"Fakta, Konsep Dan Generalisasi": Indah Apriani M. PD
"Fakta, Konsep Dan Generalisasi": Indah Apriani M. PD
"Fakta, Konsep Dan Generalisasi": Indah Apriani M. PD
VIONA ( 2111240145 )
DOSEN PENGAMPU :
indah Apriani M. Pd
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa terhingga
kekuasaan dan kekuasaan-Nya, sumber segala kebenaran sejati, yang
membimbing dan mempermudah pembuatan makalah ini.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung
dalam proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa
manusia berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial
merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki materi dan metodologi
tertentu, batang tubuh, atau struktur ilmu pengetahuan (body of knowledge
atau structure of knowledge) tentang suatu bidang kajian. Setiap ilmu
sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi
sosial, dan ilmu politik memandang manusia dari sudut pandangnya
masing-masing dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk
memperoleh struktur ilmunya. Pengetahuan tentang tindakan atau perilaku
manusia ini memberikan suatu dasar bagi materi ilmu pengetahuan sosial
(IPS). Dalam suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya ilmu
sosial, tersusun dalam 3 tingkatan materi, dimulai dari yang paling sempit
sampai kepada yang paling luas yaitu : Fakta, Konsep, Generalisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fakta, Konsep, Generalisasi?
2. Bagaimana hubungan Fakta, Konsep, Generalisaisi ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian Fakta, Konsep dan
Generalisasi.
2. Untuk mengetahui hubungan Fakta, Konsep dan Generalisasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi Kemanfaatan fakta, konsep, generalisasi dalam pengajaran IPS
bukanlan suatu hal yang baru namun dalam proses belajar mengajar seringkali
penggunaan istilah ini kurang tepat bahkan para siswa sering bingung apa yang
dimaksud dengan Fakta, Konsep, Generalisasi tersebut. Hal ini disebabkan
pengetahuan tentang Fakta, Konsep, Generalisasi tersebut bersifat abstrak, oleh
sebab itu bagian ini akan membahas struktur IPS yang terdiri dari Fakta,
Konsep,Generalisasi tersebut.
A. Fakta
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia fakta : hal atau keadaan peristiwa,
yang merupakan kenyataan, susuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta
berasal dari bahasa latin yaitu factus adalah segala sesuatu yang tertangkap
oleh indra manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi
suatu kenyataan.
Jadi Fakta adalah informasi atau data yang ada atau terjadi dalam
kehidupan. Ciri pokok fakta adalah ke khasannya dan sifatnya yang tidak
berulang-ulang.
Fakta Sosial adalah cara bertindak, berfikir Contohnya : gunung berapi,
gunung merbabu, candi borobudur, candi perambanan, perang diponegoro,
perang padri, lain-lain.
Melihat fakta yang khas dan buntu, banyak pakar pendidikan menganggap
bahwa fakta tidak menghasilkan ide atau pengetahuan baru. Akan tetapi
bagaimanapun fakta tetap mempunyai manfaat. Fakta menjadi dasar untuk
pembentukan konsep (pengertian dan gambaran).1
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta adalah keadaan,
peristiwa yang merupakan kenyataan yang sungguh-sunggguh terjadi dan
terjamin kebenarannya dengan fakta-fakta yang ada kita dapat menyimpulkan
1
Anwar Senen, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2003), hlm. 1.
2
sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi, yang dimana fakta
merupakan titik awal untuk membentuk konsep dan dari beberapa konsep
dapat membentuk sebuah Generalisasi. Fakta, Konsep dan Generalisasi
merupakan sutu kajian dalam IPS yang harus dipahami oleh siswa.
Fakta dapat dipahami secara umum dalam tiga bentuk:
1. Fakta yang berupa benda seperti batu, pohon, orang, dan sebagainya.
2. Fakta yang berupa situasi atau kondisi seperti panas, kotor, bising dan
sebagainya.
3. Fakta yang berupa peristiwa atau kejadian seperti kebakaran, perkelahian
dan proses lainnya.2
Berdasarkan penjelasan Fakta di atas memiliki berbagai macam sesuai
dengan kondisi saat seseorang menyimpulkan fakta tersebut. Seperti fakta itu
berupa benda, situasi, kejadian.
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada
di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan
individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang
tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru.
Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan
memiliki sanksi tertentu jika dilanggar Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori
baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak teori yang ada dan
bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang sudah
ada.
Fakta yang sama bisa mengahasilkan makna yang berbeda karena setiap
manusia memiliki persepsi sendiri. Fakta disiplin ilmu sejarah: nama pelaku,
tempat peristiwa, tanggal, bulan, dan tahun kejadian. Fakta geografi: nama
daerah, letak daerah, pantai, dataran, atau daerah pegunungan, bagaimana
tingkat kesuburan tanahnya, dan lain-lain. Fakta diperlukan untuk menentukan
mana yang masuk atribut, dari atribut-atribut tersebut akan membentuk
konsep.3
2
N. Daldjoeni, Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Penerbit Alumni,
1997), hlm. 34.
3
Muhammad Kaulan Karima, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial: Pengantar Dan Konsep
Dasar, (Medan: PERDANA PUBLISHING, 2019), hlm. 149.
3
Berdasarkan penjelasan diatas fakta itu menghasilkan makna yang
berbeda-beda tergantung bagaimana seseorang mempersepsi fakta itu sendiri,
karena persepsi orang berbeda-beda dalam mengartikan suatu makna.
B. Konsep
1. Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian konsep adalah gambaran
mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Menurut Soedjadi pengertian
konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi
atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata. Tanwifi menjelaskan bahwa konsep adalah suatu ide yang
menggambarkan hubungan antara dua atau lebih fakta seperti “konsep kebutuhan
manusia” yang berkaitan dengan berbagai hal, misalnya pakaian, keselamatan,
pendidikan, cita-cita, dan harga diri.5
4
Rudy Gunawan, Pendidikan IPS : Filosofi, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2016), hlm. 22.
5
Ibid, hlm. 25.
4
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan konsep adalah suatu
kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual
yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Dari pengertian
tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsep mengandung atribut.
Atribut adalah cirri atau karakteristikyang dimiliki suatu konsep yang
membedakan tabel objek atau peristiwa atau proses dari objek, peristiwa atau
proses lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi konkret yang
dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan langsung.
Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut. Contoh dari atribut ini: meja memiliki atribut
ukuran, bentuk. Ukuran meja bisa kecil atau besar, bentuknya bisa persegi, oval,
persegi panjang, atau persegi empat. Untuk membedakan atribut danau dari kolam
renang digunakan atribut bentuk, ukuran dan juga letak. Tapi untuk membedakan
danau, laut dan kolam maka atribut ukuran lebih mengenak.
Dengan demikian konsep Ilmu Pengetahuan sosial mengandung pengertian :
ilmu pengetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu dari disiplin ilmu-ilmu
sosial, disiplin ilmu itu diajarkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan
pembelajaran disekolah dan pendidikan tinggi, meskipun disiplin ilmu dari dasar-
dasar ilmu sosial berdiri sendiri, namun dapat ditarik aspek-aspek nilai yang
dikembangkan tiap-tiap ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Pada kajian-kajian
tertentu yang relevan. Konsep abstraksi atau pengertian abstrak karena merupakan
ide tentang sesuatu (benda, peristiwa, hal-hal) yang dalam pikiran. Ia mengandung
pengertian dan penafsiran (bukan berwujud fakta konkret) konsep membantu kita
dalam mengadakan pembedaan, penggolongan atau penggabungan fakta
disekeliling kita. Contoh kita mengenal banyak data perang seperti perang
diponegoro, perang paderi, perang aceh, perang dunia, dan sebagainya. Dengan
demikian pengertian perang merupakan konsep.
Jumlah atribut yang dimiliki setiap konsep berbeda, ada yang memiliki satu
atribut ada juga yang lima, enam bahkan lebih. Semakin banyak jumlah atribut
berarti semakin banyak kesamaan yang dituntut kepada sebuah benda atau sifat
yang menjadi anggota konsep. Dengan demikian ia semakin membatasi jumlah
benda atau sifat yang menjadi anggotanya. Contoh untuk konsep kambing lebih
5
banyak dibandingkan dengan atribut untuk konsep binatang. Atribut untuk konsep
kambing terdiri atas bentuk,bau, cara hidup, ekor, janggut kaki, kuku. Atas dasar
itu seekor binatang dinamakan kambing dan yang lainnya tidak. Sedangkan untuk
konsep binatang dimana kambing, gajah, ular dan sebagainya menjadi anggota
yang diperlukan adalah atribut, bentuk dan cara hidup.6
Berdasarkan penjelasan diatas ilmu pengetahuan sosial yang merupakan
disiplin ilmu dari disiplin ilmu-ilmu sosial, disiplin ilmu itu diajarkan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan dan pembelajaran disekolah dan pendidikan
tinggi, meskipun disiplin ilmu dari dasar-dasar ilmu sosial berdiri sediri, namun
dapat ditarik aspek-aspek nilai yang dikembangkan tiap-tiap ilmu dengan disiplin
ilmu lainnya.
Menurut Womack, selain memahami konsep yang dibangun berdasarkan
pengenalan kita terhadap atribut kelas (penggolongan) dan simbol, juga penting
memahami tingkat arti (level of meaning) dari sebuah konsep. Ia berpendapat
bahwa sebuah konsep studi sosial merupakan kata atau sekumpulan kata (prosa)
yang berkaitan dengan satu gambaran tertentu yang menonjol dan bersifat tetap
(Certain, vakint, inalienable, features = tetap, menonjol, tak dapat dicabut). Untuk
lebih menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini dikemukakan beberapa
sifatnya.
1. Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda,
peristiwa, atau kegiatan. Misalnya, kita mendengar kata “kelompok”, kita bisa
membayangkan apa kelompok itu.
2. Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki
karakteristik atau kualitas secara umum.
3. Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok”
misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.
4. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.7
Berdasarkan penjelasan diatas seperti halnya fakta memiliki berbagai
macam bentuk, konsep juga memiliki beberapa sifat diantara bersifat abstrak,
yang memiliki kumpulan-kumpulan yang dijadikan sebagai karakteristik untuk
6
Muhammad Kaulan Karima, dkk., Op. Cit. hlm. 150-151.
7
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013), hlm. 56
6
menyimpulkan kualitas benda secara umum, juga bersifat personal, konsep
tentang pengalaman belajar.
Dalam konsep terdapat makna denotatif dan makna konotatif. Makna
denotative berkenaan dengan arti kata, seperti pada kamus, misalnya arti kata
Revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur, kebiasaan, lembaga, dan
seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif antara lain sebagai berikut:
1. Makna revolusi merangkum makna denotatif
2. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang
penting yang telah direncanakan dan diatur secara sungguh-sungguh.
3. Konsep revolusi ini mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok maupun
perseorangan.
4. Revolusi juga berarti menentang segala sesuatu, apakah itu orang atau
lembaga, lebih jauh bukan hanya menentang tetapi juga melawan dengan
kekuatan.
Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa akan memiliki pemahaman
yang benar tentang arti konsep dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Negara
berkembang, pertumbuhan ekonomi republik, kabinet, dan seterusnya. Jika
mereka tidak memperoleh arti yang benar tentang makna yang terkandung
didalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti secara menggelik.
Pengajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna
konotatif, karena itu pengajaran konsep harus:
1. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan
sesuatu, seperti kita menjelaskan arti dari suatu istilah atau kata.
2. Siswa harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri
tentang sesuatu konsep, tentunya dengan bimbingan guru misalnya, guru
menyuruh mereka mendeskripsikan sendiri.
3. Siswa harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan, dan segera
menuliskan makna konsep segera setelah diperkenalkan.8
Berdasarkan penjelasan diatas konsep itu mempunyai makna denotatif dan
konotatif maksudnya denotatif adalah makna yang sebenarnya atau makna yang
sesuatu dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut, sedangkan makna
8
N. Daldjoeni, Op. Cit, hlm. 37-38.
7
konotatif adalah bukan makna sebenarnya dengan kata lain makna kias atau
makna tambahan.
Untuk lebih rincinya berikut pembagian dari konsep yaitu:
a. Konsep Konjungtif adalah konsep yang paling rendah, benda atau sifat yang
menjadi anggota konsep memiliki persamaan yang tinggi dalam nilai
atributnya. Biasanya memiliki jumlah atribut yang banyak contoh kalau orang
bicara tentang buku ilmiah dengan atribut isi buku, warna sampul, ketebalan
buku serta pembaca buku maka apabila ada sejumlah buku yang memiliki isi,
semuanya mengenai ekonomi makro karena sampulnya merah, ketebalan buku
semuanya berkisar sekitar 300 halaman serta semua buku ditulis untuk
mahasiswa yang baru belajar ilmu ekonomi.
b. Konsep disjuntif adalah konsep yang anggota atau atributnya memiliki nilai
yang beragam. Contoh alat kantor.
c. Konsep relasional adalah kebersamaan antara anggotanya dalam suatu atribut
hanyalah berdasarkan kriteria yang abstrak dan selalu dalam hubungan dan
selalu dalam hubungan kriteria tertentu. Contoh : konsep jarak yang
dikembangkan berdasarkan dua titik.
Sedangkan konsep-konsep yang ada pada Ilmu sosial yang telah terangkum
dalam IPS yaitu
a. Konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi,
feodalisme, inperalisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme,
perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuaan, candi, area, uang tunai,
perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
b. Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep seperti tukar
menukar, uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperalisme,
koperasi, pajak, cukai, untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi,
konsumen, pabrik, pengusaha, pendapatan, kerja, tenaga, jasa dan
sebagainya.
c. Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep seperti tanah, air,
udara, sungai dan sebagainya.
8
d. Konsep-konsep antropologi mengenal beberapa konsep seperti kebudayaan,
peradaban, kepercayaan, induk bangsa (ras), bahasa, kekerabatan dan
sebagainya.
e. Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep seperti norma sosial,
kerjasama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial dan
sebagainya.
f. Konsep-konsep psikologi sosial mengenal beberapa konsep seperti norma
perilaku sosial, interaksi sosial, perilaku politik, budaya masyarakat,
perilaku menyimpang dan sebagainya.9
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa konsep-konsep antara ilmu sosial itu
berbeda-beda baik itu konsep sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi sosial,
geografi dan ekonomi, karena ilmu-ilmu sosial ini memiliki kajian ilmu yang
berbeda maka dari itu konsepnya juga berbeda.
2. Kegunaan Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang penting untuk dipelajari karena akan
membantu dalam beberapa hal seperti yang diungkapkan oleh De Cecco,
1) Menghadapi lingkungan yang kompleks dan luas serta mengurangi kesulitan
dalam menguasai fakta-fakta yang selalu bertambah.
2) Mengidentifikasikan dan mengindera macam-macam objek yang ada di
sekeliling kita. Apabila seseorang mengidentifikasikan sesuatu benda, benda
tersebut dimasukkan dalam kelas tertentu.
3) Mengurangi perlunya belajar mengulang-ulang hal baru yang sebenarnya
merupakan atribut dan nilai atribut yang sama dengan konsep yang sudah
diketahui. Dengan kata lain hal yang baru itu sudah termasuk dalam konsep
tertentu.
4) Membantu memecahkan masalah dengan menempatkan masalah dalam
klasifikasi yang benar. Dengan demikian kita memperoleh pemecahan bagaimana
memproses masalah yang ada di hadapan kita.
5) Memungkinkan kita memberikan pengajaran yang lebih kompleks dan
menerangkan secara lebih jelas.
9
Muhammad Kaulan Karima, ddk., Op. Cit. hlm. 152-153.
9
6) Menggambarkan kenyataan dan dunia. Dengan melalui konsep seseorang
diharapkan bisa berpikir atau melihat sesuatu yang berhubungan, menciptakan,
dan melaksanakan segala sesuatu. Namun demikian kita harus berhati-hati
terhadap konsep stereotipe, yaitu konsep yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman yang keliru.
3. Pembinaan Konsep IPS
Agar anak didik dapat memahami pengertian konsep-konsep IPS dengan
lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal
penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal ini Yelon
mengemukakan bagaimana mengajar konsep yang baik sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan.
Guru harus menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata pelajaran.
Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau memilih contoh-
contoh tentang konsep.
2) Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang akan membantu pemahaman
konsep.
Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu
membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara symbol yang
satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus mengetahui pengetahuan
prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan atribut definisi dan
memahami konsep.
3) Menyajikan definisi dan contoh-contoh. Guru harus menyajikan definisi
contoh-contoh. Sebab konsep akan mudah dipahami apabila:
a. Aspek yang relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan
dengan stimulus kurang jelas atau kurang tajam.
b. Jumlah aspek yang tidak relevan dengan stimulus dikurangi
c. Banyak menggunakan contoh-contoh yang positif
d. Memberikan definisi dan contoh atas obyek yang dipelajari
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk merespon dan memberikan.10
10
Nurochim, Op. Cit, hlm. 58.
10
Berdasarkan paparan diatas kegunaan konsep adalah bertujuan untuk
menjelaskan sesuatu benda, gagasan atau peristiwa. Fakta sangat penting dalam
struktur atau susunan ilmu karena fakta tersebut membantu membentuk konsep.
Menurut savage dan Amstrong konsep dicapai dalam suatu proses yang
melibatkan fakta-fakta yang khusus.
C. Generalisasi
Schuneke mengemukakan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan
sangat terikat konsep. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep
11
sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola hubungan yang bermakna dan
menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita terbentuk
pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas. Menurut Nursid
Sumaatmadja , generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam
bentuk kalimat lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat
dijadikan suatu prinsip atau ketentuan dalam IPS.11
Generalisasi dalam IPS merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep
misalnya hubungan antara konsep “uang, kebutuhan dan keinginan.” Ketiga
konsep tersebut dihubungkan untuk mengeneralisasi bahwa “kita
menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi,
apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa
sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita
ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat,
lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu”
kita menemukan paling sedikit tiga konsep, yaitu:
1. Masyarakat primitive
2. Lingkungan hidup
3. Cara hidup.
Terdapat dua macam generalisasi yang dijelaskan Tanwiti yaitu
a. Generalisasi sempurna, yaitu generalisasi yang menempatkan seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya, setelah kita
memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi kemudian
menyimpulkan bahwa: semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31
hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap
bulan, kita selediki tanpa ada yang kita tinggalkan. Generalisasi semacam ini
memberikan kesimpulan yang kuat dan tidak dapat diserang, tetapi tidak praktis
dan tidak ekonomis.
b. Generalisasi yang tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena yang dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki. Misalnya, setelah kita menyelidiki
11
Ibid, hlm. 60.
12
sebagian bangsa indonesia kita menemukan bahwa mereka adalah suka bergotong
royong. Atas dasar temuan ini, kita menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia
adalah suka bergotong royong. Penyimpulan ini termasuk kedalam generalisasi
tidak sempurna.12
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa generalisasi dibagi menjadi dua yaitu
generalisasi sempurna dan tidak sempurna dimana perbedaan diantara dua
generalisasi itu dimana untuk menarik kesimpulan kita harus menyelidiki apakah
benar semua keseluruhan yang kita selidiki itu dengan satu persatu sehingga
dikatakan generalisasi sempurna sedangkan kalau kita menyelidiki disatu sisi saja
sedangkan disatu sisi lain tidak kita selidiki maka itu generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat
atau benda. Alasannya, apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita
buat memiliki tingkat abstraksi yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit
atau rendah. Generalisasi harus ditulis sedemikian rupa sehingga siswa dapat
mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang bagaimanapun juga.
Perbandingan generalisasi dengan konsep, menurut Rochiat.
Generalisasi Konsep
Generalisasi adalah prinsip-prinsip
Konsep bukan merupakan prinsip dan
atau rules (aturan) yang
dinyatakan tidak di dalam kalimat
dinyatakan dalam kalimat
yang sempurna.
sempurna.
Generalisasi memiliki dalil. Konsep tidak memiliki dalil.
Generalisasi adalah objektif dan
Konsep subjektif dan personal.
impersonal.
Generalisasi memiliki aplikasi
Konsep terbatas pada orang tertentu.
universal.
13
peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi. Namun di dalam sejarah ada juga
kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu adalah hal-hal
yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem
sosial, kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis, dan selanjutnya,
menurut Rochiati dalam Jarotimec.
Rochiati dalam Jarotimec mengungkapkan adanya empat jenis generalisasi
yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS, yaitu:
1. Generalisasi deskriptif. Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan
terletak di tepi sungai.
2. Generalisasi sebab akibat. Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan
ekstrim berhasil merebut kekuasaan maka akan berlangsung pementahan teror.
3. Generalisasi acuan nilai. Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja
disanggah.
4. Generalisasi prinsip universal. Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk
memodelisasikan diri tergantung pada potensi sumber daya alamnya, kualitas
manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya.
Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan untuk dihafalkan melainkan
untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru yang dihadapi. Untuk
meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan dan
pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga
mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.
Tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan belajar
mengajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta
kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan
mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya
berjalan lancar.13
Berdasarkan paparan diatas pengertian generalisasi adalah penalaran yang
membentuk kesimpulan secara umum melalui sesuatu kejadian hal dan
sebagainya.
13
Yulia Siska, Konsep Dasar IPS, (Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca, 2016), hlm. 45-
47.
14
Hubungan Fakta, konsep, dan generalisasi
Fakta merupakan salah satu bahan kajian yang amat penting dalam mata
pelajaran IPS. Dengan kata lain bahwa fakta merupakan salah satu materi yang
dikaji dalam IPS. Dengan fakta-fakta inilah kita dapat menyimpulkan sesuatu atau
beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Fakta merupakan titik awal untuk
membentuk suatu konsep,dari beberapa konsep yang saling berkaitan kita dapat
membentuk suatu generalisasi yang merupakan bahan kajian dalam ilmu
pengetahuan sosial yang harus dipahami. Fakta tersebut yang tampak saling
berkaitan dan membentuk suatu gagasan atau konsep tentang cita-cita. Suatu cita-
cita tidak dapat tercapai tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan. Siapapun
yang ingin menggapai cita-citanya ia harus berjuang dan berkorban dalm bentuk
waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan.
Hubungan antara konsep dan generalisasi dapat dilihat dari pernyataan Savege
dan Amstrong berikut : “ketika angka pengangguran di suatu negara meningkat,
maka kejahatan dan criminal pun meningkat pula”.
Untuk membentuk suatu generalisasi pada taraf awal harus didukung oleh
sejumlah konsep untuk mengungkapkan sebuah generlisasi. Fakta, konsep,dan
generalisasi semua penting bagi manusia. Fakta dapat membedakan contoh-contoh
konsep, dan generalisasi yang lebih spesifik. Karena memilliki keberlakuan yang
lebih luas, maka konsep dan generalisasi lebih bersifat umum bila dibandingkan
dengan fakta.14
Berdasarkan paparan diatas fakta, konsep dan generalisasi tidak dapat
dipisahkan karena diantara fakta, konsep dan generalisasi memiliki hubungan
yang saling berkaitan, Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta,
konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian atau materi utama yang
dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari
ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari
dan dikaji.
14
Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
UI, 1996), hlm. 85.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fakta merupakan suatu informasi atau data yang ada yang pernah terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para ahli ilmu
sosial untuk menjamin kebenarannya.
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan unruk berfikir dan
memecahkan masalah.
Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau
menyeluruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan
secara umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima yang didukung oleh
data dan fakta yang ada
Fakta, konsep dan generalisasi merupakan bahan kajian materi utama yang
dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari
ketiga unsur tersebut akan lahir lah teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu
dipelajari dan dikaji oleh peserta didik di dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kata sempurna, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca,
dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan bersosialisasi di lingkungan
masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni, N. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Penerbit
Alumni.
Gunawan, Rudy. 2016. Pendidikan IPS : Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung:
Penerbit Alfabeta.
17