0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan

Inc (Maternitas)

Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan

Inc (Maternitas)

Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 35

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Menurut Mitayani (2019) Intranatal merupakan suatu proses terjadinya
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Menurut WHO (2018)
persalinan atau kelahiran dapat dikatakan normal apabila usia kehamilan cukup bulan
(37 - 40 minggu), persalinan terjadi secara spontan, presentasi belakang kepala,
berlangsung tidak lebih dari 18 jam, tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin.
Persalinan atau partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal apabila prosesnya tejadi pada usia
kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk,
2018).
Berdasarkan definisi menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput
ketuban dari uterus ibu tanpa adanya komplikasi atau penyulit bagi ibu dan bayi yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 40 minggu).

B. ETIOLOGI
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori – teori yang
kompleks, faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan
persalinan mulai. Menurut Manuaba (2019) mulai dan berlangsungnya persalinan,
antara lain:
1. Teori penurunan hormon
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira–kira 1–2
minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi
otot–otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesterone turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan–perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di
keluarkan.
4. Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor
yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi
degenerasi.
5. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
6. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat di timbulkan dengan jalan:
a. Gagang laminaria: beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
b. Amniotomi: pemecahan ketuban.
c. Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan infus..

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening : Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan :
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut dan ketegangan ligamentum rotandum
3) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
1) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
2) Dibagian bawah terasa sesak
3) Terjadi kesulitan saat berjalan
4) Sering miksi (sering BAK)
c. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan
sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan
progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.
d. Sifat his permulaan (palsu)
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktifitas
2. Tanda Persalinan
a. Terjadinya His persalinan, His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
2) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
b. Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda), Dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam
waktu 24 jam.

D. ALAT –ALAT PERSALINAN


Peralatan yang diperlukan dalam tindakan asuhan persalinan normal secara
keseluruhan peralatan yang diperlukan secara umum diperlukan ruang khusus untuk
bersalin yang memiliki tirai pembatas antara pasien dan meja bersalin yang dapat
membantu pasien dalam posisi setenga duduk dan litotomi.
Alat yang perlu disiapkan selama persalinan normal adalah :
 Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan bersih, sarung tangan steril, dan
sarung tangan panjang steril untuk manual plasenta
 Apron panjang dan sepatu boot
 Kateter urin
 Spuit, intravenaus catheter, benang jahit
 Cairan antiseptik (iodophors atau chlorhexidine)
 Partus set, terdiri dari klem arteri, gunting, gunting episiotomi, gunting tali pusat,
klem tali pusat, spekulum, forsep
 Kain bersih untuk bayi
 Sanitary pads
 Obat-obatan seperti oxytocin, ergometrin, misoprostol, magnesium sulfat,
tetrasiklin 1% salep mata, cairan normal salin lengkap dengan infus set.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


Menurut Mochtar (2018) faktor yang mempengaruhi persalinan diantaranya:
1. Power atau tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan
oleh kontraksi dan retraksi otot-otot Rahim. Geralan memendek dan meneval
otot-otot Rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini
terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot
perut diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan eksplusi yang dihasilkan oleh
otot-otot volunteer ibu.
2. Passage atau jalan lahir
Janin lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
3. Passanger
a. Janin: bagian yang paling besar dank eras adalah kepala janin. Posisi dan besar
kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan
b. Sikap (habitus): meunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu
janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap
fleksi, dimana kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta
lengan bersilang didada.
c. Letak janin: bagian sumbu panjang janin berada berhadapan sumbu ibu,
misalnya letak lintang dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
d. Presentasi: menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah Rahim yang
dapar dijumpai pada [al[asi atau pemeriksaan dalam. Contoh: presentasi
kepala, bokong atau bahu
e. Posisi: indicator untuk menentukan arah bagian terbawah janin apakah sebelah
kanan, kiri, depan atauoun belakang.
4. Plasenta: harus melalui jalur lahir, yang menyertai janin namun plasenta jarang
menghambat pada persalinan normal
5. Psikologis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realistis kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan
anak. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang
nyata.
6. Penolong
Mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
F. FASE PERSALINAN
Menurut Bandiyah (2009) proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase
yaitu :
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya
berlangsung dibawah 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke
10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi penurunan
bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase :
 Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan waktu
2 jam
 Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
 Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam waktu
2 jam
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi akan terjadi
lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada
primigravida dan multigravida. Pada premi osteum uteri internum akan
membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis baru
kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada multigravida osteum uteri
internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internu dan eksternum serta
penipisan dan pendataran terjadi dalam saat yang sama.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala
pengeluaran. Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :
a. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukkan :
a. Pembukaan serviks telah lengkap
b. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina\

3. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
a. Fisiologi kala tiga
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus
secara tiba – tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena
tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari
dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
bagian atas vagina.
b. Tanda – tanda lepasnya plasenta
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba – tiba
Kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
1) Schultze: lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering
terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula pada bagian
tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya
tidak ada sebelum uri lahir.
2) Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan.
Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari
tengah dan pinggir plasenta.
b. Fase pengeluaran uri
1) Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas
simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya
belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas.
2) Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya
belum lepas. Diam atau turun artinya lepas.
3) Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas.
c. Jika plasenta tidak keluar selama 30 menit setelah kelahiran bayi maka
dilakukan eksplorasi.

4. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2
jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan,
antara lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan : Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 – 500 cc
G. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat delapan gerakan posisi dasar yang
terjdai ketika janin berada dalam presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut, sebagai
berikut:
1. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas panggul.
2. Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan oleh karena itu keduanya
diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme lainya.
3. Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui penurunan ini
diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil digantikan dengan diameter
kepala janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna, atau tidak berada dalam sikap
militer atau tidak dalam keadaan beberapa derajat ekstensi.
4. Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjdai sejajar dengan
diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah oksipot berotasi ke
bagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.
5. Pelahiran Kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan
oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan dengan ekstensi seperti,
oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu
secara berurutan muncul dari perineum.
6. Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, berantung pada arah dari
tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior.
7. Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450, menyebabkan diameter bisakromial sejajar
dengan diameter anteroposterior pada pnitu bawah panggul. Hal ini menyebabkan
kepala melakukan rotasi eksteral lain sebesar 450 ke posisi LOT atau ROT,
bergantung arah restuisi.
8. Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui Sumbu Arcus.
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis. Bahu anterior
kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang menyentuh di bawah simfisis
pubis, bahu posterior kemudian menggembugkan perineum dan lahir dengan posisi
ateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu Carus dan
segera lahir (Varney, 2021).

H. LANGKAH-LANGKAH MENOLONG PERSALINAN


58 langkah menolong persalinan menurut WHO (2018) diantaranya :
1. Langkah 1
Mendengarkan, melihat, dan memeriksa gejala serta tanda kala dua sebagai
berikut:
a. Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran;
b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
2. Langkah 2
Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
asfiksia, yaitu: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi, dan mengganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Langkah 3
Mengenakan atau memakai celemek plastik.
4. Langkah 4
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian mengeringkan tangan dengan
tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Langkah 5
Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
6. Langkah 6
Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (menggunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril, memastikan tidak terkontaminasi pada alat
suntik).
7. Langkah 7
Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, membersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Membuang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (mendekontaminasi, melepaskan,
dan merendam dalam larutan klorin 0,5%).
8. Langkah 8
a. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
b. Melakukan amniotomi bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap.
9. Langkah 9
Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian melepaskan
dan merendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Langkah 10
Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11. Langkah 11
a. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, serta membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya
b. Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, melanjutkan pemantauan kondisi
ibu dan janin, memantau kenyamanan ibu (mengikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif), dan mendokumentasikan sesuai temuan yang ada
c. Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Langkah 12
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (jika ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, membantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan memastikan ibu merasa nyaman).
13. Langkah 13
Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan
kuat untuk meneran dengan cara sebagai berikut :
a. Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan memperbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e. Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera merujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit atau 2
jam meneran pada primigravida, dan 60 menit atau 1 jam meneran pada
multigravida.
14. Langkah 14
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Langkah 15
Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Langkah 16
Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Langkah 17
Membuka tutup partus set dan memerhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Langkah 18
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernapas cepat dan dangkal.
20. Langkah 20
Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera melanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengeklem tali pusat di dua tempat dan
memotong diantara klem tersebut.
21. Langkah 21
Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Langkah 22
Memegang secara biparietal setelah kepala melakukan putaran paksi luar.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Secara lembut menggerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian menggerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Langkah 23
Menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan, dan siku sebelah bawah setelah kedua bahu lahir. Menggunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong dan kaki. Memegang kedua mata kaki (memasukkan telunjuk
diantara kaki dan memegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
25. Langkah 25
Melakukan penilaian (selintas) sebagai berikut:
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?, Jika bayi tidak bernapas atau megap-
megap, segera melakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke
langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia).
26. Langkah 26
Mengeringkan dan memosisikan tubuh bayi di atas perut ibu.
a. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks), kecuali bagian tangan
b. Mengganti handuk basah dengan handuk kering
c. Memastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
27. Langkah 27
Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Langkah 28
Memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
29. Langkah 29
Menyuntikkan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) dalam waktu satu
menit setelah bayi lahir.
30. Langkah 30
Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem (dua menit setelah bayi lahir
pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Pada sisi luar klem penjepit,
mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan penjepitan kedua pada
2 cm distal dari klem pertama.
31. Langkah 31
Memotong dan mengikat tali pusat dengan cara sebagai berikut:
a. Mengangkat tali pusat yang telah dijepit dengan satu tangan kemudian
melakukan pengguntingan tali pusat (melindungi perut bayi) di antara dua klem
tersebut
b. Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan melakukan ikatan kedua
menggunakan benang dengan simpul kunci
c. Melepaskan klem dan memasukkan dalam wadah yang telah tersedia.
32. Langkah 32
Melakukan persiapan inisiasi menyusui dini dengan cara sebagai berikut:
a. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi;
b. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu
c. Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-
perut ibu
d. Mengusahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu.
33. Langkah 33
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Langkah 34
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Langkah 35
Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu yaitu pada tepi atas simfisis
untuk mendeteksi dan tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Langkah 36
Menegangkan tali pusat ke arah bawah setelah uterus berkontraksi, sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik kemudian mengulangi prosedur di atas. Meminta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu jika uterus tidak segera
berkontraksi.
37. Langkah 37
Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso kranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang memindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan melahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat maka:
 Memberi dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
 Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
 Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
 Segera merujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
 Melakukan plasenta manual jika terjadi perdarahan.
38. Langkah 38
Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus
vagina. Memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian melahirkan dan menempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek memakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian menggunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Langkah 39
Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir.
Meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Melakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/ masase.
40. Langkah 40
Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan memastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Memasukkan plasenta ke dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
41. Langkah 41
Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Langkah 42
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Langkah 43
Memberi cukup waktu untuk terjadi kontak kulit ibu dan bayi (di dada ibu
paling sedikit satu jam).
a. Sebagian besar bayi berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-
60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara;
b. Membiarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44. Langkah 44
Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, memberi tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah
satu jam kontak kulit ibu dan bayi.
45. Langkah 45
a. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian
Vitamin K1) di paha kanan anterolateral
b. Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
c. Meletakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan membiarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Langkah 46
Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
sebagai berikut:
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d. Melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.
47. Langkah 47
Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Langkah 48
Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
49. Langkah 49
Memantau TTV ibu sebgai berikut:
a. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama dua jam pertama
persalinan
b. Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan
c. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Langkah 50
Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5–37,5ºCº).
51. Langkah 51
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Langkah 52
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Langkah 53
Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT kemudian membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah serta membantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54. Langkah 54
Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI, serta
menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Langkah 55
Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Langkah 56
Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalik
bagian dalam keluar, dan merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Langkah 57
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
mengeringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
58. Langkah 58
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda vital,
dan asuhan kala IV.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb, HbSAg dan urinalisis serta proteinurine)
b. Pemeriksaan ultrasonografi
c. Pemantauan janin dengan cardiotocography (CTG)
d. Amniosentesis dan kariotiping.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. KALA I
a. Anamnesa
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
4) Riwayat alergi obat
5) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi
masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan
warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah
pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan
minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
6) Riwayat kehamilan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
b. Pemeriksaan fisik
1) Tunjukkan sikap ramah
2) Minta mengosongkan kandung kemih
3) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
4) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
5) Pemeriksaan abdomen
 Menentukan tinggi fundus
 Kontraksi uterus
 Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
 Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
 Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
 Pemeriksaan dalam
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.

2. KALA II
1) Aktivitas /istirahat
 adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi.
 Letargi.
 Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
3) Integritas Ego
 Respon emosional dapat meningkat.
 Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien
terlibat mengejan secara aktif.
4) Eleminasi.
 Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan
uterus.
 Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
 Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama
upaya mendorong.
5) Nyeri/ Ketidak nyamanan
 Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
 Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
 Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir
60-90 dtk.
 Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam
kelas kelahiran anak
.
6) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
7) Keamanan
 Diaforesis sering terjadi.
 Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Sexualitas
 Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
 Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
 Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
 Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
 Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex

3. KALA III
1) Aktivitas/istirahat
a. Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
a. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali
ke tingkat normal dengan cepat.
b. Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
c. Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi
jalan lahir mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali
pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi
bentuk globular.
6) Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh),
status mental klien.
b. Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
c. Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.

4. KALA IV
1) Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2) Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
b. TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia /
anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin
atau hipertensi karena kehamilan
c. Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah),
atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum
(tanda hipertensi pada kehamilan)
d. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml
untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3) Integritas Ego
a. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau
perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau
kecewa
b. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut
mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eleminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis, kateter mungkin
dipasang
c. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran
urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5) Makanan / Cairan : Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6) Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya
hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau
pasien primipara)
7) Nyeri / Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya
setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh,
atau perasaan dingin / otot tremor dengan “menggigil”
8) Keamanan
1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
2) Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9) Seksualitas
1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
beberapa bekuan kecil
3) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
5) Payudara lunak dengan puting tegang
6) Penyuluhan / Pembelajaran : Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk
waktu dan jumlah
B. DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa Kala 1 :
1. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai 02
plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
3. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya
informasi yang dimiliki ibu
5. Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan

Diagnosa kala 2
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi ,
dilatasi/ peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin intense
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.
3. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan,
pola kotraksi hipertonik, janin besar.
4. Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan yang
lama, hiperventilasi maternal.
5. Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan
masukan , perpindahan cairan.
6. Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban

Diagnosa Kala 3
1. Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah,
diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus,
laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
3. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
4. Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan
Diagnosa Kala 4
1. Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme
homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak
komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek – efek hipertensi saat
kehamilan)
2. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Kala 1
1. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai 0 2
plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Intervensi:
a. Kaji DJJ tiap 30 menit
b. Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit
c. Catat kemajuan persalinan
d. Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa lagi 5 menit kemudian dan observasi
perineum terhadap prolaps tali pusat
e. Kolaborasi pemberian oksigen
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan ibu mampu
mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi ibu menyatakan menerima rasa
nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan
Intervensi :
a. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi,
intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)
b. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialami
c. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri
d. Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
e. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola
pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
f. Dorong ibu untuk mencoba beberapa metode
g. Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat
tidur anjurkan untuk miring ke kiri
h. Beberapa teknik pengendalian nyeri :
- Relaksasi
- Massage
3. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan ibu tidak
mengalami keletihan dengan kriteria evaluasi: nadi:60-80x/menit(saat tidak ada
his), ibu menyatakan masih memiliki cukup tenaga
Intervensi:
a. Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah
b. Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi
c. Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu
d. Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau
makanan kepada ibu
4. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya
informasi yang dimiliki ibu
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama … diharapakan ibu dapat
memahami proses persalinan dengan kriteria evaluasi : ibu menyatakan dapat
menerima penjelasan perawat, ibu kooperatif
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima
informasi
b. Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu
c. Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan
d. Memberi pujian atas sikap kooperatif ibu
5. Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan kecemasan
berkurang dengan kriteria evaluasi : tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik
relaksasi dan napas dalam, ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.
Intervensi:
a. Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan
sesuai kebutuhan
b. Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar
belakang budaya dan peran orang terdekat
c. Pantau TTV sesuai indikasi
d. Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan
e. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
f. Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan
kenyamanan

Intervensi Kala 2
1. Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan,
kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : Setelah diberikan askep selama … diharapkan klien dapat mengontrol
rasa nyeri dengan criteria evaluasi : Mengungkapkan penurunan nyeri,
Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan control.nyeri, Istirahat
diantara kontraksi
Intervensi :
a. Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
b. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
c. Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.
d. Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.
e. Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan
f. Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
g. Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi perubahan
curah jantung dan perubahan tahanan vaskuler sistemik dengan criteria hasil:
Tanda- tanda vital dalam batas normal, Djj dan variabilitas dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau TD dan nadi setiap 5-15 mnt, perhatikan jumlah dan konsentrasi
haluaran urine, tes terhadap albuminuria.
b. Anjurkan klien untuk inhalahi dan ekshalasi selama upaya mengejan
menggunakan tehnik glottis terbukaan.
c. Pantau DJJ setelah setiap kontraksi atau upaya mengejan.
d. Anjurkan klien memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi.
e. Pantau TD dan nadi segara setelah pemberian anastesi sampai klien stabil.
f. Atur infus intra vena sesuai indikasi, pantau pembrian oksitosin dan turunkan
kecepatan bila perlu.
3. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan,
pola kotraksi hipertonik, janin besar.
Tujuan : setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi kerusakan
kulit/ jaringan dengan kriteria evaluasi : Otot-otot perineal rileks selama upaya
mengedan, Bebas dari laserasi yang dapat dicegah
Intervensi :
a. Bantu klien dengan posisi tepat, pernapasan, dan upaya untuk rileks.
b. Tempatkan klien pada posisi Sim lateral kiri untuk melahirkan bila nyaman.
c. Bantu klien mengangkat kaki secara simultan, hindari tekanan pada
poplitea,sokong telapak kaki.
d. Kaji kepenuhan kandung kencing
e. Bantu sesuai kebutuhan dengan manufer tangan , berikan tekanan pada dagu
janin melalui perineum ibu saat tekanan pengeluaran pada oksiputdengan
tangan lain.
4. Risiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan yang
lama, hiperventilasi maternal.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi gangguan
pertukaran gas,pada janin dengan kriteria evaluasi : Bebas dari variable atau
deselerasi lanjut dengan DJJ dalam batas normal, Pada klien mempertahankan
control pola pernafasan, Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik
vena/ sirkulasi plasenta.
Intervensi :
a. Kaji stasion janin , presentasi, dan posisi.
b. Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak, atau miring dari sisi
ke sisi sesuai indikasi.
c. Hindari menempatkan klien pada posisi dorsal rekumben.]
d. Kaji pola pernafasan klien
e. Kaji DJJ dengan fetoskop atau monitor janin selama atau setiap kontrasi.
f. Lakukan pemeriksaan vagina steril ,rasakan prolaps.
g. Siapkan untuk intervensi bedah bila kelahiran pervaginam atau forcep rendah
tidak memungkinkan dengan segera setelah kira-kira 30 mnt dan pH janin
<7,20
5. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan masukan ,
perpindahan cairan.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama…diharapkan volume cairan dapat
terpenuhi dengan kriteria eveluasi : Tanda-tanda vital dalam batas normal,
Haluaran urine adekuat, Membrane mukosa lembab.
Intervensi :
a. Ukur masukan dan haluaran , dan berat jenis urine.
b. Kaji turgor kulit, dan produksi mucus.
c. Pantau suhu sesuai indikasi.
d. Lepaskan pakaian yang berlebihan, pertahankan lingkugan sejuk, lindungi dari
menggigil.
e. Berikan cairan per oral (menyesap cairan jernih atau es batu), atau secara
parentera.
6. Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
Tujuan : Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi infeksi
dengan kriteria evaluasi : Tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.
Intervensi :

a. Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.


b. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan menggunakan
tehnik aseptik
d. Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.
e. Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.
f. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Intervensintervensi Kala III
1. Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah,
diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus,
laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak
terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria evaluasi : Tanda vital dalam
batas normal, Kontraksi uterus baik., Input dan output seimbang
Intervensi :
a. Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi. Bantu mengarahkan
perhatiannya untuk mengejan.
b. Kaji tanda vital sebelum dan setelah pemberian oksitosin.
c. Palpasi uterus. Perhatikan ballooning.
d. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syok. Misal
perhatikan tanda vital, perabaan kulit.
e. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakan untuk memberi ASI.
f. Masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.
g. Catat waktu dan pelepasan plasenta, missal mekanisme Duncan VS Schulze.
h. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersi tali
pusat, keutuhan, perubahan vaskular berkenaan dengan penuaan dan
kalsifikasi (yang mungkin meninggalkan abrupsi).
i. Hindari menarik tali pusat secara berlebihan
j. Berikan cairan melalui rute parenteral.
k. Berikan oksitosin melalui IM atau drip diencerkan dalam larutan elektrolit.
l. Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi jalan lahir
terhadap laserasi. Bantu dengan perbaikan serviks, vagina, dan luasnya
episiotomi.
m. Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di
bawah anastesi umum dan kondisi steril.
2. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak
terjadi cedera maternal dengan kriteria evaluasi : Tidak terjadi tanda-tanda
perdarahan, Kesadaran pasien bagus.
Intervensi :
a. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
b. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
c. Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
d. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut
perineal steril.
e. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
f. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.
g. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan darah.
h. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.
i. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh anastesi
dan berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan uterus kembali.
Bantu dengan tampon sesuai dengan indikasi.
j. Berikan antibiotik profilatik.
3. Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan nyeri
hilang atau berkurang dengan kriteria evaluasi : Menyatakan nyeri berkurang
dengan skala (0-3), Wajah tampak tenang, Wajah tampak tidak meringis.
Intervensi :
a. Bantu dengan teknik pernapasan selama perbaikan pembedahan bila tepat.
b. Ganti pakaian dan linen basah.
c. Berikan analgetik sesuai indikasi
4. Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan kriteria evaluasi : Tanda vital stabil dan Nilai lab (WBC)
dalam batas normal.
Intervensi :
a. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam. Ganti linen/pembalut sesuai
kebutuhan.
b. Pantau suhu, nadi, tekanan darah, dan WBC sesuai indikasi.
c. Gunakan teknik aseptik pada persiapan peralatan.
d. Berikan pengertian kepada keluarga untuk membatasi jumlah pengunjung.
e. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

Intervensi Kala IV
1. Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme
homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak
komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek-efek hipertensi saat
kehamilan)
Tujuan : Setelah diberikan askep selama … diharapkan tidak terjadi kekurangan
volume cairan
Kriteria evaluasi : TTV dalam batas normal, Kontraksi uterus kuat, aliran lokhea
sedang, tidak ada bekuan, Menunjukkan perbaikan episiotomi, luka kering, dan
utuh
Intervensi :
a. Tempatkan pasien pada posisi rekumben
b. Kaji jenis persalinan dan anastesia, kehilangan darah pada persalinan dan
lama persalinan tahap II
c. Catat lokasi dan konsistensi fundus setiap 15 menit
d. Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit
e. Kaji penyebab perdarahan
f. Kaji TTV (nadi, TD) setiap 15 menit
g. Kaji intake dan output cairan
h. Beri pasien cairan dan elektrolit peroral jika memungkinkan
i. Periksa Hb, Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan segera
j. Pasang infus IVLine larutan isotonik
k. Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa
protrombin, dan masa tromboplastin
l. Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai
indikasi
2. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan pasien
dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi : Pasien melaporkan nyeri berkurang, Menunjukkan postur dan
ekspresi wajah rileks, Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
a. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian
intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau analgesia
b. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan perbaikan
luka, perhatikan adanya edema, hemoroid
c. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi sebagian,
linen bersih dan kering, perawatan perineal periodik)
d. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi
e. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat
f. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Bundiyah. (2019). Kehamilan Persalinan Gangguan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Damayanti, dkk. (2018). Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan II.


Yogyakarta: Deepublish.

Manuaba. (2019). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mitayani. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Mochtar. (2018). Sinopsis Obstruksi. Jakarta: EGC

Varney. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

WHO. 2018. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dan Rujukan. Jakarta :
Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai