sedangkan dalam kontrak online memiliki definisi kontrak alam tidak nyata
(maya), salah satu dari jenis kontrak yang tidak terdapat dalam hukum kontrak
konvensional/alam nyata, dalam perkembangannya hukum kontrak hihadapkan pada
kondisi jaman yang berbeda, sehingga kontrak jenis lama (kontrak alam nyata) yang
disebut system kontrak konvensional dianggap telah usang dan tidak dapat lagi dijadikan
sebagai sarana upaya penegakan hukum, maka perlunya bentuk baru yang diharapkan
dapat mengkontribusikan atau peduli terhadap perkembangan jaman, maka dengan
demikian diperlukan suatu teori yang dapat mengakomodir aktivitas bisnis pada
jamannya, “pengandaian” dari teori baru ini. 4
Kegiatan pelayanan notaris di era globalisasi telah bergerak menuju pelayanan
berbasis elektronik yang dikenal dengan Cyber Notary sehingga seharusnya diatur lebih
lanjut dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini guna
menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum kepada para pihak dan notaris
terkait dengan akta yang dibuatnya. Indonesia yang berada dalam era globalisasi ditandai
dengan era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang memperkenalkan dunia maya
(cyberspace, virtual world) melalui jaringan internet, komunikasi dengan media
elektronik tanpa kertas. Seseorang akan memasuki dunia maya yang bersifat abstrak,
universal, lepas dari keadaan tempat dan waktu melalui media elektronik ini. 5
Berkaitan dengan notaris yang menjalankan profesinya melalui konsep cyber notary
dalam pembuatan akta otentik, tetap harus dilaksanakan dengan menghadirkan saksi. Hal
tersebut berdasarkan pada Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-Undang Jabatan Notaris
menyatakan bahwa notaris wajib membacakan akta di hadapan penghadap dengan
dihadiri oleh paling sedikit 2 orang saksi, atau 4 orang saksi khusus untuk pembuatan
akta wasiat di bawah tangan, dan ditanda tangani pada saat itu juga oleh penghadap,
saksi, dan notaris. Tambahan lagi, Pasal 5 ayat (4) Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik juga mengecualikan akta notaris dalam konteks dokumen elektronik
sebagai alat bukti yang sah, sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan hukum bagi
para notaris, baik secara perdata, administrasi atau bahkan pidana. Pasal 16 ayat (1) huruf
m tersebut apabila disandingkan dengan Pasal 15 ayat (3) UUJN terlihat seperti tidak
berkesesuaian dan saling bertentangan karena pembuatan akta notaris yang dilakukan
secara elektronik (cyber notary) dapat dilakukan notaris dengan pembacaan Akta secara
online dan tanda tangan secara elektronik serta tanpa adanya kehadiran saksi, sehingga
hal tersebut tidak memenuhi unsur Pasal 16 ayat (1).6

4
Dr. Agus Pandoman, S.H.,M.KN.,CMB, “Hukum Kontrak Online Kontrak Tidak Bersentuhan”, Sleman, Putra
Surya Santosa, 2020
5
Denny Fernaldi Chastra, “Kepastian Hukum Cyber Notary Dalam Kaidah Pembuatan Akta Autentik Oleh Notaris
Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris”, Jurnal Indonesian Notary Edisi No.2 Vol.3, (2021), hlm. 249.
6
Jodhi Restu Pamungkas, Suryadi, dan Ayu Efritadewi, “Analisis Kepastian Hukum Akta Terhadap Kewenangan
Notaris Dalam Pelayanan Berbasis Elektronik (Cyber Notary)”, Student Online Journal, Edisi No.1 Vol.2, (2021),
hlm. 634. Dodik Setiawan Nur Heriyanto, “Cyber Diplomacy dan Tantangan Hukum Diplomatik Abad 21”, Seminar
Nasional dan Call for Paper Revitalisasi Sanksi pada Hukum Internasional, FH UII Press, 2022
Dalam konteks kontrak online yang menggunakan layanan cyber notary, "caveat
kewaspadaan" sangat relevan. Berikut adalah beberapa cara di mana caveat kewaspadaan
berkaitan dengan kontrak online yang melibatkan cyber notary :
1. Validitas Kontrak, Meskipun kontrak online dapat sah secara hukum, perlu
dipertimbangkan apakah penggunaan cyber notary dalam menyaksikan atau
menyertifikasi kontrak tersebut akan memengaruhi validitasnya. Ada
kemungkinan bahwa di beberapa yurisdiksi, pengakuan hukum terhadap
tindakan notaris daring mungkin belum sepenuhnya diatur atau diakui.
2. Keamanan Data: Kontrak online melalui cyber notary melibatkan pertukaran
informasi sensitif secara elektronik. Caveat kewaspadaan penting untuk
memperingatkan pihak-pihak yang terlibat tentang risiko keamanan data,
termasuk risiko pencurian identitas, penipuan, atau pelanggaran privasi.
3. Keamanan Data: Kontrak online melalui cyber notary melibatkan pertukaran
informasi sensitif secara elektronik. Caveat kewaspadaan penting untuk
memperingatkan pihak-pihak yang terlibat tentang risiko keamanan data,
termasuk risiko pencurian identitas, penipuan, atau pelanggaran privasi.
4. Keamanan Data: Kontrak online melalui cyber notary melibatkan pertukaran
informasi sensitif secara elektronik. Caveat kewaspadaan penting untuk
memperingatkan pihak-pihak yang terlibat tentang risiko keamanan data,
termasuk risiko pencurian identitas, penipuan, atau pelanggaran privasi.

Dengan demikian, caveat kewaspadaan penting untuk mengingatkan pihak yang


terlibat dalam kontrak online tentang risiko yang terkait dengan penggunaan
layanan cyber notary dan mendorong mereka untuk melakukan penelitian atau
berkonsultasi dengan ahli hukum sebelum menyetujui kontrak tersebut.

D. PENUTUP
Caveat kewaspadaan dalam cyber notary ini bisa mencakup beberapa hal seperti,
keamanan Data yaitu pentingnya untuk melindungi data pribadi dan informasi sensitif
saat menggunakan layanan notaris daring, mengingat risiko kebocoran atau
penyalahgunaan data. Validitas Transaksi seperti peringatan bahwa transaksi yang
melibatkan notaris daring mungkin memiliki risiko tertentu terkait validitasnya, terutama
jika tidak ada pengawasan yang memadai atau jika tidak ada aturan yang jelas untuk
mengatur notaris daring. Ketentuan Hukum berkaitan perlu dicatat bahwa dalam
beberapa yurisdiksi, pengakuan hukum dan keabsahan dokumen yang disertifikasi oleh
notaris daring mungkin belum diatur secara jelas atau diakui sepenuhnya. Verifikasi
Identitas terkait pentingnya memastikan identitas pengguna yang terlibat dalam transaksi
notaris daring, karena risiko penipuan atau identitas palsu. Dalam konteks ini, "caveat
kewaspadaan" akan menyoroti perlunya berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang
terkait dengan penggunaan layanan notaris daring, serta mungkin menggugah orang
untuk mencari informasi lebih lanjut atau berkonsultasi dengan ahli hukum sebelum
menggunakan layanan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Junita Faulina, Abdul Halim Barkatullah, Djoni S Gozali, “Kedudukan Hukum Akta Notaris
Yang Menerapkan Konsep Cyber Notary di Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia”,
Notary Law Journal, Edisi No.3 Vol.1, (2022), hlm. 249. Honggo Hartono, “Roles of
Notary in Drawing Up Marriage Agreement after Constitutional Court Number 69/PUU-
XIII/2015”, 2 (2) Prophetic Law Review 180, 2020, hlm. 181-182.

Friko Rumadanu, Esther Masri, dan Otih Handayani, “Penggunaan Cyber Notary Pada Akta
Autentik dan Kekuatan Pembuktiannya Dalam Perspektif Undang-Undang Jabatan
Notaris”, Jurnal KRTHA BHAYANGKARA, Edisi No.1 Vol. 16. (2022), hlm. 90-91.

Indah Sugiarti, “Kepastian Hukum Terhadap Penerapan Dan Pemanfaatan Konsep Cyber
Notary Di Indonesia”, Jurnal Officium Notarium, Edisi No. 1 Vol. 2 (2022), hlm. 14-15.

Dr. Agus Pandoman, S.H.,M.KN.,CMB, “Hukum Kontrak Online Kontrak Tidak Bersentuhan”,
Sleman, Putra Surya Santosa, 2020

Denny Fernaldi Chastra, “Kepastian Hukum Cyber Notary Dalam Kaidah Pembuatan Akta
Autentik Oleh Notaris Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris”, Jurnal
Indonesian Notary Edisi No.2 Vol.3, (2021), hlm. 249.

Jodhi Restu Pamungkas, Suryadi, dan Ayu Efritadewi, “Analisis Kepastian Hukum Akta
Terhadap Kewenangan Notaris Dalam Pelayanan Berbasis Elektronik (Cyber Notary)”,
Student Online Journal, Edisi No.1 Vol.2, (2021), hlm. 634. Dodik Setiawan Nur
Heriyanto, “Cyber Diplomacy dan Tantangan Hukum Diplomatik Abad 21”, Seminar
Nasional dan Call for Paper Revitalisasi Sanksi pada Hukum Internasional, FH UII Press,
2022

Anda mungkin juga menyukai