Status Gizi
Status Gizi
Status Gizi
Info Artikel : Diterima September 2021 ; Disetujui Januari 2021 ; Publikasi Januari 2021
ABSTRAK
Status gizi pada remaja di Jawa Tengah masih belum merata karena masih terdapat remaja yang
mengalami kekurusan akibat status gizi yang rendah dan kegemukan bahkan mencapai obesitas karena status
gizi yang berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi remaja siswa SMA di
Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif, dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 138 siswa dengan menggunakan teknik cluster random
sampling. Pengelompokan data status gizi menggunakan IMT/U dan kategori z–score, pengolahan data ini
menggunakan uji univariat. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar siswa SMA memiliki status gizi normal
yaitu 104 siswa (75,36%), gemuk 28 siswa(20,29%) , dan obesitas 6 siswa (4,35%). Masalah gizi berlebih
sebagian besar terjadi pada remaja perempuan yaitu status gizi obesitas 5 siswa (6,3%) dan gemuk 17 siswa
(21,5%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa permasalahan gizi yang terjadi adalah kegemukan
dan obesitas yang masih memiliki presentase cukup tinggi pada remaja perempuan.
ABSTRACT
The nutritional status of adolescents in Central Java is still not balanced because there are still
adolescents who require low nutritional status and obesity and even achieve nutrition due to excessive
nutritional status. This study discusses the nutritional status of adolescent high school students in Semarang
Regency. This study aims to determine the nutritional status of adolescent high school students in Semarang
Regency. The research design used is descriptive, using a cross sectional approach. The sample in this study
were 138 students using cluster random sampling techniques. Grouping nutritional status data using BMI/U
and z-score categories, processing this data using univariate tests. The results showed that most high school
students had normal nutritional status, that is 104 students (75.36%), 28 students fat (20.29%), and 6 students
obesity (4.35%). The problem of excess nutrition mostly occurs in adolescent girls, namely the obesity
nutritional status of 5 students (6.3%) and 17 students fat (21.5%). From the results of this study it can be
concluded that the nutritional problems that occur are obesity and obesity which still have a fairly high
percentage of adolescent girls.
.
99
PENDAHULUANStatus gizi adalah suatu ukuran Status gizi pada remaja di Jawa Tengah
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat masih belum merata karena masih terdapat remaja
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunakan zat- yang mengalami kekurusan akibat status gizi yang
zat gizi di dalam tubuh1. Keseimbangan antara gizi rendah dan kegemukan bahkan mencapai obesitas
yang masuk dan gizi yang dibutuhkan untuk karena status gizi yang berlebih7. Berdasarkan data
kesehatan optimal adalah penting. Hal ini mendasari pemantauan status gizi Kementerian Kesehatan pada
bahwa permasalahan gizi merupakan hal yang tahun 2016 persentase remaja kurus di Jawa Tengah
kompleks dan penting untuk segera diatasi. Beberapa sebesar 7,7% dan sangat kurus 2,6% dan mengalami
penelitian menyebutkan bahwa masalah gizi di penurunan menjadi 4,8% dan 0,7% pada tahun 2017.
Indonesia cenderung meningkat, tidak sebanding Nilai persentase di Jawa Tengah pada tahun 2017
dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, dibandingkan dengan persentase nasional yaitu
Singapura, dan Thailand. Menurut Kementerian persentase kurus setara dengan persentase nasional
Kesehatan RI, permasalahan gizi di Indonesia dapat (4,8%) dan sangat kurus dibawah persentase nasional
dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, masalah gizi (1,7%)2. Pada tahun 2013 berdasarkan data hasil
yang sudah terkendali seperti kurang vitamin A dan RISKESDAS persentase kegemukan remaja di Jawa
Fe. Kedua, masalah yang belum terselesaikan yaitu Tengah sebesar 6.85% dan obesitas sebesar 2%.
stunting dan gizi kurang. Tiga, masalah gizi yang Persentase kegemukan mengalami peningkatan
meningkat dan mengancam kesehatan masyarakat menjadi 9,4% dan obesitas menjadi 7,3%
yaitu kegemukan atau obesitas2. Pada saat ini berdasarkan hasil penelitian gizi pada tahun 20158.
permasalahan gizi tersebut tidak hanya terjadi pada Pemantauan status gizi pada awalnya
orang dewasa tetapi juga sudah banyak kejadian pada digunakan sebagai upaya perbaikan gizi masyarakat
anak remaja. Permasalahan gizi pada remaja yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan
disebabkan oleh kebiasaan konsumsi makanan dilaksanakannya surveilans gizi. Pemantauan status
dengan kadar lemak dan garam tinggi, pola diet yang gizi adalah alat untuk memonitoring dan evaluasi
salah, tidak sarapan, keturunan, kurang aktivitas fisik, kegiatan dan dasar penentuan kebijakan dan
dan penyakit kronik yang dapat mengakibatkan perencanaan kegiatan untuk menurunkan masalah
malabsorbsi pada sistem pencernaan. gizi. Pada awalnya permasalahan gizi yang sering
terjadi adalah stunting, underweight dan wasting.
Remaja adalah seseorang yang memiliki Namun, pada saat ini pemantauan status gizi
rentang usia 10 – 19 tahun. Remaja adalah masa diperlukan sebagai pemantauan rutin mengenai
dimana tanda – tanda seksual sekunder seseorang gambaran status gizi pada remaja agar nilai
sudah berkembang dan mencapai kematangan persentase masalah status gizi tidak meningkat,
seksual3. Remaja juga mengalami kematangan secara karena pada saat ini permasalahan status gizi tidak
fisik, psikologis, maupun sosial4. Remaja hanya kekurusan tetapi juga kegemukan yang seiring
memerlukan perhatian penuh mengenai pemuhan zat- berjalannya waktu angka persentase kegemukan
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, energi yang cenderung meningkat. Kegiatan pemantauan
dibutuhkan oleh remaja lebih besar dibandingkan bermanfaat untuk menggambarkan data status gizi
dengan kelompok umur lainnya. Remaja adalah masa yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
dimana pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta menentukan prevalensi kependekan, kekurusan, dan
otak yang sangat pesat sehingga diperlukan adanya kegemukan9.
pemenuhan gizi yang optimal untuk membantu Pemantauan status gizi bertujuan untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan, berfikir, meningkatkan derajat kesehatan remaja siswa sekolah
aktivitas fisik, serta menjaga daya tahan tubuh menengah atas secara optimal melalui pemantauan
sehingga dapat menunjang kegiatan belajar di dan penggambaran status gizi10. Pemantauan dan
sekolah5. Permasalahan gizi dapat berpengaruh pada penggambaran status gizi dilakukan dengan
pertumbuhan dan perkembangan remaja serta mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB)
peningkatan risiko penyakit. Dampak permasalahan yang kemudian akan dikelompokan berdasarkan nilai
gizi yang biasanya terjadi adalah penurunan fungsi z-score dalam kategori status gizi11. Data dan
kognitif, kekebalan tubuh dan gangguan sistem informasi status gizi remaja digunakan untuk
metabolisme serta peningkatan risiko terkena penyusunan perencanaan dan perumusan kebijakan
penyakit infeksi dan gangguan hormonal pada remaja program gizi.
yang kurus dan peningkatan risiko penyakit tidak Berdasarkan manfaat kegiatan pemantauan
menular seperti hipertensi dan diabetes mellitus pada status gizi pada remaja, peneliti bermaksud untuk
remaja yang kegemukan6. melakukan pengukuran status gizi remaja SMA di
Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan di 3 SMA
yang berada di Kabupaten Semarang yaitu SMA 2
2021, Pro Health, ISSN: 2654-8232– e-ISSN: 2654-797X |
.
100
Ungaran, SMA Bawen, dan SMA Muhammadiyah adalah siswa – siswi SMA di Kabupaten Semarang
Sumowono. Tujuan penelitian ini adalah untuk dari berbagai tingkatan kelas. Sampel dalam
mengetahui gambaran status gizi remaja SMA penelitian ini bagian dari populasi yang ditentukan
dengan mengukur tinggi badan (TB), berat badan dengan rumus besar sampel deskriptif kategorik dan
(BB), dan umur, serta status gizi. Penggambaran didapatkan besar sampel berjumlah 138 siswa.
dilakukan untuk melihat persentase kejadian masalah Teknik pengambilan sampel yaitu cluster random
gizi baik kekurangan maupun kelebihan gizi serta sampling, berdasarkan area kecamatan dipilih 3 SMA
memantau berat badan remaja siswa SMA agar tidak yaitu SMA 2 Ungaran, SMA 1 Bergas, dan SMA
terjadi peningkatan atau penurunan berat badan Muhammadiyah Sumowono. Karakteristik responden
berlebihan. yaitu usia 10 – 19 tahun, aktif sebagai siswa SMA,
menetap dan tercatat sebagai siswa SMA di wilayah
METODE penelitian. Status gizi siswa ditentukan menggunakan
Jenis penelitian yang digunakan adalah indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Status
penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode gizi berdasarkan indeks IMT/U pada siswa
cross-sectional yaitu penelitian yang pengukuran menggunakan ambang batas dan kategori tabel z-
variabel dilakukan hanya satu kali pada waktu yang score11. Data penelitian dianalisis secara deskriptif
sama. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan uji univariat untuk melihat gambaran status gizi
status gizi remaja SMA. Data yang digunakan dalam remaja SMA di Kabupaten Semarang.
penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh dengan cara melakukan pengukuran TB HASIL DAN PEMBAHASAN
dan BB serta umur dari siswa Sekolah Menengah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
Atas yang ada di Kabupaten Semarang. Pengukuran siswa SMA di Kabupaten Semarang distribusi
dilakukan dengan menggunakan timbangan digital responden disajikan dalam tabel berikut :
dan stature meter. Populasi dalam penelitian ini
Responden penelitian terdiri dari remaja besar dibandingkan dengan kelompok umur yang
perempuan dan remaja laki-laki sebanyak 138 lain12. Responden pada penelitian ini sebagian besar
responden, sebagian besar responden berjenis berada pada kelompok umur 16 sampai 17 tahun
kelamin perempuan sebanyak 79 responden yaitu 91 responden (65,95%). Masalah status gizi
(57,25%). Remaja memiliki rentan umur antara 10 pada remaja dipengaruhi oleh pola konsumsi yang
sampai 19 tahun3. Kelompok umur tersebut berada tidak sehat, faktor keturunan, gaya hidup, dan kurang
pada siklus pertumbuhan dan perkembangan yang aktivitas fisik13,14.
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup
.
101
Hasil penelitian didapatkan bahwa status oleh kebiasaan remaja melakukan diet berlebih dan
gizi siswa – siswi SMA di Kabupaten Semarang tidak sarapan, sehingga banyak remaja yang memiliki
dengan pengukuran Z-Score cukup baik dimana status gizi kurus. Masalah gizi pada remaja berawal
permasalahan gizi yang dialami hanya gizi berlebih dari pemahaman yang keliru dan perilaku gizi yang
baik gemuk maupun obesitas, responden yang salah sehingga terjadi ketidakseimbangan konsumsi
memiliki status gizi gemuk sebanyak 28 responden dan kebutuhan zat gizi15. Besarnya persentase status
(20,29%) dan obesitas sebanyak 6 responden gizi gemuk dan obesitas terjadi karena konsumsi
(4,35%). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian makanan dengan energi berlebih, kurangnya aktivitas
Vilda Ana dan Maryani pada tahun 2015 mengenai fisik, dan kerentanan genetik. Berdasarkan penelitian
status gizi remaja urban di Kota Semarang dimana yang dilakukan Yolanda pada 2016, faktor penyebab
diperoleh persentase status gizi kurus sebanyak 32 status gizi gemuk dan obesitas disebabkan karena
responden (33,3%), gizi gemuk sebanyak 9 remaja suka mengkonsumsi makanan siap saji dan
responden (9,4%) dan status gizi obesitas sebanyak 7 didukung dengan ketersediaan makanan yang murah,
responden (7,3%)12. Perbedaan ini dapat dipengaruhi cepat, tetapi tidak sehat seperti junk food16.
Pada penelitian ini status gizi normal serta meningkatkan risiko kejadian penyakit
menjadi nilai tertinggi, sedangkan selebihnya degeneratif18. Ketidakseimbangan nutrisi baik
mengalami masalah gizi. Status gizi normal dapat kekurangan maupun kelebihan pada remaja mengacu
terjadi apabila tubuh cukup memperoleh zat gizi yang pada gangguan kesehatan seperti risiko penyakit
digunakan secara efisien dan memiliki dampak degeneratif, gangguan fungsi pernapasan dan
positif dalam pertumbuhan fisik, perkembangan otak, penyakit kardiovaskular bagi yang berstatus lebih.
dan kemampuan kerja yang optimal17. Status gizi Sedangkan status gizi kurang akan meningkatkan
gemuk dan obesitas pada penelitian ini masih risiko terhadap penyakit terutama penyakit infeksi
ditemukan dalam jumlah yang cukup besar yaitu 22 dan mengganggu proses absorbsi zat gizi pada sistem
responden (24,64%). Status gizi gemuk dan obesitas pencernaan19. Remaja dianggap menderita
sebagian besar terjadi pada perempuan, status gizi kegemukan apabila nilai Z-Score berada pada zona
gemuk sebesar 17 reponden (21,5%) dan obesitas 5 merah dengan nilai Z >1 – 2 sedangkan pada obesitas
responden (6,3%). Secara umum dengan melihat nilai Z >211. Perbedaan kejadian status gizi berlebih
gambaran status gizi remaja, kejadian status gizi pada perempuan dan laki = laki disebabkan karena
berlebih banyak ditemukan pada anak perempuan anak laki – laki memiliki aktifitas yang lebih aktif
dibandingkan dengan laki – laki16. Kegemukan dan dibandingkan pada anak perempuan. Dimana energi
obesitas adalah suatu kondisi berupa kelebihan lemak yang dikeluarkan oleh anak laki – laki lebih banyak
tubuh yang terakumulasi didalam tubuh dan dapat dibandingkan dengan anak perempuan yang tidak
menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan terlalu aktif bermain dan olahraga disekolah16.
.
102
Tabel 4. Distribusi Kategori Status Gizi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kategori Status Gizi Laki – Laki Perempuan
Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal
14 – 15 tahun 17 28,8% 18 22,8%
16 – 17 tahun 29 49,2% 39 49,3%
18 – 19 tahun 1 1,7% 0 0,0%
Gemuk
14 – 15 tahun 3 5,1% 6 7,6%
16 – 17 tahun 8 13,5% 10 12,6%
18 – 19 tahun 0 0,0% 1 1,3%
Obesitas
14 – 15 tahun 0 0,0% 1 1,3%
16 – 17 tahun 1 1,7% 4 5,1%
18 – 19 tahun 0 0,0% 0 0,0%
Total 59 100% 79 100%
Kebutuhan zat-zat gizi remaja dipengaruhi fisik yang biasa dilakukan lebih besar dengan
oleh jenis kelamin dan umur. Faktor umur berkaitan melakukan olahraga maupun bermain pada saat jam
dengan masa pertumbuhan dan perkembangan istirahat sekolah.
dimana remaja perempuan mengalami laju
pertumbuhan yang lebih cepat dari pada laki – laki SIMPULAN
karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
usia reproduksi, sementara lai – laki mengalami dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
percepatan pertumbuhan dua tahun kemudian19. karakteristik responden sebagian besar termasuk
Berdasarkan tabel diatas, permasalahan status gizi dalam kelompok umur 16 – 17 tahun sebanyak 91
sebagian besar berada pada kelompok umur 16 – 17 responden (65,95%) dan berjenis kelamin perempuan
tahun. Persentase status gizi normal sebagian besar 57 responden (57,25%). Gambaran status gizi
terdapat pada kelompok umur 16 – 17 tahun dengan responden berdasarkan IMT/U sebagian besar berada
jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 39 reponden pada kategori status gizi normal sebesar 75,36%,
(49,3%), status gizi gemuk sebanyak 10 responden sedangkan untuk status gizi gemuk sebesar 20,29%,
(12,6%), dan obesitas 4 responden (5,1%). Pada dan obesitas 4,35%. Permasalahan status gizi pada
kelompok usia laki – laki, status gizi normal sebagian responden laki – laki dan perempuan sebagian besar
besar terdapat pada kelompok umur 16 – 17 tahun terdapat pada kelompok umur 16 – 17 tahun dengan
sebanyak 29 responden (49,2%), status gizi gemuk masing masing persentase status gizi gemuk sebesar
sebanyak 8 responden (13,5%), dan obesitas 1 13,5% (8 responden) dan 12,6% (10 responden),
responden (1,7%). Kejadian kegemukan dan obesitas sedangkan pada status gizi obesitas sebesar 1,7% (1
sebagian besar terjadi pada kelompok umur 16 - 17 responden) dan 5,1% (4 responden). Kejadian status
tahun dengan jenis kelamin perempuan, selain itu gizi gemuk dan obesitas sebagian besar terjadi pada
terdapat 6 responden dengan status gizi gemuk dan 1 remaja perempuan. Hal ini terjadi karena adanya
obesitas pada kelompok umur 14 – 15 tahun. perbedaan pola konsumsi, aktivitas fisik, dan
Kejadian gemuk dan obesitas banyak terjadi pada kebutuhan tubuh untuk memenuhi proses
remaja perempuan dikarenakan konsumsi makan pertumbuhan dan perkembangan. Setiap remaja
yang lebih besar, terbiasa mengkonsumsi makanan memiliki perbedaan kebutuhan yang didasarkan oleh
tinggi lemak dan garam, serta kurangnya aktivitas jenis kelamin dan umur, maka dapat disimpulkan
fisik yang dilakukan. Pada saat istirahat sekolah bahwa kebutuhan setiap remaja berbeda-beda.
remaja perempuan lebih banyak menghabiskan Namun, diperlukan adanya pemahaman mengenai
waktunya untuk sekedar duduk dan jajan di kantin kesesuaian konsumsi zat – zat gizi dengan perilaku
sekolah. Sedangkan pada remaja laki – laki, aktivitas konsumsi agar tidak terjadi permasalahan gizi.
.
103
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : 12. Setyawati, Vilda Ana Veria dan Maryani
Gramedia; 2010. Setyowati. Karakter Gizi Remaja Putri Urban
2. Direktorat Gizi Masyarakat. Hasil Dan Rural di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Pemantauan Status Gizi tahun 2017. Jakarta : Kesehatan Masyarakat 11 (1) (2015) 45-52.
Kementerian Kesehatan RI; 2017. 13. Fitri, Dewi. Faktor yang Berhubungan
3. World Health Organization. Commission on dengan Status Gizi pada Remaja Di SMA
Ending childhood obesity. Genera, World Semen Padang Tahun 2018. Tesis. Padang :
Health Organization, Departement of Universitas Andalas; 2018.
Noncommunicable disease surveilans; 2014. 14. Fatima, Waseem. Assessment Of Nutritional
4. Teji, Kedir et al. Anemia and Nutritional Status and It’s Related Factors among
Status Of Adolescent Girls In Babile District, Female Adolescent Girls : A School Based
Eastern Ethiopia. Pan African Medical Study In Arar City, Kingdom Of Saudi
Journal – ISSN 1937-8688; 2016. Arabia. International Journal Of Medical
5. Sa’adah RH, Herman RB, Sastri S. Research and Healtth. 2019. Science. ISSN
Hubungan status gizi dengan prestasi belajar No 2319 – 5886.
siswa SDN 01 Guguk Malintang, Kota 15. Zuhdy, Nabila. Hubungan pola aktivitas fisik
Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas. dan pola makan dengan status gizi pada
2014;3(3):460 – 465. pelajar putri SMA kelas 1 di Denpasar Utara.
6. Departemen Kesehatan. Membangun gizi Tesis. Denpasar : Universitas Udayana;
menuju bangsa sehat berprestasi. Artikel; 2015.
2018. 16. Syafitri, Yolanda., Yanti Ernalia., Tuti Restu
7. Direktorat Gizi Masyarakat. Hasil Astuti. Gambaran status gizi siswa – siswi
Pemantauan Status Gizi tahun 2016. Jakarta : SMP Negeri 13 Pekanbaru Tahun 2016.
Kementerian Kesehatan RI; 2016. Jurnal JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan 17. Kurdanti, Weni dkk. Faktor – faktor yang
Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta : Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada
Kementerian Kesehatan; 2013. Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2015 :
9. Kementerian Kesehatan RI. WartaKESMAS Vol 11 halaman 179 – 190.
edisi 2 : Gizi, Investasi masa depan bangsa. 18. Eyene, Shimelis et al. Anthropometric
Jakarta : Kementerian Kesehatan; 2017. Assessment Of Adolescent Nutritional Status
10. Direktorat Gizi Masyarakat. Buku saku In Two Drought-Prone Areas Of Ethiopia.
Pemantauan Status Gizi. Jakarta : Journal Of Nutrition & Food Sciences 2019,
Kementerian Kesehatan RI; 2017. 9:2.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik 19. Irdiana W, Nindya TS. Hubungan kebiasaan
Indonesia Nomor : sarapan dan asupan zat gizi dengan status
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang gizi siswa SMAN 3 Surabaya. Atika dan
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Sumarmi. Amerta Nutr. 2017 : 227 – 235.
Anak. 2010.