Bab I, Ii, Iii, Iv, V, DF
Bab I, Ii, Iii, Iv, V, DF
Bab I, Ii, Iii, Iv, V, DF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam
segala aspek kehidupan untuk perbaikan kualitas diri . Melalui pendidikan, manusia
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional tentang fungsi dan tujuan
Pendidikan harus mempunyai karakter yang kuat baik itu proses dan hasilnya.
Praktek pendidikan tidak hanya menekankan orientasi pada aspek kognitif semata,
melainkan terpadu dengan aspek afektif dan psikomotorik, artinya aspek pendidikan
pengertian, dan keterampilan berpikir) aspek afektif (aspek perasaan dan emosi:
1
2
minat, sikap, apresiasi, perilaku, dan penyesuaian diri) aspek psikomotorik (aspek
keterampilan) .
bukan hanya pada aspek kognitif saja, akan tetapi seimbang dengan aspek afektif dan
psikomotorik bertujuan agar siswa mampu menjadi individu atau manusia yang
masyarakat yang beradab dan mampu menjaga ekosistem alam ini tetap bisa terjaga,
itulah yang seharusnya tugas kita atau misi kita sebagai seorang guru dan khalifah di
muka bumi ini. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka guru senantiasa
harus mulai memikirkan terobosan-terobosan baru dan harus peka terhadap masalah
mempelajarinya, kurang pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA karena dalam
pembelajaran IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi kegiatan
prinsip, melainkan pengkajian IPA dari segi proses disebut juga keterampilan proses
IPA (science process skills) atau disingkat saja sebagai proses IPA. Proses IPA adalah
proses murid dapat mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan,
3
kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi
kritis. Dari beberapa tujuan pembelajaran IPA yang telah dikemukakan sebelumnya
tampak bahwa hasil belajar IPA sangat diharapkan tercermin dari kemampuan IPA.
Siswa bersikap dan bertingkah laku yang baik, memahami fenomena-fenomena alam
yang terjadi dilingkungannya. Olehnya itu guru perlu merancang suatu pembelajaran
yang menarik bagi IPA, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA
dapat tercapai.
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga
terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi
dirumuskan. Guru perlu belajar mengerti cara berpikir siswa sehingga dapat
suatu persoalan yang ada. Guru perlu menanyakan kepada siswa bagaimana mereka
mendapatkan jawabannya. Ini adalah cara yang baik untuk menemukan pemikiran
mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak berlaku
masalah atau objek yang diamati dapat membawa dampak positif bagi kemajuan
belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar murid. Guru juga perlu
tersebut serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Pada proses
dicapai dan sebagai dasar dalam menentukan perlakuan dari suatu tindakan lebih
lanjut. Hasil belajar merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai
Hasil obsevasi awal yang telah dilakukan peneliti , khususnya pada mata
Selatan menunjukkan rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada murid
kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang yang aktif terdaftar pada semester genap tahun
ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 10
guru kelas IV yang diperoleh, penyebab rendahnya hasil belajar IPA disebabkan dua
aspek yaitu aspek guru dan aspek siswa antara lain (1) penggunaan metode caramah
5
yang kurang bervariatif, sehingga siswa bosan dan jenuh dalam kegiatan
pembelajaran; (2) guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang pasif; (3) siswa hanya
mencatat metri yang dibacakan oleh guru; (4) rendahnya pemahaman siswa pada
hasil belajar siswa disebabkan kurangnya aktivitas guru, penggunaan metode caramah
yang kurang bervariatif, guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
tercapailah solusi bahwa metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan adalah
metode pembelajaran eksperimen, bukan berarti metode eksperimen ini tidak pernah
eksperimen.
Menurut Prof. Dr. Sugiono (2015: 72) “metode eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan. Dalam proses
sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa
di tuntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu
hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.
metode eksperimen dengan hasil yang memuaskan. Sebagai suatu metode eksperimen
patut diterapkan di sekolah dasar (SD). Hal ini dimaksudkan agar para siswa di
sekolah dasar sejak dini mengenal dan mampu melaksanakan eksperimen sederhana.
aktivitas siswa dan aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan aktivitas guru
potensi yang ada pada siswa, termasuk pada pengembangan emosional dan
proses mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya, dalam proses
pelajaran IPA. Pada metode ini peneliti berperan langsung menciptakan situasi dan
7
kondisi sesuai teori yang dilakukannya. Penelitian tindakan kelas eksperimen adalah
jenis tindakan kelas yang dilakukan dengan cara merekayasa atau mengkondisikan
keadaan tertentu pada subjek atau objek yang diteliti, dan kemudian menelusuri
melakukan pengawasan atau sekaligus penilaian terhadap hasil akhir dari penelitian
yang dilakukan. Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul, yaitu:
Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Pembelajaran Eksperimen pada Siswa
B. Rumusan Masalah
pembelajaran IPA ?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD
pembelajaran eksperimen.
D. Manfaat Penelitan
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
skipsi sekaligus sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada
2. Manfaat Praktis
eksperimen.
peningkatan hasil belajar IPA murid agar dapat meningkatkan kinerja dan
mengembangkan profesionalismenya.
BAB II
A. Kajian Pustaka
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan metode pembelajaran. Miarso (2004: 545) mengemukakan
bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali
agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang
lain”. Usaha ini dapat dilakukan oleh sesorang atau suatu tim yang memiliki suatu
yang diperlukan.
menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu.. Sedangkan Asih Widi Wisudawati dan Eka
suatu cara yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan (A
10
11
way to achieve a goal). Sebagai suatu pencapaian tujuan, suatu metode pembelajaran
akan mempunyai ciri masing-masing untuk materi-materi yang akan diberikan. Salah
satu metode pembelajaran yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA
mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin
memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik,
mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui
apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode pembelajaran eksperimen dapat
diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan
atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat
kemampuan siswa dalam menemukan dan memahami suatu konsep atau teori yang
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode pembelajaran ini murid
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti
melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna
percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan
demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
dalam menghubungkan mata pelajaran dengan dunia nyata terutama dalam konsep
IPA, serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam
dan Teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat
secara umum. Metode pembelajaran eksperimen pun dilakukan orang agar diketahui
kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu
ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa
sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran
objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode pembelajaran
eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti
Menurut pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
mampu menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan melalui pecobaan yang
telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa betul-betul paham dan mengerti materi
pembelajaran.
lancar dan berhasil. Zainal Aqib dan Ali Murtadlo (2016: 60) mengemukakan
hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, jika guru memahami perannya.
bahwa:
Jadi, Peranan guru dalam metode eksperimen adalah fasilitator dan mediator
yang membimbing dan mengarahkan siswa dari tahap ke tahapan selanjutnya dalam
lebih menekankan kepada keaktifan siswa dalam proses belajar yang sedang
yang dilakukan, untuk mendapatkan kesimpulan yang valid, sehingga dengan metode
eksperimen siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam memproses dan memperoleh
paling baik diantara metode pembelajaran yang lain. Suatu metode pembelajaran
yang baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi
tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode pembelajaran yang
dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu,
belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
18
Aswan Zain (2010: 84) metode pembelajaran eksperimen pun mempunyai beberapa
Adapaun Zaenal Aqib dan Ali Murtadlo (2016: 60) berpendapat bahwa
eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) hasil belajar akan bertahan lama
karena siswa secara aktif dan langsung dalam mengumpulkan data dan informasi
bagi pencapaian hasil belajar jika tidak diatasi sedini mungkin. Oleh karena itu, guru
kelemahan-kelemahan tersebut.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu proses perubahan, baik dalam aspek kognitif,
mempelajari sesuatu dan menyadari perubahan itu melalui proses belajar. Namun
demikian, perubahan yang dimaksud dalam kegiatan ini bersifat positif dalam arti
perubahan dari sistem direktori yang memungkinkan berfungsi lebih baik. Menurut
David Kolb (1986) belajar adalah cara adaptasi utama manusia, jika kita tidak belajar
maka tidak bisa survive (bertahan hidup), dan kita tentu saja tidak akan berhasil baik.
Belajar merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,
proses yang kompleks yang terjadi dari diri setiap orang sepanjang hidupnya”.
21
Menurut Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
lingkungannya”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang melalui
berbagai pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu
bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Hasil belajar bukan suatu
baik, maka hasil belajar juga akan baik. Artinya hasil belajar harus bisa dimanfaatkan
Menurut Rusman (2013: 123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang
diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Belajar
tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, cita-cita, keinginan dan harapan. Hal tersebut senada dengan
pendapat Oemar Hamalik (2002: 45) menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat
22
terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan
utuh. Belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadinya perubahan perilaku
pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan
penilaian. Guru harus dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut
setelah dilakukan penilaian. Tolak ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang
diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah siswa melakukan proses belajar dalam
jangka waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti tes akhir. Kemudian dari tes itulah
“perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan
belajar adalah hasil belajar”. Menurut Agus Suprijono (2015: 5) hasil belajar “adalah
keterampilan”.
Proses belajar tersebut ada lima faktor yang berpengaruh yaitu waktu,
sendiri. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri
siswa terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara
kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya
interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja
dirancang. Jadi secara umum belajar adalah “aktivitas memperoleh pengalaman yang
konteks ini dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses dari tidak memahami
23
menjadi memahami apa yang dipelajari. Pengetahuan ini ditransformasikan oleh guru
mental yang terjadi melalui proses komunikasi bersifat progresif dan akumulatif,
mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek kognitif (cognitive domain),
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996: 244) bahwa
dalam taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur keberhasilannya adalah
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik sehingga dapat menggambarkan
dalam artian melibatkan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat hasil belajar yang
dilakukan. Tingkah laku sebagai hasil belajar juga tidak terlepas dari proses
pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar lainnya. Menurut Sudjana
(1989: 3) bahwa hasil belajar adalah “tingkah laku yang dicapai oleh murid dalam
diharapkan”. Hasil belajar dalam hal ini meliputi wawasan kognitif, afektif, dan
sejumlah perubahan yang terjadi pada diri murid yang disebabkan oleh faktor lain di
24
luar belajar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena kelelahan fisik,
dan sebagainya”.
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan”. Hasil belajar ibarat dua sisi pedang tajam yang tidak dapat dipisahkan,
yang disatu sisi dapat mematangkan posisi status pemimpin dan membebaskan
manusia dari proses ketertindasan. Oleh karena itu, berbicara hasil belajar maka
orientasinya adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.
seberapa jauh perubahan tingkah laku mental siswa setelah selesai mengikuti proses
pembelajaran.
belajar adalah perubahan yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan yang meliputi aspek
Sebagaimana yang pernah dikemukakan Nasution (1989: 61) bahwa “hasil belajar
murid dirumuskan sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang
lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata pelajaran”.
25
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku pada siswa,
bahwa “hasil belajar murid secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor
internal, dan faktor eksternal”. Adapun Sardiman (2006: 39) menjelaskan “banyak
faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, dan secara garis besar
dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) murid dan faktor ekstern
(dari luar) murid”. Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi
merupakan kondisi yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, antara lain: “bentuk atau postur tubuh,
kesegaran atau kebugaran, kesehatan atau keutuhan tubuh, insting, gerak refleks dan
drift (dorongan), komposisi zat cair tubuh, dan rentang serta susunan saraf”.
berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: “suasana kehidupan dalam
26
keluarga, kondisi sosial ekonomi, perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya,
pemimpin formal dan informal, peranan media massa, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
mata pelajaran dalam suasana menantang, merangsang dan menggugah daya cipta
digunakan dalam mengembangkan hasil belajar, antara lain: prinsip motivasi, latar
1) Prinsip Motivasi
intrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu murid, keinginan mencoba dan hasrat
sudah dimiliki siswa. Dengan pengetahuan latar ini, guru dapat mengembangkan
3) Prinsip Sosialisasi
siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan siswa dapat
minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber yang sama.
Bermain merupakan tuntutan menyatakan diri untuk berprestasi pada diri siswa,
Lebih lanjut pengertian IPA menurut Wisudawati (2013: 22) bahwa “IPA
fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan
Menurut Ahmad Susanto (2013: 167) “sains atau IPA adalah usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
suatu kesimpulan”.
29
satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak
bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk
penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu murid untuk memperoleh
Menurut Wisudawati (2013: 22) “IPA merupakan ilmu yang pada awalnya
(deduktif)”. Saat ini objek IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses,
nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari dan kreativitas
(Kemendiknas, 2011).
30
(life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup,
menyesuaikan diri dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis, yang dapat
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidkan IPA diarahkan untuk menemukan
dan berbuat sehingga sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BNSP (Hasibuan, 2017).
dirancang dan dilaksanakan sebagai caramencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan yang dapat membantu murid untuk memahami fenomena alam secara
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
B. Kerangka Pikir
aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aspek guru antara
lain : (1) penggunaan metode ceramah yang kurang bervariatif, sehingga siswa bosan
dan jenuh terhadap kegiatan pembelajaran, (2) guru kurang melibatkan siswa secara
Sedangkan dari aspek siswa antara lain : (1) siswa hanya mencatat materi yang
diberikan oleh guru, (2) rendahnya pemahaman siswa pada materi pelajaran IPA.
satunya adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru yang mengajar
dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah
guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dimana guru lebih banyak memberikan
peran kepada siswa sebagai subjek belajar dan guru menjadi fasilitator dalam proses
integratif dan komprehensif pada proses pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sehingga hasil belajar dapat tercapai. Agar hasil belajar IPA meningkat
maka diperlukan situasi, cara dan metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan
Proses pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah
mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu.
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa. Kondisi yang tetap
nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Dari uraian di atas
meningkatkan hasil belajar IPA. Secara skematik kerangka pikir dapat dilihat pada
gambar berikut:
33
3. Melakukan percobaan
C. Hipotesis Tindakan
ini adalah Jika metode eksperimen diterapkan dalam proses pembelajaran, maka hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kec.
BAB III
1. Pendekatan penelitian
beratkan pada study kasus secara faktual melalui data-data valid sesui dengan
2. Jenis Penelitian
research) dengan fokus kajian peningkatan hasil belajar IPA. Jenis penelitian yang
35
36
tindakan kelas sebagai berikut: “(1) Menyusun Rencana (2) tindakan (action), (3)
B. Fokus Penelitian
Metode pembelajaran eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan
pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi yang dilakukan pada mata pelajaran tertentu.
belajar hal yang baru sehingga mencapai tujuan IPA secara lebih baik dari pada yang
lalu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan minat dan rasa ingin
tahu siswa dalam mempelajari materi tentang “GAYA” dengan menerapkan metode
belajar IPA murid setelah penerapan Metode Pembelajaran Eksperimen yang diukur
1. Setting Penelitian.
siswa kelas IV disekolah tersebut yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran
IPA serta adanya dukungan dari Kepala Sekolah dan Guru terhadap pelaksanaan
Penelitian.
2. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dengan jumlah siswa 24 orang, terdiri
dari 14 laki-laki dan 10 perempuan pada semester genap tahun akademik 2016/2017
dengan sasaran utama peningkatan hasil belajar IPA melalui metode pembelajaran
D. Desain Penelitian
Desain penilitian pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK).
Hal ini didasarkan pada masalah yang akan dipecahkan berasal dari penerapan
metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa pada mata pelajaran IPA pada murid kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang
38
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Pada penilitan akan direncanakan dua
siklus. Akan tetapi pada siklus kedua belum berhasil mencapai indikator ketuntasan
belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus yang ketiga, demikianpun sebaliknya
apabila pada siklus kedua berhasil maka penelitian akan dihetikan. Setiap siklus yang
penelitian ini akan diawali pada tahap perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan desaian penulisan tersebut
Perencanaan Tindakan
SIKLUS I
Perbaikan Perencanaan
SIKLUS II
BERHASIL
1. Gambaran Siklus I
40
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
disusun sebelumnnya. Dimana pada proses belajar mengajar (PBM) di kelas, disini
c. Observasi
Observasi, yaitu melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa, adapun hal yang
d. Refleksi
pembelajaran eksperimen, serta untuk mengetahui hasil belajar IPA pada siswa kelas
IV. Refleksi ini dilakukan bersama antara peneliti dan guru untuk mengetahui
hambatan dari tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus dan bahan perbaikan
untuk rencana tindakan selanjutnya. Apabila kriteria yang telah ditetapkan pada akhir
adalah:
1. Pengamatan (Observasi)
proses belajar yang berlansung pada siwa dan guru dalam upaya meningkatkan hasil
balajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui metode pembalajaran Eksperimen.
42
2. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar IPA pada
dan essay.
3. Dokumentasi
sehingga diperoleh data refleksi, hasil analisis data yang dihasilkan dalam tahap ini
berukutnya.
Data yang dalam penelitian tindakan kelas yang terkumpul dianalisis dengan
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat di analisis secara deskriptif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. yang meliputi:
rata-rata, rentang nilai, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang
b. Nilai rata-rata :
43
M=
∑ fX , dimana
n
M : Mean (rata-rata)
∑ fX : Jumlah nilai
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
suatu mata pelajaran (Kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya dapat
G. Indikator Keberhasilan
pembelajaran terlaksana.
34 % - 67 % Cukup (C)
0 % - 33 % Kurang (K)
2. Indikator Hasil
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan prosedur PTK yang terdiri dari
Pelaksanaan tindakan berlangsung selama dua siklus pada semester genap tahun
ajaran 2016 - 2017 dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan setting
Sinjai. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 17 April sampai 17 Mei 2017
Hasil penelitian berupa data observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan
aktivitas mengajar guru dengan menggunakan lembar observasi. Serta hasil belajar
siswa yang diperoleh melalui tes akhir siklus I dan siklus II. Data yang diperoleh
deskriptif.
Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua kali pertemuan siklus I dan dua kali
pertemuan pada siklus II untuk membahas materi ajar. Siklus I pertemuan pertama
dan pertemuan kedua membahas tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Siklus
II pertemuan pertama dan kedua membahas tentang gaya dapat mempengaruhi gerak
benda.
45
46
pembelajaran eksperimen. Data yang diperoleh dari kegiatan ini adalah hasil tes
siklus dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan siklus I ini
berlangsung pada hari Rabu tanggal 19 April 2017 dan pertemuan kedua pada hari
Senin tangggal 24 April 2017. Kegiatan ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Keempat tahap
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
3) Membuat LKS.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kabupaten Sinjai, untuk tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan
untuk membahas materi pembelajaran dan setiap akhir siklus di laksanakan evaluasi
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 19 April 2017 pukul 07.30 –
08.45 WITA, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru
yaitu: guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan
RPP dan dilaksanakan berdasarkan pada hasil observasi dalam proses pembelajaran
Setelah itu, guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran
yaitu tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Deskripsi materi yang akan
disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda misalnya, saat
sebuah kaleng yang masih utuh dipukul dengan kayu akan menjadi gepeng.
kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi kelompok, guru
kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan digunakan
c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa saja
untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa
telah diisi.
atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,
memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah
keluar main.
2) Pertemuan II
49
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin, 24 April 2017 pukul 10.00 – 11.15
WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru yaitu:
guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab. Setelah itu, guru mulai
a) Langkah pertama sama dengan langkah pertama yang dilakukan pada pertemuan
pertama yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu
tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Deskripsi materi yang akan
disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda misalnya, saat
sebuah kaleng yang masih utuh dipukul dengan kayu akan menjadi gepeng.
kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi kelompok,
Pada saat guru menjelaskan hanya sebagian siswa yang memperhatikan materi
pelajaran.
kerja kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan
c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa
Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap
untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa
atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,
memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah
keluar main.
c. Observasi Siklus I
Lembar observasi dalam kegiatan ini terbagi atas dua yaitu lembar observasi
aspek guru dan aspek siswa. Untuk aspek guru, lembar observasi digunakan untuk
berlangsung. Hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa serta
eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek
66,7% yang berada pada kategori cukup. Aspek pengamatan aktivitas mengajar guru
pelajaran, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, guru
materi pelajaran. Pada pertemuan I dan II dikategorikan cukup karena diantara tiga
hanya dua indikator yang terlaksana yaitu guru menjelaskan guru menjelaskan materi
Indikator kedua yaitu mengumpulkan alat dan bahan. Pada indikator ini terbagi
atas tiga tahap yaitu guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman
52
kelompoknya, guru membagikan LKK ditiap kelompok, dan guru meminta siswa
untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada pertemuan I dan II
dikategorikan cukup karena dari tiga langkah hanya dua yang terlaksana yaitu guru
membagikan LKK ditiap kelompok dan guru meminta siswa menyiapkan alat dan
bahan. Guru tidak mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman kelompoknya.
Indikator ketiga, melakukan percobaan. Pada indikator ini terbagi atas tiga
langkah yaitu guru memberikan arahan kegiatan kepada semua kelompok, guru
yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan kegiatan kepada setiap kelompok.
Setelah mengisi lembar LKK. Guru langsung menyuruh siswa untuk memaparkan
langkah yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan kegiatan yang akan dilakukan
tiga langkah yaitu guru memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok
53
Pada pertemuan I dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang
kelompok untuk menanggapi kelompok yang sedang tampil, guru hanya menunjuk
pembelajaran eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang
pencapaian 58, 3% yang berada pada kategori cukup. Aspek pengamatan aktivitas
atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi menjadi
dikategorikan kurang karena hanya satu langkah yaitu yaitu siswa hanya
54
mendengarkan penjelasan guru yang terkait dengan materi. Siswa tidak dibagi
menjadi kelompok yang heterogen dan siswa juga tidak dijelaskan tentang tujuan
dilaksanakannya eksperimen.
Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga
langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,
setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I dan II
dikategorikan cukup karena hanya dua indikator yang terpenihi yaitu: ketua
kelompok mengambil LKK yang telah disediakan guru dan siswa menyiapkan alat
Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah
yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh
karena hanya satu langkah yang tercapai yaitu siswa menggunakan waktu sebaik-
dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terpenuhi yaitu siswa
mendengarkan arahan dari guru dan siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk
atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil
diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang
55
dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu setiap
Apabila hasil belajar siswa pada tes siklus I dianalisis, maka persentase
ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
Kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai pada Siklus I
(53,17%) yang tidak tuntas hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPA dan 11 siswa
(45,83%) yang telah tuntas hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA. Hal ini berarti
bahwa pada siklus I ketuntasan hasil belajar secara klasikal dalam mata pelajaran IPA
belum tercapai karena jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas kurang dari 80%
yaitu hanya 45,83% berarti masih terdapat 53,17% siswa yang diharapkan hasil
belajarnya tuntas.
56
Berdasarkan hasil belajar siswa pada tabel 4.1 diatas yaitu pada mata pelajaran
IPA pada siklus I, maka diperoleh siswa yang masih belum mencapai KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
secara kalsikal belum mencapai 80% siswa yang memperoleh nilai 70 atau tidak
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, maka
dapat direfleksikan bahwa pada siklus I target-target pencapaian belajar yang telah
eksperimen belum terpenuhi sehingga penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus
II.
Rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada siklus I tidak
terlepas dari kurangnya interaksi disebabkan antara guru dengan siswa dan belum
terjadi kerjaama antar siswa. Oleh karena itu, diharapkan dapat menjadi bahan
kegiatan yang relatif sama. Pelaksanaan siklus II ini berlangsung pada hari Rabu
tanggal 26 April 2017 dan pertemuan kedua pada hari Senin tangggal 1 Mei 2017.
berikut:
a. Perencanaan
4) Perbaikan pengajaran sehingga indikator hasil belajar yang akan dicapai pada
setiap pertemuan dapat tuntas pada pertemuan ini sehingga tidak ada murid
b. Pelaksanaan Tindakan
pada hari Rabu tanggal 26 April 2017 dan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 1 Mei 2017. Proses pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dan
pertemuan kedua pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I tetapi
orang yang melakukan tindakan di kelas dan guru mengamati proses pembelajaran
1. Pertemuan I
58
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 26 April 2017 pukul 07.30 –
08.45 WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru
yaitu: guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan
RPP dan dilaksanakan berdasarkan pada hasil observasi dalam proses pembelajaran
Setelah itu, guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran
yaitu tentang gaya dapat mengubah gerak benda. Deskripsi materi yang akan
disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah gerak benda misalnya, meja
ketika diberi gaya akan bergerak. Kemudian setelah guru menjelaskan materi,
guru membagi siswa menjadi 5 kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang.
kerja kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan
c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa
Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap
untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa
atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,
memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah
maupun di rumah, dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing.
2. Pertemuan II (Kedua)
Pertemuan kedua di laksanakan pada hari Senin 1 Mei 2017 pukul 10.00 –
11.15 WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru
berikutnya guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab. Setelah itu,
guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran dengan menerapkan
yaitu tentang gaya dapat mengubah gerak benda. Deskripsi materi yang akan
disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah gerak benda misalnya,
kelereng saat disentil akan bergerak dan akan berhenti ketika ditahan dengan
menjadi 5 kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi
kerja kelompok (LKK) dan sekaligus diberikan alat dan bahan yang akan
c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa
Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap
untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa
atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,
memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah
maupun di rumah, dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing.
c. Observasi Siklus II
pelaksanaan tindakan pada siklus I yakni terbagi atas dua lembar observasi. Kedua
lembar observasi tersebut yaitu lembar observasi untuk aspek guru dan lembar
observasi untuk aspek siswa. Hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas
eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek
yang dilakukan. Pada siklus II pertemuan I persentase pencapaian 75% yang berada
pada kategori baik, sedangkan pada pertemuan II persentase pencapaian 91,7% yang
berada pada kategori baik. Aspek pengamatan aktivitas mengajar guru diuraikan
sebagai berikut:
terbagi atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi
Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga
langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,
setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I
dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada pertemuan
Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah
yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh
karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan yang akan
63
dilakukan oleh setiap kelompok dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok
atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil
diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang
dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada pertemuan
menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek yang
dilakukan. Pada siklus II pertemuan I persentase pencapaian 75% yang berada pada
berada pada kategori baik. Aspek pengamatan aktivitas belajar siswa diuraikan
sebagai berikut:
terbagi atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi
pertama I dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada
64
dengan baik.
Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga
langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,
setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I dan II
dengan baik.
Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah
yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh
karena hanya dua langkah yang tercapai. Pada pertemuan II dikategorikan baik
atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil
diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang
dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu setiap
Apabila hasil belajar siswa pada tes siklus II dianalisis, maka persentase
ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
Kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa kelas IV
(8,34%) yang tidak tuntas hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPA dan 22 orang
siswa (91,66%) yang telah tuntas hasil belajarnya pada mata pelajaranIPA. Hal ini
berarti, pada siklus II ketuntasan hasil belajar secara klasikal dalam mata pelajaran
IPA telah tercapai karena jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas lebih dari 80%
yaitu 100%.
Berdasarkan tabel 4.2 ada peningkatan antara siklus I sampai siklus II. Ini
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Berdasarkan hasil tabel 4.1 pada siklus I
dapat dikatakan belum tercapai atau belum tuntas karena nilai pencapaian siswa
banyak yang tidak mencapai nilai KKM. Ketuntasan belajar 43,83% berarti masih
66
terdapat 54,17% belum tuntas. Pada siklus II yaitu 91,66% sudah tuntas karena sudah
mencapai target yang telah ditetapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa yang
mendapat nilai atau sama dengan 70. Dari hal tersebut juga dapat dikatakan bahwa
ada peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal antara siklus I sampai siklus II.
dapat menuntaskan hasil belajar IPA terutama pada siswa kelas IV SD Negeri 55
d. Refleksi Siklus II
Selatan Kabupaten Sinjai diukur melalui tes hasil belajar pada siklus II. Berdasarkan
berjalan dengan maksimal, artinya guru secara kalsikal telah menerapkan langkah-
langkah metode pembelajaran eksperimen dengan baik. Adapun temuan dari siklus II
sebagai berikut:
3. Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan pertanyaan
secara lisan pada beberapa orang dengan tujuan untuk memperkuat ingatan siswa
6. Siswa mampu diarahkan dengan baik oleh guru sehingga siswa dapat lebih teratur.
Hasil belajar pada siklus II dengan rata-rata dan jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase 91,66%, dengan demikian terjadi
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dan penggunaan metode
Tindakan yang dilakukan yaitu guru memberikan penjelasan lebih lanjut terkait
materi pembelajaran yang telah diajarkan. Dari hasil belajar siswa pada siklus II, guru
B. Pembahasan
terdapat 13 orang siswa yang tidak tuntas sedangkan siswa yang tuntas dalam
pembelajaran ada 11 orang siswa, dengan perolehan data tersebut maka ketuntasan
68
hasil belajar siswa untuk siklus I berada pada kategori cukup. jadi, nilai hasil belajar
80% dari seluruh siswa, maka belum tuntas secara klasikal dan penelitian dilanjutkan
ke siklus II.
pertemuan kedua pada hari Senin 1 Mei 2017 peneliti kembali melaksanakan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II kegiatan guru dan siswa meningkat
siklus II. Keberhasilan siklus II mencapai kategori baik karena siswa bekerja sama
pada tindakan dari siklus II adalah siswa telah memahami materi pembelajaran.
Selain itu pemberian penghargaan seperti aplaus (tepuk tangan) belum maksimal
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, terlihat
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai yaitu pada siklus I nilai rata-rata 63,33 sedangkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, nilai hasil belajar siswa telah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70 dengan persentase 80% dari seluruh
Indikator keberhasilan penelitian ini telah dicapai. Dalam hal ini minimal 80%
siswa telah memperoleh nilai 70, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II karena
sudah berhasil, ini berarti hipotesis tindakan penelitian telah tercapai yaitu jika
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
70
pembelajaran eksperimen.
akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi gaya pada mata pelajaran
IPA kelas IV ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar pada siswa
B. SARAN
1. Bagi guru dengan adanya skripsi ini, maka diharapkan menerapkan metode ini
pada mata pelajaran IPA sehingga terjadi pembelajaran yang inovatif, yang pada
70
akhirnya akan dan peningkatan hasil belajar dalam proses belajar mengajar di
kelas.
71
3. Bagi calon peneliti hendaknya membaca dam mencoba metode eksperimen ini
dalam membuat penelitian tapi dengan materi yang berbeda sehingga akan
4. Bagi peneliti semoga dengan penelitian ini dapat menerapkan metode eksperimen
DAFTAR PUSTAKA
72
Abimanyu, Soli & Sulo, Sulo Lipu La. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan Nasional
Aqib, Zainal & Murtadlo Ali. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nuraeni Sejahtera
Djamarah, Syaiful B. dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta.
Renada Media Grup
73