Makalah Hukum Lingkungan Kelompok 10

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

INDIKATOR DAN CONTOH PENCEMARAN DAN PERUSAKAN


LINGKUNGAN DI INDONESIA

Nama Anggota Kelompok:

1. Saeful Imam Baehaki (8111418053)


2. Anis Nawang Wulan Sari (8111418056)
3. Diki Mardiansyah (8111418059)
4. Tessa Septy Dynesia (8111418088)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITASS NEGERI SEMARANG

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah bertema “Indikator dan Contoh


Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Indonesia” ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Semarang, 2 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................ii


Daftar Isi ...............................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2

BAB II Pembahasan ..............................................................................................3


2.1 Faktor penyebab kerusakan dan pencemaran lingkunga..........................3
2.2 Jenis dan Contoh Pencemaran serta Perusakan Lingkungan Hidup di
Indonesia..................................................................................................7
2.3 Indikator-indikator Lingkungan yang Sehat untuk
ditingali..................................................................................................17

BAB III Penutup .................................................................................................19


3.1 Kesimpulan............................................................................................19

3.2 Saran......................................................................................................19

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau


primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut,
manusia memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Semakin banyak jumlah
manusia, semakin banyak pula sumber daya alam yang digali, diolah dan
dijadikan berbagai produk yang siap digunakan.

Dalam proses pengambilan, pengolahan, dan pemanfaatan sumber daya alam,


terdapat sisa yang tidak digunakan. Sisa tersebut dibuang karena tidak dibutuhkan
pada saat itu. Sisa dari proses tersebut kemudian mencemari lingkungan perairan,
udara dan daratan, sehingga lama kelamaan lingkungan menjadi rusak.

Manusia tanpa perilakunya, tidak mungkin bisa membawa lingkungan ke arah


kerusakan atau pencemaran. Walaupun dalam kenyataannya kerusakan
lingkungan terjadi akibat alam, misalnya gempa, banjir, tsunami, dan sebagainya,
kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi hampir dipastikan diakibatkan
oleh adanya ulah atau perilaku manusia.1

Kerusakan dan pencemaran yang terjadi akibat ulah manusia secara pasti telah
ditetapkan Allah SWT melalui firman-Nya dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 41
yang berbunyi “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Kerusakan lingkungan akibat pencemaran terjadi dimana-mana yang


berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Bahkan, pencemaran dan kerusakan lingkungan
menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia seperti penyakit dan bencana
alam. Karena itulah, setelah mempelajari makalah ini kita diharapkan tidak
mencemari lingkungan dan melakukan berbagai upaya untuk mencegah kerusakan
lingkungan.

1
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.169

1i
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini berjudul “Indikator
dan Contoh Pencemaran dan Perusakan Lingkungan di Indonesia.” Topik ini
signifikan untuk dibahas karena usaha untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu:

1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya pencemaran dan


perusakan lingkungan?
2. Jenis dan contoh pencemaran serta perusakan lingkungan hidup di
Indonesia?
3. Bagaimana indikator-indikator lingkungan yang sehat untuk
ditinggali?
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab pencemaran dan perusakan


lingkungan.
2. Untuk mengetahui jenis dan contoh pencemaran serta perusakan
lingkungan hidup di Indonesia.
3. Untuk mengetahui indikator-indikator lingkungan yang sehat untuk
ditinggali.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Penyebab Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Para sarjana tidak mempunyai pandangan yang sama tentang sebab-sebab


timbulnya masalah-masalah lingkungan. Berdasarkan dari sudut pandang para
sarjana, maka setidak-tidaknya ada lima faktor yang melatarbelakangi timbulnya
masalah-masalah lingungan, yakni teknologi, penduduk, ekonomi, politik dan tata
nilai yang berlaku.

1. Teknologi

Barry Commoner (1973) dalam bukunya “the closing circle”melihat


bahwa teknologi merupakan sumber terjadinya masalah-masalah lingkungan. 2
Terjadinya revolusi di bidang ilmu pengetahuan alam misalnya fisika dan kimia,
yang terjadi selama 50 tahun terakhir, telah mendorong perubahan-perubahan
besar dibidang teknologi. Selanjutnya hasil-hasil teknologi itu diterapkan dalam
sektor industri, pertanian, transportasi dan komunikasi. Berdasarkan pengamatan
di Amerika Serikat, Commoner menunjukkan terjadinya maslah lingkungan,
terutama pencemaran lingkungan meningkat setelah perrang dunia II. Ia
memberikan contoh-contoh sebagai berikut, bahwa pospat antara 1940-1970 naik
tujuh kali lipat atau sekitar 300 juta pound per tahun, nitrogen oksida, yang
berasal dari kendaraan bermotor, mencapai 650%, lead, yang berasal dari
premium, mencapai 415%, merkuri, yang berasal dari industri, mencapai 2.100%,
pestisida sintetis mencapai 270%, pupuk nitrogen anorganik mencapai 789%.
Menurut Commoner, sebelum perang dunia II, zat-zar pencemar tersebut diatas
sama sekali tidak ada.

2. Pertumbuhan Penduduk

Ehrlich dan Holdren menekankan, bahwa pertumbuhan penduduk dan


peningkatan kekayaan memberikan sumbangan penting terhadap penurunan
kualitas lingkungan hidup. Mereka menolak pandangan Commoner bahwa

2
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016),
hlm. 5.

3
pengembangan dan penerapan teknologi baru ke dalam berbagai sektor yang
dimulai pada tahun 1940 sebagai penyebab terjadinya masalah-masalah
lingkungan.

Ehrlich dan Holdren berpendapat bahwa jauh sebelum teknologi maju


dikembangkan seperti apa adanya dewasa ini, bumi, tempat hidup manusia ini,
telah mengalami bencana lingkungan. Mereka menunjukkan seberapa contoh,
yakni terjadinya gurun pasir di lembah sungai Euphrate dan sungai Tigris, yang
pada zaman sebelum Masehi terkenal dengan kawasan subur. Terjadinya
kerusakan pada kawasan yang semula subur itu disebabkan oleh system irigasi
yang gagal dan pembukaan lahan yang terus-menerus akibat pertumbuhan
penduduk sehingga semakin luas lahan pertanian berdasarkan system irigasi. Di
kawasan-kawasan yang curah hujannya rendah, kegagalan pengelolaan irigasi
sering kali menimbulkan masalah-masalah lingkungan hidup yang serius, yaitu
terjadinya masalah salinisasi (peningkatan kandungan garam ditanah).

Kawasan yang curah hujannya rendah mengalami tingkat penguapan yang


tinggi, sehinga telah menyebabkan kekeringan irigasi. Kekeringan air irigasi sngat
potensial menyebabkan terjadinya gurun pasir. Terjadinya kegagalan irigasi tidak
hanya dihadapi oleh negara-negara berkemban, tapi juga negara-negara maju.
Misalnya lembah imperial di California. A.S. yang terpaksa ditinggalkan oleh
para petani yang semula tinggal dan mengelola kawasan tersebut karena lahan-
lahan dikawasan tersebut kandungan garamnya meningkat sehingga kesuburan
tanah menurun.

Ehrlich dan Holdren juga melihat bahwa usaha peternakan yang berlebihan
dan praktik usaha pertanian yang salah telah menyebabkan terjadinya malapetaka
lingkungan, yakni terjadinya gurun pasir. Contoh nyata adalah semakin
meluasnya Gurun Sahara di Afrika Utara. Terjadinya perluasan Gurun Sahara
dikarenakan usaha peternakan yang telah melampaui daya dukung lingkungan
(carrying capacity). Di banyak tempat di benua Eropa, Asia, dan Afrika telah
terjadi penggundulan hutan (deforestration), penggembalaan ternak besar-besaran
dan pertanian yang salah pada zaman Pra Industri yang telah mengakibatkan

4
terjadinya erosi tanah. Pada akhirnya, erosi tanah ini dapat mengakibatkan
terjadinya gurun atau padang pasir.

3. Motif Ekonomi

Hardin (1977) dalam karya tulisnya “The Tragedy Of The Commons”


melihat bahwa alasan-alasan ekonomi yang sering kali menggerakkan perilaku
manusia atau keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia secara perorangan
maupun dalam kelompok, terutama dalam hubungannya dengan pemanfaatan
commom property.3

Common property adalah sumber-sumber daya alam yang tidak dapat


menjadi hak perorangan, tetapi setiap orang dapat menggunakan atau
memanfaatkannya untuk kepentingan masing-masing, maka setiap orang berusaha
dan berlomba-lomba untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi sumber daya
semaksimal mungkin guna perolehan keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya.
Setiap orang berpikir, bahwa kalaupun ia berusaha menggunakan sumber daya
secara bijaksana hal itu akan sia-sia karena orang lain tidak berpikir dan berbuat
demikian, sehingga orang yang pada mulanya memikirkan upaya konservasi atau
perlindungan sumber daya alam akan merasa kehilangan motivasi untuk
melakukan upaya-upaya konservasi.

Pada akhirnya tiap orang berpikir egoistis dan berpacu untuk


mengeksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan penurunan kualitas dan
kuantitas sumber daya alam. Pada akhirnya semua orang atau masyarakat secara
keseluruhan yang akan menderita kerugaian. Jadi adanya kebebasan untuk
mengeksploitasi sumber daya alam akan membawa kehancuran bagi masyarakat.
Keadaan inilah yang oleh Hadrin disebut dengan”Tragedy Of The Commons”.

4. Tata Nilai

Sebagian pakar berpendapat bahwa timbulnya masalah lingkungan hidup


disebabkan oleh tata nilai yang berlaku menempatkan kepentingan manusia
sebagai pusat segala-galanya dalam alam semesta.4 Nilai dari segala sesuatu yang
ada di alam semesta dilihat dari sudut pandang kepentingan manusia semata. Tata
3
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016),
hlm 7.

5
nilai yang dimiliki ini dikenal dengan istilah antroposentric atau homosentric.
Berdasarkan perspektif antroposentris, alam semesta atau lingkungan hidup perlu
dimanfaatkan dan dilindungi semata-mata untuk kepentingan manusia. Sumber
daya alam yang terdapat dalamalam semesta dipandang sekadar sebagai objek
untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Berdasarkan pandanga wawasan antroposenris, manusia bukanlah bagian


dari alam. Selanjutnya, manusia dicptakan oleh sang pencipta untuk mengatur dan
menaklukkan alam. Kaidah-kaidah yang berlaku diantara masyarakat manusia
tidak berlaku terhadap benda-benda alam atau mahluk alam lainnya, seperti hewan
dan pohon-pohonan. Dengan demikian, wawasan pandangan antroposentris
menimbulkan dualism antara manusia di satu pihak dan alam semesta serta
mahluk lainnya dipihak lain. Oleh sebab itu, eksploitasi terhadap alam semesta,
menurut pandangan antroposentris, harus dilihat sebagai perwjudan kehendak
tuhan. Manusia pada dasarnya diciptakan untuk menguasai dan menaklukkan
alam.

Wawasan pandangan antroposentris itu telah mendapat tentangan dari


kalangan aktivis gerakan lingkungan (Environmentalists) karena dua alasan.
Pertama, manusia adalah bagian dari alam. Manusia hanyalah merupakan satu
diantara sepesies organis yang hidup dalam suatu system yang saling tergantung.
Oleh sebab itu, perlu dipertahankan wawasan pandangan yang melihat semua
unsur-unsur dalam alam semesta sebagai suatu kesatuan. Kepedulian manusia
seyogianya tidak hanya terbatas pada diri manusia saja, tetapi juga diperluas
meliputi mahluk-mahluk lain dalam alam semesta. Kedua, hewan-hewan sebagai
mahluk alam yang juga seperti manusia mempunyai rasa sakit seharusnya diakui
haknya sebagai suatu kaidah moral manusia.

Salah satu diantara kaum moralis ekologis yang mengusulkan perlunya


suatu perubahan wawasan pandang antroposentris adalah Aldo Leopod. Leopod
mengusulkan perlunya pengembangan kaidah etik baru yang bersifat holistic.
Kaidah itu berlaku bagi semua komunitas biotik yang meliputi semua mahluk

4
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016),
hlm. 7

6
yang mempunyai rasa sakit dan nikmat. Kebutuhan dan kepentingan tiap-tiap
mahluk merupakan dasar penentuan dari baik atau tidaknya suatu tindakan.

2.2 Jenis dan Contoh Pencemaran serta Perusakan Lingkungan


Hidup di Indonesia

Ada beberapa jenis pencemaran lingkungan saat ini yang perlu anda ketahui
supaya anda bisa mengendalikan pencemaran lingkungan ini, selengkapnya simak
berikut ini:

1. Pencemaran Air

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan


manusia.Menurut Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua
makhluk membutuhkan air. Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan
kepentingan lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak
diperlukan”. Air di Indonesia sangat melimpah, hal ini karena Indonesia
merupakan negara kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan
menyalahgunakan kelebihan ini dengan mencemarinya.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan ditempat penampungan


air antara lain: danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan air bersih untuk
minum,memasak, mencuci, dan keperluan lain. Air tersebut juga mempunyai
standar 3B (tidak berwarna,berbau,dan beracun). dalam kehidupan sekarang,
adakalanya masyarakat melihat air yang berwarna keruh dan berbauserta
bercampur dengan benda-benda sampah antara lain: kaleng, plastik, dan sampah
organik. Pemandangan seperti itu dapat dijumpai pada aliran sungai, rawa, danau,
dan kolam. Air yang demikian biasa disebut air kotor atau disebut pula air yang
terpolusi. Bagi masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air sehari-hari.
Sumber-sumber yang mengakibatkan air tersebut tercemar berasal dari mana-
mana. Contohnya limbah-limbah industri yang dibuang dan dialirkan ke sungai.
Semua akhirnya bermura di sungai dan pencemaran air ini dapat merugikan
manusia apabila mengkonsumsi air ini.

7
Dengan mengetahui kenyataan ini, sudah banyak para ahli yang meneliti
dan mencoba mengatasi pencemaran air ini. Para ahli tersebut salah satunya dari
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) (2001) yang meneliti
pencemaran air dari limbah industri dan rumah tangga serta telah melakukan
penyuluhan kepada masyarakat untuk mengatasinya. Ternyata hasilnya cukup
menakjubkan. Penyuluhan tersebut di respon dengan baik oleh masyarakat dan
industri besar.Selain itu, penyuluhan yang dilakukan telah mengakibatkan
banyaknya para peneliti yang telah membuat cara untuk mengatasi pencemaran
air, salah satunya dengan membuat cara pengolahan air buangan. Cara ini cukup
efektif digunakan oleh masyarakat dan industri, cara mudah dan mempunyai hasil
yang memuaskan tapa harus membayar mahal.
2. Pencemaran limbah di Sungai Sikendil dan Selilin, Semarang
Warga dan Pemerintah Desa Klepu di Kabupaten Semarang mengeluhkan soal
pencemaran limbah di Sungai Sikendil dan Selilin. Pabrik yang berada di kawasan
itu menyatakan pengolahan limbah sudah sesuai prosedur dan teruji.Salah satu
pabrik yakni PT Java Egg Specialities (PT Jess) menyatakan prosedur pengolahan
limbah sudah mematuhi aturan dari pemerintah.
Pihaknya menjamin memiliki data valid hasil dari uji laboratorium terhadap
limbah pabrik tersebut. Menurut Adhelinika Priharum Malinda, Quality
Assurance PT Jess, satu bulan sekali limbah dari perusahaan kami selalu diuji
oleh Laboratorium Sucovindo. Hasilnya juga sesuai dengan baku mutu dan aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi kalau ada limbah berlendir dan hitam pekat
itu bukan dari perusahaan kami. Ia menambahkan, saat ini masyarakat butuh
edukasi tentang prosedur pengolahan limbah di PT Jess. Hal itu ia jelaskan supaya
tidak ada lagi sangkaan bahwa perusahaan pengolah telur cair itu menghasilkan
limbah yang mencemari sungai Sikendil dan Selilin.
"Kami terbuka bagi masyarakat yang hendak melihat prosedur pengolahan
limbah disini. Bahkan dalam rencana kedepan, perusahaan kami juga akan
menerapkan prinsip zero waste atau tidak menghasilkan limbah apapun dalam
proses produksi. Namun saat ini, prosedur yang kami lakukan adalah berusaha
optimal agar limbah yang kami hasilkan menjadi bening atau tidak berwarna,"
terang Adhel.

8
"Prosedur pengolahan limbah kami ini benar-benar sesuai aturan. Bahkan di
bagian akhir penampungan, kami sengaja menaruh ikan, hal ini sebagai bukti
bahwa air limbah kami tidak beracun atau mengandung lendir dan berwarna
hitam," imbuhnya. Ia berharap pemerintah secara terbuka melakukan uji
laboratorium pada semua perusahaan di wilayah Ngempon. Dari upaya itu
diharapkan nantinya akan ditemukan sumber masalah dari pencemaran sungai
Sikendil dan Selilin.
"Kami menjamin bukan limbah kami yang mengotori sungai Sikendil dan
Selilin. Namun kami juga tidak menyalahkan perusahaan lain, itu adalah
kewenangan pemerintah untuk menguji dan memantau proses pengolahan limbah
di masing-masing perusahaan. Kami tidak bisa main-main dengan limbah, karena
selain pemerintah dan pihak laboratorium, limbah kami juga diawasi oleh
konsumen. Mereka rata-rata perusahaan besar, selalu memantau proses produksi
dari awal sampai akhir," tandas Adhel.
3. Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dimaa terdapat berbagai


substansi zat baik itu fisik, kimia dan juga biologi yang terdapat di dalam lapisan
atmosfer bumi. Jika jumlah substansi tersebut melebihi batas maka bisa
menyebabkan bahaya bagi para makhluk hidup di dalamnya serta dapat mengaggu
estetika dan kenyamanan kehidupan di muka bumi ini.

Penyebab pencemaran udara ini berbeda-beda baik oleh kegiatan manusia atau
memang sebuah fenomena alam. Berbagai jenis pencemaran udara misalnya
adalah polusi cahaya, panas radiasi dan polusi suara. Area terjadinya pencemaran
udara ini bisa dalam kisaran regional lokal hingga pada global. Pencemaran udara
dapat terjadi dalam sebuah ruangan tertutup maupun dalam area yang terbuka.

Dalam pencemaran udara dapat dibedakan sumbernya menjadi pencemaran


primer dan juga pencemar sekunder. Sesuatu akan dikatakan sebagai pencemar
primer jika terjadi secara langsung mencemari udara yang ada. Yang paling
banyak dalam kasus ini adalah zat karbon monoksida yang merupakan hasil dari
proses pembakaran limbah yang tidak ramah lingkungan. Sedangkan untuk jenis

9
pencemar sekunder merupakan hasil dari turunan pencemar primer yang sudah
ada di dalam atmosfer. Untuk hal ini misalnya saja dalam pembentukan ozon
karena smog fotokimia. Adapun sumber pencemaran udara lainnya yang menjadi
penyebab pencemaran udaa diantaranya adalah sebagai berikut ini:

 Aktivitas manusia – hal ini meliputi transportasi, adanya berbagai pabrik dan
industri yang membuang gas buang atau asapnya secara sembarangan dan tidak
melalui mekanisme yang seharusnya, karena pembangit listrik, dari alat
pembakaran baik dalam skala besar atau kecil seperti kompor, tungku, frunance
dan lainnya dan gas buang yang dimiliki oleh pabrik terutama yang menganudung
CFC di dalamnya.
 Sumber alami – pencemaran udara yang terjadi ini dikarenakan oleh sumber
alami dari fenomena alam seperti adanya letusan gunung berapi, rawa-rawa,
terjadinya kebakaran hutan pada musim kemarau dan juga denitrifikasi serta
dalam kondisi tertentu pada tumbuhan mampu menghasilkan volatile organic
yang bisa menjadi polutan di dalam udara.
 Sumber lain – pencemaran udara juga bisa terjadi karena berbagai sumber
lainnya diantaranya adalah karena kebocoran tangki gas yang disebabkan karena
kelalaian manusia, adanya transportasi yang meningkat jumlanya, karena uap
pelarut organic dan juga dari gas metana yang berasal dari tempat pembuangan
sampah akhir.

4. Pencemaran udara di Jakarta Utara

Polisi mengusut pencemaran udara yang berasal dari 2 pabrik aluminium di


kawasan Jakarta Utara. Lima saksi telah diperiksa untuk penyelidikan lebih
dalam.
"Memang sampai saat ini masih fokus 5 saksi itu karena ini yang berperan. Satu
pemilik (pabrik) dan 4 karyawannya. Jadi untuk status saat ini saksi, tapi masih
kami kejar terkait pemenuhan UU Lingkungan Hidup," kata Kapolres Metro
Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto kepada wartawan di Polda Metro
Jaya, Jakarta, Kais (19/9/2019).

10
Lebih lanjut Budhi mengatakan kasus itu telah ditingkatkan ke tahap
penyidikan. Polisi menilai ada unsur pidana terkait pencemaran udara tersebut.
"Kasusnya ini sudah kita tingkatkan jadi penyidikan," kata Budhi. Dalam
penyidikan ini, polisi akan mencari tersangka dalam kasus tersebut. Polisi telah
berkoordinasi dengan Sudin Perdagangan dan diketahui bahwa 2 pabrik itu tidak
memiliki izin."Terkait dengan pemenuhan UU Perdagangan, kami sudah
berkoordinasi dengan Sudin Perdagangan mengatakan itu nggak ada izinnya,
sehingga ada pelanggaran terhadap UU Perdagangan," jelas Budhi.

Diketahui, polisi bersama Pemprov DKI Jakarta menyegel dua pabrik


aluminium di Cilincing, Jakarta Utara. Pabrik itu disegel karena diduga
mencemari udara.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Andono Warih mengatakan tercatat
sebanyak 23 kegiatan usaha pembakaran arang dan 2 kegiatan usaha peleburan
aluminium di Cilincing diduga mencemarkan udara. Pembakaran arang sendiri
beroperasi 24 jam nonstop.
Dinas LH pernah mengukur kualitas udara pada 25-26 Mei 2016 di sekitar
kawasan. Hasilnya, asap yang dihasilkan tidak baik untuk kesehatan. "Hasil
analisa didapati parameter NO2 dan H2S melebihi baku mutu. Paparan NO2
dengan kadar 5 ppm selama 10 menit pada manusia menyebabkan kesulitan dalam
bernapas dan H2S menyebabkan bau yang mengganggu kenyamanan
lingkungan," ucap Andono, Jumat (13/9).

5. Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 19


September 2019 pukul 09.00 WIB, karhutla terjadi di Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Dari
data yang sama tercatat, api telah membakar lahan seluas 328.724 hektare di
seluruh Indonesia pada bulan Januari-Agustus 2019. Jumlah titik panas yang
ditemukan BNPB mencapai 4.077. Dari wilayah-wilayah yang terkena karhutla
itu, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dinyatakan tidak sehat.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di


situs iku.menlhk.go.id pada 19 September pukul 14.30 WIB, tercatat ISPU di

11
Kota Pekanbaru, Riau mencapai 238 yang masuk dalam kategori Sangat Tidak
Sehat.

Sementara itu di Kota Jambi, ISPU dinyatakan berada di angka 142 atau
kategori Tidak Sehat. Kondisi udara serupa juga terjadi di Palembang, Sumatera
Selatan yang memiliki indeks 147 dan dinyatakan Tidak Sehat. Di Pontianak,
Kalimantan Barat, ISPU berada di angka 129 yang artinya Tidak Sehat.
Kemudian, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ISPU berada di angka 67 yang
artinya Sedang.

Kondisi paling parah terjadi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang ISPU-


nya mencapai 399 dan masuk kategori Berbahaya. Kategori ini berarti tingkat
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang
serius. Karhutla berarti masalah serius tak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi
negara-negara di sekitarnya. Kabut asap akibat pembakaran yang terus meluas
berdampak hingga Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, juga Thailand, dan
Filipina. Bulan ini bukan kali pertama Indonesia mengalami bencana karhutla.
Menurut catatan sejarah, karhutla besar pernah terjadi di Riau dan Kalimantan
tahun 1997. Dampak karhutla saat itu amat parah, termasuk jatuhnya pesawat dan
efek asap yang sampai ke negara-negara tetangga, bahkan hingga Australia.
Menurut Laporan Kementerian Lingkungan (1998), karhutla tahun 1997
menghancurkan sekitar 383.870 hektar.

Dampak kebakaran hutan dan lahan ini sangat buruk, baik bagi kesehatan
manusia maupun lingkungan hidup. Sekurang-kurangnya 20 juta orang Indonesia
telah terkena polusi udara dan air, baik langsung maupun tidak langsung. Asap
hitam mengakibatkan ribuan orang di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, harus dirawat di rumah sakit.
Di Irian Jaya (Papua), ratusan warga meninggal karena transportasi untuk
makanan dan keperluan suplai lainnya di pedalaman terhenti akibat asap.
Penyebab karhutla sejauh ini diduga karena praktik land clearing yang
memanfaatkan musim kemarau. Hal ini diungkapkan Kapolri Jenderal Tito
Karnavian usai meninjau kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan menaiki

12
helikopter bersama Kepala BNPB dan Panglima TNI, pada Minggu (15/9/2019).
Tito heran karena ia tidak melihat lahan sawit dan tanaman industri ikut terbakar.

Kalaupun ada, hanya di pinggir. "Ini menunjukkan adanya praktik 'land


clearing' dengan [cara] mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau," ujar
Tito terkait dugaan kuat kebakaran akibat ulah manusia dalam siaran pers BNPB.
Hingga 16 September 2019, polisi memang sudah menetapkan 185 tersangka
perseorangan dalam kasus karhutla. Namun, baru 4 korporasi menjadi tersangka
terkait kasus karhutla di Riau, Kalbar dan Kalteng.

6. Pencemaran Tanah

Jenis pencemaran lingkungan yang ke tiga adalah pencemaran tanah,


dimana pencemaran ini terjadi karena adanya zat atau bahan kimia yang ada di
dalam tanah dan biasanya terjadi karena hasil dari ulah manusia sehingga
mengubah struktur dan kandungan tanah yang masih alami. Ada banyak hal yang
membuat bahan kimia ini masuk ke dalam tanah misalnya saja kebocoran limbah
kimia cair hasil dari pabrik industri tertentu, adanya penggunaan pestisida pada
tanaman yang masuk ke dalam lapisan tanah, adanya kecelakaan pengendara yang
mengangkut minyak sehingga bahan kimia yang ada di dalam minyak tumpah ke
dalam tanah, serta pembuangan sampah yang langsung ditimbun ke dalam tanah
tanpa dilakukan penguraian dulu sebelumnya.

Nah, saat zat kimia sudah masuk ke dalam tanah maka zat tersebut dapat
masuk ke dalam tanah yang lebih dalam dan mencemari air tanah, dapat menguap
ke udara dan juga dapat tersapu oleh air hujan sehingga mampu menimbulkan
berbagai pencemaran lainnya. zat kimia ini tentunya sangat berbahaya bagi
makhluk hidup yang mengalami paparannya termasuk manusia, tumbuhan dan
hewan. Adanya paparan yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
berbagai jenis penykit termasuk leukemia dan penyakit serius lainnya.

Dampak dari adanya pencemaran tanah terutama sangat dirasakan pada


kesehatan. Dan dampak ini akan tergantung pada seberapa kuat bahan kimia yang
ada di dalam tanah sebagai penyebab pencemaran tanah. Contoh bahan kimia
yang mampu menganggu kesehatan antara lain adalah berikut ini:

13
 timbale sangat tidak baik dan sangat berbahaya bagi kesehatan otak bagi manusia
dan juga masalah pada ginjal.
 Selain timbale ada juga bahan kuri yang juga sangat tidak baik bagi ksehetan
tubuh serta bahan lainnya yang bahkan tidak bisa diobati. Jadi pencemaran dalam
tanah ini sangatlah berbahaya.
 Kromium, merupakan salah satu zat kimia yang sangat berbahaya bagi semua
populasi makhluk hidup bukan hanya berbahaya bagi manusia saja.
 Siklodenia dan PCB, mampu memicu terjadinya kerusakan pada organ hati
 Organofostfat, zat ini mampu menyebabkan kerusakan pada saraf otot
 Klroin, mampu menyebabkan gangguan pada hati, ginjal serta saraf pusat di
dalam otak.

7. Pencemaran tanah di Lakardowo, Indonesia

Warga Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa


Timur, dibantu tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,
melakukan pengeboran lima titik di sekitar pabrik pengolahan limbah B3 milik
PT. Putra Restu Ibu Abadi (PRIA).

Pengeboran dilakukan untuk mengambil sampel tanah, mulai kedalaman


nol hingga sepuluh meter. Sampel ini nantinya akan diuji di laboratorium ITS,
terkait komposisi material tanah yang ditemukan di setiap lapisan. “Untuk diteliti
lebih cermat,” terang Harno, petugas Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan,
ITS Surabaya.

14
Pengambilan contoh tanah dilakukan mulai pertengahan Desember 2017,
atas rekomendasi Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf kepada Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur. Tujuannya, membuktikan ada tidaknya
material limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang diduga telah mencemari
lahan dan air sumur warga.

Warga Desa Lakardowo, Nurasim mengatakan, langkah ini dilakukan


untuk mencari tahu sejauh mana pencemaran dari timbunan limbah B3. Sebelum
ini, warga telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) untuk segera melakukan pengeboran, namun pihak perusahaan menolak.

“Sebenarnya, Komnas HAM sudah mendesak KLHK untuk segera


melakukam pengeboran. Tapi, perusahaan keberatan sebelum ada hasil audit yang
dilakukan KLHK,” jelasnya. Nurasim mengungkapkan, warga mengetahui adanya
aktivitas penimbunan limbah B3 di lokasi perusahaan sejak 2010. Sebelum
perusahaan mendapat izin pengelolaan dan pemanfaatan limbah pada 2014.

Dari pengamatan sampel tanah yang diambil, ditemukan bekas-bekas


plastik kemasan popok bayi, serta material popok yang belum hancur. Warna dan
tekstur tanah yang diambil pada kedalaman tertentu menunjukkan warna yang
lebih hitam, dan bau yang tidak sedap. “Diharapkan, sampel ini dapat
membuktikan pelangaran yang dilakukan PT. PRIA, yang selama ini selalu
dibantah. Warga ingin perusahaan ditutup bila terbukti bersalah,” tuturnya.

Kepala Desa Lakardowo, Utomo mengatakan, dirinya mendukung upaya


penyelesaian masalah yang ada. Limbah B3 yang diduga banyak ditimbun dan
mencemari lingkungan ini, telah menyebabkan perpecahan warga yang pro dan
kontra.

“Ini kan menyangkut warga. Anak-anak sudah banyak kena dermatitis,


tapi hasil pemeriksaan dan tindakan terkait kesehatan yang telah dilakukan,
hasilnya belum maksimal,” jelas Utomo, yang baru dilantik ini.

15
Selain mengambil sampel tanah untuk diuji di Laboratorium Mekanika
Tanah dan Batuan ITS Surabaya, Penduduk Lakardowo Bangkit (Pendowo
Bangkit) bersama tim LSM lingkungan Ecoton (Ecological Obsevation and
Wetlands Conservation) juga mengambil contoh yang sama, untuk diujikan di
laboratorium Black Smith Institute, Jakarta.

Manajer Riset Ecoton, Daru Setyo Rini mengatakan, uji laboratorium yang
dilakukan Ecoton dan Pendowo Bangkit, bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya logam berat dalam tanah. “Black Smith Institute punya alat XRF yang
bisa mendeteksi kadar logam berat dalam tanah.”

Hasil uji laboratorium ITS maupun Black Smith Institute, nantinya akan
dipresentasikan kepada Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur.
Perwakilan warga dan perusahaan juga diundang.

“Harapannya, pemerintah sendiri yang akan mengambil tindakan.


Pemerintah punya kewenangan melakukan pengawasan, penindakan, penegakan
hukum, dan sanksi administratif,” katanya.

Penanganan limbah B3, lanjut Daru, bukan hanya kewenangan pemerintah


pusat, melainkan juga pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Termasuk,
melakukan sidak atau pemeriksaan, serta penindakan atau sanksi administratif bila
terbukti melanggar izin maupun aturan lain.

“Perusahaan ini tidak memiliki izin penimbunan. Kalau terbukti, berarti


melanggar Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 atau PP 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3,” paparnya.

Sebelumnya, Manajer Development PT. PRIA Christine, saat ditemui di


Surabaya, membantah perusahaannya melakukan pencemaran lingkungan.
Alasannya, belum ada bukti yang mengarah pada tuduhan tersebut.

“Waktu sidang di PTUN, warga yang menggugat tidak dapat


membuktikan tuduhannya. Mereka memilih mencabut gugatannya pada 2014
lalu,” kata Christine.

16
Bahkan, kesimpulan hasil uji laboratorium yang dilakukan KLHK, kata
Christine, membuktikan bahwa pencemaran yang terjadi pada air sumur warga
bukan dari PT. PRIA, melainkan aktivitas peternakan dan faktor alami batuan.
“Kalau pencemaran, seharusnya dengan bukti ini sudah cukup memuaskan,”
ujarnya.

2.3 Indikator-indikator Lingkungan yang Sehat Untuk Ditinggali


 Udara – Lingkungan sehat dapat dirasakan dari udaranya. Udara yang
bersih tidak akan menghambat saluran pernafasan, namun sebaliknya
udara bersih, segar dan sejuk dapat melegakan pernafasan.
 Pembuangan Sampah – Dengan adanya tempat dari pembuangan sampah
maka lingkungan akan bersih, jika lingkungan bersih akan terhindar dari
berbagai macam penyakit serta pencemaran tanah.
 Tersedianya Pengelolaan Sampah – Lingkungan yang sehat perlu
dilengkapi dengan pengelolaan sampah. Misalnya saja ialah pengelolaan
sampah organik dan anorganik.
 Adanya Pengelompokan Sampah – Untuk menciptakan lingkungan
bersih terutama anak-anak adalah dengan memilah-milah sampah menurut
sifatnya yakni dapat diuraikan ataupun tidak dapat diuraikan.
 Saluran Air – Saluran air yang lancar serta tidak terjadi penyumbatan
akan membuat orang yang berada di lingkungan tersebut gampang untuk
melakukan MCK sehingga kesehatan juga bisa dijaga.
 Terlengkapinya Sarana Kakus Baik – Biaya mahal untuk pembuatan
sarana kakus ini membuat masyarakat lebih memilih untuk BAB di sungai
yang tanpa biaya. Jika dilakukan terus menerus maka bisa menyebabkan
lingkungan menjadi tidak sehat.
 Banyaknya Tumbuhan Hijau – Tumbuhan yang hijau juga menciptakan
udara yang bersih. Udara yang bersih adalah salah satu ciri dari
lingkungan bersih dan juga sehat.
 Pengelolaan Limbah Baik – Lingkungan yang bersih juga diperlukan
saluran limbah serta pengelolaan limbah yang baik dalam setiap rumah,

17
tujuannya untuk bisa menciptakan sebuah lingkungan yang sehat dan juga
bersi

BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau


primer maupun kebutuhan sekunder. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut,
manusia memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Semakin banyak jumlah
manusia, semakin banyak pula sumber daya alam yang digali, diolah dan
dijadikan berbagai produk yang siap digunakan.

Kerusakan lingkungan akibat pencemaran terjadi dimana-mana yang


berdampak pada menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Bahkan, pencemaran dan kerusakan lingkungan
menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia seperti penyakit dan bencana
alam.

Faktor penyebab pencemaran dan perusakan lingkungan hidup disebabkan


antara lain; teknologi, pertumbuhan penduduk, motif ekonomi, serta tata nilai.
Jenis dan contoh pencemaran serta perusakan lingkungan hidup di Indonesia
antara lain yaitu; pencemaran air, Pencemaran limbah di Sungai Sikendil dan
Selilin, Semarang, pencemaran udara, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla),
pencemaran tanah, dan lain-lain.
3.2 Saran

Tetap menjaga lingkungan, jangan merusak lingkungan. Jangan membuang


sampah sembarangan. Minimalisasi penggunaan plastik sekali pakai dan jangan
lupa menanam pohon.

DAFTAR PUSTAKA

19
Hamzah, Andi. (2005). Politik Hukum Penegakkan Hukum Lingkungan. Jakarta:
Sinar Grafika

Hidayat, Arief dan Adji Samekto. (1998). Hukum Lingkungan dalam Perspektif
Global dan Nasional. Semarang: Badan Penerbit Undip

Rahmadi, Takdir. (2016). Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Silalahi, Daud. (2001). Hukum Lingkungan “dalam Sistem Penegakkan Hukum


Lingkungan di Indonesia”. Bandung: PT Alumni

Supriadi, (2008). Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/pencemaran-lingkungan

https://news.detik.com/berita/d-4713317/polisi-sebut-2-pabrik-aluminium-
pencemar-udara-di-jakut-tak-berizin/2

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4617331/sungai-di-semarang-
tercemar-pabrik-sekitar-lokasi-membela-diri

https://www.mongabay.co.id/2018/01/02/buktikan-dugaan-pencemaran-di-
lakardowo-sampel-tanah-dari-lokasi-pabrik-pengolahan-limbah-b3-diteliti/

https://tirto.id/apa-itu-karhutla-yang-sebabkan-kabut-asap-di-sumatera-
kalimantan-eimk

20

Anda mungkin juga menyukai