Tugas Makalah Kelompok - Teori 3 - JURNAL 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Makalah Fitomedisin jurnal

“UJI IMUNOMODULATOR DARI EKSTRAK ETANOL DAUN WARU


(HIBISCUS TILIACEUS) DENGAN METODEHIPERSENSITIVITAS
TIPE LAMBAT”

DOSEN PENGAMPU :

Dwi Ningsih, M.Farm., Apt

Disusun oleh :

1. Hana Widyaningsih (23175102A)


TEORI 3

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan obat tradioinal telah
lama digunakan di dunia, sekitar 65% dari penduduk Negara majudan 80% dari
penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal. Obat herbal atau
herbal medicine merupakan bahan baku sediaan yang berasal dari tumbuhan yang
memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, sediaan
obat herbal diproduksi melalui proses ekstraksi, faksinasi atau proses biologi berisi
eksipien atau bahan inert sebagai bahan inert sebagai bahan aktif. Faktor pendorong
terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal yaitu: meningkatnya harapan hidup
pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat
modern untuk penyakit degenerative dankanker, serta semakin meluasnya akses
informasi obat herbal diseluruh dunia.
Dengan demikian konsep back to nature telah dibuktikan adanya rekomendasi
untuk menggunakan obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit terutama penyakit yang disebabkan mikroorganisme khususnya
penurunan system imun dalam tubuh seperti dermatitis (alergi kulit), alergi,astma dan
hayfever. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang memiliki
keanekaragaman hayati nomor dua didunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar
30.000 jenis tumbuhan yang telah diidentifikasi dan 950 jenis diantaranya diketahui
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat, suplemen makanan, kosmetika
dan farmasi nutrisi (nutraceutical). Lebih kurang 180 jenis tumbuhan telah digunakan
oleh industri dibidang obat tradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan
budaya bangsa sehingga perlu dilestarikan, diteliti dan dikembangkan.Penelitian obat
tradisional Indonesia mencakup penelitian obat herbal tunggal maupun dalam bentuk
ramuan. Jenis penelitian yang telah dilakukan selama ini meliputi penelitian budidaya
tanamanobat, analisis kandungan kimia, toksisitas, farmakodinamik, formulasi, dan
uji klinik (Dewoto, 2007).
Prinsip pemakaian obat tradisional pada umumnya bersifat promotif yakni
untuk penyegar badan, preventi funtuk pencegahan penyakit, kuratif untuk
penyembuhan penyakit, dan paliatif yaitu mengurangi penderitaan pasien setelah
penyakitnya tidak mungkin disembuhkan (Katno, 2008).
Suatu bahan yang dapat memperbaiki ketidakseimbangan system imun disebut
imunomodulator (Baratawidjaja, 2012). Sistem ini berperan melindungi tubuh dari
benda-benda asing yang masuk sehingga fungsi tubuh tidak terganggu. Sistem
kekebalan tubuh untuk mencegah suatu penyakit, terjadi karena adanya infeksi dapat
diperoleh secara alami. Namun system kekebalan yang alamiah saja belum
mencukupi, sehingga system kekebalan tubuh buatan di perlukan juga oleh tubuh kita
(Aldi, dkk., 2014). Suatu zat yang berperan sebagai penambah atau peningkat imun
dapat diperoleh dengan penggunaan herbal yang berkhasiat sebagai imunostimulan.
Salah satu herbal yang digunakan sebagai imunostimulan adalah ekstrak etanol daun
waru (Hibiscus tiliaceus) yang menurut peneliti sebelumnya berpotensi sebagai
imunomodulator dengan aktivitasanti oksidan yang tinggi. Beberapa penelitian daun
waru menyebutkan bahwa daun waru memiliki kandungan kimia seperti saponin,
flavonoida dan polifenol (Dalimartha, 2000). Ekstrak alami daun waru mengandung
flavonoid, tanin, dan fenol (Achmad et al., 2018).
Uji aktivitas system imun dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu
dengan melihat aktivitas fagositosis menggunakan metode bersihan karbon (carbon
clearance), respon hipersensitivitas tipe lambat, dan uji hemaglut inasititer antibodi
(Shukla, dkk., 2009). Metode hipersensitivitas tipe lambat merupakan suatu metode
yang sederhana untuk pengujian efek imunostimulator. Berdasarkanpertimbangan di
atas, penulis merasa penting dan perlu untuk melakukan pengujian efek imuno
stimulator dari ekstrak etanol etanol daun waru (Hibiscus tiliaceus) pada tikus jantan
yang akan di lakukan di Lab Farmakologi Institut Kesehatan MEDISTRA lubuk
pakam karena sudah memiliki alat dan bahan yang lengkap. Maka, diperlukan
penelitian ilmiah seperti penelitian dan pengujian imunostimulator di bidang
farmakologi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode yang digunakan?
2. Apa alat dan bahan yang digunakan ?
3. Bagaimana cara pengambilan sampel pada penelitian ini?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan
2. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan
3. Untuk pmengetahui pengambilan sampel

BAB II
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan tikus jantan
sebagai hewan percobaan untuk melihat efek imunostimulator daun waru(Hibiscus
tiliaceus)pada tikus jantan. Pengujian imunomodulator yang digunakan adalah
hipersensitivitas tipe lambat dan uji analisa data. Penelitian ini dilakukan di laboratorium
Biologi, laboratorium Farmakologi di Fakultas Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA
Lubuk pakam.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat alat gelas laboratorium,
aluminium foil, neraca listrik (Vibra), seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, rotary
evaporator, blender (National), mortir dan stamfer, neraca hewan, spuit 1 ml (Terumo), oral
sonde, pletismometer air raksa, velocity 18R refrigerated centrifuge (Dynamic), microtube,
microtitration plate, micropipette (Socorex), dan kertas saring. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daun waru, karboksi metil selulosa (CMC), inokulum
e.coli, natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dinatrium hydrogen fosfat, Stimuno,
(Na2HPO4), kalium dihydrogen fosfat (KH2PO4), aqua bidestilasi, heparin, etanol 96%,
toluen, kloroform dan air suling.
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan
tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bagian yang digunakan adalah ekstrak etanoldaun
waru (Hibiscus tiliaceus).Pengambilan sampel dilakukan di tebing tinggi. Daun waru
(Hibiscus tiliaceus) dibersihkan dari pengotoran dengan cara mencuci di bawah air mengalir
hingga bersih, ditiriskan lalu ditimbang sebagai berat basah, selanjutnya dikeringkan di
lemari pengering (±50oC). Setelah kering, Daun waru ditimbang kembali lalu diserbuk
hingga halus. Serbuk simplisia dimasukkan kedalam wadah plastic bertutup, dan disimpan
pada suhukamar.
Sebanyak 1 kg serbuk simplisia daun warudimasukkan ke dalam bejana tertutup,
ditambahkan 7,5 liter etanol 96% lalu bejana ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya sambil sering diaduk. Kemudian disaring dan ampas dibilas kembali dengan
etanol 96% hingga diperoleh 100 bagian.Maserat ditampung pada botol gelap, dibiarkan di
tempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian disaring.Kemudian ekstrak
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator. Masing-masing ekstrak dikeringkan
dengan freeze dryer (Depkes RI, 1979).
Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan sebanyak 25 ekor dengan berat 150–
200 gram. Sebelum perlakuan, hewan percobaan dikondisikan terlebih dahulu selama 2
minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya dan menyeragamkan
makanan.
Uji hipersensitivitas tipe lambat meliputi penyiapan kontrol suspensi CMC Na 0,5%,
suspensi Stimuno®, penyiapan suspensi ekstrak (Hibiscus tiliaceus)dan inokulum.
Efek imunomodulator ekstrak etanol daun waru ditentukan dengan mengukur volume
respon hipersensitivitas menggunakan uji pembengkakan telapak kaki hewan uji (foot paw
swelling test) (Ray 1996 dalam Yolanda, 2017). Sebanyak 25 ekor tikus dibagi menjadi 5
kelompok dengan pembagian 1 kelompok kontrol negatif, 1 kelompok kontrol positif, dan 3
kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus jantan. Hewan dikelompokkan sebagai
berikut: Kelompok I diberi sediaan suspensi CMC Na 0,5 %; Kelompok II diberi sediaan
suspensi EEDW dengan dosis 50 mg/kg BB; Kelompok III diberi sediaan suspensi EEDW
dengan dosis 100 mg/kg BB; Kelompok IV diberi sediaan suspensi EEDW dengan dosis 200
mg/kg BB; Kelompok V diberi sediaan suspensi Stimuno32,5 mg/kg BB. Tiap kelompok
diinjeksikan dengan 0,1 ml inokulum bakteri E. Coli secara intraperitonial pada hari ke-0.
Perlakuan pemberian ekstrak etanol daun waru dimulai dari hari ke-1 dan diberikan satu kali
setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sendi kaki tikus sebelah kanan diberi tanda batas
pengukuran volume kaki tikus. Volume kaki tikus diukur sebagai volume awal (V0).
Kemudian tikus diinjeksikan dengan 0,1 ml inokulum bakteri E. Coli secara intraplantar pada
telapak kaki sebelah kanan.
Pada hari kedelapan (setelah 24 jam) diukur volume pembengkakan kaki tikus dengan
plethysmometer digital. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kaki tikus ke dalam
tabung yang berisi air raksa sampai tanda batas pengukuran. Perubahan volume air raksa
terlihat pada kenaikan skala pada plestimometer sebagai volume waktu akhir(Vt) kaki tikus.
Volume pembengkakan kaki tikus ditentukan berdasarkan selisih antara volume waktu akhir
(Vt) dengan volume awal (V0). (Shivaprasad, 2006 dalam Yolanda, 2017).
Analisis Statistik Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS
18 untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya dengan uji ANOVA satu arah (One-
Way ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata diantara perlakuan. Jika terdapat
perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey untuk mengetahui variabel
mana yang memiliki perbedaan. Berdasarkan nilai signifikan, P < 0,05 dianggap signifikan.
Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia
Pada Tabel 2 terlihat bahwa EEDW dosis 200 mg/kgBB dengan volume
pembengkakan 1,360 ml menunjukkan volume pembengkakan lebih besar
dibandingkan dengan EEDW dosis 50 dan 100 mg/kgBB dan suspensi Stimuno 32,5
mg/kgBB yang masing-masing bernilai 0,88 ml, 1,16 ml dan 1,26 ml. Hasil uji
ANOVA menunjukkan P < 0,000 yang artinya terdapat perbedaan signifikan volume
pembengkakan kaki tikus (P < 0,05).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ekstrak etanol herba binara (EEDW) menunjukkan aktivitas imunomodulator
khususnya sebagai imunostimulan. Volume awal (Vo) pembengkakan pada kaki tikus setelah
diinduksi bakteri E.coli secara intraperitonium yaitu: CMC-Na 0,5% 2,380 ml, EEDW dosis
50 mg/kgBB 2,40 ml, EEDW dosis 100 mg/kgBB 2,40 ml, EEDW dosis 200 mg/kgBB 2,400
ml dan Stimuno 32,5 mg/kgBB 2,420 ml. Volume akhir (Vt) pembengkakan pada kaki tikus
setelah diinduksi bakteri E.coli secara intraplantar yaitu: CMC-Na 0,5% 2,720 ml, EEDW
dosis 50 mg/kgBB 3,260 ml, EEDW dosis 100 mg/kgBB 3,580 ml, EEDW dosis 200
mg/kgBB 3,780 ml dan Stimuno 32,5 mg/kgBB 3,70 ml. Rentang perbedaan volume
pembengkakan volume (Vt-Vo) pada kaki tikus yaitu: CMC-Na 0,5% 0,340 ml, EEDW dosis
50 mg/kgBB 0,880 ml, EEDW dosis 100 mg/kgBB 1,160 ml, EEDW dosis 200 mg/kgBB 1,380
ml dan Stimuno 32,5 mg/kgBB 1,260ml.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Kadarusman.,M., and Situmenag, B. 2018. senyawa triterpenoid dari tumbuhan
pirdot (sauralia sp) (triterpenoid compound from pirdot plant (sauralia sp)). Jurnal ITEKIMA.
3(1): 12-20.
Aldi, Rasyadi, Y., dan Handayani, D. (2014). Aktivitas Imunomodulator dari Ekstrak Etanol
Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap Ayam Broiler. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis
Fakultas Farmasi. 1(1): 20-26.
Baratawidjaja, K. (2012). Imunologi Dasar. Edisi ke IX. Yogyakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 418.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Trubus Agriwidya. Jakarta
Katno, Pramono S. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Balai Penelitian Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada [press
release]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.
Shukla, S.P., Mianty, K, dan Jiran K.H. (2009). Establishing The Reliability of Palatal Rugae
Pattern in Individual Identification (Following Orthodontic Treatment). J Forensic
Odontostomatol. 29: 1: 20-29.
WHO. (2016). The International Pharmacopoeia. Sixth Edition. Electronic Version Geneva.
World Health Organization.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPFH/article/view/63

Anda mungkin juga menyukai