Tahapan Pengolahan Tanah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

1.

TAHAPAN PENGOLAHAN TANAH

Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan


sebagai berikut:

1. Perbaikan Pematang/Galengan dan Saluran


Sebelum penggarapan tanah dimulai, Pematang/Galengan harus dibersihkan dari
rerumputan, diperbaiki, dan dibuat cukup tinggi. Fungsi utama untuk menahan air selama
pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan, sebab dalam penggarapan tanah air
tidak boleh mengalir keluar. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan
air selama ada tanaman padi.
Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Kegiatan ini
bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa
masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum
tanah diolah.

2. Pencangkulan
Setelah dilakukan perbaikan Pematang/Galengan dan Saluran, tahap berikutnya
adalah pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak
atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah.

3. Pembajakan dan Penggaruan


Pembajakan dan Penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan
tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanam padi.
a) Pembajakan
Alirkan air pada petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan tanah
dan menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebihdahulu dibuat alur ditepi
dan ditengah petakan sawah agar air cepat membasahi saluran petakan. Kedalaman dalam
pembajakan ± 15-25 cm. Hingga tanah benar-benar terbalikan dan hancur.
Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut :
1) Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji gulma akan
terbenam.
2) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput akan terbenam
dan tercampur dengan tanah.
3) Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.
Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-
sisa tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen juga melunakan bongkahan tanah
yang disebabkan pembajakan. Penggenangan dilakukan selama kira-kira seminggu.

b) Penggaruan
Sebelum penggaruan dimulai, terlebihdahulu air didalam petakan dibuang,
ditinggalkan sedikit untuk membasahi bongkahan bongkahan tanah. Selama penggaruan,
saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup, untuk menjaga supaya sisa air
jangan sampai habis keluar dari petakan.Dengan cara menggaru tanah memanjang dan
melintang, bongkahan-bongkahan tanah dapat dihancurkan. Dengan penggaruan yang
berulang-ulang
1) Peresapan air ke bawah dikurangi
2) Tanah menjadi rata
3) Penanaman bibit menjadi mudah
4) Rumput-rumput yang ada akan terbenam
Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari
c) Perataan
Proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang dilakukan setelah
lahan digenangi 7-10 hari. Pengaruan yang kedua ini dilakukan dengan maksud :
1. Meratakan tanah sebelum tanam pindah
2. Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrifikasi
3. Melumpurkan tanah dengan sempurna
Tahapan pengolahan tanah mulai dari perbaikan pematang/galengan sampai perataan
memerlukan waktu ± 25 hari atau ± sama dengan umur bibit di persemaian.

III. Ciri-ciri tanah telah selesai diolah dan siap untuk ditanami
1. Tanah terolah sampai berlumpur
2. Air tidak lagi banyak merembes ke dalam tanah
3. Permukaan tanah rata
4. Pupuk tercampur rata
5. Bersih dari sisa gulma dan tanaman
Setelah persiapan lahan selesai maka bibit pun siap ditanam. Bibit dianjurkan untuk
ditanam semuda mungkin, biasanya dipindah saat umur 20 hari. Ciri bibit yang siap dipindah
ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan
penyakit sehingga pertumbuhannya seragam. Bibit ditanam dengan cara dipindah dari
bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian
dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit
dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.

Lain halnya jika menggunakan transplanter, bibit bisa di tanam pada umur 14 – 16 setelah
semai.
1. Pengolahan Tanah Padi Gogo
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan 2 kali, pengolahan lahan pertama dilakukan
pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama yang dapat melembabkan tanah dan
yang kedua saat menjelang tanam. Cara pengolahan tanah dapat dengan dicangkul, atau
menggunakan traktor/ ternak secara singkal, selanjutnya lahan dibiarkan. Bila sudah turun
hujan kontinyu yang memungkinkan untuk tanam, lahan diolah lagi untuk menghaluskan
bongkahan sambil meratakan tanah sampai siap tanam.
Bila kondisi lahan berlereng sampai bergelombang, setelah pengolahan tanah pertama
perlu dilakukan pembuatan teras gulud atau diadakan perbaikan teras yang rusak. Pada
guludan atau bibir teras diusahakan menanam tanaman penguat teras berupa rumput unggul
yang secara periodik dapat dipangkas untuk pakan ternak.
Pada lahan yang terbuka dan relatif datar perlu dibuat bedengan memanjang, dengan
lebar bedengan sekitar 5 m dan antar bedengan dibuat saluran sedalam 20 m yang akan
berfungsi sebagai saluran drainase.

2. Penyiapan Tanpa Olah Tanah (TOT)


Penyiapan tanpa olah tanah (TOT) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Dengan cara tebas:
1) Gulma atau rumput ditebas dengan tajak besar disaat lahan berair.
2) Rumput dibiarkan terhampar membusuk selama 2 minggu, setelah itu digumpal dan
dibiarkan dua minggu kemudian gumpalan dibalik lagi. Setelah gumpalan rumput
membusuk seluruhnya, lalu gumpalan rumput tersebut dihamparkan secara merata pada
seluruh permukaan petakan sumber hara tanaman.
3) Setelah dibiarkan beberapa hari lahan siap ditanami dengan bibit padi.
b. Dengan cara pemakaian Herbisida:
1) Sewaktu penyemprotan herbisida, petakan diusahakan tidak digenangi air, dengan
demikian penyemprotan harus lebih awal sebelum hujan atau air pasang datang
menggenangi petakan.
2) Gulma dapat disemprot dengan herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat.
3) Penyemprotan dilakukan lebih awal agar waktu tanam padi tidak tertunda karena
menunggu gulma membusuk.
Manfaatnya adalah dapat mengefisienkan tenaga kerja, dapat mengkonversi lahan
sehingga degradasi atau tingkat penurunan kesuburan lahan serta munculnya keracunan besi
dapat dikendalikan.

2. Persiapan Benih
Benih merupakan salah satu komponen produksi yang mempunyai kontribusi cukup
besar dalam peningkatan produktivitas tanaman padi. Selama ini, penggunaan benih oleh
petani sangat beragam baik dari sisi jumlah per hektar maupun kualitasnya. Penggunaan
benih bermutu tinggi memberikan manfaat berupa pertumbuhan benih seragam,
menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, masak dan panen serempak, dan
produktivitas tinggi sehingga dapat meningkatkan produksi padi yang akhirnya memberikan
sumbangan pada pendapatan usahatani.
Penggunaan benih unggul yang diikuti dengan pengaturan populasi tanaman melalui
penerapan sistem tanam jajar legowo akan meningkatkan efisiensi penggunan sumber daya
lahan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil per satuan luas tanam [1]. Varietas
unggul merupakan teknologi yang mudah, murah, dan aman dalam penerapan serta efektif
meningkatkan hasil. Varietas unggul relatif aman karena tidak menimbulkan polusi dan
kerusakan lingkungan [2]. Akan tetapi masalah yang dihadapi perbenihan padi saat ini
meliputi: (a) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna
(b) ketersedian benih sumber dan benih sebar secara “enam tepat” belum dapat dipenuhi, (c)
belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/ bersertifikat.
Oleh karena itu, peran BPTP dipandang sangat penting dalam mendukung
penyediakan benih sumber bermutu baik secara genetik, fisik, dan fisiologi. Ketersediaan
benih bermutu mutlak diperlukan. Pertanian modern dalam hal ini, benih berperan sebagai
paket keunggulan teknologi bagi petani dan konsumen lainnya. Paket keunggulan teknologi
tersebut harus terus berkembang dan dapat tersedia secara tepat (varietas, mutu, jumlah,
waktu, lokasi dan harga) bagi petani dan pengguna lainnya. Menurut laporan Dinas Pertanian
(2008,2009,2010), bahwa produksi benih sebar yaitu berturut-turut, tahun 2008 (11.900 kg),
tahun 2009 (7.400 kg), tahun 2010 (44.650 kg). Pada tahun 2013, dilaporkan juga bahwa baru
sekitar 35,72% kebutuhan benih sebar yang dapat di penuhi.

1.1 Pemilihan varietas


 Varietas unggul , adaptif lingkungan spesifik , tahan opt utama yang
terdapat di lokasi, sesuai anjuran.
 Umur panen sesuai dengan pola tanam dan ketersediaan air.
 Disarankan dilakukan pilihan varietas, secara rotasi antar musim.
1.2 Pemilihan benih
 Benih memiliki berar jenis tinggi , mempunyai mutu fisiologis (daya
kecambah dan vigor) tinggi , mampu memberikan pertumbuhan cepat
dan seragam.
 Benih murni , bernas, bersih, sehat, sebaiknya benih berlabel.
 Dormansi benih telah terlewati.
1.3 Pematahan Dormansi
Dormansi adalah suatu kondisi benih hidup, tetapi tidak dapat berkecambah
meskipun dikecambahkan dalam kondisi yang optimum untuk berkecambah.
Dormansi biasanya terjadi pada benih benih yang baru dipanen tetapi tidak
semua varietas mempunyai sifat dormansi. Untuk mengatasi dormansi dapat
dilakukan beberapa cara yaitu :
 Pemanasan benih dalam oven suhu 50C selama 2-3 hari
 Pemanasan oven suhu 50C selama 2 hari dilanjutkan perendaman benih
dalam air selama 2 hari.
 Pemanasan dalam oven pada suhu 50C selama 2 hari dilanjutkan
perendaman menggunakan larutan 3% KNO3, murni selama 2 hari.
1.4 Menentukan Benih Bernas
1. Menggunakan air
 Benih dimasukkan kedalam wadah yang berisi air, volume air 2 kali
volume benih, kemudian diaduk aduk.
 Benih yang terapung, pisahkan dengan benih yang tenggelam.
 Benih yang tenggelam berarti bernas, baik untuk persemaian.
 Sebelum semai, benih direndam selama 24 jam dan diperam selama 1
malam.
2. Menggunakan larutan pupuk ammonium sulfur (ZA)

1.5 Persemaian
 Lahan untuk persemaian aman dari gangguan Binatang, mudah diairi, tidak dekat
lampu.
 Gunakan pupuk kendang matang tabur rata 3-4 kg/m2 sebelum oleh tanah.
 Olah tanah sampai halus / gembur, bebas gulma, sisa gulma, dan tanaman.
 Luas persemaian 50m2 untuk tanaman seluas 10 are (500m2/ha).
 Buat bedengan lebar 1.5 meter dan Panjang sesuai kebutuhan.
 Aplikasi pestisida 15 hari sebelum tabur.
 Benih yanfg telah direndam di baur merata.
 Saat tabur benih kondisi lahan persemaian macak macak
 Saat benih berkecambah, beri tambahan air, ketinggian air sampai pangkal batang.
Air dipertahankan selama persemaian.
 Persemaian dipagar pelastik setinggi 70 cm sekeliling, mencegah serangan tikus ,
ayam.
 Tanaman dipantau 2-3 hari sekali mewaspadai hama wereng, penggerak batang atau
hama lain.
 Apabila terdapat hama, dikendalikan menggunakan pestisida.
 Bibit dalam persemaian siap tanam pada umur 16-25 HST ( Hari setelah tabur).
3. Penanaman
Tanam merupakan awal kegiatan bercocok tanam yang sangat menentukan
Tingkat hasil yang dicapai. Oleh sebab itu bahan tanam berupa bibit, sejak
dipersemaian sampai persiapan tanam harus sehat, vorgorous, dan tepat
umur. Kegiatan tanaman meliputi penyediaan bibit, pencaplakan dan tanam
bibit.
Penyediaan bibit
 Cabut bibit umur 16-21 hari. Bibit yang kurang sehat dan kurang vigor
tidak digunakan
 Mencabut bibit dengan akar penuh dan batang tidak boleh patah.
 Bibit diikat, untuk memudahkan pengangkutan distribusi ke petakan.
 Tidak dianjurkan menanam bibit yang tidak jelas varietasnya, berasal
dari penjual bibit siap tanam.
Pencaplakan
 Pencaplakan untuk membuat “Tanda” jarak tanam bibit secara seragam
dan teratur. Ukuran ceplak menentukan jarak tanam dan populasi
rumpun tanaman persatuan luas.
 Jumlah rumpun per meter pada berbagai jarak tanam yang dipilih adalah
:
25 rumpun/m2 = Jarak Tanam 20 cm x 20 cm
16 rumpun/m2 = jarak tanam 25 cm x 25 cm
33 rumpun/m2 = jajar legowo 2:1 – 40 cm x (20x10) cm
21 rumpun/m2 = jajar legowo 2:1 – 50 cm x (25x12,5) cm
40 rumpun/m2 = jajar legowo 4: 1 – 40 cm x (20 x 10) cm
26 rumpun/m2 = jajar legowo 4:1 – 50 cm (25 x 12,5) cm
Pemilihan jarak tanam tergantung kesuburan tanah, varietas, dan dosis
pupuk yang digunakan
 Bibit Asal persemaian sendiri, jika asal pembelian haris tahu varietas
dan Kesehatan benih.
 Saat tanam kondisi air macak macak, bibit ditanam 1-2 batang/ rumpun ,
varietas hibrida ditanam 1 bibit/ rumpun.
 Bibit ditanam tegak , leher akar masuk kedalam tanah sekitar 1-3 cm.

4. Pemupukan
Aplikasi pupuk sebagai sumber hara dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman, menambahkan kekurangan unsur hara yang berasal dari tanah. Prinsip aplikasi
pupuk adalah mengoptimalkan pemanfaatan hara dari dalam tanah maupun yang berasal dari
pupuk secara efektif dan efisien, dengan meminimalkan cemaran zat kimia beracun dari
pupuk terhadap bodi air dan lingkungan serts memelihara keberlanjutan produksi.
Ada beberapa jenis pemupukan dasar yaitu : pupuk kompos, pupuk dasar, pupuk urea, dan
pupuk majemuk. Serta ada juga pemupukan susulan.

Anda mungkin juga menyukai