133-Article Text-246-1-10-20211224

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN

KESULITAN BELAJAR (DISLEKSIA) DAN KESULITAN


MENULIS (DISGRAFIA) PADA SISWA KELAS 3
SDN PONDOK BAHAR 6 KOTA TANGERANG

Septy Nurfadillah1, Padyah2, Mia Khofifaturrahmah3, Lita Nurbaiti4,


Nanda Oktaviani M5, Amiratul Muzeeb A6, Apik Woro A7
Universitas Muhammadiyah Tangerang
[email protected]

Abstract

This research was conducted at SDN Pondok Bahar 06 with the aim to identify and know
the application of curriculum, learning mechanisms., as well as the difficulties of students
learning to read (dyslexia) and the difficulties of students learning to write (dysgraphia). The
methods used in this study use this type of qualitative research with descriptive methods.
Children with learning problems are children who have difficulty in academic tasks, caused by
the presence of minimal dysfunction of the brain, or in basic psychological, so that their
learning achievement is not in accordance with their actual potential. Children who have
learning difficulties, either in general or specifically such as dyslexia and dysgraphia need
special educational services in the learning process in school. The results of this study show that
the school still uses the 2013 curriculum and still lacks handling for children with special
needs dyslexia and dysgraphy. In the learning mechanism in dyslexic and disgrafia children get
special services in the form of additional learning outside of general lesson hours. Children
with special needs dyslexia and dysgraphia are required.
Keywords: Children with Special Needs, Learning Difficulties, Dyslexia, Dysgraphia

Abstrak : Penelitian ini dilakukan di SDN Pondok Bahar 06 dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan mengetahui penerapan kurikulum, mekanisme pembelajaran, serta
kesulitan siswa belajar membaca (disleksia) dan kesulitan siswa belajar menulis
(disgrafia). Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya disfungsi
minimal otak, atau dalam psikologis dasar, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai
dengan potensi yang sebenarnya. Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, baik
secara umum ataupun khusus seperti disleksia dan disgrafia memerlukan layanan
pendidikan khusus dalam proses pembelajarannya di sekolah. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa sekolah ini masih menggunakan kurikulum 2013 dan masih minim
penanganan untuk anak berkebutuan khusus disleksia dan disgrafia. Pada mekanisme
pembelajaran pada anak disleksia dan disgrafia mendapatkan pelayanan khusus berupa
embelajaran tambahan di luar jam pelajaran umum. Anak berkebutuhan khusus
disleksia dan disgrafia diperlukan.
Kata Kunci: Anak Berkebutuhan Khusus, Kesulitan Belajar, Disleksia, Disgrafia

YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya


Volume 1, Nomor 2, Desember 2021; 275-282
https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/yasin
Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

PENDAHULUAN

Learning disability adalah suatu istilah yang sangat luas artinya yang sering
digunakan oleh banyak pihak untuk menjelaskan anak-anak yang tidak mampu
memenuhi tuntutan normal atau tidak dapat mencapai standar normal disekolah
dengan cara-cara umum yang dapat dipenuhi oleh anak-anak yang lain. Kesulitan
belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu
pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran (Abdurrahman,2003). Kesulitan
belajar ini biasanya baru diketahui ketika anak sudah masuk ke dunia pendidikan
dalam beberapa waktu (Hamalik, 1983). Anak yang memiliki kesulitan belajar
seharusnya tetap mendapatkan hak yang sama seperti anak normal lainnya. Anak
dengan ketidakmampuan tersebut tetap mendapatkan pelajaran seperti anak normal,
akan tetapi tidak dituntut untuk mengerjakan tugas seperti anak normal lainnya,
karena kondisi yang berbeda dan perlu diketahui bahwa perkembangan kognitif dan
psikomotorik masih dapat berkembang dengan melakukan stimulasi yang baik dan
benar. Selain itu lingkungan di mana anak itu berada akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangannya.

Pengidentifikasian tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Untuk


mengidentifikasi disgrafia diperlukan latar belakang pendidikan luar biasa atau
psikologi. Identifikasi pada siswa yang memiliki disgrafia pernah dilakukan pada
penelitian (T. Raharjo, F. Kawuryan, Latifah Nur Ahyani, 2011). Penelitian tersebut
hanya mengelompokkan jenis-jenis kesulitan belajar (disleksia, disgrafia dan
diskalkulia). Hal tersebut akan lebih bermanfaat jika dilakukan identifikasi
karakteristiknya sehingga tindakan yang diberikan pada siswa tersebut sesuai dengan
ketidakmampuan siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan suatu penelitian tentang


bagaimana merancang sebuah sistem pakar yang dapat mendeteksi dan
merekomendasikan terapi untuk anak didik yang mengalami Disgrafi.

Menghadapi anak yang berkebutuhan khusus (special needs )tidak semudah


membalikan telapak tangan. Mereka membutuhkan arahan, bimbingan, dan pendidikan
yang intensif agar dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal pada umumnya
hingga pada akhirnya mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Namun

276 YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

di sisi lain, sistem yang terkait dengan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
menghadapi berbagai kendala yang muncul seiring dengan proses pembelajaran yang
berlangsung. Beraneka ragam gangguan yang terjadi kepada anak tersebut, semisal anak
yang sedang mengalami gangguan autisme. Autisme merupakan suatu gangguan yang
kompleks di mana anak tersebut pada umumnya memiliki tiga kesulitan yang utama,
yaitu, komunikasi, sosialisasi, imajinasi. Karena pada hakekatnya yang membuat hidup
kita benar-benar berarti adalah dengan adanya komunikasi dengan orang lain,
memahami prilaku antara orang satu dengan orang lain dan orang lain yang ada di
sekitar kita.

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang di khususkan bagi anak


berkebutuhan khusus adalah pembelajaran individual atau yang dikenal dengan
individualized education program. Pembelajaran individual merupakan suatu bentuk
rancangan khusus dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus sehingga
mereka mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhanya dengan
lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan peserta didik.

Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia”
yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan mengolah kata-kata.
Menurut ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, Sp.A., menjelaskan
bahwa disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai
dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau Pendidikan Inklusi dan Anak
Berkebutuhan Khusus akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode
simbol.

Disleksia dan disgrafia merupakan gangguan yang umum terjadi dicirikan


dengan kesulitan untuk membaca dan / atau menulis. Gangguan termudah untuk
mengenali gejalanya adalah bahwa anak tidak mengenali simbol huruf dan tidak
mengenal angka. Huruf –huruf dan kata-kata merupakan figur-figur yang memiliki
bunyi-bunyian tertentu, apabila bunyi-bunyian tersebut digunakan bersama-sama akan
membentuk arti.

Volume 1, Nomor 2, Desember 2021 277


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

METODE PENELITIAN

1. Setting Observasi (Tempat dan Waktu)


Penelitian dilaksanakan di SDN Pondok bahar 06 Kecamatan Karang
Tengah Kota Tangerang , SDN Pondok Bahar 06 merupakan SDN yang
menggunakan kurikulum 2013,Karena Sekolah pondok bahar 06 yang kami
ketahui merupakan sekolah inklusi tetapi setelah kita observasi ternayata
sekolah tersebut bukan merupakan sekolah inklusi, berdasarkan hasil
wawancara dengan guru walikelas , kelas 1&3 SDN Pondok Bahar 06
kecamatan Karang Tengah kota Tangerang Sehingga penelitian ini
dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2021/2022.
2. Metode dan Desain Observasi
a. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan wali kelas 1 dan
wali kelas 3. Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara lisan
untuk memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh
dinyatakan dalam tulisan atau direkam secara audio, visual, atau audio
visual. Adapun sumber informasinya adalah :
Wali kelas 1 dan 3, untuk mendapatkan informasi mengenai
implementasi bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan baca
dan menulis pada siswa kelas 1 dan 3.
b. Desain observasi penelitian ini sesuai dengan kondisi metode
penelitian yang kita pilih untuk meneliti hasil Implementasi penerapan,
ide, konsep,kebijakan,atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan Dampak dalam bentuk perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap dalam suatu proses pembelajaran
anak kesulitan membaca (Disleksia) dan kesulitan belajar menulis
(Disgrafia), Pendidikan inklusi di sekolah dasar Negeri Pondok bahar
06 kota Tangerang.dengan menerapkan bagaiamankah pemahaman
guru wali kelas mengenai anak kesulitan belajar membaca dan menulis.

278 YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

3. Faktor-Faktor yang di Observasi


a. Kurikulum pendidikan inklusi
b. Mekanisme penerapan pembelajaran kepada anak yang lambat belajar
dalam membaca dan menulis.
c. Cara menangani anak yang sulit membaca dan menulis.
d. Solusi yang tepat untuk anak yang sulit membaca dan menulis.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berkesulitan belajar membaca
dan menulis bagi siswa kelas rendah.
f. Apa saja hambatan-hambatan dalam menghadapi anak berkesulitan
membaca dan menulis.
4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara. Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari Wali
Kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)


Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan
“leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan
mengolah kata-kata. Menurut ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr.
Kristiantini Dewi, Sp.A., menjelaskan bahwa disleksia merupakan kelainan
dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam
mengenali kata dengan tepat atau Pendidikan Inklusi dan Anak
Berkebutuhan Khusus akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan
mengode simbol. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur
hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya mengalami kesulitan
membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis, dan
beberapa aspek bahasa yang lain. Meski demikian, anak-anak penyandang
disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata.
Dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami bisa
diminimalkan. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan

Volume 1, Nomor 2, Desember 2021 279


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken


language” dan tulisan.
2. Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)
Santrock (2012) mendefinisikan disgrafia sebagai kesulitan belajar yang
ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam
komposisi tulisan. Pada umumnya, istilah disgrafia digunakan untuk
mendiskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak-anak yang memiliki
disgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil tulisan mereka bisa
jadi sangat tak teerbaca, dan mereka mungkin melakukan banyak kesalahan
ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf.
Ciri-ciri disleksia adalah tanda tanda disleksia yang mungkin dapat
dikenali oleh orang tua atau guru, menurut (Hargio, 2012) : 1. Kesulitan
mengenali huruf atau mengejanya, 2. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis
secara terstruktur misalnya essay, 3. Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar
’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’. 3. Membaca lambat lambat
dan terputus putus dan tidak tepat misalnya (Menghilangkan atau salah baca
kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”); Mengabaikan kata awalan pada waktu
membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”), 4.Daya ingat jangka pendek yang
buruk, 5.Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar,
6.Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek, 7.Kesulitan
dalam mengingat kata-kata.
Ciri-ciri Disgrafia Beberapa karateristik anak dengan disgrafia sebagai
berikut (Yusuf, dkk, 2003):
• Terlalu lambat dalam menulis.
• Salah arah pada penulisan huruf dan angka.
• Terlalu miring.
• Jarak antar huruf tidak konsisten.
• Tulisan kotor.
• Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal.
• Bentuk huruf atau angka tidak terbaca.
• Tekanan pensil tidak tepat (terlalu tebal atau terlalu tipis).
• Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil.

280 YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

• Bentuk terbalik (seperti bercer.

Bagian ini merupakan bagian utama artikel yang disajikan mulai dari hasil
utama sampai hasil pendukung dan dilengkapi dengan pembahasan. Proses
analisis data seperti perhitungan statistik dan proses pengujian hipotesis tidak
perlu disajikan. Hanya hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis saja yang
perlu disajikan.

Untuk penelitian kualitatif, bagian hasil memuat bagian-bagian rinci dalam


bentuk sub topik-sub topik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Pembahasan dalam artikel bertujuan untuk: (1) menjawab rumusan masalah


atau pertanyaan penelitian; (2) menginterpretasi/menafsirkan temuan-temuan;
dan (3) memunculkan teori-teori baru atau modifikasi teori yang telah ada.

Berdasarkan hasil penelitian dengan subyek yang kita teliti salah satu siswa kelas
3A SDN Pondok Bahar 06 Kota Tangerang ditemukan bahwa salah satu siswa
diketahui beberapa perilaku siswa ketika belajar di Sekolah yang mengalami
kesulitan dalam belajar membaca dan menulis, dengan baik dan benar, seperti
ketika membaca buku-buku cerita dan buku-buku bacaan yang tulisannya
masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulisnya dengan baik
dan rapih, tulisan yang ditulis oleh beberapa anak di SDN Pondok Bahar 06
Kota tangerang masih belum rapih, dan masih menulis semaunya, belum bias
menempatkan dimana harus menggunakan huruf kapital dan menggunakan
tanda baca yang benar serta sesuai.

Dan ketika membacanya,anak-anak yang belum mampu untuk membaca


dengan baik dan benar sesuai dengan EYD, intonasi yang digunakan pun
belum sesuai. Dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menyebutkan
sesuatu dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku
atau masih kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya , Serta di SDN
Pondok Bahar 06 Kota Tangerang Kelas 3 ada anak yang terlihat kurang
minatnya dalam belajar membaca, menulis,

Volume 1, Nomor 2, Desember 2021 281


Septy Nurfadillah, Padyah, Mia Khofifaturrahmah, Lita Nurbaiti, Nanda Oktaviani M, Amiratul
Muzeeb A, Apik Woro A

Proses kegiatan belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa


siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses
pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah pada anak


berkebutuhan khusus Disleksia dan Disgrafia memiliki beberapa kesamaan yaitu
kesulitan membaca dan menulis. Maka, untuk anak berkebutuhan khusus
disleksia dan disgrafia diperlukan adanya penyesuaian pembelajaran yang lebih
mengutamakan pada audio visual. Adapun dari segi layanan pendidikan, sistem
pembelajaran dan manajerial pendidikan memakai kebijakan siswa reguler namun
di sederhanakan mengikuti kebutuhan dari ABK. Sekolah SDN Pondok Bahar 06
terlihat masih kurang memadai dari segi fasilitas, kurikulum dan tenaga pengajar
khusus.

DAFTAR PUSAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta
Hamalik, O. 1983. Metode Belajar dan Kesulitankesulitan Balajar. Bandung: Tarsito.
Hargio Santoso. (2012). Cara Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Kristiana, I. F., & Widayanti, C. G. (2016). Buku Ajar Psikologi Anak Berkebutuhan
Khusus. Semarang: UNDIP Press.
Nurul Hidayah, d. (2019). Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus. D.I.
Yogyakarta: Samudra Biru.
Raharjo, T., & Ahyani, L. N. (2011). Identifikasi Kesulitan Belajar pada Anak
Pendidikan Usia Dini. Sosial dan Budaya, 4(1).
Santrock. (2012). , Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humaika.
Saputry, D. (2014, Desember 07). Laporan Observasi Terhadap Kesulitan Belajar.
Yusuf, Munawir, Sunardi, Mulyono Abdurahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak
Dengan Problema Belajar. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandir
Ummiyah, R. (2015). Analisis Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus (Slow
Learner Atau Keterlambatan Belajar) Putus Sekolah Di Pagerungan Besar
Kecamatan Sapeken Sumenep Madura. Universitas Muhammadiyah Malang.

282 YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya

Anda mungkin juga menyukai