Modul Fikih
Modul Fikih
Modul Fikih
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
- Menjelaskan pengertian wudu, keutamaan wudu dan hal-hal yang mewajibkan wudu.
A. Pengertian Wudu
Kata wudu dalam bahasa arab berasal dari kata al-wadhaa’ah yang berarti keceriaan dan keindahan.
Dengan kata lain, Wudu berarti indah dan ceria.
Adapun menurut istilah, Wudu adalah membasuhkan dan mengusapkan air pada anggota badan
tertentu, dengan cara tertentu pula, dengan niat menghilangkan hadast kecil.
B. Keutamaan Wudu
Berwudu bagi seorang muslim memiliki banyak keutamaan, sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah
SWA .. Beberapa keutamaan wudu adalah sebagai berikut.
Rasulullah bersabda:
Rosulullah bersabda:
“Maukah kalian aku beritahukan sesuatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya Allah akan
menghapuskan dosa-dosa kalian dan mengangkat derajat kalian?”
Beliaupun berkata: “yaitu menyempurnakan Wudu disaat kondisi berat, banyak melangkah (sering)
menuju masjid, dan menunggu waktu salat berikutnya setelah mengerjakan salat, yang demikian itu
adalah penjagaan.” (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda:
“Apabila seorang muslim berwudu secara sempurna lalu mengucapkan: Asy hadu Allaa Ilaaha Illallaah
Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘abduhu Wa Rasuluh (aku bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali
Allah semata yang tiada sekutu bagi-nya bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-nya),
Niscaya kelak akan di buka kan untuknya delapan pintu syurga, dan dia di persilahkan untuk masuk
melalui pintu mana saja yang dia sukai.”
(HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majjah. Hadist ini dishahihkan oleh AL-ALbani)
Rosululah bersabda:
“setan melilitkan tiga ikatan di tengkuk kepala salah seorang kalian yang sedang tidur. Pada setiap
ikatan setan menghembuskan: ‘tidurlah karna malam masih panjang.’
Jika ia bangun dan berziikir kepada allah, terlepaslah satu ikatan; jika ia berwudu, terlepaslah ikatan
berikutnya;dan jika ia salat, terlepasnya ikatan terakhir hingga pada pagi harinya ia menjadi orang yang
bergairah dan segar. Jika tidak, maka jiwanya menjadi buruk dan sikapnya bermalas-malasan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
C. Kewajiban Wudu
Wudu adalah salah satu syarat sah salat. Orang yang akan salat diwajibkan berwudu terlebih dahulu.
Tanpa wudu, salatnya dianggap tidak sah.
“wahai orang orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu
dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu serta basuh kedua kakimu sampai ke kedua mata
kaki.” (QS. Al-Maidah:6)
“tidak akan diterima salat seseorang yang berhadas hingga ia berwudu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda:
“tidak di terima salat yang dilakukan tanpa bersuci, dan tidak di terima sedekah dari hasil penipuan.”
(HR. Muslim)
D. Syarat Wudu
Yang dimaksud syarat Wudu ialah hal-hal diluar wudu yang harus terpenuhi sebelum berwudu, hingga
akhir wudu. Apabila ia tidak terpenuhi maka wudu menjadi tidak sah. Ada beberapa syarat yang wajib
dipenuhi agar wudu kita sah menurut fikih, di antaranya sebagai berikut.
1. Islam
Seseorang yang melakukan amal-amal kebaikan dan ikhlas dalam melakukannya, tetapi dia masih kafir,
maka seluruh amalnya tidak akan di terima allah. Karena islam adalah satu-satunya agama yang benar
dan di terima Allah. Hal ini sebagaimana firman-nya:
ِ ۡ ّٰللا
اْل ۡس ََل ُم ِ ا َِّن ال ّد ِۡينَ ِع ۡن َد ه
“seseungguhnya agama di sisi Allah ialah islam.” (Qs. Ali Imran: 19)
Atas dasar ayat ini, orang yang mengerjakan amal ibadah namun dia belum menjadi seorang muslim,
maka ibadah tersebut tidak akan diterima Allah.
2. Berakal
Allah SWT. Telah memberikan akal sehat kepada setiap manusia agar dapat berfikir dan memilih mana
yang baik dan mana yang buruk. Sebaliknya, orang yang akalnya tidak sehat atau gila tidak dapat
berpikir dan membedakan mana yang baik dan yang buruk. Oleh sebab itu, semua ibadah hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal sehat.
Bagi anak laki-laki dan perempuan, setelah mereka beranjak dewasa, diwajibkan beribadah sesuai
dengan perintah allah dan rasull-nya. Balig dapat di ketahui dengan beberapa tanda; misalnya telah
bermimpi basah, atau tumbuh bulu di sekitar kemaluan, sedangkan khusus bagi anak perempuan ialah
mengalami haid.
4. Tamyiz
yaitu apabila seorang anak kecil sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Kulit pada anggota wudu tidak boleh tertutupi sesuatu yang menghalangi sampainya air ke kulit; seperti
tinta, minyak, cat, lilin, dan kotoran. Sebelum berwudu, hilangkan dulu zat-zat tersebut agar wudu kita
sah.
Wudu yang dikerjakan oleh wanita yang sedang haid atu nifas tidak bisa menyucikan diri dari hadas
kecil.
Tidak sah berwudu dengan air yang suci namun tidak menyucikan seperti air teh, air susu, dan air sabun.
Begitu pula air yang di dapat dari mencuri tidak sah digunakan untuk berwudu.
8. Niat
Yaitu bertekat dengan kesungguhan dan kesengajaan hati untuk beribadah demi mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Niat itu tempatnya dalam hati, tidak perlu diucapkan dengan kata-kat tertentu.
Niat merupakan syarat sah diterima dan di balasnya suatu perbuatan, ,/sebagaimana rasulullah saw.
Bersabda:
“amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan setiap orang men-dapatkan ap yang diniatkan” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Fungsi niat dalam ibadah sangatkanlah penting. Karena itulah setiap muslim harus senantiasa
memperbaiki niat dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk allah semata.
Adapun lafaz niat seperti Nawaitul wudu’a lirafil hadatsil ashghari fardan lillahi ta’ala, hal ini tidak
pernah di contohkan oleh nabi saw. Atau para sahabat ra., maka selayaknya tidak kita lakukan.
Sesungguhnya niat itu letaknya di hati, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“sesungguhnya, di dalam tubuh ada segumpal daging; jika dia baik, maka baiklah seluruh amalnya;jika
dia buruk, maka buruklah seluruh amalnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
E. Rukun Wudu
Rukun wudu ialah amalan-amalan yang merupakan bagian dari tata cara berwudu, yang apabila ia di
tinggalkan maka wudu menjadi tidak sah.
1. membaca bismillah.
2. membasuh muka. Yaitu mulai dari muka bagian atas yang di tumbuhi rambut sampai ke dagu,
dan dari telinga kiri sampai ke telinga kanan.
6. Tertib. Yaitu mengerjakan rukun-rukun wudu ini secara berurutan. Pertama-tama membasuh
muka, kemudian membasuh tangan, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki. Yang
demikian berdasarkan firman Allah swt.:
اغ ِسلُ ۡوا ُو ُج ۡو َه ُك ۡم َوا َ ۡي ِديَ ُك ۡم اِلَى َّ ٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ا َمنُ ٰۡۤوا اِذَا قُ ۡمت ُ ۡم ِالَى ال
ۡ َصلوةِ ف
Itulah rukun-rukun wudu yang harus dikerjakan sesuai dangan yang diajarkan oleh Allah SWT. Dalam
kitab-nya, Al-quran.
F. Sunah wudu
Adapun sunah wudu ialah amalan-amalan yang merupakan bagian dari tata cara berwudu, namun
apabila ia ditinggalkan maka wudu tetap sah dan tidak menjadi batal.
1. Bersiwak.
2. Membasuh kedua telapak tangan pada awal wudu tiga kali sebelum membasuh wajah.
3. Memulai dengan berkumur dan istinsyak (memasukkan air kedalam hidung) sebelum membasuh
wajah.
4. Menyela-nyela jenggot yang tebal dengan air sehingga bisa sampai ke bagian dalamnya.
5. Mendahulukan anggota yang kanan, yaitu memulai bagian kanan dari kedua tangan atau kaki
sebelum yang kiri.
6. Menambah dari satu basuhan menjadi tiga basuhan ketika membasuh muka, dua tangan, dan
dua kaki.
“aku bersaksi, bahwa tiada ilah yang haq kecuali allah, yang maha esa dan tiada sekutu bagi-nya. Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-nya.” (HR. Muslim)
Setelah berwudu disunnahkan mengerjakan salat dua rakaat, sebagai mana yang rasullullah SAW.
Sabdakan:
“apabila seorang muslim berwudu dan ia melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian dia
mengerjakan salat dua rakaat dengan khusyuk lahir dan batin, niscaya dia di masukkan kedalam syurga.”
(HR. Muslim)
G. Pembatal wudu
Adapun pembatal wudu ialah hal-hal yang apabila terjadi maka wudu menjadi batal meskipun semua
syarat, rukun dan sunahnya sudah terpenuhi.
1. Keluar sesuatu dari kemaluan atau dubur; seperti air kencing, kotoran, kentut, mazi, wadi, dan
mani.
3. Menyentuh kemaluan dengan tangan, baik dengan telapak tangan maupun dengan punggung
tangan, tanpa ada penghalang.
Kesimpulan
1. Wudu menurut istilah adalah membasuhkan dan memngusapkan air pada anggota
badantertentu, dengan cara tertentu pula, dengan niat menghilangkan hadas kecil.
Standar Kompetensi
Kompetensi dasar
Qs. Almaidah : 6
ِ َ فَا ْغت
ْؕ سل ض ْختَ ال َما َء
َ َفَ ِاذَا ف
“jika engkau memancarkan (mengeluarkan )air mani maka mandilah.” (HR. Abu Dawud, An-nasai , dan
Ahmad )
2. Haid dan nifas
4. Shalat jumat
5. Meninggal dunia
4. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri serta membersihkan kotoran yang ada padanya
7. Memasukkan jari -jari ke air lalu menyela -nyela rambut hingga ke kulit kepala
9. Menyiramkan air ke seluruh tubuh, dimulai dari bagian kanan lalu bagian kiri
Kesimpulan
c. Masuk islam
d. Shalat jumat
e. Meninggal dunia
2. Mandi besar mempunyai tatacara khusus yang dijelaskan Rosulullah saw. Agar menjadi sebuah ibadah
dan membedakan dengan mandi biasa.
Bab 7 TAYAMUM
Setandar kopetensi
Kopetensi dasar
Secara bahasa tayamum berarti al-qashdu, yaitu menuju. Seperti firman allah SWT.:
“dan janganlah kamu menuju (memilih) yang buruk untuk kamu infakkan.” (QS. Al-baqarah:267)
Sedangkan menurut syariat, tayamum adalah menggunakan debu yang suci untuk mengusap wajah dan
kedua tangan dengan niat menghilangkan hadast.
Tayamum disyariatkan untuk menghilangkan hadast besar maupun kecil, ketika tidak bisa menggunakan
air.dalil pensyariattannya adalah berikut ini:
ُوا َمآ ًء ۟ سآ َء فَلَ ْم ت َِجدَ ِّعلَى َسف ٍَر أ َ ْو َجآ َء أ َ َح ٌد ِ ّمن ُكم ِ ّمنَ ْالغَآئِ ِط أ َ ْو ل َم ْست ُ ُم الن
َ ض ٰٓى أ َ ْو
َ وا ۚ َو ِإن ُكنتُم َّم ْر۟ اط َّه ُر
َّ َۚؕ َو ِإن ُكنت ُ ْم ُجنُبًا ف
ُ َ
عل ْيكم ِ ّم ْن َح َرجٍ َول ِكن ي ُِري ُد ِليُط ِ ّه َرك ْم َو ِليُتِ َّم ُ َ ه ْ ُ َ ُ ۟
َ س ُحوا بِ ُو ُجو ِهك ْم َوأ ْيدِيكم ِ ّمنهُ ۚ َما ي ُِري ُد اللـهُ ِليَجْ عَ َل َ
ْ َص ِعيدًا ط ِّيبًا ف
َ ام َ وا ۟ فَتَيَ َّم ُم
6:علَ ْي ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرونَ ﴿المائدة َ ِن ْع َمتَهُۥ:
“dan jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus atau menyyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu.
Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-nya bagimu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-maidah:6)
Islam memberikan kemudahan bagi umatnya untuk bersuci. Mereka bisa bersuci dengan air (berwudu),
atau debu (bertayamum) jika tidak mendapatkannya atau tidak mampu menggunakannya bagi yang
mendapatkannya, atau mampu menggunakannya, dia wajib bersuci dengan air.
Tayamum merupakan pengganti wudu sehingga dia disyariatkan pada semua ibadah yang
pelaksanannya harus dalam keadaan suci. Artinya, tayamum menjadi sayarat sah salat ketika wudu tidak
bisa dilaksanakan karena sebab sebab tertentu.
1. Jika tidak mendapatkan air sama sekali. Tayamum tidak sah ketika terdapat air
2. Jika tidak mendapat air yang cukup. Tayamum juga dilakukan saat seseorang memiliki air yang hanya
cukup untuk minum dan masak.
3. Jika air dalam kondisi sangat dingin sehingga dapat menimbulkan bahaya jika digunakan, seperti
ketika seseorang sedang sakit. Kondisi ini diperbolehkan bertayamum sebagai pengganti wudu,dengan
syarat dia tidak mampu menghangatkan air tersebut namun jika dimungkinkan air itu dihangatkan, dia
tidak diperbolehkan bertayamum.
4. Jika terdapat luka pada anggota wudu. Yaitu jika membasuh atau mengusapnya dengan air dapat
semakin membahayakan luka tersebut.
Tayamum boleh dengan menggunakan benda benda yang suci yang ada di permukaan bumi, seperti
tenah; yang basah atau kering , pasir, dan batu.
1. Berniat tayamum secara sempurna dalam hati, bukan diucapkan dengan kata-kat tertentu,
seperti: “saya berniat tayamum karena allah”, karena hal ini tidak pernah di perintahkan oleh rasulullah.
3. Menepukkan kedua telapak tangan ke debu yang bersih dengan sekali tepukan, lalu meniup
debu yang berada di telapak tangan.
4. Mengusapkan kedua telapak tangan yang berdebu itu ke seluruh wajah, seperti halnya ketika
berwudu.
“adapun jiika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, allah maha pemaaf lagi
maha pengampun.” (QS. An-nisa’:43)
Tata cara tayamum ini dijelaskan oleh rasulullah SAW. Dalam sabda beliau: “sesungguhnya cukuplah
engkau menepukkan kedua tangnmu pada tanah lalu meniupnya. Kemudian engkau mengusap wajah
dan kedua telapak tanganmu dengan keduanya.” (HR. bukhari,muslim, dan lainnya)
Kesimpulan
1. Tayamum adalah menggunakan debu yang suci untuk mengusap wajah dan kedua tangan
dengan niat menghilangkan hadast.
3. Tayaum disyariatkan ketiaka tidak ada air, atau tidak bisa mengunakannya.
4. Tayamum dialakukan dengan mengambil debu dari tempat yang suci, kemudian diusapkan ke
muka dan kedua tangan sampai pergelangan.
Bab 8 HAID
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Menjelaskan pengertianan hain, warna darah haid, waktu hain dan hokum haid
A. Pengertian Haid
Haid menurut bahasa Arab berarti mengalir. Seorang wanita disebut sedang mengalami haid jika darah
mengalir dari kemluannya.
Haid menurut istilah syariat islam adalah darah yang keluar secara alami dari tubuh wanita pada saat
tertentu. Darah haid merupakan ketentuan yang allah swt tatapkan bagi semua wanita.
ِ ع ِن ۡال َم ِح ۡي
ًض قُ ۡل ه َُو اَذ َ ََو يَ ۡســـَٔلُ ۡونَك
“dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah: ‘haid itu adalah sesuatu
yang kotor.’” (Qs. Al-Baqarah:222)
Rasulullah bersabda:
“sesungguhnya haid adalah perkara yang telah allah tetapkan atas putri putri adam (kaum wanita).”
(HR. bukhari dan muslim)
B. Warna darah haid
1. Hitam. Hal ini didasarkan sabda nabi: “jika itu adalah darah haid, maka ia berwarna hitam dan
kental. Jika demikian maka tinggalkanlah salat. Adapun jika berwarna lain, maka berwudulah maka
berwudulah karna itu hanya semacam keringat.” (HR. abu daud dan-nasa’i)
3. Kekuning-kuningan, yaitu cairan yang terlihat oleh wanita seperti nanah yang berwarna
kuningannya lebih banyak.
4. Keruh, yitu berwarna antara putih dan hitam seperti halnya cairan kotor yang warnanya
cenderung ke hitam-hitaman.
C. Waktu haid
tidak ada waktu yang pasti pada usia berapa seorang wanita pertama kali mengalami haid. Umumnya
haid terjadi pada usia antara 12 sampai 15 tahun. Bisa juga seorang wanita mengalami haid sebelum
atau sesudah usia tersebut. Waktunya berbeda-beda sesuai dengan kondisi fisik, mental, dan lingkungan
masing-masing
tidak ada batasan minimal ataupun maksimal tentang lamanya waktu haid. Akan tetapi, setiap kali darah
keluar dan itu menjadi sebuah siklus yang rutin berarti inilah masa haid. Sebagai contoh, jika seorang
wanita biasa mengalami masa haid maksimal selama tujuh hari, dan setiap bulannya memang seperti
demikian, maka itulah masa haidnya. Jadi, jika darahnya keluar terus menerus melebihi tujuh hari, maka
cairan demikian bukanlah darah haid.
Haid membuat wanita dilarang untuk mengerjakan ibadah dan hal-hal yang terkait dengan syariat,
diantaranya adalah:
1. Shalat
Wanita yang sedang haid dilarang melakukan sholat. Hal ini berdasarkan hadits Fatimah binti Abi
Hubaiys; suatu ketika ia mengalami istihadoh, yaitu keluarnya darah dari kemaluan melebihi lamanya
siklushaid. Dia kemudian menanyakan hukum darah tersebut kepada Nabi saw. Beliaupun menjawab: “
darah istihadoh itu adalah sejenis keringat, bukan haid. Oleh karena itu, jika datang waktu haid maka
tinggalkan shalat; dan jika waktu haid itu telah berlalu maka mandi dan shalatlah” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Seorang wanita tidak perlu mengkodo shalat setelah bersuci dari haid.
2. Puasa
Haid menghalangi seorang wanita untuk berpuasa . meskipun demikian dia harus tetap mengkodo
puasanya setelah suci jika puasanya adalah puasa wajib.
3. Tawaf di Baitullah
Seorang wanita yang sedang haid juga dilarang tawaf di baitullah, hingga dia bersuci darinya. Hal ini
berdasarkan sabda Rosulullah saw. Kepada Aisyah ketika ia mengalami haid saat melaksanakan haji.
“kerjakanlah manasik yang dikerjakan orang yang menunaikanhaji, hanya saja janganlah kamu
melaksanakan tawaf di baitullah hingga kamu bersuci” (HR.Bukhari dan Muslim)
4. Menyentuh Alqur’an
Wanita yang sedang mengalami haid atau nifas tidak diperbolehkan memegang Alqur’an sebelum
bersuci darinya. Adapun membaca tapa menyentuh ini diperbolehkan.
“tidak ada yang boleh menyentuh Alqur’an kecuali orang –orang yang dalam keadaan suci”(HR.Malik)
“sesungguhnya aku tidak membolehkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan orang yang sedang
junub”. (HR.Abu Dawud)
ُ ث ا َ َم َر ُك ُم ه
َ ّٰللا ا َِّن ه
ُُّّّٰللا ي ُِح َ َ ت َۡق َرب ُۡوه َُّن َحتهى يَ ۡط ُه ۡرنَ ۚ فَ ِاذَا ت
ُ ط َّه ۡرنَ فَ ۡات ُ ۡوه َُّن ِم ۡن َح ۡي
Apabila mereka tealh suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan
Allahkepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”( QS.Al Baqoroh: 222)
Kesimpulan
1. Haid adalah darah yang keluar secara alami dari kemaluan perempuan pada saat-saat atau siklus
tertentu.
2. Darah haid dapat diketahui ddari warnanya. Darah haid dapat berwarna hitam, merah,
kekuning-kuningan atau berwarna keruh.
3. Keluarnya darah haid untuk pertama kali bagi wanita tidak dapat dipastikan
4. Lama keluarnya darah haid juga tidak bisa dipastikan . darah haid bisa keluar selama lima hari,
enam hari, tujuh hari atau lebih dari itu.
a. Shalat
b. Puasa
c. Tawaf di ka’bah
d. Menyentuh Alquran