Kepdirjen P2P Pengelolaan Limbah Fasyankes Berbasis Digital Signed
Kepdirjen P2P Pengelolaan Limbah Fasyankes Berbasis Digital Signed
Kepdirjen P2P Pengelolaan Limbah Fasyankes Berbasis Digital Signed
Ditetapkan di Jakarta
DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), pada setiap kegiatannya pasti
menimbulkan limbah yang salah satu kategorinya adalah limbah medis. Dalam
rangka memenuhi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka
jumlah Fasyankes di Indonesia terus bertambah, hal ini berdampak juga pada
timbulan limbah yang meningkat. Timbulan limbah ini perlu diidentifikasi secara
akuntabel dan akurat dalam hal jumlah, waktu dan lokasi sebagai upaya menuju
pengelolaan limbah Fasyankes yang lebih baik.
Limbah Fasyankes mencakup berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari
rumah sakit, Puskesmas, klinik, laboratorium, dan Fasyankes lainnya. Limbah
Fasyankes yang dihasilkan perlu dikelola secara aman dan sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan terkait kewajiban
untuk melakukan pengelolaan limbah Fasyankes yang sesuai dengan
persyaratan teknis. Pengelolaan limbah Fasyankes yang memenuhi persyaratan
teknis diperlukan untuk mengurangi risiko kontaminasi dan melindungi
lingkungan.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah Fasyankes, pemanfaatan teknologi
digital mempermudah pencatatan timbulan limbah medis, data real-time dibuat
memanfaatkan Internet of Things (IoT), dan memangkas tahapan dalam
melakukan pencatatan dan pemantauan sehingga data bisa lebih akurat dan
minim kesalahan. IoT digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
limbah medis dengan memberikan solusi digital untuk pemantauan, pelacakan,
dan manajemen limbah secara real-time.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan dalam rangka pengawasan pengelolaan limbah Fasyankes
dilakukan pelaporan secara online. Pengawasan online dapat dilakukan melalui
SMILE yang merupakan sebuah platform untuk mendukung rantai pasok
(inventarisasi) logistik kesehatan dari berbagai program di dalamnya termasuk
aplikasi pengelolaan limbah Fasyankes berbasis digital.
Penggunaan IoT memungkinkan pemantauan real-time terhadap parameter
seperti berat, waktu, dan lokasi timbulan limbah Fasyankes. Selain itu,
penggunaan sensor timbangan otomatis mempermudah penimbangan limbah,
meningkatkan akuntabilitas, akurasi, dan efisiensi dalam proses manajemen.
Aspek digitalisasi ini juga membantu dalam klasifikasi limbah secara otomatis,
memastikan bahwa setiap jenis limbah dikelola sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dengan memanfaatkan kecanggihan IoT, pengelola limbah
dapat mengoptimalkan proses merekam, mengurangi risiko, dan memberikan
kontribusi positif terhadap keberlanjutan dan keamanan lingkungan.
Pengelolaan limbah Fasyankes berbasis digital merupakan langkah yang
penting dalam keakuratan data, real-time, efisiensi, keamanan, dan
keberlanjutan untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan limbah
Fasyankes yang dapat dimanfaatkan oleh para pembuat kebijakan dan pemangku
kepentingan dalam rangka pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan
berdasarkan bukti untuk mendukung pengelolaan limbah Fasyankes di
Indonesia. Sehingga tercapai tujuan pengelolaan limbah Fasyankes berbasis
digital tahun 2029 adalah 100% pengguna SMILE mengelola limbah Fasyankes
sesuai standar dan 50% pengguna SMILE melakukan daur ulang limbah
Fasyankes dan/atau domestik. Hal ini mendukung target SDGs untuk akses
universal terhadap kesehatan lingkungan/WASH (SDG 6.1 dan 6.2) dan untuk
cakupan kesehatan universal (SDG 3.8). Tambahkan SDGs 12
Pedoman teknis pengelolaan limbah Fasyankes berbasis digital dilaksanakan
dengan memerhatikan empat prinsip hukum lingkungan yang menjadi panduan
utama untuk memastikan kelangsungan dan keberlanjutan sumber daya alam.
Prinsip tersebut termasuk "polluters pay principle" yaitu pihak penghasil limbah
bertanggung jawab atas pengelolaan dan biaya serta dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. “precautionary principle” dapat diterapkan dalam pengelolaan
limbah untuk mengantisipasi dan mengurangi potensi dampak negatif terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. "duty of care" adalah konsep etika dan
hukum yang menekankan tanggung jawab untuk melindungi keamanan,
kesehatan, dan kesejahteraan orang-orang serta lingkungan sekitar. “proximity”
adalah prinsip bahwa pengolahan limbah medis dilakukan sedekat mungkin dari
tempat limbah medis ditimbulkan.
Manfaat Prinsip kedekatan mengharuskan pengelolaan limbah medis
dilakukan sesuai dengan lokasi sumbernya, sehingga meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitar. Pencegahan menjadi prinsip kunci dalam
mengurangi jumlah limbah medis yang dihasilkan melalui praktik-praktik medis
yang berkelanjutan dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
Pengurangan
(Reduce)
Guna Ulang
(Reuse)
Daur Ulang
(Recycle)
Pembuangan
(Disposal)
B. Pemangku Kepentingan
Pengelolaan limbah medis Fasyankes melibatkan berbagai sektor dan
organisasi untuk memastikan bahwa limbah tersebut ditangani dengan aman
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Beberapa sektor dan
organisasi yang relevan dan terlibat dalam pengelolaan limbah Fasyankes
termasuk:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), sebagai penghasil limbah
Fasyankes. Fasyankes ini bertanggung jawab atas pengelolaan limbah yang
ditimbulkan.
2. Tenaga medis dan tenaga kesehatan, antara lain dokter, perawat, bidan,
petugas laboratorium, tenaga sanitasi lingkungan.
3. Manajemen Fasyankes, bertanggung jawab atas kebijakan dan prosedur
pengelolaan limbah di fasilitas mereka. Pihak ini harus memastikan bahwa
infrastruktur dan sumber daya yang diperlukan untuk pengelolaan limbah
disediakan dan dikelola dengan baik.
4. Pemerintah, yaitu kabupaten/kota, provinsi, dan nasional memiliki peran
dalam mengatur dan mengawasi pengelolaan limbah Fasyankes. Pemerintah
menetapkan peraturan dan standar yang harus diikuti oleh Fasyankes serta
menyediakan panduan mengenai pengelolaan limbah Fasyankes. Pemerintah
dapat dikelompokkan menjadi tiga sektor, yaitu:
a. Sektor kesehatan yang berperan dalam penyusunan regulasi mengenai
pengelolaan limbah Fasyankes, pembinaan Fasyankes dalam pengelolaan
limbah Fasyankes, menyusun Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
(NSPK) pengelolaan limbah Fasyankes, peningkatan kapasitas petugas,
dukungan sarana pengelolaan limbah Fasyankes, pemantauan dan evaluasi
kepatuhan Fasyankes terhadap regulasi dan prosedur pengelolaan limbah.
b. Sektor lingkungan hidup yang berperan dalam penyediaan sarana pengolah
limbah, regulasi pengelolaan limbah, regulasi mengenai pengurangan
limbah dan 3R dalam pengelolaan limbah, pembinaan terhadap Fasyankes,
implementasi regulasi yang sejalan dengan konvensi internasional.
c. Sektor yang menangani nuklir berperan dalam regulasi limbah radioaktif,
penetapan standar pengelolaan limbah radioaktif, menangani pengelolaan
limbah radioaktif, pengawasan terhadap aktivitas yang melibatkan
radioaktif di Fasyankes, dan pengawasan terhadap pengelolaan limbah
radioaktif.
5. Perusahaan pengelola limbah, yaitu perusahaan pengangkutan, pengolahan,
dan penimbusan terlibat dalam pengelolaan limbah Fasyankes. Pihak ini harus
memastikan bahwa limbah tersebut dikelola dengan aman sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Perusahaan pengelola limbah dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu:
a. Pengangkut (transporter) berperan dalam pengangkutan limbah Fasyankes
dari Fasyankes atau depo penyimpanan ke perusahaan pengolah.
Pengangkut ini memiliki kewajiban untuk menjaga agar limbah yang
dibawanya tidak tercecer selama proses pengangkutan, mengikuti rute yang
ditentukan dengan aman dan sesuai peraturan perundangan, serta
memastikan penggunaan kendaraan dan peralatan yang sesuai untuk
menghindari kontaminasi atau kerusakan limbah yang dibawa. Selain itu,
mereka juga bertanggung jawab untuk melaporkan setiap insiden atau
kejadian darurat yang terkait dengan pengangkutan limbah kepada otoritas
terkait dan mengikuti prosedur darurat yang ditetapkan.
b. Pengolah limbah B3 berperan dalam pengolahan limbah Fasyankes yang
mengandung karakteristik B3. Limbah B3 ini diolah sehingga dapat
dilakukan penimbusan untuk limbah yang diolah dengan insinerasi dan
teknologi lain yang menghasilkan residu B3. Sedangkan untuk limbah B3
dengan karakteristik infeksius, dapat dilakukan sterilisasi dan disinfeksi
sehingga dapat dilakukan pemanfaatan kembali.
c. Pemanfaat limbah berperan dalam pemanfaatan limbah yang telah melalui
proses disinfeksi atau sterilisasi. Pemanfaatan ini dapat mencakup daur
ulang limbah sehingga menjadi bentuk dan kegunaan yang berbeda. Dengan
melibatkan pemanfaat limbah dapat mengurangi pencemaran lingkungan
akibat insinerasi dan mengurangi pencemaran plastik dari praktik
pembuangan limbah yang tidak tepat. Upaya ini juga mempromosikan
praktik pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
d. Penimbus berperan dalam penyimpanan lestari residu limbah Fasyankes
yang sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali. Mereka bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa fasilitas penimbusan memenuhi standar
keamanan, sanitasi, dan lingkungan yang ditetapkan oleh peraturan
perundangan. Penimbus juga memiliki peran dalam mengawasi dan
memonitor residu limbah yang disimpan agar tidak menciptakan risiko
kontaminasi atau pencemaran lingkungan sekitar.
6. Masyarakat juga memiliki peran dalam pengelolaan limbah Fasyankes dengan
memahami pentingnya pengelolaan limbah Fasyankes dengan benar dan
mendukung praktik-praktik pengelolaan limbah Fasyankes yang aman dan
ramah lingkungan.
Pembagian peran dari masing-masing sektor secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3. Identifikasi Peran Pemangku Kepentingan.
Pemangku
Sektor/Instansi Organisasi Peran
Kepentingan
Tenaga medis dan - Melakukan pemilahan
Tenaga kesehatan limbah secara benar
- Pemantauan risiko
Pencegahan dan
kontaminasi
Pengendalian
- Perlindungan diri
Infeksi
terhadap petugas
Sanitasi Pengelolaan limbah
Pemantauan kesehatan
K3 kerja dan risiko di
tempat kerja.
Instalasi
Pemeliharaan sarana
Pemeliharaan
pengelolaan limbah
Rumah Sakit, Pusat Sarana dan
Fasyankes.
Fasyankes Kesehatan Masyarakat, Prasana RS
dan Fasyankes lainnya Diklat Pelatihan petugas.
Penyediaan logistik
dukungan pengelolaan
Pengadaan
limbah Fasyankes
berbasis digital.
Perencanaan,
pemantauan, dan
evaluasi untuk
Manajemen
dukungan pengelolaan
limbah Fasyankes
berbasis digital.
- Menyusun regulasi
pengelolaan limbah
Fasyankes.
- Menginisiasi
percontohan sarana
dan prasarana
pengelolaan limbah
Kementerian Fasyankes.
Kesehatan - Melakukan
pembinaan
Pemerintah Kesehatan pengelolaan limbah
Fasyankes.
- Melakukan
peningkatan kapasitas
terhadap petugas.
- Melakukan advokasi.
- Melakukan
pemantauan dan
Dinas Kesehatan pembinaan
pengelolaan limbah
Fasyankes.
Pemangku
Sektor/Instansi Organisasi Peran
Kepentingan
- Melakukan
peningkatan kapasitas
terhadap petugas.
- Melakukan advokasi.
- Menyusun regulasi
pengelolaan limbah.
- Menginisiasi
percontohan sarana
dan prasarana
pengelolaan limbah.
- Menyusun Best
Kementerian Available
Lingkungan Hidup Techniques/Best
Environmental
Lingkungan Hidup
Practices pengelolaan
limbah.
- Melakukan
pemantauan dan
pembinaan.
- Melakukan advokasi.
- Melakukan
Dinas Lingkungan pemantauan dan
Hidup pembinaan
- Melakukan advokasi
- Menyusun regulasi
pengelolaan limbah
radioaktif
- Melakukan
pemantauan dan
pembinaan
Badan Pengawas
pengelolaan limbah
Tenaga Nuklir
radioaktif.
- Melakukan advokasi
kedaruratan dalam
pengelolaan limbah
radioaktif dari
Nuklir
Fasyankes
- Menyusun Best
Available
Badan Riset dan Techniques/Best
Inovasi Nasional Environmental
(ex. Batan) Practices pengelolaan
limbah radioaktif.
- Melakukan advokasi.
Melakukan riset
Badan Riset dan mengenai pengelolaan
Inovasi Nasional limbah Fasyankes
- Mendukung
pelaksanaan
pengelolaan limbah
Mitra PBB UNDP
Fasyankes dengan
inisiasi inovasi yang
dapat digunakan
Pemangku
Sektor/Instansi Organisasi Peran
Kepentingan
dalam pengelolaan
limbah Fasyankes
- Penyusunan panduan
- mendukung replikasi
- peningkatan
kapasitas.
- Mendukung
pelaksanaan
pengelolaan limbah
Fasyankes dengan
tolok ukur,
- Penyusunan
guideline/
WHO
pedoman/prosedur
- inisiasi inovasi yang
dapat digunakan
dalam pengelolaan
limbah Fasyankes,
- peningkatan
kapasitas.
- Mendukung
pelaksanaan
kesehatan lingkungan
Fasyankes untuk
mendukung
pengelolaan limbah,
- inisiasi inovasi yang
UNICEF
dapat digunakan
dalam pengelolaan
limbah Fasyankes,
- pengembangan
instrumen penilaian
- peningkatan
kapasitas.
- Mendukung
pelaksanaan
pengelolaan limbah
Fasyankes dengan
tolok ukur,
- inisiasi inovasi yang
dapat digunakan
UNEP
dalam pengelolaan
limbah Fasyankes,
- Standar pengolahan
limbah
- Standar emisi
- peningkatan
kapasitas.
Melakukan
pengangkutan limbah
Pengangkut Fasyankes sesuai
Pengelola dengan peraturan
perundang-undangan.
Melakukan pengolahan
Pengolah
limbah Fasyankes
Pemangku
Sektor/Instansi Organisasi Peran
Kepentingan
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan.
Melakukan
pemanfaatan terhadap
limbah Fasyankes yang
telah
Pemanfaat
didisinfeksi/disterilisasi
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan.
Melakukan
penimbunan dan
penyimpanan lestari
terhadap residu
Penimbus
pengolahan limbah
Fasyankes sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.
Melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan
limbah Fasyankes yang
Masyarakat
dilakukan oleh semua
komponen yang terlibat
di dalamnya.
penimbunan/
pengurangan pemilahan pengumpulan penyimpanan pengangkutan pengolahan pemanfaatan
penimbusan
B. Peran
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan limbah Fasyankes berbasis digital
terdapat beberapa pengguna di Fasyankes yang memiliki peran, akses, dan fungsi
sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 4. Akses dan Fungsi Pemangku Kepentingan Internal Fasyankes dalam
Pengelolaan Limbah Fasyankes Berbasis Digital.
Peran Akses Fungsi
Pimpinan Pemantauan dan - Melihat data rekapitulasi timbulan limbah
Fasyankes pengawasan transaksi - Mengambil keputusan berdasarkan data
Peran Akses Fungsi
dan data timbulan
limbah
Supervisi terhadap
Kepala - Melihat data rekapitulasi timbulan limbah
transaksi dan data
Bidang/Manajer - Mengambil keputusan berdasarkan data
timbulan limbah
Memiliki akses untuk - Mencetak laporan rekapitulasi.
Kepala/
menyimpan data - Mencetak label menggunakan printer termal.
Penanggung
transaksi dan - Menambah data transaksi (kantong limbah)
jawab Sanitasi/
memantau aplikasi melalui timbangan pintar.
Administrator
SMILE - Mencetak laporan transaksi.
- Menempelkan label pada kantong limbah.
- Mendistribusikan kantong limbah yang sudah
tertempel label.
Memiliki akses untuk
Petugas/Tenaga - Melakukan penimbangan dan pemindaian kode
mencetak label dan
Sanitasi QR pada kantong limbah.
menyimpan data
Lingkungan - Menambah data transaksi (kantong limbah)
transaksi
melalui timbangan pintar.
- Melakukan konfirmasi penyerahan limbah
Fasyankes ke Pengangkut
C. Lokasi
Lokasi kegiatan menyatakan tempat atau area SMILE digunakan dalam setiap
tahap pengelolaan limbah Fasyankes.
1. Ruang pelayanan dan ruang tindakan sebagai tempat sumber limbah
dihasilkan, dapat berupa limbah infeksius, limbah benda tajam, dan
sebagainya
2. Ruang Kerja Tenaga Sanitasi Lingkungan sebagai tempat komputer yang
terhubung internet dan printer berbasis tinta termal diletakkan, sehingga
dapat digunakan untuk mencetak Kode Respon Cepat (QR Code).
Gambar 6. Komputer dan Mesin Cetak Kode Respon Cepat (QR Code).
3. Tempat Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPSLB3) di
Fasyankes sebagai tempat penyimpanan sementara limbah Fasyankes
sebelum diangkut. Timbangan pintar diletakkan di area TPSLB3 sehingga
dapat digunakan untuk mengukur berat limbah yang akan disimpan dan
menyimpan data transaksi.
D. Instrumen
Instrumen identifikasi limbah Fasyankes pada SMILE terintegrasi dengan
instrumen manajemen limbah Fasyankes pada Sikelim dan pelaporan kinerja
pengelolaan limbah Fasyankes pada Siraja. Indikator pengelolaan limbah
Fasyankes sesuai standar dipantau berdasarkan data:
1. SMILE: timbulan limbah, status pemilahan, status pengumpulan, status
pengangkutan, status pengolahan.
2. SATUSEHAT: master data fasilitas pelayanan kesehatan, rekam medis
elektronik, aset sarana dan prasarana pengelolaan limbah.
3. Sikelim: prosedur tersedia, tenaga cukup, dana memadai.
4. Siraja: rincian teknis TPSLB3, pengangkut berizin, pengolah berizin atau izin
pengolahan mandiri.
Indikator daur ulang limbah dipantau berdasarkan data:
1. SMILE: timbulan limbah, status pemilahan, status pengolahan, status
pengangkutan, status pemanfaatan.
2. SATUSEHAT: master data fasilitas pelayanan kesehatan, rekam medis
elektronik, aset sarana dan prasarana pengelolaan limbah.
3. Sikelim: prosedur/ketetapan daur ulang tersedia.
4. Siraja: izin pengolahan mandiri autoclave/microwave/desinfeksi, pemanfaat
berizin.
E. Manfaat
Manfaat pada setiap tahap pengelolaan limbah, ketika dilakukan sesuai
standar, meliputi pengurangan risiko kontaminasi lingkungan dan kesehatan
masyarakat, pematuhan terhadap regulasi lingkungan dan kesehatan, serta
peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan staf dan masyarakat sekitar.
Manfaat lain yang sebetulnya signifikan adalah pengurangan cemaran plastik dan
emisi pembakaran plastik.
Dalam konteks implementasi disinfeksi/sterilisasi limbah infeksius berbahan
plastik, analisis cost benefit dapat digunakan untuk menunjukkan keuntungan
ekonomi melalui pengurangan biaya pengelolaan limbah dan pengurangan risiko
pencemaran lingkungan, jika dibandingkan dengan pengolahan limbah berbahan
plastik yang tidak mengalami proses disinfeksi/sterilisasi. Hal ini dapat
mencakup pengurangan biaya transportasi limbah, biaya penyimpanan limbah,
dan biaya pengolahan akhir limbah medis.
Limbah yang telah didesinfeksi/disterilisasi ini dapat dimanfaatkan oleh pihak
pendaur ulang dan dapat bernilai ekonomis. Analisis cost benefit juga dapat
dilakukan sebelum Fasyankes memutuskan untuk melakukan upaya
disinfeksi/sterilisasi limbah medis berbahan plastik untuk diserahkan kepada
pihak pemanfaat.
Bagi Fasyankes yang menghasilkan limbah medis tidak banyak, mekanisme
penyimpanan limbah dan disinfeksi/sterilisasi yang dilakukan di depo perlu
dibuat dengan melibatkan banyak pihak dan didukung dengan kebijakan
sehingga tidak menyusahkan Fasyankes yang akan melakukan opsi ini, yang juga
diikuti dengan analisis cost benefit.
F. Status
Status limbah Fasyankes pada setiap tahap pengelolaan diketahui melalui
hasil pencatatan, penimbangan, dan pemindaian sebagai berikut:
1. Pencatatan dilakukan pada tahap pemilahan, pewadahan, dan pengumpulan
limbah.
2. Penimbangan dilakukan sebelum tahap penyimpanan limbah dan
pemanfaatan residu limbah serta penimbunan dan penimbusan residu limbah
yang diolah oleh Fasyankes.
3. Pemindaian dilakukan pada tahap pengangkutan, pengolahan, dan
pemanfaatan serta penimbusan residu limbah yang diolah di luar Fasyankes.
Status limbah Fasyankes pada setiap tahap pengelolaan tersebut sesuai alur
pengelolaan limbah dengan informasi yang dapat dipantau pada SMILE.
Pengguna SMILE berperan dalam memperbarui status pengelolaan limbah sesuai
kewenangan akun masing-masing:
1. Status pengurangan dapat disiapkan melalui proses pencegahan atau
pembatasan dan pemilahan. Pencegahan terlihat dari data limbah yang tidak
ditimbulkan seperti merkuri, logam berat dari radiologi, dll sedangkan
pemilahan merupakan langkah awal untuk menentukan metode atau teknologi
pengolahan limbah. Limbah yang akan didaur ulang dipilah dalam satu wadah
untuk memudahkan proses berikutnya.
2. Status pemilahan limbah dilakukan melalui pencatatan dengan memilih jenis,
kategori, dan karakteristik limbah apa saja yang dipisahkan tempatnya.
Pemilahan limbah dilakukan berdasarkan metode atau teknologi pengolahan
yang digunakan. Fasyankes wajib memilah limbah domestik, medis, dan tajam
di dalam tempat limbah yang berbeda. Pemilahan merupakan satu bagian
dengan pewadahan menggunakan wadah dan kantong plastik dengan warna,
label, dan simbol sesuai peraturan yang berlaku. Pemilahan limbah didukung
dengan teknologi pemindaian objek cerdas untuk memastikan limbah dipilah
dengan benar. Konfirmasi limbah yang telah dipilah dilakukan untuk
memastikan tidak ada limbah domestik yang tercampur limbah medis dengan
cara memeriksa beberapa foto yang diambil petugas pengelola limbah pada
tempat sampah medis sehari-hari.
3. Status pengumpulan dipastikan melalui jumlah kantong yang dikumpulkan
untuk dibawa dari sumber ke penyimpanan. Jumlah kantong limbah diperoleh
dari penimbangan dan pemindaian kode QR yang ada pada kantong limbah.
Mengadopsi teknologi machine learning yang digunakan dalam menganalisis
pengumpulan limbah.
4. Status penyimpanan diperoleh melalui penimbangan dan pemindaian sebelum
limbah masuk ke TPSLB3. Satuan massa kilogram atau ton digunakan sebagai
identifikasi besaran limbah yang disimpan. Besaran limbah ini menjadi
informasi bagi pengguna SMILE untuk menyesuaikan kapasitas penyimpanan
dan frekuensi pengangkutan. Selain itu data waktu dan durasi penyimpanan
juga didapatkan saat penimbangan. Limbah infeksius berupa sisa tempat
penampung cairan vaksin (misalnya vial atau ampul) harus dapat dihitung
jumlahnya terutama untuk imunisasi yang tidak rutin atau tambahan, seperti
imunisasi Polio dan vaksinasi Covid-19. Metode perhitungan tersebut
menggunakan data nomor kode pengeluaran/pembuangan dari logistik ke
limbah sehingga dalam satu kode QR pada kantong limbah terdapat daftar
beberapa nomor kode yang akan dikelola limbahnya. Tahap berikutnya
memanfaatkan kemampuan SMILE untuk menjalankan konversi berat
menjadi estimasi jumlah, kemampuan ini ditambah dengan kemampuan
konversi gambar yang mampu menghitung jumlah sisa tempat penampung
cairan vaksin, seperti vial atau ampul bekas vaksinasi/imunisasi. Log book
yang ada pada status penyimpanan bisa diakses pada SMILE.
Seluruh rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, dan Fasyankes lainnya serta
pengelola limbah dan juga pemangku kepentingan dapat memanfaatkan pedoman
pengelolaan limbah Fasyankes berbasis digital menggunakan SMILE. Hal ini
diyakini dapat meningkatkan kinerja pengelolaan limbah menjadi lebih baik.
Diharapkan dengan menerapkan pedoman ini Fasyankes dan pengguna lainnya
dapat meningkatkan efisiensi operasional, meminimalkan risiko pajanan limbah
medis terhadap tenaga kesehatan dan masyarakat, memastikan kepatuhan
terhadap regulasi lingkungan dan kesehatan yang berlaku, serta meningkatkan
kesadaran lingkungan di kalangan petugas dan masyarakat sekitar. Selain itu,
pengelolaan limbah yang efektif dan efisien berdasarkan data juga dapat
mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman
dan sehat, serta meningkatkan citra Fasyankes.
DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT,