BIOLOGI LAUT Zz.
BIOLOGI LAUT Zz.
BIOLOGI LAUT Zz.
3. Peranannya di Perairan
Arthropoda, termasuk di dalamnya kepiting, udang, dan serangga air,
memainkan beberapa peranan penting di perairan, antara lain:
Rantai makanan Arthropoda berperan sebagai konsumen dalam rantai
makanan akuatik. Mereka memakan bahan organik mati, fitoplankton,
zooplankton, dan organisme kecil lainnya. Sebaliknya, arthropoda juga
menjadi mangsa bagi ikan, amfibi, burung air, dan predator lainnya.
Transfer energi Sebagai bagian dari rantai makanan, arthropoda
berperan dalam transfer energi dari produsen (tumbuhan air) ke
konsumen tingkat yang lebih tinggi. Mereka mengonsumsi produsen
dan kemudian dimangsa oleh konsumen lainnya.
Daur ulang nutrisi Dengan mengonsumsi bahan organik mati,
arthropoda berperan dalam proses daur ulang nutrisi di perairan.
Kotoran dan sampah dari aktivitas makannya menjadi sumber nutrisi
bagi organisme lain.
Penyedia makanan bagi ikan dan burung Banyak spesies ikan dan
burung air bergantung pada arthropoda seperti udang, kepiting, dan
serangga air sebagai sumber makanan utama mereka.
Penyerbukan Beberapa serangga air seperti kumbang air dan capung
berperan dalam penyerbukan tumbuhan air ketika mereka berpindah
dari satu tanaman ke tanaman lainnya.
Bioindikator Keberadaan dan kelimpahan arthropoda tertentu dapat
digunakan sebagai indikator kualitas air. Misalnya, keberadaan capung
menandakan air yang bersih.
Sumber daya perikanan Beberapa arthropoda seperti udang dan
kepiting merupakan sumber daya perikanan yang bernilai ekonomis
tinggi bagi manusia.
Dengan perannya yang beragam, arthropoda menjadi komponen penting dalam
menjaga keseimbangan dan produktivitas ekosistem perairan. Namun, beberapa
ancaman seperti pencemaran dan eksploitasi berlebihan dapat mengganggu
keberadaan mereka.
4. Gambar Morfologi
Kepiting
Kepiting atau biasa disebut Crustacea adalah kelompok hewan dari filum
Arthropoda yang memiliki morfologi khas. Berikut adalah penjelasan singkat
tentang morfologi kepiting: Tubuh terbagi menjadi dua bagian utama:
Sefalotoraks (kepala dan dada menyatu) Abdomen (perut) Kepala dan
dada menyatu membentuk sefalotoraks yang terdiri dari: Sepasang
antena Sepasang antenula (antena kecil) Sepasang mandibula (rahang)
Dua pasang maksila (rahang tambahan) Tiga pasang maksilipes (kaki-
mulut) Lima pasang kaki jalan (peripoda)
Abdomen terdiri dari beberapa segmen yang membawa insang atau alat
pernapasan dan alat reproduksi.
Tubuh dilapisi oleh eksoskeleton atau kulit luar keras yang terbuat dari
zat kitin.
Memiliki sepasang capit atau capitid pada kaki jalan pertama yang
berfungsi untuk menangkap dan memegang mangsa.
Memiliki sepasang mata majemuk yang tersusun dari banyak
ommatidium (unit penglihatan).
Memiliki sistem peredaran darah terbuka dan jantung memanjang di
sepanjang punggung. Sebagian besar kepiting adalah hewan laut, tetapi
ada juga yang hidup di air tawar atau darat.
Lobster
Lobster memiliki morfologi yang sangat mirip dengan kepiting, karena mereka
berasal dari kelompok hewan yang sama, yaitu Crustacea. Namun, terdapat
beberapa perbedaan morfologi antara lobster dan kepiting, diantaranya:
Tubuh: Seperti kepiting, tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian utama,
yaitu sefalotoraks (kepala dan dada menyatu) dan abdomen (perut).
Antena: Lobster memiliki sepasang antena yang lebih panjang dan
ramping dibandingkan kepiting.
Capit: Lobster hanya memiliki satu pasang capit atau capitid yang besar
dan kuat, terletak pada kaki jalan pertama. Capit ini digunakan untuk
menangkap dan memecah mangsa.
Kaki jalan: Lobster memiliki lima pasang kaki jalan, tetapi pasangan kaki
jalan terakhir lebih kecil dan tidak berfungsi untuk berjalan.
Abdomen: Abdomen lobster lebih panjang dan lebih fleksibel
dibandingkan kepiting. Ini memungkinkan lobster untuk berenang dengan
cara menggerakkan abdomennya ke depan dan ke belakang.
Ekor kipas: Lobster memiliki sepasang struktur menyerupai kipas di ujung
abdomen yang disebut ekor kipas atau telson. Ekor kipas ini membantu
lobster dalam berenang.
Eksoskeleton: Sama seperti kepiting, tubuh lobster juga dilapisi oleh
eksoskeleton atau kulit luar keras yang terbuat dari zat kitin. Habitat:
Sebagian besar lobster hidup di perairan laut, terutama di daerah beriklim
sedang hingga dingin.
Udang
Udang memiliki morfologi yang mirip dengan kepiting dan lobster karena
mereka berasal dari kelompok hewan yang sama, yaitu Crustacea. Berikut adalah
penjelasan morfologi udang:
Tubuh: Tubuh udang terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu
sefalotoraks (kepala dan dada menyatu) dan abdomen (perut).
Kepala: Kepala udang dilengkapi dengan sepasang antena panjang,
sepasang antenula (antena kecil), sepasang mandibula (rahang), dan dua
pasang maksila (rahang tambahan).
Toraks: Pada bagian toraks terdapat tiga pasang maksilipes (kaki-
mulut) dan lima pasang kaki jalan (peripoda). Kaki jalan terakhir pada
udang jantan sering bermodifikasi menjadi alat kopulasi.
Abdomen: Abdomen udang terdiri dari beberapa segmen yang
membawa insang atau alat pernapasan dan alat reproduksi. Pada bagian
ujung abdomen, terdapat ekor kipas (telson) dan sepasang uropod yang
membantu udang dalam berenang.
Eksoskeleton: Tubuh udang dilapisi oleh eksoskeleton atau kulit luar
keras yang terbuat dari zat kitin.
Mata: Udang memiliki sepasang mata majemuk yang tersusun dari
banyak ommatidium (unit penglihatan).
Sistem peredaran darah: Udang memiliki sistem peredaran darah
terbuka dan jantung memanjang di sepanjang punggung.
Habitat: Sebagian besar udang hidup di perairan laut, tetapi ada juga
yang hidup di air tawar atau payau.
MAMALIA LAUT
1. Pengertian
Mamalia laut adalah kelompok mamalia yang hidup di lingkungan laut.
Mereka memiliki adaptasi khusus untuk hidup di air, seperti sirip dan insulasi
tubuh. Contoh mamalia laut termasuk lumba-lumba, paus, anjing laut, dan singa
laut. Mereka memiliki pernapasan paru-paru dan biasanya melahirkan anak,
meskipun ada beberapa pengecualian, seperti paus dan singa laut. Mamalia laut
memiliki peran penting dalam ekosistem laut, termasuk dalam rantai makanan dan
sirkulasi nutrien.
2. Pembagian Kelas
Mamalia laut dapat dibagi menjadi beberapa kelas utama, yaitu:
Kelas Cetacea Mencakup jeda, lumba-lumba, dan hewan menyusui laut
yang berenang menggunakan sirip dada (flipper). Kelas ini terbagi dua
menjadi ordo: Odontoceti (paus bersirip) seperti lumba-lumba, paus
pembunuh. Mysticeti (paus berambut gigi) seperti jeda biru, jeda bongkok,
jeda besar.
Kelas Sirenia Mencakup hewan-hewan herbivora seperti dugong dan
lamentin (manatee). Mereka memiliki bentuk menyerupai gajah dengan
rahang yang lebar dan ekor berkembar.
Kelas Carnivora Mencakup mamalia laut dari ordo Carnivora seperti singa
laut, anjing laut dan beruang kutub. Mereka berasal dari mamalia darat
yang kembali beradaptasi di lingkungan laut.
Kelas Perissodactyla Hanya dianggap oleh satu spesies yaitu gajah laut
(walrus) yang termasuk dalam ordo Perissodactyla. Mirip dengan gajah
darat namun beradaptasi di laut.
Kelas Cetacea dan Sirenia merupakan mamalia laut sejati karena
menghabiskan seluruh hidupnya di laut. Sementara Carnivora dan
Perissodactyla merupakan mamalia semi-akuatik yang masih bergantung
pada daratan.
3. Peranannya di Perairan
Mamalia laut berperan penting dalam ekosistem perairan laut. Beberapa
mamalia laut utama di perairan adalah:
Rantai makanan laut Mamalia laut berperan sebagai konsumen tingkat
atas dalam rantai makanan laut. Mereka memangsa ikan, krustasea,
moluska, dan organisme laut lainnya. Sebaliknya, mereka juga dapat
menjadi mangsa bagi hewan pemangsa yang lebih besar.
Penyebaran nutrien Kotoran dan sisa-sisa makanan mamalia laut dapat
menyebarkan nutrien ke perairan laut. Ini mendukung pertumbuhan
fitoplankton dan produktivitas primer di laut.
Pengaturan populasi mangsa Mamalia laut sebagai pemangsa puncak
berperan mengatur populasi mangsa seperti ikan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem.
Bioindikator lingkungan Kesehatan dan populasi mamalia laut dapat
menjadi indikator kualitas lingkungan laut. Penurunan populasi dapat
mengindikasikan adanya polusi atau kerusakan habitat.
Ekowisata Keberadaan mamalia laut menarik minat wisatawan untuk
kegiatan ekowisata seperti pengamatan paus, lumba-lumba, atau
snorkeling dengan dugong. Ini mendatangkan pendapatan bagi
masyarakat pesisir.
4. Gambar Morfologi
Lumba-lumba
Lumba-lumba memiliki morfologi yang khas sebagai mamalia laut. Berikut
adalah penjelasan tentang morfologi lumba-lumba:
Bentuk tubuh: Lumba-lumba memiliki tubuh yang ramping dan
hidrodinamis, berbentuk seperti torpedo. Ini memungkinkan mereka
untuk berenang dengan cepat di air.
Sirip: Lumba-lumba memiliki sepasang sirip dada (pektoral) yang
berbentuk seperti sayap dan sirip punggung (dorsal) yang membantu
menjaga keseimbangan saat berenang. Mereka tidak memiliki sirip
perut atau ekor seperti ikan.
Sirip ekor (fluke): Sirip ekor lumba-lumba berbentuk mendatar dan
lebar, yang berfungsi sebagai penggerak utama untuk berenang dengan
mengayunkannya ke atas dan ke bawah.
Lubang hidung (blowholes): Lumba-lumba memiliki lubang hidung
atau blowholes di bagian atas kepala yang digunakan untuk bernapas
dan membuang uap air.
Mata: Lumba-lumba memiliki sepasang mata kecil di sisi kepala yang
terletak sedikit ke belakang dari mulut. Mata ini membantu mereka
melihat di dalam air.
Mulut: Lumba-lumba memiliki mulut yang terletak di bagian depan
kepala dan terdapat deretan gigi yang tajam untuk menangkap dan
mengunyah mangsa.
Kulit: Lumba-lumba memiliki kulit yang licin dan halus untuk
mengurangi hambatan saat berenang di dalam air.
Insang: Tidak memiliki insang karena mereka adalah mamalia yang
bernapas dengan paru-paru.
Pernapasan: Lumba-lumba harus naik ke permukaan untuk bernapas
dengan lubang hidungnya (blowholes).
Anjing Laut
Anjing laut (Pinnipedia) adalah kelompok mamalia laut yang terdiri dari singa
laut, singa laut bersumbu, anjing laut, dan anjing laut bersumbu. Berikut adalah
penjelasan morfologi anjing laut:
Tubuh: Anjing laut memiliki tubuh yang ramping dan memanjang,
dengan leher yang hampir tidak terlihat. Tubuh ini membantu mereka
berenang dengan efisien di air.
Kaki: Anjing laut memiliki empat kaki yang telah berubah menjadi
renang atau flipper. Kaki depan lebih besar dan lebar daripada kaki
belakang, dan digunakan untuk mendayung saat berenang.
Ekor: Anjing laut memiliki ekor yang relatif pendek dan tebal, yang
membantu dalam manuver di air.
Rambut: Sebagian besar anjing laut memiliki bulu atau rambut yang
pendek, tebal, dan tahan air. Ini membantu mengatur suhu tubuh
mereka di lingkungan yang dingin.
Hidung: Anjing laut memiliki lubang hidung atau noktah yang dapat
menutup saat berenang, mencegah masuknya air ke saluran pernapasan.
Mata: Mata anjing laut terletak di sisi kepala, yang memungkinkan
mereka melihat dengan baik di udara dan di air.
Telinga: Anjing laut memiliki telinga kecil dengan lubang telinga yang
dapat menutup saat berenang.
Mulut: Anjing laut memiliki mulut dengan gigi tajam yang membantu
mereka menangkap dan mengunyah mangsa.
Sirip: Anjing laut tidak memiliki sirip seperti ikan, melainkan kaki yang
telah beradaptasi menjadi renang atau flipper.
Paus
Paus memiliki morfologi yang khas sebagai mamalia laut berukuran besar.
Berikut adalah penjelasan tentang morfologi paus:
Bentuk tubuh: Paus memiliki tubuh yang besar, gemuk, dan
hidrodinamis untuk berenang di air. Bentuk ini memungkinkan mereka
untuk bergerak dengan efisien di lingkungan perairan.
Kepala: Paus memiliki kepala yang besar, terutama pada jenis paus
baleen. Kepala mereka dilengkapi dengan lubang hidung atau
blowholes di bagian atas untuk bernapas.
Mulut: Paus memiliki mulut yang sangat besar. Paus baleen memiliki
pelat-pelat baleen di mulut mereka untuk menyaring makanan,
sedangkan paus gigi memiliki gigi yang tajam untuk menangkap dan
mengunyah mangsa.
Mata: Paus memiliki sepasang mata kecil yang terletak di sisi kepala.
Mata mereka telah beradaptasi untuk melihat dengan baik di dalam air.
Sirip dada (pektoral): Paus memiliki sepasang sirip dada yang lebar dan
pipih, yang membantu mereka dalam berenang dan manuver di air.
Sirip punggung (dorsal): Sebagian besar paus memiliki sirip punggung
yang membantu menjaga keseimbangan saat berenang.
Sirip ekor (fluke): Paus memiliki sirip ekor yang lebar dan mendatar,
yang berfungsi sebagai penggerak utama untuk berenang dengan
mengayunkannya ke atas dan ke bawah.
Kulit: Paus memiliki kulit yang tebal dan licin untuk mengurangi
hambatan saat berenang di dalam air.
Insang: Tidak memiliki insang karena mereka adalah mamalia yang
bernapas dengan paru-paru.
Pernapasan: Paus harus naik ke permukaan untuk bernapas melalui
lubang hidung atau blowholes mereka.
PISCES (NEKTRON)
1. Pengertian
Nekton laut adalah kelompok organisme air yang mampu berenang dan
bergerak secara aktif di lingkungan perairan laut. Nekton terdiri dari hewan-
hewan yang dapat mengatur pergerakannya sendiri dan tidak hanyut terbawa arus.
Nekton dapat bergerak bebas di kolom perairan laut, baik secara vertikal maupun
horizontal. Mereka memiliki kemampuan renang yang baik dan dapat
mempertahankan posisi serta arah geraknya di dalam air. Nekton berperan penting
dalam rantai makanan dan ekosistem laut.
2. Pembagian Kelas
Nekton laut dapat dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan kemampuan
renang dan mobilitas mereka, yaitu:
Nekton sesungguhnya (Euckinetores) Kelas ini terdiri dari hewan-hewan
yang memiliki kemampuan renang yang sangat baik dan dapat bergerak
secara bebas di dalam air. Contohnya ikan, mamalia laut, reptilia laut, dan
moluska seperti gurita dan cumi-cumi.
Nekton migratori (Nekton migratorius) Kelas ini meliputi hewan-hewan
yang melakukan migrasi jarak jauh secara berkala, seperti ikan tuna, ikan
hiu, paus, dan penyu.
Nekton terbang (Nekton aerius) Kelas ini terdiri dari hewan-hewan yang
dapat terbang di udara namun sebagian siklus hidupnya berada di laut,
seperti burung-burung laut dan serangga air.
Nekton bentik (Nekton benticus) Kelas ini meliputi hewan-hewan yang
hidup di dasar laut atau dekat dasar laut, seperti udang, kepiting, dan
lobster.
Nekton planktonik (Nekton planktonicus) Kelas ini terdiri dari hewan-
hewan kecil yang hidup sebagai plankton ketika masih muda, namun
kemudian menjadi nekton setelah dewasa, seperti larva udang dan larva
ikan.
Pembagian kelas ini didasarkan pada kemampuan renang, pola migrasi, dan
habitat hidup dari berbagai jenis nekton laut.
3. Peran di Perairan
Nekton laut memainkan peran yang sangat penting dalam ekosistem perairan
laut. Beberapa peran utama nekton laut di perairan antara lain:
Rantai makanan Nekton laut berperan sebagai konsumen pada berbagai
tingkat dalam rantai makanan laut. Beberapa nekton berfungsi sebagai
konsumen primer yang memakan plankton dan alga, sementara nekton lain
berperan sebagai konsumen sekunder dan tersier yang memangsa nekton
lain atau hewan laut lainnya.
Siklus nutrisi Nekton berperan dalam siklus nutrisi di laut dengan
membantu mengangkut dan mendistribusikan nutrisi melalui pergerakan
dan migrasi mereka. Kotoran dan bangkai nekton juga menyediakan
nutrisi bagi organisme lain.
Penyebaran spesies Migrasi nekton dapat membantu penyebaran spesies
ke wilayah perairan yang berbeda, menjaga keragaman hayati laut.
Indikator kesehatan ekosistem Keberadaan dan kelimpahan nekton tertentu
dapat digunakan sebagai indikator kesehatan suatu ekosistem laut, karena
mereka sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Sumber daya perikanan Banyak jenis nekton seperti ikan, udang, dan
krustasea lainnya merupakan sumber daya perikanan yang penting bagi
manusia.
Pariwisata Keberadaan nekton seperti mamalia laut (paus, lumba-lumba)
dan ikan besar menarik minat wisatawan untuk kegiatan ekowisata laut.
Dengan demikian, nekton laut memiliki peran ekologis dan ekonomis yang
signifikan dalam menjaga keseimbangan dan produktivitas ekosistem perairan
laut.
4. Gambar Morfologi
a) Pelagis
Ikan Salmon
Ikan salmon memiliki morfologi atau karakteristik fisik yang khas dan
disesuaikan dengan habitat serta gaya hidupnya. Berikut adalah morfologi ikan
salmon: Bentuk Tubuh Ikan salmon memiliki bentuk tubuh yang memanjang,
ramping, dan membulat.
Bentuk tubuh ini membantu mereka berenang dengan efisien saat
bermigrasi jarak jauh.
Sirip Ikan salmon memiliki sepasang sirip dada, sepasang sirip perut,
sepasang sirip punggung, sepasang sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip-
sirip ini membantu dalam pergerakan dan menjaga keseimbangan saat
berenang.
Sisik Ikan salmon memiliki sisik yang kecil dan halus. Sisik ini
membantu melindungi tubuh mereka dari serangan predator dan
meningkatkan hidrodinamika saat berenang.
Mulut ikan salmon berukuran besar dan dilengkapi dengan gigi-gigi
tajam untuk menangkap dan mengunyah mangsa, seperti ikan-ikan
kecil dan krustasea.
Warna ikan salmon bervariasi tergantung spesies dan lingkungan
hidupnya. Secara umum, ikan salmon memiliki warna biru kehijauan
atau biru keabu-abuan di bagian atas tubuh dan warna perak atau putih
di bagian bawah tubuh. Saat musim memijah, warna ikan salmon jantan
akan berubah menjadi lebih cerah dan mencolok.
Insang Ikan salmon memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil
oksigen dari air dan membuang karbondioksida.
Gurat Sisi Ikan salmon memiliki gurat sisi (lateral line) yang
merupakan serangkaian pori-pori kecil di sepanjang sisi tubuh mereka.
Gurat sisi ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan air dan
membantu navigasi saat berenang.
Ubur-ubur
Ubur-ubur memiliki morfologi atau bentuk tubuh yang unik dan berbeda
dengan hewan laut lainnya. Berikut adalah morfologi ubur-ubur:
Umbrella (Payung) Ubur-ubur memiliki tubuh berbentuk cawan atau
payung yang terbuat dari zat gelatin yang disebut mesoglea. Bagian ini
berfungsi sebagai alat untuk berenang.
Tentakel Di bagian bawah payung, ubur-ubur memiliki tentakel
panjang yang berfungsi untuk menangkap mangsa dan pertahanan diri.
Tentakel ini dilengkapi dengan sengat atau nematosis yang
mengandung racun untuk melumpuhkan mangsa.
Mulut ubur-ubur terletak di bagian tengah payung dan mengarah ke
bawah. Mulut ini terhubung dengan rongga gastrovaskuler yang
berfungsi untuk mencerna makanan.
Rongga Gastrovaskuler Rongga gastrovaskuler adalah sistem
pencernaan dan sistem sirkulasi pada ubur-ubur. Rongga ini bercabang
ke seluruh tentakel dan payung untuk mendistribusikan nutrisi ke
seluruh tubuh.
Lapisan Epidermis Ubur-ubur memiliki lapisan epidermis yang terbuat
dari sel-sel epitel dan berfungsi untuk melindungi tubuh dari
lingkungan luar.
Sistem Saraf Sederhana Ubur-ubur memiliki sistem saraf sederhana
yang terdiri dari jaringan saraf difus (tidak terkonsentrasi) di seluruh
tubuh. Sistem ini membantu ubur-ubur untuk merespons rangsangan
lingkungan.
Badan Gelatin Sebagian besar tubuh ubur-ubur terdiri dari mesoglea,
yang merupakan bahan gelatin transparan. Badan gelatin ini
memungkinkan ubur-ubur untuk mengapung dan bergerak di air.
b) Demersal
Ikan Kakap
Ikan kakap memiliki morfologi atau bentuk tubuh yang khas sebagai berikut:
Bentuk Tubuh Ikan kakap memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan
agak membulat. Tubuh bagian depan lebih besar dan meruncing ke arah
ekor.
Mulut ikan kakap besar dan dapat menjorok ke depan. Mulut ini
dilengkapi dengan gigi-gigi tajam untuk menangkap dan mengoyak
mangsanya.
Insang Ikan kakap memiliki empat celah insang di kedua sisi
kepalanya. Insang berfungsi untuk mengambil oksigen dari air.
Sirip Ikan kakap memiliki sepasang sirip dada, sepasang sirip perut,
sepasang sirip punggung, satu sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip
punggung terdiri dari dua bagian, yaitu sirip punggung depan yang
berjari-jari keras dan sirip punggung belakang yang berjari-jari lunak.
Sisik Tubuh ikan kakap ditutupi oleh sisik yang kecil dan halus. Sisik
ini membantu melindungi tubuh dan meningkatkan hidrodinamika saat
berenang.
Warna ikan kakap bervariasi tergantung spesies dan habitatnya.
Umumnya, bagian atas tubuh berwarna merah, coklat, atau kekuningan,
sementara bagian bawah tubuh lebih pucat atau putih keperakan.
Gurat Sisi Ikan kakap memiliki gurat sisi (lateral line) yang merupakan
serangkaian pori-pori di sepanjang sisi tubuhnya. Gurat sisi ini
berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan air dan membantu
navigasi saat berenang.
Gigi Taring Beberapa spesies ikan kakap memiliki sepasang gigi taring
yang lebih besar dan kuat di bagian depan rahang atas dan bawahnya.
Gigi taring ini membantu mereka untuk menangkap dan mengunyah
mangsa yang lebih besar.
Ikan Pari
Ikan pari memiliki morfologi atau bentuk tubuh yang khas dan disesuaikan
dengan habitat hidupnya di dasar laut. Berikut adalah morfologi ikan pari:
Bentuk Tubuh Ikan pari memiliki bentuk tubuh yang pipih dan melebar
seperti cakram atau lonjong. Tubuh bagian atas dan bawah tertekan
secara dorso-ventral.
Mulut dan Gigi Mulut ikan pari terletak di bagian bawah tubuh, di
tengah-tengah cakram. Mulut ini dilengkapi dengan gigi-gigi pipih dan
berbentuk paving untuk mengoyak dan mengunyah mangsa.
Insang Ikan pari memiliki celah insang di sisi tubuhnya, biasanya
berjumlah 5 pasang. Insang berfungsi untuk mengambil oksigen dari
air.
Sirip Ikan pari tidak memiliki sirip punggung dan sirip ekor seperti ikan
bertulang belakang lainnya. Namun, mereka memiliki sepasang sirip
dada yang lebar dan menyatu dengan tubuh, membentuk cakram tubuh
pari.
Mata dan Lubang Hidung Mata dan lubang hidung (spirakel) ikan pari
terletak di bagian atas tubuh. Spirakel berfungsi untuk mengambil air
ke dalam insang saat mulut tertutup.
Ekor Ikan pari memiliki ekor yang berbeda-beda tergantung spesiesnya.
Beberapa memiliki ekor panjang dengan duri atau sengat beracun pada
pangkalnya.
Kulit ikan pari kasar dan ditutupi oleh sisik gigi berupa duri-duri kecil
yang disebut denticles. Denticles ini membantu melindungi tubuh pari
dari predator dan meningkatkan hidrodinamika saat berenang.
Warna ikan pari bervariasi, mulai dari coklat, abu-abu, hijau, hingga
kuning cerah. Warna ini membantu pari untuk bersembunyi dari
predator dengan berbaur dengan warna dasar perairan.