MAKALAH Landpend

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANUSIA DAN PENDIDIKAN


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH LANDASAN
PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : RUSDIONO MULYANTO,M.T

DISUSUN OLEH
AGUSTIN AMELIA 2210378
ANNISA 2210379
KAKA SATRIA PRATAMA 2206491
WULAN RAMADHANI 2207461

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT kami haturkan atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun sam[ai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberi sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Tim penulis sangat berharap semoga makalah dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bias pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Puji dan syukur dan berhingga kepada Allah SWT tuhan yang maha bijaksana atas kasih
karunia dan rahmatnya sehingga makalah Landasan Pendidikan ini dapat diselesaikan. Bagi kami
sebagao penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah akrena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang mebangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 9 Februari 2023

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Untuk menjadi manusia seutuhnya, maka setiap manusia yang lahir kedunia akan
memalui proses pertumbuhan dan perkembangan yang perlu dibantu oelh orang lain
bagaimana bantuan itu diberikan secara tepat dan optimal, perlu dipahami hakikat
manusia itu. Sangat naif, apabila seorang pendidikan atau pemimpin tidak memahami
tentang hakikat manusia, karena orang-orang yang bersangkutan senantiasa berkiprah
dengan manusia.jika terjadi hal demikian sama artinya dengan seorang petani yang tidak
tahu cara menggarap ladangnya,dan bila dilaksanakan juga pasti terjadi kerusakan, karena
seorang petani diserahi tuga stidak tahu melaksanakannya.pengetahuan atau pemahaman
tentnag hakikat manusia ini sungguh sangat berguna dalam segala lapangan kehidupan,
dan tidaklah hanya menjadi keharusan bagi seorang guru. Karena itu sangat diharapkan
kepada seluruh mahasiswa agar mempelajari hakikat manusia dan Pendidikan dengan
bersungguh-sungguh, dan sekaligus menerapkan pengetahuan yang diperoleh saat
berinteraksi dengan manusia dalam segala aspek kehidupan.

Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu


atau dasar dalam melakukan analisis kritik terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta
tentang kebijakan dan praktik pendidikan(Mulyono,1989; Sudomo , 1989/1990). Kajian
analisis kritis terhadap kaidah dan fakta tersebut dapat dijadikan titik tumpu atau dasar
dalam upaya penemuan kebijakan dan praktik pendidikan yang tepat guna dan bernilai
guna. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar
bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.

1
Terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai titik tumpu dalam
melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam rangka membuat
kebajikan dan praktik pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu hakikat manusia?
2) Apa itu hakikat pendidikan?
3) Apa urgensi manusia terhadap Pendidikan?
4) Bagaimanakah peran pendidikan terhadap manusia dan sebaliknya?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mahasiswa mampu memahami hakikat manusia
2) Mahasiswa mampu memahami hakikat pendidikan
3) Manusia mampu memahami urgensi manusia dan pendidikan
4) Mahasiswa mampu memahami peran pendidikan terhadap manusia begitupun
sebaliknya.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 HAKIKAT MANUSIA


Pendidikan merupakan kegiatan yang berurusan dengan manusia oleh sebab itu,
sebelum membahas pendidikan perlu dikaji terlebih dahulu hakikat dari manusia. Istilah
manusia berasal dari bahasa arab yaitu kata “man” yang sama artinya dalam bahasa
inggris. Penggalan kata kedua “nasia”, yang artinya pelupa jadi istilah manusia berarti
orang yang sering lupa terhadap aturan atau peringatan-peringatan tuhan.
Manusia bukan hanya sehagai suatu anggota di dalam lingkungannya, tetapi juga
bersifat individual Karena itu, ia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki
perbedaan dengan yang lainnya sehingga setiap manusia bersifat unik.
Selain itu, karena setiap manusia memiliki subjektivitas (ke-diri-sendirian), maka
ia hakikatnya adalah pribadi, ia adalah subjek. Adapun sebagai pribadi subjek, setiap
manusia bebas mengambil tindakan atas pilihan serta tanggung jawabnya sendiri
(otonom) untuk menandaskan keberadaanya di dalam lingkungan,

1. Manusia adalah makhluk tuhan YME


Mengenai asal usul alam semesta dandan keberadaanya terdapat dua aliran filsafat,
yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut Evolusionme,
manusia adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta.
Manusia sebagaimana halnya alam semesta, ada dengan sendirinya berkembang dari
alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Sebaliknya, filsafat Kreasionisme menyatakan bahwa
asal usul manusia-sebagaimana halaya alam semesta-adalah ciptaan suatu Creative
Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME.

3
Adapun secara filosofis penolakan tersebut antara lain didasarkan kepada empat
argumen berikut ini:

a. Argumen ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu,
bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada ide manusia. Sebab itu, Tuhan
pasti ada dan realitas ada-Nya itu pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang
Tuhan.

b. Argumen kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab.
Adanya alam semesta - termasuk manusia adalah sebagai akibat. Di alam semesta
terdapat rangkaian sebab-akibat, namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak
disebabkan oleh yang lainnya. Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang
lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai "Pribadi" atau "Khalik".

C. Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh mata untuk melihat,
kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu (realitas) tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan diciptakan oleh Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan

D. Argumen Moral: Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan yang baik


dan yang jahat, dsb. Ini menunjukkan adanya dasar, sumber dan tujuan moralitas.
Dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu adalah Tuhan.

2. Manusia Sebagai kesatuan badan Rohani


Sebagai kesatuan badani-rohani manusia hidup dalam ruang dan waktu, memiliki
kesadaran (consciousnesss) dan penyadaran diri (self-awareness), mempunyai
berbagai kebutuhan insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Manusia mempunyai
potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan potensi untuk berbuat
baik, namun di samping itu karena hawa nafsunya ia pun memiliki potensi untuk
berbuat jahat.

4
Selain itu, manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi
berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk
berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia berdimensi individualitas
personalitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasi dari
semua itu, manusia memiliki historisitas, berinteraksi berkomunikasi, dan memiliki
dinamika.
Menurut Julien de La Mettrie dan Feuerbach- dua orang penganut Materialisme –
bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani tubuh fisiknya).Sebaliknya,
menurut Plato-salah seorang penganut Idealisme-bahwa esensi manusia bersifat
kejiwaan/spiritual/rohaniah. Sebagai kesatuan badani-rohani manusia hidup dalam
ruang dan waktu, memiliki kesadara (consciousnesss) dan penyadaran diri (self-
awareness), mempunyai berbagai kebutuha insting, nafsu, serta mempunyai tujuan.

3. Individualitas/Personalitas
Adapun sebagai pribadi/subjek, setiap manusia bebas mengambil tindakan atas
pilihan serta tanggung jawabnya sendiri (otonom) untuk menandaskan keberadaanya
di dalam lingkungan. Dengan demikian dapat Anda simpulkan bahwa manusia adalah
individu/pribadi, artinya manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,
memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan
subjek yang otonom

4. Sosialitas
Terdapat hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan masyarakatnya.
Emst Cassirer menyatakan: “manusia takkan menemukan diri, manusia takkan
menyadari individualitasnya kecuali melalui perantaraan pergaulan ank a.Masyarakat
terbentuk dars individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakat akan tertentukan
oleh individu-individu yang membangunnya (Iqbal, 1978)

5
Karena setiap manusia adalah pribadi/individu, ank arena terdapat hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya, maka idealnya situasi
hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan antara
subjek dengan objek. Melainkan subyek dengan subjek

5. Keberbudayaan
Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu: 1) sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb; 2) sebagai kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3) sebagai benda-
benda hasil karya manusia.kebudayaan memiliki fungsi positif bagi kemungkinan
eksistensi manusia, namun demikian perlu dipahami pula bahwa apabila manusia
kurang bijaksana dalam mengembangkan dan/atau menggunakannya, maka
kebudayaan pun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi
manusia.
Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu: 1) sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu
pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb; 2) sebagai kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3) sebagai benda-
benda hasil karya manusia.kebudayaan memiliki fungsi positif bagi kemungkinan
eksistensi manusia, namun demikian perlu dipahami pula bahwa apabila manusia
kurang bijaksana dalam mengembangkan dan/atau menggunakannya, maka
kebudayaan pun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi
manusia.Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis Kodrat dinamiku pada
diri mengimplikasikan adanya perubahan dan pembaruan kebudayaan.Ada
pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi dan inovasi. Hal ini meliputi semua
kehidupan budaya (Ernst Cassirer, 1987).
6
6. Moralitas Eksistensi
Manusia memiliki dimensi moralitas. Manusia memiliki dimensi moralita karena ia
memiliki kata hati yang dapat membedakan antara baik dan jahat.

7. Keberagamaan
Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia
yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama
yang diwujudkan dalam sikap dan perilakunya. Hal ini terdapat pada manusia
manapun, baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang), maupun dalam
rentang geografis dimana manusia berada.

8. Historisitas
Artinya bahwa keberadaan mamusia pada saat im terpaut kepada masa lalunya, ia
belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia, ia mengarah ke masa depan
untuk mencapai tujuan hidupnya.Masa lampaunya yang historis adalah faktor dasar
yang tidak dapat dihindarkan bagi masa depannya" (Fund Hasan, 1973).Tujuan hidup
manusia mencakup tiga dimensi, yaitu (1) dimensi ruang (di sini di sana, dunia-
akhirat); (2) dimensi waktu (masa sekarang-masa datang), (3) dimensi nilai (baik
tidak baik) sesuai dengan agama dan budaya yang diakuinya (M.I. Soelaeman, 1988).

9. Komunikasi/Interaksi
Komunikasi/interaksi ini dilakukannya baik secara vertikal, yaitu dengan
Tuhannya, secara horizontal yaitu dengan alam dan sesama manusia serta budayanya,
dan bahkan dengan "dirinya sendiri". Demikianlah interaksi/komunikasi tersebut
bersifat multi dimensi.

10. Dinamika
Dinamika mempunyai arah horisontal (ke arah sesama dan dunia) maupun arah
transendental (ke arah Yang Mutlak).
7
11. Eksisten Manusia adalah untuk Menjadi Manusia
Bagi manusia bereksistensi berarti meng-ada-kan dirinya secara aktif.
Bereksistensi berarti merencanakan, berbuat dan menjadi.Tegasnya ia harus menjadi
manusia ideal (manusia yang diharapkan, dicita-citakan, atau menjadi manusia yang
seharusnya). Idealitas (keharusan, cita-cita/harapan) ini bersumber dari Tuhan melalui
ajaran agama yang diturunkan-Nya, bersumber dari sesama dan budayanya, bahkan
dari diri manusia itu sendiri.

2.2 Wujud Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia adalah ciri yang menjadi karakteristik, yang secara prinsipel
membedakan manusia dari makhluk lain seperti he- wan, meskipun secara biologis dalam
hal tertentu ada kemiripan antara manusia dan hewan. manusia tidak bisa disamakan de-
ngan hewan, karena manusia mempunyai ciri-ciri yang khas yang mem bedakannya
dengan hewan sebagai sifat hakikat manusia.
Sifat dan hakikat menjadi karakteristik yang secara membedakan dari makhluk
lain seperti hewan, meskipun secara biologis dalam hal tertentu ada kemiripan antara
manusia dan hewan. Bebrapa ahli mengungkapkan seperti pada halnya dengan Socrates
bahwa manusia itu adalah hewan yang bermasyarakat.(zoon politicon). Manusia adalah
makhluk lemah, tidak dapat berdiri sendiri, dengan kata lain manusia adalah makhluk
sosial yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini mencakup
dalam perspektif luas baik dengan hewan, tumbuhan lingkungan, alam dan Tuhan oleh
sebabitu diperlukannya pendidikan yang memberi arti bagi manusia(peserta didik) untuk
menjadi amnesia kuat, dapat berdiri sendiri(mandiri), hubungan dengan lingkungan yang
harmonis.
Umar Tirtaharja yang mengambil paham eksistensialisme menjelaskan bahwa ada
delapan sifat hakikat manusia :
1. Kemampuan Menyadari Diri
2 Kemampuan Bereksistensi
3. Memiliki Kata Hati
8
4. Memiliki Moral
5. Kemampuan untuk Bertanggung Jawab
6. Memiliki rasa kebebasan
7. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
8. Kemampuan dalam Menghayati Kebagagiaan

2.3 Mengapa Manusia Perlu Dididik dan Mendidik Diri


Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk
mempertinggi kualitas hidupnya di dunia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha,
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,yaitu untuk membudayakan manusia
atau untuk memuliakan kemanusiaan manusia. Tujuan pendidikan masuk kedalam
dimensi nilai, filosofis, psikologi, sosiologis, sosial pribadi dan
budaya(Natawidja,1988:4).Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai
usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya.
Menurut Hederson, Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Emmanuel Kant mengatakan
bahwa “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi pendidikan
fungsinya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Faktor dari luar yang dapat
mempengaruhi perkembangan manusia yaitu lingkungan alam. Artinya lingkungan anak
dengan anak, anak dengan orang dewasa, orang dewasa dengan orang dewasa yang saling
berinteraksi. Lingkungan budaya berupa sopan santun, TV dan majalah. Serta lingkungan
alam secara geografisnya, namun karena perkembangan IPTEK pengaruh alam dapat
diatasi.
9
Terdapat beberapa prinsip dari pandngan antropologis terhadap pendidikan itu
sendiri. Sebagai berikut,:
1) Prinsip Historis
2) Prinsip idealis
3) Prinsip posibilitas/aktualisasi

Manusia yang bersangkutan juga harus belajar atau harus mendidik diri. Mengapa
harus mendidik diri? Sebab, dalam bereksistensi yang harus mengadakan/menjadikan diri
itu hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Sebaik dan sekuat apa pun upaya yang
diberikan pihak lain (pendidik) kepada seseorang (anak didik) untuk membantunya
menjadi manusia atau untuk mencapai kedewasaan, tetapi apabila seseorang tersebut
(anak didik) tidak mau mendidik diri, maka upaya bantuan tersebut tidak akan
memberikan kontribusi bagi kemungkinan seseorang tadi untuk menjadi manusia atau
menjadi manusia dewasa. Menyendirilah dan lihat. Memperingan garis ini dan
memurnikan garis lainnya lagi, hingga sebuah patung yang molek tampil atas karyanya.
Lakukanlah pula seperti itu;…. Janganlah sekali-kali berhenti memahat patungmu….”
(E.F. Schumacher, 1980:77). Dalam suatu pertanyaan apakah manusia akan dapat
dididik? Kita dapat mengidentifikasi bahwa manusia berhasil dan dapat dididik dengan
mengaju pada beberapa Antropologis yang melandasinya

1. Prinsip potensialitas
2. Prinsip Dinamika
3. Prinsip individualitas
4. Prinsip Sosialitas
5. Prinsip moralitas
2.4 Sosok Manusia yang Utuh
Pendidikan diarahkan menuju manusia ideal, melalui suatu tindakan yang tergolong
sebagai perwujudan manusia yang ideal. Unsur hakiki dari manusia adalah kepribadian yang
mana dengan didikan yang benar dapat diberikan dengan nyata untuk tiap individu. Di pihak
lain dapat dipahami pula bahwa eksistensi manusia untuk menjadi manusia.
10

Pancasila sebagai pandangan hidup dalam berbangsa dan bernega haruslah


menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya u bagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk Tuha juga sebagai makhluk sosial yang dalam
kehidupannya. Dari sikap saling memberi corak dan warna dasar dalam kehidupan m
syarakat.Bangsa Indonesia menginginkan keselarasan hubungan antara manusia dan
Tuhannya, antara sesama manusia serta alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-
bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan akhirat. Manusia seutuh nya
adalah manusia yang memiliki pancaindra yang baik, sehat jasmani dan rohani, mental
spiritual dan mampu menggunakannya secara positif.Dalam masyarakat Indonesia yang
beraneka ragam coraknya, me merlukan kemauan dan kemampuan mengendalikan diri dan
kepentingan yang pada gilirannya dapat menumbuhkan keseimbangan dan stabi- litas
masyarakat. Oleh sebab itu, sikap hidup manusia Indonesia adalah:
1. Kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kerangka kesadaran dan kewajiban sebagai
makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat.
2. Kewajiban terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari kepen tingan pribadinya.

2.5 Hakikat Pendidikan


Secara umum pendidikan berarti sebagai upaya pengembangan kualitas pribadi
manusia dan membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat,
psikologi, social-budaya dan iptek. Setelah kita pahami bahwa pendidikan itu sendiri tidak
terlepas dari manusia sebagai unsur utamanya. Wawasan yang dianut oleh pendidik (Guru)
akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Sedangkan etimologi pendidikanaa berasal dari bahasa yunani “Paedagogie”, yang
akar katanya “Pais” artinya anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi artinya adalah
bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris, “Education” yang artinya
membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak.
11
Pendidikan diartikan juga sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia
yamemiliki idealism nasional dan keunggulan professional.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 T hun 2003 Bab I
Pasal 1 menggariskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sua sana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

1. Pendidikan sebagai humanisasi


Di pihak lain kita pahami pula bahwa eksistensi manusia tiada lam adalah untuk
menjadi manusia. Inilah keharusannya, sebagaimana dinyatakan Karl Japers bahwa: "to be
a man is to become a man"/ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan,
1973). Adapun manusia akan dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan
Implikasinya maka pendulikan tiada lain adalah humanisasi (upaya memanusiakan
manusia).Sasaran pendidikan hakikatnya adalah manusia sebagai kesatuan yang
terintegrasi.
Tan dan Fungsi Pendidikan Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa
adanya (aktualitas) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang ada padanya
(potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang seharusnya dicita-citakan
(idealitas). Sifat karakteristik Pendidikan, Pendidikan diarahkan menuju terwujudnya
manusia ideal, sebab itu pendidikan bersifat normatif.Sebagai humanisasi pendidikan
seyogyanya meliputi berbagai bentuk kegiatan dalam upaya mengembangkan berbagai
potensi manusia dalam konteks dimensi keberagamaan, moralitas,
individualitas/personalitas, sosialitas, dan keberbudayaan secara menyeluruh dan
terintegrasi. Sebab itu pula, pendidikan adalah bagi siapa pun, berlangsung di mana pun,
melalui berbagai bentuk kegiatan (informal, formal, maupun nonformal), dan kapan pun
(sepanjang hayat). Ini berarti pula bahwa pendidikan perlu dilaksanakan pada setiap tahap
perkembangan manusia.
12
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
harus mengacu kepada pencapaian tujuan pendi- dikan nasional tersebut.Manusia
Indonesia memerlukan ke- cerdasan dalam berpikir, merasa, memahami nilai-nilai agama
dan susila yang dianutnya yang dapat diperolehnya melalui proses pendidikan.
2.6 Urgensi Pendidikan dengan Manusia
Learning to Know
Learning to know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu ha- rus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang
dalam. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus memiliki pemahaman yang bermakna
terhadap proses pendidikan mereka. Siswa diharapkan memahami secara bermakna asal
mula teori dan konsep, serta menggunakannya untuk menjelaskan dan mempre- diksi
proses-proses berikutnya.
Learning to know adalah suatu proses pembelajaran yang memung kinkan peserta
didik menghayati dan akhirnya dapat merasakany dapat menerapkan cara memperoleh
pengetahuan. Suatu proses yang serta memungkinkannya tertanam sikap ilmiah, yaitu
sikap ingin tahu dan lanjutnya akan menimbulkan rasa mampu untuk mencari jawaban atas
masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Prinsip learning to know Diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan
terobosan tek nologi dan merespons sumber informasi baru.
a. Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran.
b. Network society.
c. Learning to learn dan long life education.
Sasaran akhir dari penerapan pilar learning to know adalah lahirnya suatu generasi
yang mampu mendukung perkembangan IPTEK, yang menjadikan IPTEK sebagai
kebudayaannya. Menjadikan IPTEK sebagi kebudayaan, science adalah wujud berpikir
yang canggih.
13
Learning to Do
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita me mahami dan
mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita me lakukannya. Siswa dilatih
melakukan sesuatu dalam situasi nyata yang menekankan pada penguasaan keterampilan.
Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuhkembangkan
kemampuan berbuat mekanis dan kete- rampilan tanpa pemikiran; melainkan mendorong
peserta didik agar te- rus belajar bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana
mengembangkan teori atau konsep. Learning to do tidak hanya tertuju pada penguasaan
suatu keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan dengan kompetisi atau
kemampuan yang berhubungan dengan banyak situasi dan bekerja dalam tim.
Prinsip dalam learning to do. Menjembatani pengetahuan dan keterampilan.
a.Memadukan learning by doing dan doing by learning,
b. Mengaitkan pembelajaran dan kompentensi.
c. Mengaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi pembelajaran.
Sasaran akhir diterapkannya pilar ini adalah lahirnya generasi muda yang dapat
bekerja sangat cerdas dengan memanfaatkan IPTEK. Tujuan akhir dari upaya pendidikan
adalah penguasaan seni menggunakan ilmu pengetahuan.
Dalam konsep learning to be, siswa belajar berperilaku sesuai de ngan norma dan
kaidah di masyarakat, belajar menjadi orang yang ber hasil, sesungguhnya merupakan
proses pencapaian aktualisasi diri. Da lam konteks pendidikan, siswa juga dituntut dapat
menghargai proses pendidikan, yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja
keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif berprestasi yang tingg dan rasa
percaya diri.
14

Learning to be

Mengembangkan kepribadian dirinya sendiri dan mampu berbuat dengan


kemandirian yang lebih besar, perkembang. an dan tanggung jawab pribadi. Learning to be
merupakan pelengkap dan learning to know dan learning to do.
Prinsip learning to be :
a Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang di miliki
bersama.
b. Menghubungkan antara tangan dan pikiran, individu dengan masya rakat
pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta pembelajaran formal dan nonformal.
Bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan. Hal ini dapat
diimplemen tasikan dalam kegiatan pembelajaran, seperti belajar kelompok dalam kelas,
menghargai pendapat teman, menerima pendapat teman yang berbeda, mengemukakan
pendapat untuk membagi ide dan pengalaman dengan siswa lain.

Learning to live together

Mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi manusia


berpendidikan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi
seluruh umat manusia.

Learning to live together berperan menjadi pilar belajar yang penting Konsep ini
berperan dalam mengembangkan semangat menghormati n lai-nilai kemajemukan, saling
memahami, dan perdamaian. Prinsip learning to live together :
a. Membangun sistem nilai.
b. Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas.
15

Learning to Believe in God

Learning to believe in God (belajar untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa) bahwa manusia mempunyai pegangan yang universal dalam berhubungan dengan
lingkungannya dan berhubungan dengan penciptanya. Dalam artian ini bahwa pengetahuan
yang dicari seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi alam itu sendiri, dan
bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan (sustain able yang
secara religius dapat dipertanggungjawabkan kepada Yang Mahakuasa.

2.7 Peranan Pendidikan Bagi Manusia


Tuntutan pendidikan dalam kehidupan manusia sangat komplek, hal ini terbukti dengan
banyaknya orang yang tidak berpendidikan status sosialnya kurang diperhatikan atau
terkesampingkan. Misal dalam dunia kerja, banyak perusahaan yang menerima para
pekerjanya mula-mula ditanya pendidikan terakhir. Hal itu membuktikan bahwa pendidikan
pengaruhnya besar dalam kehidupan. Dengan diadakannya pendidikan, maka sedikitnya
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki
setiap manusia sehingga kehidupan masyarakat lebih baik.Adapun peran / fungsi pendidikan
dalam kehidupan manusia di antaranya, yaitu:
Fungsi Sosialisasi.
Sekolah-sekolah menjanjikan kepada anak-anak gambaran tentang apa yang dicita-
citakan oleh lembaga-lembaga sosialnya. Sekolah juaga, mengemban tugas untuk
melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-nilai budaya masyarakat dengan mengajarkan
nilai-nilai yang menjadi way of life masyarakat dan bangsanya. Untuk memenuhi fungsi dan
tugasnya tersebut sekolah menetapkan program dan kurikulum pendidikan, beserta metode
dan tekniknya secara paedagogis, agar proses transmisi nilai-nilai tersebut berjalan lancar dan
mulus.
Fungsi Kontrol Sosial.
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap tatanan tradisional
masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga pelayanan sekolah untuk melakukan
mekanisme kontrol sosial.
16
Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi nilai-nilai sosial dan melakukan
interaksi nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu
sebagai anggota masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk
mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-
nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat
diterima seluruh etnik.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan
segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di
Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan
negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi
sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah
tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau
dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai
budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan
nasional.
Fungsi Seleksi, Latihan dan Pengembangan Tenaga Kerja.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja
mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kerja profesional
dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk
menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya.
Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab
terhadap karier dan pekerjaan yang dipangkunya.
17
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu,
patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat
menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan
memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.
Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial.
Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan
analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang
cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan
generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah
menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan.
Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan
kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di
dalam lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis
bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi
fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain
dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara
sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar
seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
18
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya
serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan
sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan,
museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam
menunaikan fungsi pendidikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perkembangan manusia ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal, kedua faktor ini
penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam prosesperkembangan
manusia serta pendidikannya. Ditinjau dari faktor internal tentunya mengarah pada peserta didik,
namun bila ditinjau secara eksternal salah satunya adalah dari faktor guru. Pendidikan bertujuan
untuk mengajar, memanusiakan, dan mengarahkan anak didik agar mencapai akhir sempurna
Setiap pendidikan pasti memiliki tujuan yang terkait dengan kehendak yang akan dicapai.

Pendidikan humanis bertujuan agar dalam proses pembelajaran menjadikan siswa dan
menempatkan siswa sebagai manusia yang bebas. Bebas menentukan dan bebas melakukan hal
positif. Apapun yang dilakukan oleh siswa dalam pandangan pendidikan positif yang bersifat
humanis itu dapat dibenarkan sepanjang tidak mengekang hak siswa sebagai individu yang
bebas. Alternatif yang ditawarkan dalam pendidikan humanis adalah mengambil yang terbaik
untuk diterapkan dalam pola pendidikan yang sesuai dengan karakter ke-Indonesiaan.

Pola Pendidikan humanis yang berbasis ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang
sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun
Karso, Tut Wuri Handayani. Pendidikan humanism bila dikaitkan dengan konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantoro mempunyai keselarasan bahwa seseorang yang mampu berkembang secara
utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampumenghargai dan
menghormati kemanusiaan setiap orang.

Penerapan model pembelajaran humanis religiusdalam pendidikan di sekolah tergolongefektif


dan praktis digunakan untuk menanamkan nilai- nilai karakter positif dalam diri siswa. Oleh
sebab itu, disarankan kepada guru di sekolahmenggunakan model pembelajaran humanis dalam
pendidikan karakter di sekolah mampu melakukan pengembangan terhadap nilai humanis yang
diterapkan.

19

Anda mungkin juga menyukai