Tugas 3 IPA Sabettamarga
Tugas 3 IPA Sabettamarga
Tugas 3 IPA Sabettamarga
Sumber
N SKO Tugas
Uraian Tugas Tutorial
O R Tutoria
l
1 Sebuah thermometer Celcius menunjukanangka 50°C. 25 Modul 7
Berapakah suhu tersebut pada Reamur, Fahreinheit, dan Kelvin? PDGK
4103
Jawab :
Untuk menentukan suhu termometer yang menggunakan
skala Reamur dan Fahrenheit apabila termometer Celcius
menunjukkan angka 50°C.
Ini merupakan persoalan konversi skala suhu termometer.
Setiap skala suhu memiliki titik bawah (titik beku) dan titik
atas (titik didih) yang berbeda sesuai pengamatan dari
tokoh penemu skala tersebut, yakni Celcius, Reamur,
Fahrenheit dan Kelvin. Berikut interval dari tiap skala
suhu :
a) Celcius ⇒ 0°C - 100°C, memiliki panjang interval =
100
b) Reamur ⇒ 0°C - 80°C, memiliki panjang interval = 80
c) Fahrenheit ⇒ 32°C - 212°F, memiliki panjang interval
= 180
d) Kelvin ⇒ 273 - 373, memiliki panjang interval = 100
4
=R= Χ 50
5
Diperoleh hasil konversi suhu dari 50°C ke Reamur sebesar 40°
R
50 5
Fahrenheit ¿ ¿
F−32 9
9
= F – 32 = 50 Χ
5
= F = 32 + 90
Diperoleh hasil konversi suhu dari 50°C ke Fahrenheit sebesar
122° F
Kelvin = C + 273
= 50° + 273
= 323°
Diperoleh hasil konversi suhu dari 50°C ke skala Kelvin sebesar
122° K
2 Analogikan proses perpindahan panas secara koduksi, konveksi, 25 Modul 8
dan radiasi dengan ilutrasi yang mudah dipahami oleh siswa PDGK
Sekolah Dasar (SD)? 4103
Jawab :
A. Konduksi
Pada konduksi perpindahan energi panas (kalor) tidak di
ikuti dengan zat perantaranya. Misalnya saja batang besi
membara ditaruh ke batang besi lain yang dingin. Tidak
akan terlihat besi membara itu bergerak namun tiba-tiba
besi yang semula dingin akan menjadi panas. Atau dengan
contoh yang lebih simpel, yaitu satu logam panjang yang
dipanaskan. Satu ujung logam panjang yang di beri nama A
dipanaskan maka beberapa saat kemudian ujung yang lain
(kita sebut ujung B) juga akan ikut panas. Pemanfaatan
Konduksi dalam kehidupan sehari-hari sendiri bisa dengan
mudah kita temukan, misalnya saja saat memasak air maka
kalor berpindah dari api (kompor) menuju panci dan
membuat air mendidih.
B. Konveksi
Merupakan perpindahan kalor (panas) yang disertai dengan
berpindahnya zat perantara. Konveksi sebenarnya mirip
dengan Induksi, hanya saja jika Induksi adalah perpindahan
kalor tanpa disertai zat perantara sedangkan konveksi
merupakan perpindahan kalor yang di ikuti zat perantara.
Contoh konveksi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
pada proses pemasakan air. Saat air dimasak maka air
bagian bawah akan lebih dulu panas, saat air bawah panas
maka akan bergerak ke atas (dikarenakan terjadinya
perubahan masa jenis air) sedangkan air yang diatas akan
bergerak kebawah begitu seterusnya sehingga keseluruhan
air memiliki suhu yang sama. Selain itu contoh konveksi
yang lain juga dapat ditemui pada ventilasi ruangan dan
cerobong asap.
C. Radiasi
Merupakan proses terjadinya perpindahan panas (kalor)
tanpa menggunakan zat perantara. Perpindahan kalor secara
radiasi tidak membutuhkan zat perantara, contohnya bisa
dilihat bagaimana matahari memancarkan panas ke bumi
dan api yang memancarkan hangat ke tubuh. Kalor dapat di
radiasikan melalui bentuk gelombang cahaya, gelombang
radio dan gelombang elektromagnetik. Radiasi juga dapat
dikatakan sebagai perpindahan kalor melalui media atau
ruang yang akhirnya diserap oleh benda lain. Contoh
radiasi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat saat
menyalakan api unggun, berada di dekat api unggun akan
terasa hangat. Satu lagi pada candi Prambanan saat siang
hari jika disentuh maka candi akan terasa panas. Hal
tersebut dikarenakan candi mendapat radiasi dari matahari.
3 Diagram di bawah menggambarkan percobaan Young. Jika d 25 Modul 9
adalah jarak antara 2 celah, L adalah jarak celah kelayar dan PDGK
P2 adalah jarak garis terang ke 2 dari terang pusat, maka 4103
panjang gelombang cahaya yang digunakan (1 Å = 10-10m)
adalah…
Jawab :
Jika d adalah jarak antara 2 celah, t adalah jarak celah ke layar,
dan P2 adalah jarak garis terang ke-2 dari terang pusat, tentukan
panjang gelobang cahaya yang digunakan (1 Ả = 10−10 )
Diketahui :
⌡= 1 m
d = 10−3 m
n = 2 (terang ke 2)
P2 = 1 mm = 10−3 m
Ditanya :
λ = .....?
Jawab :
Percobaan Young, sehingga panjang gelombangnya bisa dicari
dengan menggunakan rumus berikut :
P2d
=nλ
l
−3 −3
10 .10
=2λ
l
2 λ = 10−6
λ = 0,5 . 10−6 m
λ = 5 . 10−7 m
λ = 5 . 10−7 . 1010 Ả
λ = 5.000 Ả
Jadi panjang gelomabang cahaya yang digunakan adalah 5.000
Ả
4 Kelaian pada indera penglihatan diantaranya rabun jauh dan 25 Modul
rabun dekat dapat ditanggulangi oleh kacamata dengan lensa 10
cekung maupun cembung. Gambarkan dan jelaskan bagaimana PDGK
jatuhnya bayangan pada mata penderita rabun jauh dan rabun 4103
dekat sebelum dan sesudah diberikan lensa yang sesuai dengan
apa yang mereka alami!
Jawab :
1. Rabun Dekat (Hipermetropi)
Seorang penderita rabun dekat tidak dapat melihat benda
yang berada pada jarak dekat (± 25 cm) dengan jelas. Hal
ini dikarenakan bayangan yang terbentuk jatuh di belakang
retina sehingga bayangan yang jatuh pada retina menjadi
tidak jelas (kabur). Kacamata positif dapat menolong
penderita rabun dekat sebab lensa cembung mengumpulkan
cahaya sebelum cahaya masuk ke mata. Dengan demikian,
kornea dan lensa dapat membentuk bayangan yang jelas
pada retina.
3. Buta Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap
suatu warna tertentu. Penyakit ini bersifat menurun. Buta
warna ada yang buta warna total dan buta warna sebagian.
Buta warna total hanya mampu melihat warna hitam dan
putih saja, sedangkan buta warna sebagian tidak dapat
melihat warna tertentu, yaitu merah, hijau, atau biru.
4. Presbiopi
Presbiopi disebut juga rabun jauh dan dekat atau rabun tua,
karena kelainan mata ini biasanya diderita oleh orang yang
sudah tua. Kelainan jenis ini membuat si penderita tidak
mampu melihat dengan jelas benda-benda yang berada di
jarak jauh maupun benda yang berada pada jarak dekat. Hal
tersebut diakibatkan oleh berkurangnya daya akomodasi
mata. Kelainan ini biasanya diatasi dengan kaca mata
rangkap, yaitu kaca mata cembung dan cekung. Pada
kacamata dengan lensa rangkap atau kacamata bifokal,
lensa negatif bekerja seperti pada kacamata untuk penderita
miopi, sedangkan lensa positif bekerja seperti pada
kacamata untuk penderita hipermetropi.
5. Astigmatisma
Astigmatisma atau dikenal dengan istilah silinder adalah
sebuah gangguan pada indera penglihatan karena
penyimpangan dalam pembentukan bayangan pada lensa.
Hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat
memberikan gambaran atau bayangan garis vertikal dengan
horisotal secara bersamaan. Penglihatan si penderita
menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat
menggunakan lensa silindris.