BHN Hitungan Lapter
BHN Hitungan Lapter
BHN Hitungan Lapter
BAB VII
ANALISA DAN PERHITUNGAN
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
ARAH N – S = S – N
N
00
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966 0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603s 4,685
3,817
`
4,396
3,759 0,463
W E
0,463 2,603 4,569 2,603 2,660 0,347
270 0 90 0
2,024 4,743 1,966 3,297 1,041
1,909 2,371
1,388 1,099
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521
2,429
2,603
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
20 Knots 20 Knots
40 Knots
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
ARAH NE – SW = SW – NE
N
00
NW 1,677
NE
315 0 45 0
2,024
1,966
0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603s 4,685
` 3,817
4,396
3,759 0,463
W E
0,463 2,603 4,569 2,603 2,660 0,347
270 0 90 0
2,024 4,743 1,966 3,297 1,041
1,909
1,099 2,371
1,388
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521
2,603 2,429
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
ARAH E – W = W – E N
00
KURNIA UTAMI
1,677
F 111 11 004
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
0,521
3,759 0,463
0,347
2,660
2,024
1,909
1,099 2,371
0,521
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
ARAH SE – NW = NW – SE
N
00
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966
0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603s 4,685
` 3,817
4,396
3,759 0,463
W E
2,603 4,569 2,603 2,660 0,347
270 0 1,041 90 0
0,463 2,024 4,743 1,966 3,297
1,909
2,371
1,388 1,099
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521
2,603 2,429
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Syarat arah angin dominan dan menjadi arah perencanaan runway adalah ≥ 95 %. Dari hasil
peninjauan diperoleh persentase angin > 95 % (memenuhi syarat), sehingga diambil nilai
persentase arah yang terbesar yaitu = 99,851 %.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Sehingga:
Ft = 1 + 0,01 (25 – (15 – 0,0065 .75))
= 1,105
Fs = 1 + 0,1 . S
Dimana : S = kemiringan atau slope = 1,5 %
Fs = 1 + 0,1 . (1,5)
= 1,150
+5 -3
+10 -5
-5 +7
Sumber : Heru Basuki .1986
Panjang runway minimum dengan metoda ARFL dihitung dengan persamaan berikut:
Lro =Lo x ( Ft x Fe x Fs x (1+ Persentase pengaruh angin permukaan) ( Pers.1.1)
ARFL = Lro /( Ft x Fe x Fs) ( Pers.1.2)
Dengan: Lro : Panjang runway rencana, m
Ft : Faktor koreksi temperatur
Fe : Faktor koreksi elevasi
Fs : Faktor koreksi kemiringan
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Nilai kekuatan angin permukaan sebesar +10 diperoleh persentase pengurangan panjang
runway sebesar -5, Sehingga;
Fsw = 1 + (persentase pengaruh angin permukaan)
= 1 + (- 0,05)
= 0,950
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Dari tabel 2.6, untuk kode angka 4 dan kode huruf C diperoleh lebar Runway = 45 m
2. Kemiringan Memanjang Longitudinal Runway
Tabel 2.7. Kemiringan Memanjang (longitudinal) Landasan
Kode Angka Landasan
Perihal
4 3 2 1
Max. Effective Slope 1.0 1.0 1.0 1.0
Max. Longitudinal Slope 1.25 1.5 2.0 2.0
Max. Longitudinal Slope Change 1.5 1.5 2.0 2.0
Slope Change per 30 m 0.1 0.2 0.4 0.4
Sumber : Basuki .1990
Untuk kode angka 4 (Lihat tabel 2.7)
- Max.Effective Slope = 1.0 %
- Max.Longitudinal Slope = 1.25 %
- Max.Longitudinal Slope Change = 1.5 %
- Slope Change per 30 m = 0.1 %
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Catatan :
a.
60 m bila landasan berinstrumen
30 m bila landasan tidak berinstrumen
b. Kemiringan transversal pada tiap bagian dari strip diluar diratakan
kemiringannya tidak boleh lebih dari 5%.
c. Untuk membuat saluran air kemiringan 3 m pertama kearah luar landasan, bahu
landasan, stopway harus sebesar 5%.
Sumber : Basuki .1990
Dari tabel 2.8, dengan kode angka 4 diperoleh nilai sebagai berikut:
a. Jarak min. dari ujung landasan atau stopway = 60 m
b. Lebar strip landasan untuk landasan instrumen = 300 m
c. Lebar strip landasan untuk landasan non instrumen = 150 m
d. Lebar area yang diratakan untuk landasan instrumen = 150 m
e. Kemiringan memanjang maks. untuk area yang diratakan = 1,5 %
f. Kemiringan transversal maks. dari areal yang diratakan = 2,5 %
(lihat catatan b dan c)
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
pesawat jam
a. A 300 - B2 = 1 x 22 x 365 hari = 8030 pesawat/tahun
jam h ari
pesawat jam
b. B 727 - 200 = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
jam h ari
pesawat jam
c. B 757 - 200 = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
jam hari
pesawat jam
d. CV 880 M = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun +
jam hari
Total = 56210 pesawat/tahun
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh persentase tebal perkerasan dengan cara
interpolasi linier, sehingga untuk tingkat keberangkatan 56210 pesawat/tahun, maka
persentasenya adalah 104,4968 %.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
= 9939,97 kg
( )
1/2
W2
W1
Log R1 = Log R2
Dimana :
R1 = Equivalent Annual Departure pesawat rencana.
R2 = Annual Departure pesawat-pesawat campuran (dinyatakan dalam roda pendaratan).
W1 = Beban roda pesawat rencana.
W2 = Beban roda dari pesawat yang dinyatakan.
a. R1 (A 300 - B2)
( )
1/2
16969,680
Log R1 = Log 8030 16969,680
R1 = 8030
b. R1 (B 727 - 200)
( )
1/2
19876,185
Log R1 = Log 9636 16969,680
R1 = 10428,610
c. R1 (B 757-200)
( )
1 /2
11850 ,100
Log R1 = Log 16060 16969,680
R1 = 13420,529
d. R1 (CV 880 M)
( )
1/2
9939 , 970
Log R1 = Log 16060 16969,680
R1 = 12291,395
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Data – data di atas lalu diplotkan pada gambar kurva rencana perkerasan flexible
untuk daerah kritis. (Untuk pesawat rencana A 300-B2).
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
15,5
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
Sumber : Grafik 6.17. Heru Basuki.1986
Dari hasil plot diperoleh:
Tebal perkerasan total = 15,5 inchi = 39,37 cm = 40 cm
Diketahui: CBR subbase= 40% (asumsi)
Weight On Main Gear = MSTOW x 95% = 315041 x 0,95 = 299288,950 lb
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
9,6
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
Dari hasil plot diperoleh:
Tebal Sub Base = 9,6 inchi = 24.384 cm = 25 cm
Sehingga, tebal sub base = 40 – 25 = 15 cm
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Tebal Base Course digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal Base Course
rencana = 25 – 13 = 12 cm
Cek terhadap tebal minimum Base Course dengan
Tabel 7.8. Minimum Base Course Thickness
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
93 m 85 m 57 m 39 m 27 m
Taxiway Strip
(306 ft) (278 ft) (188 ft) (128 ft) (74 ft)
Width
2. Kemiringan dan Jarak Pandang Minimum bisa dilihat pada tabel 3.3 (kode huruf yang
digunakan adalah C).
Tabel 3.3 Kemiringan dan jarak pandang
Kode huruf Taxiway
E D C B A
Kemiringan 1.50% 1.50% 1.50% 3% 3%
memanjang maximum
Perubahan
kemiringan 1 % per 1 % per 1 % per 1 % per 1 % per
memanjang 30 m 30 m 30 m 25 m 25 m
maximum
Kemiringan
transversal 1.50% 1.50% 1.50% 2.00% 2.00%
maximum dari
taxiway
Kemiringan
transversal
maximum dari bagian
yang diratakan pada
strip taxiway
a. Miring ke atas 2.50% 2.50% 2.50% 3.00% 3.00%
b. Miring ke bawah 5% 5% 5% 5% 5%
Catatan : Kemiringan transversal dari bagian strip taxiway diluar yang diratakan
kemiringan keatasnya tak boleh lebih dari 5%.
Sumber : Tabel 4-9.Heru Basuki .1986
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
a. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah membuat seminimal mungkin bagi runway yang ditempati
oleh pesawat yang baru saja mendarat (landing).
Exit taxiway yang bersudut 300 disebut high speed.
Exit atau kecepatan tinggi/cepat keluar, sebagai tanda bahwa exit taxiway direncanakan
untuk pesawat yang cepat keluar, yang penempatannya tergantung pada jenis pesawat.
Kecepatan saat aproact, tingkat pengereman dan jumlah exit taxiway:
Jarak taxiway = jarak touch down + D dari Threshold
S 2 −S
1 22
D = 2a
Dimana:
D = Jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway.
S1 = Kecepatan touch down (m/s).
S2 = Kecepatan awal ketika meninggalkan landasan (m/s).
a = Perlambatan (m/s2).
Perlambatan diambil 1,5 m/s2 dan jarak harus ditambah 3% per 300 m (1000 ft) setiap
kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan 5,6 0C (10 0F) dari temperatur 15 0C
– 50 0C.
Kecepatan touch down diambil dari tabel 3.7 “Klasifikasi pesawat untuk perencanaan
taxiway”.
Tabel 3.7 Klasifikasi Pesawat untuk Perencanaan Taxiway
Kecepatan
Jarak Touch Down
Design Group Touch Down Jenis Pesawat
(m)
(Km/Jam)
< 167 km/jam 300 m
I Bristol Freighter 170, DC-3, DC-4, F-27
(90 knots) (1000 ft
169 – 222
Bristol Britania, DC-6, F-28, MK-100, 450 m
II km/jam
Viscount 800 (1500 ft)
(90 – 120 knots)
> 224 km/jam B-707, B-727, B-737, B-747, Air Bus, 450 m
III
( > 121 knots) DC-8, DC-9, DC-10, L-1011, Trident (1500 ft)
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
D = 2a
Sehingga:
(62 , 22)2 −(8 , 89 )2
D = 2 (1 ,5 )
= 1264,10 m
Jarak taxiway ke threshold = jarak touch down + D dari Threshold
= 450 m + 1264,10 m
= 1714,10 m
JTESU = JTE
[ (
1+1%
T −T s tan dar
5 ,6 )]
= 1726,9558
[ 1+0 , 01
5 ,6 )]
(25−15
= 1757,794 m 1758 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
D = 2a
Sehingga:
(62 , 22)2 −(25 , 83 )2
D = 2 (1 ,5 )
= 1068,05 m
Jarak taxiway ke threshold = jarak touch down + D dari Threshold
= 450 m + 1068.05m
= 1518,05 m
JTESU = JTE
[ (
1+1%
T −T s tan dar
5 ,6 )]
= 1529,4354
[ 1+ 0 , 01
5 ,6 )]
(25−15
= 1556,7467 m 1557 m
Kesimpulan:
Jarak exit taxiway dari threshold adalah:
Exit taxiway bersudut 900 = 1758 m.
Exit taxiway bersudut 300 = 1557 m.
Perbedaan letak dari kedua jenis exit taxiway ini tidak terlalu jauh, atas pertimbangan faktor
keamanan dan biaya, maka direncanakan satu jenis exit taxiway yaitu exit taxiway menyiku
(900). Keputusan untuk merencanakan dan membuat/membangun exit taxiway menyudut
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
siku-siku didasarkan pada analisa lalu lintas yang ada. Apabila lalu lintas rencana pada
jam-jam sibuk (puncak) kurang dari 26 gerakan (mendarat dan lepas landas) maka exit
taxiway menyudut siku cukup memadai.
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
pesawat jam
a. A 300 - B2 = 1 x 22 x 365 hari = 8030 pesawat/tahun
jam h ari
pesawat j am
b. B 727 - 200 = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
jam h ari
pesawat jam
c. B 757 - 200 = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
jam hari
pesawat jam
d. CV 880 M = 2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun +
jam hari
Total = 56210 pesawat/tahun
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Kontrol :
Kapasitas runway 7 pesawat/jam sama besar dari banyaknya pesawat yang tiba dan berangkat 7
pesawat/jam sehingga, runway dapat menggunakan runway tunggal.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
5 x 0,33
0,8 = 2,08 ~ 3 gate
G=
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang mengalami perbaikan sebanyak 1 gate
position
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang tidak terjadwal (non komersil) sebanyak
1 gate position
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Ukuran gate position tergantung dari jenis pesawat dan tipe parkir pesawat yang digunakan,
yaitu sebesar ( Turning Radius + Clearance )2 x π .
Turning Radius (R) dihitung sebagai berikut:
R = ½ (wingspan + wheel track) + forward roll
Forward Roll (pada keadaan standar) = 3,048 m (10 ft)
Ukuran gate position = 2.R + Clearance
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Luas apron ditentukan oleh = jumlah dan ukuran gate position, clearance antara pesawat dengan
pesawat. Ukuran lebar apron dipengaruhi oleh jenis pesawat terbesar yang akan mendarat di
bandara tersebut
Luas Apron
Panjang Apron (p)
P = 7 x gate position terbesar
= 7 x 67,18
= 470,26 m = 470 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Warna yang dipakai biasanya putih pada landasan yang mempunyai perkerasan
aspal, sedangkan warna kuning untuk taxiway dan apron. Pada dasarnya warnanya harus
mencolok terhadap sekitarnya. Jadi, kalau landasan berwarna putih (landasan beton) harus
diberi warna lain untuk markingnya. Kedua organisasi penerbangan telah membuat standar
marking. FAA dalam Advisory Circular 150/6340 1E kita pakai edisi tanggal 11-4-1980.
ICAO dalam Annox 14 Chapter 5, 6. 7 dipakai edisi kedelapan Maret 1983. Ada 4
macam tipe marking:
a. Marking landasan.
b. Marking taxiway.
c. Marking untuk area yang dibatasi.
d. Marking untuk objek tetap.
Macam-macam marking sebagai alat bantu navigasi pendaratan adalah sebagai berikut:
a. Nomor landasan (runway designation marking).
Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan itu, terdiri dari dua
angka. Pada landasan sejajar harus dilengkapi dengan huruf L (Left), R (Right), atau C
(Central). Dua angka tadi merupakan angka persepuluhan terdekat dari utara magnetis
dipandang dari arah approach, ketika pesawat akan mendarat.
b. Marking sumbu (runway centre line marking).
Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir pada nomor
landasan, kecuali pada landasan yang bersilangan, landasan yang lebih dominan,
sumbunya terus, yang kurang dominan sumbunya diputus.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
c. Marking Threshold.
Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung landasan membujur
landasan, panjang paling kurang 30 m, lebar 1,8 m. Banyaknya strip tergantung lebar
landasan.
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
= 74,682 m 75 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
7,5 m
7,5 m TR. A-300-B2 7,5 m TR. B-727-200 7,5 m TR. B-757-200 7,5 m TR. CV-880-M 7,5 m
75 m
7,5 m
242 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Untuk merencanakan luas ruangan yang dibutuhkan, maka harga-harga di atas dikalikan
dengan jumlah penumpang, dengan memperhitungkan faktor-faktor keamanan, kelancaran,
dan lain-lain. Dengan demikian, diperoleh masing-masing ruangan fasilitas bangunan
pelengkap sebagai berikut:
KURNIA UTAMI
F 111 11 004
CIVIL ENGINEERING ‘11
Perencanaan Lapangan Terbang
Adapun luas dari tempat parkir yang direncanakan tergantung pada tipe parkir. Dalam hal ini
digunakan tipe parkir 900. Tipe parkir dengan sudut 900 untuk sebuah kendaraan diperkirakan
membutuhkan tempat parkir seluas:
Panjang = 5,50 m
Lebar = 2,6 m
Luasnya = (5,5 m) (2,6 m)
= 14,3 m2 (untuk 1 kendaraan)
(Tipe Parkir. Ir. Heru Basuki. Hal. 122)
Jadi mobil tiap jalur = L/2,6 : dimana L= Panjang Jalur, diambil 200 m
= 200/2,6
= 77 buah mobil
Jumlah baris parkir = Total Kendaraan / Total tiap jalur
= 700 / 77
= 9,090 9 baris kendaraan
2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m 2,6 m
5,5 m
KURNIA UTAMI
F 111 11 004