Bab Iii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Informasi Akuntansi


Informasi akuntansi dan keuangan sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak
khususnya untuk manajemen, sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Selain
pihak manajemen informasi keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak luar
perusahaan seperti : calon investor, kreditur, kantor pajak, dan masyarakat umum
untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang baik (informative, akurat dan
cepat) maka diperlukan sistem yang mampu mengolah data akuntansi menjadi
sebuah laporan keuangan. Dasar dari sistem informasi akuntansi bersal dari
rangkain sistem yang terintegrai dengan sofware dan akuntansi sehingga
membentuk rangakian dalam suatu program atau software, untuk lebih jelas dan
detail, mari kita perhatikan urain dan pengetiannya dibawah ini.
3.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Bagi suatu organisasi, produktivitas merupakan suatu hal yang penting
dalam meningkatkan daya saing. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan adanya
sistem informasi yang baik. Wibowo (2023:84) menyatakan bahwa, “sistem
informasi akuntansi (SIA) adalah sistem informasi berbasis komputerisasi yang
mengolah data keuangan yang berhubungan dengan data transaksi dalam siklus
akuntansi dan menyajikannya dalam bentuk laporan keuangan kepada manajemen
perusahaan”.
Marina et al. (2018:32) berpendapat bahwa:
Sistem informasi akuntansi merupakan jaringan dari seluruh prosedur,
formular-formulir, catatan-catatan, dan alat-alat yang digunakan untuk
mengolah data keuangan menjadi suatu bentuk laporan yang akan
digunakan mengolah data keuangan menjadi suatu bentuk laporan yang
akan akan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengendalikan
kegiatan usahanya dan selanjutnya digunakan sebagai alat pengambilan
keputusan manajemen.
Sedangkan Susanto (2017:72) berpendapat bahwa “Sistem informasi akuntansi
adalah kumpulan (integrasi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun
nonfisik yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara
harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan

30
31

menjadi informasi keuangan”.


Berdasarkan pengertian sistem informasi akuntansi, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu kumpulan dari
subsistem baik fisik maupun nonfisik yang telah melalui proses identifikasi untuk
menghasilkan informasi yang berkaitan dengan data akuntansi. Sistem informasi
juga berbasis komputerisasi yang mengolah data keuangan yang berhubungan
dengan data transaksi dalam siklus akuntansi dan menyajikannya dalam bentuk
laporan keuangan kepada manajemen perusahaan.
3.1.2 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Mardia et al. (2021:23) fungsi dari SIA adalah:
1. Mengontrol keadaan keuangan perusahaan agar tidak menimbulkan
kecurangan yang dilakukan pihak-pihak tertentu. Dalam hal ini SIA dapat
melindungi aset perusahaan dan mengurangi efek penyelewengan aset
yang dapat dilakukan semua pihak.
2. Melaksanakan pencatatan data transaksi secara tepat pada jurnal. Proses
pencatatan bertujuan agar pihak yang memerlukan bisa dengan mudah
memeriksa transaksi. Jika terdapat kesalahan, maka dapat diperbaiki
dengan mudah dan bisa diperoleh hal-hal yang menjadi penyebabnya
secara cepat.
3. Memperoleh data yang diperlukan yang bersumber dari bermacam
dokumen, terlebih lagi bila terdapat hubungan dengan aktivitas bisnis.
Data yang disimpan dapat secara mudah diambil, karena SIA telah
merekam setiap detail data.
4. Mengelola beragam data kegiatan bisnis perusahaan dan membenahinya
dengan efektif efisien. SIA dapat juga menuliskan sumber daya-sumber
daya yang mempunyai dampak terhadap usaha dan semua pihak terkait.
Fungsi tersebut dapat memaksimalkan catatan perusahaan hingga tidak ada
informasi yang terlewatkan.

Sedangkan Susanto (2017:8-10) menyatakan bahwa fungsi sistem informasi


akuntansi terbagi sebagai berikut:
1. Mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari bisnis perusahaan agar dapat
tetap eksis yang suatu perusahaan tersebut harus terus beroperasi dengan
melakukan sejumlah aktivitas peristiwanya disebut sebagai transaksi
seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses produksi dan
penjualan.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan Tujuan yang sama pentingnya
dari SIA adalah untuk memberi informasi yang diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat dalam kaitannya dengan
perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi yang tidak
32

dapat diperoleh dari SIA tapi diperlukan dalam proses pengambilan


keputusan biasanya berupa informasi kuantitatif yang tidak bersifat uang
dan data kualitatif. Informasi ini dapat diperoleh bila perusahaan
menerapkan sistem informasi manajemen (SIM), karena SIM merupakan
sistem informasi perusahaan keseluruhan sedangkan SIA merupakan
bagian terbesar dari SIM tersebut dan informasi akuntansi yang
dihasilkannya bersifat detail.
3. Membantu pengelola perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya
kepada pihak eksternal Setiap perusahaan harus memenuhi tanggung
jawab hukum. Salah satu tanggung jawab penting adalah keharusannya
memberi informasi kepada pemakai yang berada diluar perusahaan atau
stakeholder yang meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham,
kreditor, investor besar, serikat kerja, analis keuangan, asosiasi industri,
atau bahkan publik secara umum.

Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi sistem informasi akuntansi di


atas, maka dapat diketahui bahwa fungsi sistem informasi akuntansi terdiri dari
tiga fungsi yakni untuk mendukung aktivitas perusahaan sehari-hari, mendukung
proses pengambilan keputusan, dan membantu pengelola perusahaan dalam
memenuhi tanggung jawabnya kepala pihak eksternal. Yang pastinya mendukung
aktivitas perusahaan sehari-hari bisnis perusahaan agar dapat tetap eksis.
3.1.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Berikut adalah tujuan dari sistem informasi akuntansi menurut Yoraeni et
al. (2023:179):
1. Mendukung proses pengambilan keputusan oleh pengambil keputusan
internal.
2. Memenuhi kewajiban terkait dengan pertanggung jawaban perusahaan.
Misalnya membayar pajak ke kas negara, menyusun laporan keuangan.
Susanto (2017:8) mengungkapkan bahwa:
Tujuan utama membangun sistem informasi akuntansi adalah sistem
informasi akuntansi dibangun dengan tujuan utama yaitu untuk mengolah
data akuntansi yang berasal dari berbagai sumber menjadi informasi
akuntanso yang diperlukan oleh berbagai macam pemakai untuk
mengurangi risiko saat mengambil keputusan. Tujuan sistem merupakan
target atau sasaran akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem. Sistem ada
karna tujuan. Sistem dibangun agar tujuan tercapai tidak menyimpang
sehingga risiko kegagalan bisa diminimalkan.
33

Tujuan sistem informasi akuntansi tersebut dapat dicapai secara efektif dan
efesien dengan mengetahui terlebi dahulu ciri-ciri atau kriteria yang ada. Agar
sistem dapat dibangun dan dibangun dan menuntun dengan jelas dan tegas setiap
aktivitas menuju tujuan yang telah ditetapkan dengan ciri-ciri atau kriteria yang
ada sebelumnya.
Sedangkan Krismiaji (2014:16) berpendapat bahwa tujuan umum
pengembangan sistem informasi akuntansi sebagi berikut:
1. Mengumpulkan dan memproses data tentang kegiatan kegiatan informasi
bisnis dengan efesien dan efektif.
2. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat sebagai pengambilan
keputusan.
3. Dilakukan pemeriksaan yang rutin untuk memastikan data apakah
transaksi bisnis tersebut telah ditulis dan diolah dengan benar, serta untuk
mengamankan data tersebut dan aktiva milik perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, dasar dari sistem informasi akuntansi berasal


dari rangkaian sistem yang terintegrasi dengan software dan akuntansi sehingga
membentuk rangkaian dalam suatu program atau software. Tujuan sistem
akuntansi tersebut dapat dicapai secara efektif dan efesien dengan mengetahui
terlebih dahulu ciri-ciri atau kriteria yang ada agar sistem dapat dibangun dan
menuntun dengan jelas dan tegas setiap aktivitas menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Sistem akuntansi juga dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dalam
menyediakan dan memperbaiki informasi, serta untuk memperbaiki pengendalian
informasi dan mengurangi biaya klerikal.
3.1.4 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Susanto (2017:58) berpendapat bahwa komponen-komponen sistem
informasi akuntansi terdiri dari:
1. Hardware
Hardware merupakan peralatan fisik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan, dan
mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk informasi. Bagian-
bagian hardware terdiri atas:
a. Bagian Input (Input Device)
Peralatan input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk
memasukkan data ke dalam komputer. Ada beberapa peralatan yang
dapat digunakan untuk memasukkan data, seperti untuk memasukkan
data berbentuk teks (ASCII) atau berbentuk gambar (image), suara,
34

video (gambar bergerak dan bersuara) dan penunjuk (pointer). Alat-alat


ini umumnya baru bisa bekerja kalau ada driver (hardware dan
software) yang bentuknya terpisah atau built in dalam motherboard.
b. Bagian Pengolah Utama dan Memori CPU (Central Processing Unit)
CPU sesungguhnya ada di dalam rumah, dan di dalam rumah tersebut
tidak hanya ada CPU akan tetapi juga ada komponen-komponen lainnya
seperti:
1. Processor (CPU sesungguhnya).
2. Memory.
3. Motherboard.
4. Hardisk.
5. Floppy Disk.
6. CD ROM.
7. Expansion Slots.
8. Devices Controller (Multi I/O, VGA Card, Sound Card).
9. Komponen lainnya (fan, baterai, conector, dan lain-lain).
10. Power Supply
c. Bagian Output (Output Device)
Peralatan outuput merupakan peralatan-prralatan yang digunakan untuk
mengeluarkan informasi hasil pengolahan data. Ada beberapa macam
peralatan output yang biasa digunakan seperti printer, layar monitor,
head mount display (HMD), LCD, speaker, dan lain- lain.
d. Bagian Komunikasi
Peralatan komunikasi adalah peralatan-peralatan yang harus digunakan
agar komunikasi data bisa berjalan dengan baik. Ada banyak jenis
peralatan komunikasi, beberapa di antaranya adalah network card untuk
LAN dan Wireless LAN, HOB/Switching dan access point wireless
LAN, fiber optik, router, dan range extender, modern (internal,
eksternal, PCMIA) dan wireless cardbus adapter, pemancar dan
penerima, very small aperture satelit (VSAT) dan satelit.
2. Software
Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan untuk
menjalankan aplikasi tertentu pada komputer, sedangkan program
merupakan kumpulan dari perintah-perintah komputer yang tersusun
secara sistematis. Jenis-jenis software terdiri dari:
a. Operating System (Sistem Operasi)
Operating system (sistem operasi) berfungsi untuk mengendalikan
hubungan antara komponen-komponen yang terpasang dalam suatu
sistem komputer misalnya antara keyboard dengan CPU, dengan layar
monitor dan lain-lain. Contohnya microsoft windows, windows xp, dan
lain-lain.
b. Interpreter dan Compiller
1. Interpreter
Interpreter merupakan software yang berfungsi sebagai penterjemah
bahasa yang dimengerti oleh manusia kedalam bahasa yang
dimengeri oleh komputer (bahasa mesin) perintah per perintah. Di
35

masyarakat, interpreter inilebih dikenal sebagai bahasa. Contohnya


microsoft access, oracle, vixual fox pro, dan lain-lain.
2. Compiller
Compiller berfungsi untuk meterjemahkan bahasa yang dipahami
oleh manusia kedalam bahasa yang dipahami oleh komputer secara
langsung satu file.
c. Perangkat Lunak
Aplikasi perangkat lunak aplikasi atau sering juga disebut sebagai paket
aplikasi merupakan software jadi yang siap digunakan.
3. Brainware
Brainware atau sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian terpenting
dari komponen sistem informasi (SI) dalam dunia bisnis yang dikenal
sebagai sistem informasi akuntansi. Komponen SDM ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan komponen-komponenlainnya dalam
suatu SI sebagai hasil perencanaan, analisis, perancangan, dan strategi
implementasi yang didasarkan pada komunikasi diantara sumber daya
manusia yang terlibat dalam suatu organisasi. Keterlibatan sumber daya
manusia (SDM) sebagai pemantau, pengoperasi, dan pengguna SI atau
SIA telah memberikan dampak kepada manajemen serta ikut menentukan
tingkat kesuksesan suatu organisasi perusahaan. SDM sistem informasi
akuntansi terdiri dari:
a. Manajer Sistem Informasi (Manajemen/Akuntansi)
Supervisor manajer dan eksekutif menggunakan SIA sebagai sumber
penghasil informasi dalam proses pengambilan keputusan. Manajer
SIA/SIM juga memimpin penerapan dengan memberikan jaminan
bahwa SIA yang digunakan sesuai dengan kebutuhan manajemen dalam
mengelola perusahaan.
b. Analis Sistem
Menganalisis SIA yang beroperasi saat ini, mengidentifikasi
kekurangaannya, merancang dan memelihara/merevisi SIA.
c. Ahli Komunikasi
Menganalisis komunikasi dalam SIA, mengidentifikasi kekurangannya,
merancang atau merevisi komunikasi dalam SIA kemudian
menerapkannya.
d. Administrator Database
Sebagai pengguna SIA dengan tugas menganalisis database SIA,
mengidentifikasi kekurangannya, merancang atau merevisi dan
menerapkannya.
e. Programmer
Membuat atau menyempurnakan program komputer yang digunakan
saat ini.
f. Operator
Sekretaris, klerk dan pelayan sebagai pengguna dengan tugas
memasukkan data transaksi dan lainnya kedalam SIA dan membuat
laporan.
g. Pustakawan
36

Menyimpan data-data yang berkaitan dengan software dokumen SIA,


dan transaksi perusahaan lainnya.
4. Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian akktivitas atau kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki
suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Jika
prosedur telah diterima oleh pemakai sistem informasi maka prosedur akan
menjadi pedoman bagaimana fungsi sistem informasi terseut harus
dioperasikan. Dengan adanya prosedur yang memadai maka
pengendaliann dapat dilakukan dengan baik. Aktivitas pada dasarnya
melakukan suatu kegiatan berdasrkan informasi yang masuk dan persepsi
yang dimiliki tentang informasi tersebut, karna itu aktivitas merupakan
fungsi dari sistem informasi. Di perusahaan terdapat dua macam aktivitas
seperti aktivitas bisnis dan aktivitas sistem informasi, yakni:
a. Aktivitas bisnis, merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari untuk
mendukung tujuan organisasi.
b. Aktivitas sistem informasi, merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mendukung jalannya bisnis perusahaan agar bisa
berjalan lebih baik.
5. Database
Database merupakan kumpulan data-data akurat, relevan, tepat waktu dan
lengkap sesuai dengan kebutuhan kebutuhan pemakai, yang tersimpan
didalam media penyimpanan di sutau perusahaan atau di dalam
perusahaan. Database yang dibangun harus dihitung perkiraan volumenya
untuk dapat menentukan kapasitas hardisk yang dibutuhkan dan tipe
prosedur yang cocok untuk menangani data sejumlah yang diperlukan.
Database yang digunakan harus sesuai atau ditunjang oleh prosedur yang
cocok. Sistem database merupakan sistem pencatatan dengan
menggunakan komputer yang memiliki tujuan untuk memelihara informasi
agar selalu siap pada saat diperlukan. Macam-macam database yang terdiri
dari:
a. Media dan sistem penyimpanan data media dan sistem penyimpanan
data terdiri dari dua, yaitu:
1. Media penyimpanan untuk menyimpan data secara berurutan
(sequential). Melalui media ini record-record data akan dibaca
dengan cara yang sama dengan saat penyimpanan. Sebagai contoh
adalah pita magnetik (magnetic tape).
2. Media penyimpanan secara langsung (direct) atau acak (random)
yang memungkinkan pemakai (user) untuk membaca data dalam
urutan yang diperlukan tanpa harus memperhatikan bagaimana
penyusunannya secara fisik dari media penyimpnanan data tersebut.
Sebagai contoh adalah magnetic disk seperti floppy disk, hardisk,
compact disk (CD), dan teknologi paling baru adalag digital video
disk (DVD). Salah satu keuntungan digunakannya magnetic disk
adalah data-data dalam magnetic disk dapat disimpan baik secara
berurutan (sequential) maupun secara langsung (direct access).
37

b. Sistem Pengolahan
Terdapat dua cara sistem pengolahan data yaitu:
1. Pengolahan data secara batch (mengumpulkan terlebih dahulu)
2. Pengolahan secara online.
c. Organisasi Database
1. Organisasi Data pada Databse Tradisional
Organisasi data pada database tradisional memilki tujuan agar
sistem infromasi yang efektif memberikan, kepada para pemakai
sistem informasi, informasi yang akurat, relevan tepat waktu dan
lengap. Informasi ini merupakan hasil pengolahan data yang
disimpan dalam file-file komputer. Adapaun masalah dalam
organisasi data tradisional:
a. Data lengkap dan tidak konsisten.
b. Kesulitan dlaam megakses data.
c. Data terisolasi.
d. Data sulit diakses secara bersamaan.
e. Masalah keamanan data.
f. Masalahh interitas.
2. Organisasi Database Modern
Sistem database modern memberikan banyak keuntungan bagi
sistem informasi akuntansi.
3. Model Relasi (Relational Data Model)
4. Model-model data secara umum model data terbagi dalam beberapa
model yaitu:
1) Model Hirarki (Hierarchiall Data Model)
Model data yang menggambarkan hubungan antara data
berdasarkan kepada tingkatannya.
2) Model Network (Network Data Model)
Model data yang menggambarkan hubungan antar data
berdasarkan kepentingannya.
3) Model Relasi (Relational Data Model)
Model data yang disusun berdasakan kepada hubungan antar dua
aentittas (entry).
6. Teknologi Jaringan Komunikasi
Komponen-komponen yang digunakan dalam jaringan komunikasi data
satu sama lain harus berintegrasi secara harmonis atau bersinergi
membentuk jaringan komunikasi data dalam sistem informasi akuntansi.
Komponen jaringan komunikasi data yang harus bersinergi misal antara
hubungan yang digunakan, saluran komunikasi dan Network Card (LAN
card). Teknologi yang digunakan dalam jaringan komunikasi harus sesuai
dengan hardware yang digunakan. Komponen-komponen dan fungsi dari
sistem telekomunikasi terdiri dari:
a. Fungsisistem telekomunikasi.
b. Pemroses komunikasi.
c. Software komunikasi.
38

Sedangkan Rommey & Steinbart (2016:18) mengatakan bahwa terdapat


enam komponen dari SIA antara lain:
1. Orang yang menggunakan sistem.
2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,
dan menyimpan data.
3. Data mengenaii organisasi dan aktivitas bisnisnya.
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data.
5. Infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat periferal,
dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam Sistem
Informasi Akuntansi.
6. Pengendalian intern dan pengukuran keamanan yang menyimpan data
Sistemm Informasi Akuntansi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkann bahwa komponen


sistem informasi akuntansi terdiri dari perangkat lunak (hardware), perangkat
lunak (software), pusat data (database), orang-orang (brainware), prosedur
(procedur), dan jaringan (network). Dengan saling keterkaitannya semua
komponen tersebut, maka berjalanlah suatu sistem.

3.2 Sistem Akuntansi Persediaan


Sistem akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat mutasi setiap jenis
persediaan yang disimpan. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem penjualan,
sistem retur penjualan, sistem pembelian, dan sistem retur pembelian.
3.2.1 Pengertian Persediaan
Dalam PSAK no.14, persediaan didefinisikan sebagai :
1. Aktiva tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2. Aktiva dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
3. Aktiva dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Pada dasarnya, baik itu perusahaan besar, menengah maupun perusahaan
kecil di dalam segala sektor memerlukan persediaan. Persediaan berperan penting
bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah
persediaan yang dimilikinya, karena jumlah persediaan dapat mempengaruhi
biaya yang akan dikeluarkan. Restuningsih et al. (2020:24) menyatakan bahwa
“persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses produksi”. Weygandt et al.
39

(2018:402) menyatakan bahwa, "persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki


perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan
digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual".
Sedangkan Warren (2017:343) berpendapat bahwa, "persediaan adalah barang
dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan
dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu".
Dapat disimpulkan dengan dasar pengertian di atas bahwa persediaan
merupakan suatu aktiva yang ditujukan untuk dijual, kemudian diproses lebih
lanjut untuk menjadi barang jadi dan kemudian dijual kembali sebagai kegiatan
utama perusahaan.
3.2.2 Jenis-jenis Persediaan
Menurut Tomasowa (2023:42) jenis persediaan sangat terkait dengan jenis
usahanya. Bila dilihat dari jenis usahanya maka jenis persediaan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan Dagang
1. Persediaan barang dagangan (Inventory)
Barang jadi yang siap untuk dijual tanpa harus melakukan pengolahan
lebih lanjut. Biasanya diperoleh dari perusahaan manufaktur.
2. Persediaan Perlengkapan (Supplies)
Barang-barang yang dimiliki perusahaan yang bersifat habis pakai
ataupun bisa dipakai berulang-ulang yang bentuknya relatif kecil dan
pada umumnya bertujuan untuk melengkapi kebutuhan bisnis perusahaan
(contohnya alat tulis kantor seperti kertas, tinta printer, dan buku nota).
3. Persediaan konsinyasi (Consigment-Out)
Barang titipan dari pemilik barang untuk dijualkan dengan memberikan
komisi tertentu sesuai perjanjian.
b. Perusahaan Manufaktur
1. Bahan Baku/ mentah (Raw/Direct Material)
Bahan baku adalah bahan utama yang dibutuhkan oleh sebuah
perusahaan manufaktur dalam melakukan proses produksi untuk menjadi
sebuah barang konsumsi yang siap untuk dilakukan penjualan kembali.
2. Bahan Penolong/ pelengkap (Indirect Material)
Bahan baku yang memiliki peran dalam proses produksi tapi tidak
langsung terlihat pada barang jadi yang dibuat.
3. Barang Dalam Proses (Work in Process)
Barang dalam pengolahan yang masih memerlukan tambahan pekerjaan
untuk menyelesaikan produk tersebut sehingga akan timbul biaya-biaya
lainnya seperti biaya tenaga kerja, dan sebagainya
4. Produk Jadi (Final Product)
40

Barang yang telah melalui berbagai macam proses produksi dan pada
akhirnya siap untuk dilakukan penjualan ke pasar.
5. Perlengkapan (Supplies)
c. Perusahaan Jasa
1. Persediaan Perlengkapan (Supplies)

Sedangkan, Munawir (2014:16) berpendapat bahwa jenis persediaan terbagi


menjadi:
1. Perusahaan Perdagangan
Persediaan untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan
persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual.
2. Perusahaan Manufaktur (Manufacturing)
Untuk perusahaan manufacturing (yang memproduksi barang) maka
persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, persediaan
dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Berdasarkan penjelasan di atas, jenis persediaan dikelompokkan berdasarkan


jenis perusahaannya. Pada perusahaan dagang, jenis persediaannya adalah persediaan
barang dagangan, persediaan perlengkapan dan persediaan konsinyasi. Pada
perusahaan manufaktur, jenis persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, ,
persediaan produk jadi, persediaan bahan penolong, persediaan perlengkapan pabrik,
dan persediaan suku cadang.
3.2.3 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Rudianto (2009:236), terdapat dua metode yang dipakai untuk
menghitung dan mencatat persediaan yaitu metode fisik dan metode perpetual.
1. Metode Fisik (Physical inventory method)
Metode fisik disebut juga metode periodik adalah metode pengelolaan
persediaan, dimana arus keluar masuknya barang tidak dicatat secara rinci
sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus
melakukan penghitungan barang secara fisik (stock opname) di gudang.
Metode fisik mengharuskan penghitungan barang yang ada (tersisa) pada akhir
periode akuntansi, yaitu saat penyusunan laporan keuangan. Untuk menentukan
harga beli sebagai dasar menentukan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan
pada suatu periode terdapat beberapa metode, yaitu: (a) FIFO (First In First
Out); (b) LIFO (Last In First Out); (c) Avarage (rata- rata).
a. FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diprediksi) lebih dahulu
akan dikeluarkan (dijual) lebih dahulu. Sehingga tersisa pada akhir periode
adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
b. LIFO (Last In First Out)
41

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi) paling akhir akan
dikeluarkan/dijual paling awal. Sehingga barang yang tersisa pada akhir
periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal
periode.
c. Avarage (rata-rata). Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual
maupun barang yang tersisa, dinilai berdasarkan harga rata-rata. Sehingga
barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang memiliki nilai
rata-rata.
2. Metode Buku (Perpectual inventory method)
Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri
yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu
bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Setiap
perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening
persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan
melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Penggunaan metode buku
akan memudahkan penyusunan neraca dan laporan rugi laba, karena tidak perlu
lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir.
a. FIFO (First In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diprediksi) lebih dahulu
akan dikeluarkan (dijual) lebih dahulu. Sehingga tersisa pada akhir periode
adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.
b. LIFO (Last In First Out)
Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi) paling akhir akan
dikeluarkan/dijual paling awal. Sehingga barang yang tersisa pada akhir
periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal
periode.
c. Moving Avarage (rata-rata bergerak)
Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual maupun barang yang
tersisa, dinilai berdasarkan harga rata-rata bergerak. Sehingga barang yang
tersisa pada akhir periode adalah barang yang dimiliki nilai rata-rata.

Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa ada dua metode pencatatan
persediaan, diantaranya metode fisik (Physical inventory method) atau sering juga
disebut dengan metode fiskal serta Metode Buku (Perpectual inventory method) atau
sering diebut juga dengan metode perfektual. Dengan beberapa sub metode yaitu FIFO,
LIFO dan juga Rata-rata.
3.2.4 Sistem Perhitungan Fisik Persediaan
Menurut Mulyadi (2016:483) “sistem akuntansi persediaan dengan metode
mutasi persediaan (perpetual inventory method), di bagian kartu persediaan
diselenggarakan catatan akuntansi berupa kartu persediaan (inventory ledger) yang
digunakan untuk mencatat mutasi setiap jenis persediaan yang disimpan di bagian
42

gudang”. Bagian kartu persediaan bertanggung jawab atas terselenggaranya catatan


akuntasi yang dapat diandalkan (reliable) mengenai persediaan yang disimpan di
bagian gudang.
Mulyadi (2016:483) menyatakan bahwa:
Sistem penghitungan fisik persediaan pada umumnya digunakan oleh
perusahaan untuk menghitung fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang
hasilnya akan digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang
mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan pertanggung jawaban
mengenai keandalan catatan persediaan, untuk melakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap catatan persediaan di bagian kartu persediaan.
Sistem perhitungan fisik persediaan merupakan salah satu unsur pengendalian internal
yang melekat terhadap persediaan.
Menurut Mulyadi (2016:483) “dokumen yang digunakan untuk merekam,
meringkas dan membukukan hasil penghitungan isik persediaan adalah kartu
penghitungan fisik, daftar hasil penghitungan fisik dan Bukti memorial”. Catatan
akuntasi yang digunakan yaitu kartu persediaan, kartu gudang dan Jurnal umum.
Menurut Mulyadi (2016:487) “fungsi yang terkait dibentuk untuk
melaksanakan penghitungan fisik persediaan bersifat sementara, biasanya berbentuk
panitia, komite atau Tim yang anggotanya dipilih dari karyawan yang tidak
menyelenggarakan catatan akuntansi persediaan dan tidak melaksanakan fungsi
gudang”. Panitia penghitungan fisik persediaan terdiri dari pemegang kartu
penghitungan fisik, penghitung dan pengecek.
Dengan demikian fungsi yang terkait dalam sistem penghitungan fisik
persediaan adalah :
1. Panitia penghitungan fisik persediaan
Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan perhitungan fisik persediaan dan
menyerahkan hasil perhitungan tersebut kepada bagian kartu persediaan untuk
digunakan sebagai dasar penyesuaian terhadap catatan persediaan dalam kartu
persediaan. Pemegang kartu perhitungan fisik persediaan bertugas untuk
menyimpan dan mendistribusikan kartu perhitungan fisik kepada para
penghitung, melakukan pembandingan hasil perhitungan fisik persediaan yang
telah dilaksanakan oleh penghitung dengan pengecek, dan mencatat hasil
perhitungan fisik persediaan dalam daftar hasil perhitungan fisik.
2. Fungsi akuntansi
Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, fungsi ini bertanggungjawab untuk
a. Mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung kedalam
daftar hasil perhitungan fisik.
43

b. Mengkalikan kuantitas dengan harga pokok persatuan yang tercantum


dalam daftar hasil perhitungan fisik.
c. Mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil perhitungan fisik.
d. Melakukan penyesuaian terhadap kartu persediaan berdasar data hasil
perhitungan fisik persediaan.
e. Membuat bukti memorial untuk mencatat penyesuaian data persediaan
dalam jurnal umum berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.
3. Fungsi gudang
Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, fungsi gudang bertanggung jawab
untuk melakukan penyesuaian data kuantitas persediaan yang dicatat dalam
kartu gudang berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penghitungan


fisik persediaan pada umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung fisik
persediaan yang disimpan di gudang dan dengan fungsi yang terkait yaitu panitia
perhitungan fisik persediaan, fungsi akuntansi, dan juga fungsi gudang. Kemudian
hasilnya akan digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang mengenai
pelaksanaan fungsi penyimpanan dan pertanggung jawaban mengenai keandalan
catatan persediaan, untuk melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap catatan
persediaan di bagian kartu persediaan.

3.2 Prosedur
Suatu prosedur memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan
karena mendukung terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Hal ini
diperlukan untuk mempermudah pihak-pihak yang ingin berkenaan dengan
informasi dari suatu perusahaan, karena suatu perusahaan harus menyusun
prosedur dengan teratur dan benar sehingga jalanan dari suatu sistem
menghasilkan informasi yang jelas dan berjalan sebagaimana mestinya.
Wibowo (2023:84) menyatakan bahwa, “prosedur adalah langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam melakukan transaksi atau kegiatan perusahaan”.
Sedangkan, Susanto (2017:264) menjelaskan bahwa, “prosedur merupakan
rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
cara yang sama”
Berdasarkan urutan pengertian mengenai prosedur di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur merupakan suatu urutan klerikal atau rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan melibatkan beberapa orang di
44

dalamnya. Atau disebut juga dengan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan transaksi atau kegiatan perusahaan.

3.3 Hubungan Suatu Sistem dengan Prosedur


Suatu prosedur tidak dapat terlepas dengan suatu sistem, karena jika suatu
prosedur berjalan dengan baik maka akan membuat sistem tersebut menjadi baik
pula, begitupun sebaliknya. Dalam suatu perusahaan, baik perusahaan jasa,
dagang, maupun manufaktur pasti memerlukan bentuk sistem yang dirancang
sedemikian rupa. Hal ini diperlukan untuk menangani sesuatu secara berulang-
ulang dalam frekueni yang berbeda atau secara rutin yang terjadi di lingkungan
organisasi atau perusahaan dalam menjalankan aktivitas secara sistematis dan
berdasarkan urutan kerja yang teratur dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, yakni agar mempermudah dilakukan pengendalian
serta untuk memberikan hasil yang sama bagi setiap aktivitas yang dilakukannya.
Sistem yang telah ditetapkan tersebut diharapkan dapat membantu dalam
menganalisa suatu masalah yang timbul, karena suatu masalah biasanya terjadi
akibat suatu sistem yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan
urutan kegiatan klerikal. Hal ini juga mengartikan bahwa, prosedur akan menjadi
pedoman bagi suatu organisasi dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus
dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang
memadai maka dapat dilakukan pengendalian terhadap aktivitas perusahaan. Pada
saat suatu prosedur telah ditetapkan untuk diterapkan maka barang siapa yang
tidak melakukannya dapat dianggap sebagai pelanggaran.

3.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Persediaan


PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
akan selalu berhubungan dengan manajemen logistik. Dalam rangka mendukung
kegiatan penerimaan dan pengeluaran persediaan, PT PLN Indonesia Power
UPDK Keramasan telah menggunakan aplikasi IP-ProInventory sejak tahun 2023.
Dalam mencatat penerimaan dan pengeluaran persediaan, PT PLN Indonesia
45

Power UPDK Keramasan memiliki standar operasional prosedur (SOP). Berikut


SOP prosedur penerimaan persediaan menurut pertauran Sistem Manajemen
Terpadu ISO 9001: 2008, ISO 14001: 2004 & SMK3 Pp No. 50 Tahun 2012, No.
SOP-SKRM-209 yang diterapkan oleh PT PLN Indonesia Power UPDK
Keramasan:
1. Ada kebutuhan material baik yang bersumber dari RKAP (Tactical)
maupun Corrective (Non Tactical).
2. Stock persediaan gudang diinfokan setiap awal bulan oleh Bagian Logistik
kepada semua User. Namun setiap ada kebutuhan material, akan selalu
dilakukan pengecekan stock gudang untuk meminimalisir terjadinya
pembelian berlebih atau kurang.
3. Bila material tidak tersedia, dilakukan pembuatan Form Permintaan
Material (TUG 5).
4. Kemudian Form Permintaan Material (TUG 5) di evaluasi oleh Manager
Bagian User.
5. Apabila hasil evaluasi dinyatakan lanjut, maka dilakukan pengecekan
katalog SAP oleh Inventory Control.
6. Apabila nomor katalog SAP sudah ada, dokumen diteruskan ke Manager
Bagian User untuk dilakukan perencanaan pengadaan material. Namun
jika katalog SAP belum ada maka dilakukan pendaftaran katalog SAP
terlebih dahulu.
7. Kemudian dilakukan verifikasi anggaran oleh Supervisor Keuangan &
Manager Bagian KSA untuk mengecek ada atau tidaknya anggaran untuk
pekerjaan tersebut. Bila anggaran tidak ada, dokumen dikembalikan ke
Manager Bagian User agar dapat ditindaklanjuti (realokasi penetapan
PRK/usulan revisi RKAP).
8. Apabila ada anggaran, Manager UPDK menerbitkan Nota Dinas
Pengadaan.
9. Dengan dasar Nota Dinas Pengadaan, pejabat pengadaan melakukan
proses pengadaan sampai dengan terbit kontrak.
10. Setelah kontrak terbit, Manager UPDK melakukan approval. Apabila
46

masih terdapat hal yang tidak sesuai maka dokumen dikembalikan ke


Pejabat Pengadaan untuk dilakukan revisi.
11. Setelah kontrak di approve, pihak ketiga melakukan delivery material ke
gudang.
12. Kemudian dilakukan prosedur penerimaan material di area karantina.
Setelah itu material akan diperiksa oleh tim pemeriksa agar dapat
diterbitkan Berita Acara Pemeriksaan Material (TUG 4). Apabila tim
pemeriksa menyatakan material diterima, maka logistik menerbitkan
Berita Acara Penerimaan Material (TUG 3) sehingga material masuk
persediaan.
13. Barang-barang/material yang telah masuk gudang dicatat manual
penerimaan oleh petugas gudang di Kartu Gantung Barang (TUG 2) dan
Kartu Persediaan Barang (TUG 1).

3.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengeluaran Persediaan


Standar operasional prosedur (SOP) prosedur pengeluaran persediaan
menggunakan aplikasi IP-ProInventory menurut pertauran Sistem Manajemen
Terpadu ISO 9001: 2008, ISO 14001: 2004 & SMK3 Pp No. 50 Tahun 2012, No.
SOP-SKRM-209 yang diterapkan oleh PT PLN Indonesia Power UPDK
Keramasan adalah sebagai berikut:
1. Setelah material masuk persediaan, User membuat Work Order (WO).
Dengan dasar WO tersebut, User mengambil material di gudang dan
petugas gudang mengeluarkan Slip Pengeluaran Barang (TUG 9).
2. Barang-barang/material yang telah keluar dari gudang dicatat manual
pengeluarannya oleh petugas gudang di Kartu Gantung Barang (TUG 2)
dan Kartu Persediaan Barang (TUG 1).
3. Setelah mendapatkan material User melakukan eksekusi pekerjaan.
4. Setelah melakukan eksekusi, apabila ada material bekas maka dilakukan
prosedur pengambilan material bekas dan membuat Bon Pengembalian
(TUG 10). Apabila tidak ada, maka pekerjaan selesai.

Anda mungkin juga menyukai