Makalah Personality Development Nazwa
Makalah Personality Development Nazwa
Makalah Personality Development Nazwa
Disusun Oleh :
َّ الرحْ ٰم ِن
الر ِح ْي ِم َّ ّٰللا
ِ س ِم ه
ْ ِب
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet. sehingga makalah yang berjudul, “Strategi Guru dalam Pembentukan
Karakter Sosial di Lingkungan Sekolah” dapat kami selesaikan dengan baik.
Tidak lupa pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, mohon
dibukakan pintu maaf seluas luasnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu suasana di mana peserta didik secara aktif
mengembangkan tenaga keagamaan dan spiritual, budi pekerti, pengendalian
diri, dan kemampuan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi
diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan seluruh bangsa dan upaya sistematis untuk
menciptakan pembelajaran kolaboratif. (Habe dan Ahiruddin, 2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan
manusia yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga berkepribadian
menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan kunci untuk mengembangkan
kepribadian anak dan mempersiapkan mereka untuk jenjang sekolah
selanjutnya (Aras, 2021). Pendidikan taman kanak-kanak berfungsi sebagai
penghubung antara kehidupan keluarga dan komunitas yang lebih luas,
misalnya sekolah dasar dan lingkungan lainnya (Harahap et al., 2021). Nilai-
nilai karakter yang ada jika dibentuk dengan baik akan menjadi landasan dan
landasan kepribadian anak setelah dewasa. Guru, orang tua, staf sekolah, dan
masyarakat menyadari pentingnya pendidikan karakter dalam mengatur
perilaku, meningkatkan nilai-nilai pribadi dengan menjadi teladan bagi siswa,
dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan (Irhamna dan
Purnama, 2022).
Lingkungan sekolah, begitu pula dengan lingkungan rumah,
mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak, sehingga
guru harus mengambil strategi yang tepat bagi perkembangan kepribadian
anak. Teknik guru sangat penting dalam pengembangan karakter siswa, dan
guru didorong untuk memiliki berbagai keahlian dan pengetahuan yang
memungkinkan mereka mempertimbangkan apa yang diajarkan dari disiplin
ilmu lainnya. Selain itu, seseorang harus berusaha untuk menjadi guru yang
ideal (Sormin & Rangkuti, 2018). Menurut Arsyad (2010), pendidikan karakter
merupakan keterampilan yang berkaitan dengan tugas-tugas praktis yang dapat
1
diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi berbagai
situasi, lingkungan, dan tempat (Suriansyah, 2015). Pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk karakter yang baik agar dapat diterapkan di masa
depan dan menghilangkan sifat-sifat karakter negatif agar hal serupa tidak
terulang kembali (Adyatma et al., 2020).
Guru didorong untuk meningkatkan perilaku sosial siswa semaksimal
mungkin, dimulai dari membuat rencana pembelajaran yang terencana dan
terstruktur serta memilih teknik dan metode yang sesuai harus mampu memilih
strategi atau pendekatan yang tepat untuk melakukannya. Lingkungan
pendidikan tetap baik dan sopan, siswa terlibat dalam proses pembelajaran
bersama gurunya (Prasrihamni et al., 2022). Guru kelas melakukan kontak
langsung dengan siswa sebagai bagian dari kegiatan kelas mereka. Perbuatan
seorang guru semuanya mempunyai pengaruh besar atau kecil terhadap
perkembangan karakter siswa. Selama pengajaran, instruktur berupaya
memasukkan cita-cita moral yang berkaitan dengan konten pembelajaran ke
dalam bahasa. Pendidikan karakter melalui budaya sekolah, sebaliknya
bertujuan untuk mengajarkan anak disiplin, menghargai orang lain dan
lingkungan. Interaksi sosial, bersama dengan keterampilan komunikasi,
merupakan salah satu prinsip inti kurikulum yang bekerja sama untuk
menciptakan interaksi yang konsisten antara individu dan lingkungannya
(Pebriana, 2017). Interaksi sosial bersifat dinamis dan bukan statis. Dengan
kata lain, kualitas interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
berdasarkan karakteristik relasional yang ditunjukkan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh
beberapa perumusan masalah antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembentukan karakter anak di
lingkungan sekolah?
2. Jelaskan yang di maksud dengan pembentukan karakter anak?
3. Sebutkan apa saja yang ada di dalam pembentukan karakter anak di
lingkungan sekolah? dan jelaskan!
2
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini antara lain :
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tentang pentingnya tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Selain
mengajarkan anak pentingnya menjaga kebersihan sejak dini agar bisa hidup
bersih kapan pun dan di mana pun, kolaborasi menjadi titik awal untuk
menumbuhkan sikap gotong royong.
Piket kelas adalah suatu kegiatan dimana siswa membersihkan dan
menata ruang belajarnya, yaitu ruang kelasnya sendiri. Piket kelas biasanya
dibentuk oleh setiap anggota kelas. Piket kelas direncanakan dan ditata secara
tertib. Piket berlangsung sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar. Piket
ini dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah hari aktif kegiatan
belajar mengajar. Daftar nama pembagian piket biasanya ditempel di dinding
kelas dan dihias dengan menarik.
Siswa hendaknya ikut serta dalam membersihkan sekolah, terutama di
area kecil, misalnya ruang kelas. Melalui piket, siswa belajar tentang tanggung
jawab, disiplin, dan kasih sayang. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan
kebersihan, tujuannya adalah untuk membiasakan mereka dengan tanggung
jawab pembuangan limbah di lokasi. Kebiasaan ini tetap ada bahkan setelah
proses internalisasi intensif melalui sesi piket mingguan bergantian di dalam
kelas.
Melalui kegiatan piket di kelas, siswa dapat mengenal teman-temannya
dan memperdalam solidaritas terhadap teman-temannya. Pemogokan kelas
membantu siswa mengenal satu sama lain. Selain itu, siswa juga akan belajar
untuk terbiasa dengan tugas menyapu dan mengepel. Mungkin sebagian siswa
belum pernah membersihkan atau mengepel rumah. Oleh karena itu, mogok
kerja saat jam pelajaran akan menjadi pengalaman pertama yang berharga bagi
siswa.
Piket kelas yang dilakukan oleh siswa harus diawasi dan dicermati oleh
pihak sekolah. Artinya siswa tidak harus memastikan dan menjaga kebersihan
kelas tanpa pengawasan sekolah. Pemeriksaan rutin oleh petugas kebersihan
harus terus dilakukan.
2. Memantau kegiatan siswa
Pembentukan karakter siswa untuk menjaga lingkungan hidup di
sekolah dan sekitarnya memberikan dampak positif bagi siswa. Memantau
5
aktivitas siswa di luar kelas maupun di lingkungan sekolah merupakan hal yang
sangat positif. Dengan memantau langsung aktivitas siswa, siswa akan selalu
sadar akan kebersihan lingkungannya.
Aktivitas siswa di dalam kelas pada saat pembelajaran dan jam istirahat
diawasi oleh pendidik khususnya guru kelas. Selama proses pembelajaran,
pendidik memantau kemajuan siswa, kemampuannya menyerap konten yang
dibahas, dan kemampuannya bekerja dalam kelompok.
Tujuan pemantauan siswa selama proses pembelajaran adalah untuk
mencari solusi permasalahan yang timbul pada setiap siswa. Dengan demikian
permasalahan dalam proses pembelajaran akan teratasi dan kelas menjadi lebih
tenang.
Selain memantau proses pembelajaran, pemantauan siswa juga
dilakukan pada saat istirahat untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa,
toleransi siswa terhadap guru, dan toleransi dan terhadap siswa lain.
3. Menyediakan tempat sampah/bak sampah
Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang pada sumbernya
akibat kegiatan manusia atau proses alam dan tidak mempunyai nilai ekonomi.
Dengan menyediakan tempat sampah atau tempat sampah, siswa dapat
lebih menjaga lingkungan kelas dan sekolah. Tempat sampah setiap kategori
memiliki warna yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya. Siswa mendapat
informasi tentang sampah dan bahaya sampah bagi lingkungan serta bahaya
sampah bagi kesehatan.
Dengan adanya pengetahuan tentang sampah, siswa dapat menjaga dan
menyelamatkan lingkungan, selain itu siswa dapat memilah sampah organik
dan anorganik. Dengan pengenalan ini diharapkan siswa menjadi karakter yang
mencintai alam dan kebersihan sejak dini.
Dengan menambahkan sarana tempat pembungan sampah disetiap
kelas memberikan dampak positif di lingkungan sekolah, karna dengan
menambahkan sarana tempat pembuangan sampah siswa lebih mudah untuk
menjaga lingkungan agar tetap bersih.
6
4. Gotong royong
Kata gotong royong berasal dari bahasa Jawa gotong dan royong.
“Goton” artinya membawa atau mengangkat, dan “royon” artinya bersama-
sama, jadi ``gotongroyon'' artinya mengangkat barang secara bersama-sama
agar lebih ringan. Konsep gotong royong juga dapat dimaknai dalam konteks
pemberdayaan masyarakat. Gotong royong dapat menjadi modal sosial yang
mendukung kekuatan kelembagaan masyarakat, komunitas nasional, dan
komunitas transnasional Indonesia dalam mencapai kesejahteraan. Sebab,
gotong royong sangat bergantung pada pentingnya gotong royong yang sangat
penting.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai hati nurani yang senantiasa
mempertemukannya dengan orang lain. Hubungan yang berkesinambungan ini
menghasilkan pola-pola sosial yang disebut pola interaksi sosial. Salah satunya
adalah interaksi sosial, yaitu bekerja sama melakukan tindakan untuk
memperlancar penyelesaian tugas seperti membersihkan lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitar. Jika gotong royong sudah
menjadi ciri kreativitas daerah negara Indonesia yang menunjukkan kohesi
sosial, gotong royong tersebut masih tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
7
akan merasa risih jika lingkungan sekitar Anda terlihat kotor. Oleh karena itu,
kebersihan hanya bergantung pada kepekaan dan kemauan masyarakat untuk
bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Adapun kepedulian guru dalam pembentukan karakter siswa di
lingkungan sekolah adalah :
1. Menasehati atau Motivasi
Pemberian nasehat dan motivasi kepada siswa merupakan suatu tindakan
yang harus dilakukan untuk mengubah kepribadian siswa agar lingkungan
sekolah tetap bersih dan sehat. Dengan memberikan nasehat dan pengetahuan
tentang cara menjaga lingkungan, siswa dapat memikirkan kapan akan
membuang sampahnya. Pada dasarnya motivasi adalah proses mendorong
atau mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan atau mencapai apa yang
diinginkannya, baik positif maupun negatif. Motivasi membawa perubahan
pada diri seseorang yang berasal dari emosi, jiwa, dan emosinya, sehingga
mendorongnya untuk melakukan tindakan berdasarkan kebutuhan, keinginan,
dan tujuan tersebut.
2. Pendekatan
Pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang berarti
mendekati. Dalam dunia pendidikan, kata “pendekatan” lebih tepat diartikan
sebagai suatu cara untuk memulai sesuatu. Pendekatan guru terhadap siswa
yang melakukan kesalahan dapat mengubah sikap tidak peduli terhadap
lingkungan. Pendekatan seorang guru dalam menjaga kebersihan lingkungan
merupakan strategi yang sangat baik untuk mengubah kepribadian anak.
Pengetahuan lingkungan alam sekitar sebagai pendidikan luar kelas yang
berkaitan dengan pemanfaatan/pengembangan sumber daya alam. Lingkungan
alam sebagai landasan pendidikan dan bimbingan didasarkan pada lingkungan
alam, asalkan diserap dari lingkungan alam, sehingga anak secara spontan
memperhatikan apa yang diberikan kepadanya, emosional Memberikan
landasan. Pendekatan lingkungan dapat diartikan sebagai suatu proses belajar
mengajar yang berorientasi dan berlangsung dalam lingkungan alam sekitar.
Pendekatannya bermacam-macam, antara lain (a) pendekatan konteks,
dimana siswa belajar lebih bermakna melalui aktivitas pengalaman diri di
8
lingkungan alam; (b) Pendekatan konstruktivis menjadi landasan pemikiran
pendekatan kontekstual. Artinya, pendekatan dibangun oleh masyarakat secara
bertahap, dan hasilnya ditingkatkan melalui konteks yang terbatas, bukan
secara tiba-tiba.
9
Anak-anak datang tepat waktu, namun setiap hari banyak anak yang terlambat,
sehingga ada pula anak yang tidak datang tepat waktu. (2) anak
mengembalikan barang bekas baik mainan maupun alat tulis ke lokasi semula
tanpa diminta oleh guru. (3) ketertiban dalam menunggu giliran, ditunjukkan
dengan kesadaran. Anak yang mengantri untuk mencuci tangan tanpa
pengawasan guru; Hasil ini sejalan dengan (Hasanah, 2019) yang menyatakan
bahwa tindakan pembinaan dan pembiasaan yang luar biasa biasanya
diterapkan pada saat memulai sekolah.
2. Kerjasama Antar Siswa
Dapat dikatakan baik karena dalam pengembangan kepribadian sosial
anak, guru selalu mengajarkan anak untuk saling bekerjasama di sekolah. Guru
juga membantu membentuk kepribadian sosial anak dengan mendorongnya
untuk selalu bekerja sama. Kerja sama anak menumbuhkan rasa saling
membantu. Guru menggunakan metode kolaboratif untuk membentuk
kepribadian sosial. Guru menugaskan kerja kelompok dan orang tua
mengundang anak lainnya untuk belajar bersama anaknya. Ditambah lagi,
anak-anak dapat memainkan permainan edukatif bersama temannya, termasuk
LEGO. (Kholifah, 2020) mengatakan mengembangkan sifat tanggung jawab,
dukungan dan kerjasama dengan orang lain serta penggunaan media (alat)
nyata dalam proses pembelajaran.
3. Saling Menghargai
Anak kecil perlu diajari rasa hormat agar mereka bisa menghargai orang
lain, termasuk teman, guru, bahkan orang yang lebih tua. Tanpa adanya rasa
saling menghormati akan berdampak pada aktivitas yang tidak menyenangkan,
seperti anak yang lebih tua meledek anak yang lebih kecil, berdampak pada
perkelahian dan perkelahian, dan juga berdampak pada masyarakat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik guru dalam mengembangkan keterampilan sosial anak sangat
efektif. Strategi guru adalah dengan menanamkan rasa tanggung jawab, disiplin
dan kebiasaan, kerjasama antar siswa, saling menghormati, dan inisiatif dalam
semua kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru memberikan semangat kepada
siswa melalui budaya sekolah, terutama dengan menaati peraturan sekolah,
membiasakan mengantri untuk mencuci tangan, menjaga kebersihan,
menghormati guru, berperilaku baik dan sopan, serta bermain dengan teman
sebaya setiap hari membentuk kepribadian. Peran guru sangat baik karena
dalam melaksanakan strategi pembentukan kepribadian sosial anak, guru juga
memberikan motivasi melalui komunikasi, reward dan punishment, serta
diskusi dengan anak, serta dengan menerapkan teori pembelajaran awal yang
sesuai dengan masanya.
Ketertarikan guru dalam membentuk karakter siswa peduli lingkungan
mengubah karakter siswa serta memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa
mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga lingkungan sekolah
tetap bersih dan sehat. Hal ini tercermin dalam pemberian nasehat dan ilmu
pengetahuan untuk melindungi lingkungan. Siswa dapat memikirkannya ketika
membuang sampah yang tidak ada. Motivasi dapat terjadi dalam diri individu
maupun dari luar, antara rekan kerja dan lingkungan, memberikan semangat
dan motivasi dalam bekerja seseorang serta memberikan dampak positif bagi
diri sendiri dan lingkungan. Pendekatan yang dilakukan guru dalam menjaga
kebersihan lingkungan adalah dengan melakukan pendekatan lingkungan
hidup sebagai pendidikan luar kelas yang berkaitan dengan pemanfaatan atau
eksploitasi sumber daya alam sekitar sebagai dasar pendidikan dan pendidikan,
serta memberikan pengajaran yang unggul kepada siswa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, R. T., Mulyanto, & Tahyudin, D. (2020). Interaksi Sosial Peserta Didik
Di
12