Bab I, Ii, Iii, Iv, V, DF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku dan

kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat

merubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam

segala aspek kehidupan untuk perbaikan kualitas diri . Melalui pendidikan, manusia

dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya sehingga dapat memenuhi

kebutuhan sebagai makhluk sosial. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional tentang fungsi dan tujuan

pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bemartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan harus mempunyai karakter yang kuat baik itu proses dan hasilnya.

Praktek pendidikan tidak hanya menekankan orientasi pada aspek kognitif semata,

melainkan terpadu dengan aspek afektif dan psikomotorik, artinya aspek pendidikan

kita harus betul-betul menyentuh aspek kognitif (aspek intelektual: pengetahuan,

pengertian, dan keterampilan berpikir) aspek afektif (aspek perasaan dan emosi:

1
2

minat, sikap, apresiasi, perilaku, dan penyesuaian diri) aspek psikomotorik (aspek

keterampilan) .

Pembelajaran di sekolah dasar, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan

bukan hanya pada aspek kognitif saja, akan tetapi seimbang dengan aspek afektif dan

aspek psikomotorik. Proses pembelajaran yang menyentuh aspek kognitif, afektif,

psikomotorik bertujuan agar siswa mampu menjadi individu atau manusia yang

cerdas (spiritual, intelektual, dan moral) agar selanjutnya mampu mendirikan

masyarakat yang beradab dan mampu menjaga ekosistem alam ini tetap bisa terjaga,

itulah yang seharusnya tugas kita atau misi kita sebagai seorang guru dan khalifah di

muka bumi ini. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka guru senantiasa

harus mulai memikirkan terobosan-terobosan baru dan harus peka terhadap masalah

yang dialami siswa pada proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran di sekolah dasar, khususnya pada pembelajaran IPA, terkadang

guru masih menemukan masalah yakni kurangnya minat siswa dalam

mempelajarinya, kurang pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA karena dalam

pembelajaran IPA selama ini identik dengan pembelajaran yang didominasi kegiatan

menghafal. Pembelajaran IPA bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan

prinsip, melainkan pengkajian IPA dari segi proses disebut juga keterampilan proses

IPA (science process skills) atau disingkat saja sebagai proses IPA. Proses IPA adalah

sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena dengan cara tertentu untuk

memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan

proses murid dapat mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan,
3

yakni melalui pengamatan, kalsifikal, infrensi, merumuskan hipotesis dan melakukan

eksperimen. Pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan

kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi

dilingkungannya. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran IPA adalah

mengembangkan kognitif siswa, mengembangkan afektif siswa, mengembangkan

psikomotorik siswa, mengembangkan kreativitas siswa, dan melatih siswa berfikir

kritis. Dari beberapa tujuan pembelajaran IPA yang telah dikemukakan sebelumnya

tampak bahwa hasil belajar IPA sangat diharapkan tercermin dari kemampuan IPA.

Siswa bersikap dan bertingkah laku yang baik, memahami fenomena-fenomena alam

yang terjadi dilingkungannya. Olehnya itu guru perlu merancang suatu pembelajaran

yang menarik bagi IPA, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA

dapat tercapai.

Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga

terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi

tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang

dirumuskan. Guru perlu belajar mengerti cara berpikir siswa sehingga dapat

membantu memodifikasinya. Baik dilihat bagaimana jalan berfikir mereka mengenai

suatu persoalan yang ada. Guru perlu menanyakan kepada siswa bagaimana mereka

mendapatkan jawabannya. Ini adalah cara yang baik untuk menemukan pemikiran

mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak berlaku

untuk keadaan tertentu.


4

Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran IPA tidak hanya


menekankan pada aspek hasil tetapi juga menekankan pada proses
untuk memahami konsep dan prinsip tersebut, sehingga dapat
membantu murid untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004. P. 3).

Guru dalam mengajarkan konsep IPA di harapkan lebih menekankan pada

proses, dimana siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk memahami

masalah atau objek yang diamati dapat membawa dampak positif bagi kemajuan

belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar murid. Guru juga perlu

merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan murid

mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip IPA

tersebut serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Pada proses

pembelajaran di sekolah dalam mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang

dicapai dan sebagai dasar dalam menentukan perlakuan dari suatu tindakan lebih

lanjut. Hasil belajar merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai

kemajuan pendidikan pada umumnya pada sekolah khususnya.

Hasil obsevasi awal yang telah dilakukan peneliti , khususnya pada mata

pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai

Selatan menunjukkan rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada murid

kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang yang aktif terdaftar pada semester genap tahun

ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 10

perempuan. Peneliti memilih kelas IV karena berdasarkan observasi bersama dengan

guru kelas IV yang diperoleh, penyebab rendahnya hasil belajar IPA disebabkan dua

aspek yaitu aspek guru dan aspek siswa antara lain (1) penggunaan metode caramah
5

yang kurang bervariatif, sehingga siswa bosan dan jenuh dalam kegiatan

pembelajaran; (2) guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang pasif; (3) siswa hanya

mencatat metri yang dibacakan oleh guru; (4) rendahnya pemahaman siswa pada

materi pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil observasi diatas maka peneliti menyimpulkan rendahnya

hasil belajar siswa disebabkan kurangnya aktivitas guru, penggunaan metode caramah

yang kurang bervariatif, guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Setelah peneliti mendiskusikan dengan guru dan kepala sekolah

tercapailah solusi bahwa metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan adalah

metode pembelajaran eksperimen, bukan berarti metode eksperimen ini tidak pernah

diterapkan dalam proses pembelajaran di SD Negeri 55 Kaherrang, tapi pada saat

penerapannya belum maksimal disebabkan karena beberapa faktor yakni kurangnya

media pemabelajaran dan hal-hal teknis untuk mendukung penerapan metode

eksperimen.

Menurut Prof. Dr. Sugiono (2015: 72) “metode eksperimen dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode eksperimen

merupakan suatu metode mengajar dimana guru bersama murid mencoba

mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan. Dalam proses

belajar mengajar dengan metode percobaan siswa diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri atau melakukan sendiri, membuktikan dan menarik kesimpulan


6

sendiri mengenai suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa

di tuntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu

hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Sedangkan menurut Djamarah (2010: 84) mengemukakan bahwa “metode

eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan

dengan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.” IPA telah mengembangkan

metode eksperimen dengan hasil yang memuaskan. Sebagai suatu metode eksperimen

patut diterapkan di sekolah dasar (SD). Hal ini dimaksudkan agar para siswa di

sekolah dasar sejak dini mengenal dan mampu melaksanakan eksperimen sederhana.

Metode pembelajaran eksperimen dipercaya mampu untuk meningkatkan

aktivitas siswa dan aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan aktivitas guru

dalam belajar, kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran

eksperimen tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan intelektual tapi seluruh

potensi yang ada pada siswa, termasuk pada pengembangan emosional dan

keterampilan. Metode pembelajaran eksperimen memerlukan percobaan dengan

proses mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya, dalam proses

pembelajara siswa diberi kesempatan untuk mengalami, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

tentang suatu objek keadaan.

Penelitian eksperimen pada umumnya memang banyak digunakan pada mata

pelajaran IPA. Pada metode ini peneliti berperan langsung menciptakan situasi dan
7

kondisi sesuai teori yang dilakukannya. Penelitian tindakan kelas eksperimen adalah

jenis tindakan kelas yang dilakukan dengan cara merekayasa atau mengkondisikan

keadaan tertentu pada subjek atau objek yang diteliti, dan kemudian menelusuri

akibat yang ditimbulkannya. Metode eksperimen memiliki syarat khusus dibidang

pendidikan yaitu, bersifat terbuka. Maksudnya setiap pelaksanaan PTK eksperimen

tersebut sudah dikoordinasikan kepada pihak-pihak terkait yang berwenang untuk

melakukan pengawasan atau sekaligus penilaian terhadap hasil akhir dari penelitian

yang dilakukan. Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul, yaitu:

Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Pembelajaran Eksperimen pada Siswa

di Kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tindakan kelas tersebut maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran penggunaan metode pembelajaran eksperimen dalam

pembelajaran IPA ?

2. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD

Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai ?

3. Bagaimana penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai ?


8

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan gambaran penggunaan metode pembelajaran eksperimen

pada mata pelajaran IPA.

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD

Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Negeri

55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai melalui metode

pembelajaran eksperimen.

D. Manfaat Penelitan

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya kajian ilmu pendidikan melalui metode pembelajaran eksperimen.

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti, khususnya dalam penulisan

skipsi sekaligus sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada

program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) di Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

c. Bagi civitas akademis/ lembaga pendidikan; Menjadi bahan informasi di dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan, guru sebagai pengelolah proses

pembelajaran, bertindak selaku fasilitator didalam proses pembelajaran,


9

mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik, dan meningkatkan

profesionalisme guru dalam menjalani profesinya.

2. Manfaat Praktis

a. Memperbaiki kualitas pendidikan sekolah dasar melalui metode pembelajaran

eksperimen.

b. Bagi guru; Diharapkan memberikan informasi yang berharga dalam usaha

peningkatan hasil belajar IPA murid agar dapat meningkatkan kinerja dan

mengembangkan profesionalismenya.

c. Bagi sekolah; Diharapkan memberikan informasi yang berharga terhadap upaya

perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target

kurikulum dan hasil belajar IPA murid.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, dan HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Metode Pembelajaran Eksperimen

a. Pengertian Metode Pembelajaran Eksperimen

Apabila antara pendekatan, strategi, model, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah

apa yang disebut dengan metode pembelajaran. Miarso (2004: 545) mengemukakan

bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali

agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang

lain”. Usaha ini dapat dilakukan oleh sesorang atau suatu tim yang memiliki suatu

kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar

yang diperlukan.

Menurut Trianto (2010: 132) “Metode pembelajaran merupakan bagian dari

strategi pembelajaran”. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk

mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan

untuk mencapai tujuan tertentu.. Sedangkan Asih Widi Wisudawati dan Eka

Sulistyowayi (2014: 144) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran merupakan

suatu cara yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan (A

10
11

way to achieve a goal). Sebagai suatu pencapaian tujuan, suatu metode pembelajaran

akan mempunyai ciri masing-masing untuk materi-materi yang akan diberikan. Salah

satu metode pembelajaran yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA

adalah metode pembelajaran eksperimen. Metode pembelajaran eksperimen

merupakan suatu metode pembelajaran di mana guru bersama murid mencoba

mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin

memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik,

mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui

apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode pembelajaran eksperimen dapat

diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan

atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode

pembelajaran eksperimen adalah metode di mana guru dan siswa bersama-sama

mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat

dari sesuatu aksi.

Roestiyah (2012: 80) mengatakan bahwa:

Metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar, dimana peserta


didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik.

Eksperimen memang identik dengan pelajaran IPA, untuk lebih meningkatkan

kemampuan siswa dalam menemukan dan memahami suatu konsep atau teori yang

sedang dipelajari. Metode pembelajaran eksperimen adalah suatu cara pengelolaan


12

pembelajaran dimana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode pembelajaran ini murid

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti

suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang objek yang dipelajarinya. Percobaan dapat dilakukan

melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna

percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan

demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen dapat membantu guru

dalam menghubungkan mata pelajaran dengan dunia nyata terutama dalam konsep

IPA, serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari melalui metode pembelajaran eksperimen. Metode

pembelajaran eksperimen ialah suatu tuntutan demi perkembangan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat

secara umum. Metode pembelajaran eksperimen pun dilakukan orang agar diketahui

kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu

teori, kegiatan eksperimen yang dilakukan murid merupakan kesempatan mereka

melakukan suatu eksplorasi. Mereka akan memperoleh pengalaman meneliti yang

dapat mendorong mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berpikir

ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa

mendatang. Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar


13

mengajar yang melibatkan aktifnya siswa dengan mengalami dan membuktikan

sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran eksperimen adalah cara penyajian bahan

pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan

sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran

dengan metode pembelajaran eksperimen murid diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu

objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu

objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode pembelajaran

eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti

sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.

b. Tujuan Metode Pembelajaran Eksperimen

Eka Sulistyowati (2014: 157) menyatakan bahwa:

Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir


peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep atau teori
IPA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir peserta didik dimulai
dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, dan
bagaimana suatu fenomena alam terjadi. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan mendorong peserta didik untuk mencari jawabannya.
Serta pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai
stimulus untuk melaksanakan eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari
diri peserta didik akibat melihat fenomena yang mereka jumpai.
14

Sedangkan Abimanyu (2009: 17) berpendapat bahwa tujuan metode

pembelajaran eksperimen, yaitu:

(1) murid mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang


diperoleh; (2) murid mampu merancang, mempersiapkan,
melaksanakan, dan melaporkan percobaaannya; (3) murid mampu
menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari
fakta, informasi, atau data yang dikumpulkan melalui percobaan; (4)
murid mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.

Menurut pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran eksperimen ialah melatih kerativitas, keaktifan, proses berpikir, dan

mampu menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan melalui pecobaan yang

telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa betul-betul paham dan mengerti materi

pembelajaran.

c. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Eksperimen

Untuk terlaksana dengan baik, kita harus mengetahui langkah-langkah yang

harus ditempuh dan mengimplementasikan metode eksperimen agar dapat berjalan

lancar dan berhasil. Zainal Aqib dan Ali Murtadlo (2016: 60) mengemukakan

langkah-langkah metode eksperimen yaitu:

1) Menetapkan topik penelitian.


2) Menyempitkannya dalam pertanyaan penelitian.
3) Mengembangkan hipotesa
4) Merancang desain penelitian eksperimen yang baik.
5) Menetapkan beberapa jumlah kelempok.
6) Menentukan kapan dan bagaimana memasukkan stimulus.
7) Menentukan kapan melakukan pengukuran variabel terikat.
8) Membuat analisa dan kesimpulan akhir.
15

Abimanyu & Sulo (2008: 7.19) mengemukakan langkah – langkah

pembelajaran dengan metode eksperimen, yaitu sebagai berikut:

a) Kegiatan Persiapan meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran


yang ingin dicapai dengan metode eksperimen; (2) menyiapkan
materi pelajaran yang akan diajarkan dengan metode eksperimen;
(3) menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
eksperimen; (4) menyiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
sebagai panduan murid dalam melakukan eksperimen.
b) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
Kegiatan ini terbagi atas 3 kegiatan, yaitu pertama, kegiatan
pembukaan yang meliputi: (1) mengadakan apersepsi; (2)
membangkitkan motivasi belajar murid melalui cerita anekdot yang
berkaitan dengan materi pelajaran; (3) menyampaikan tujuan yang
hendak dicapai. Kedua, kegiatan inti yang terdiri atas: (1) murid
diminta untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam eksperimen; (2) murid melakukan eksperimen sesuai dengan
panduan yang tertera dalam LKK; (3) guru memonitor dan
membantu murid yang mengalami kesulitan; (4) pelaporan hasil
eksperimen dan diskusi balikan. Ketiga, kegiatan penutup yang
terdiri atas: (1) guru meminta untuk merangkum hasil eksperimen;
(2) guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen; (3)
mengadakan tindak lanjut, yaitu meminta murid yang belum
menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya
dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.

Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 81) prosedur pelaksanaan eksperimen

dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka


harus memahami masalah yang aka dibuktikan melalui eksperimen. (2)
memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan digunakan dalam eksperimen,hal-hal yang harus dikontrol
dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang harus dicatat. (3) selama
eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila
perlu memberikan saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen. (4) setelah eksperimen selesai guru
16

harus mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, mendiskusikan di kelas,


dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Penerapan metode eksperimen dalam proses pembelajaran akan mencapai

hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, jika guru memahami perannya.

Sehingga, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan – kemampuan yang mampu

membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen.

Sehubungan dengan hal tersebut, Winataputra (2005: 4.20) mengemukakan

bahwa:

Kemampuan guru yang harus diperhatikan agar eksperimen berhasil


dengan baik di antaranya adalah (1) mampu membimbing murid dari
merumuskan hipotesis sampai pada pembuktian dan kesimpulan serta
membuat laporan eksperimen; (2) menguasai konsep yang
dieksperimen; (3) mampu mengelola kelas; (4) mampu memberikan
penilaian secara proses.

Jadi, Peranan guru dalam metode eksperimen adalah fasilitator dan mediator

yang membimbing dan mengarahkan siswa dari tahap ke tahapan selanjutnya dalam

melakukan eksperimen, sehingga terlaksana dengan efektif. Metode eksperimen

lebih menekankan kepada keaktifan siswa dalam proses belajar yang sedang

berlansung daripada keaktifan guru dalam menyajikan isi pembelajaran.

d. Karasteristik Metode Pembelajaran Eksperimen

Roestiyah (2001: 75) mengemukakan bahwa metode eksperimen memiliki

karasteristik sebagai berikut:


17

1) Metode ini untuk membelajarkan murid dengan melakukan


percobaan, pengamatan dan penarikan kesimpulan terhadap sesuatu
yang sedang diuji kebenarannya.
2) Metode yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan murid
dalam pembelajaran tertentu.
3) Metode yang membantu murid dalam proses informasi yang aktif,
sehingga membantu mereka dalam belajar akan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
4) Metode yang mengarahkan murid mempelajari lingkungan belajar
sebagai suatu ekologi.
5) Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat
ilmiah.

Berdasarkan pendapat di atas, maka karasteristik metode eksperimen adalah

untuk membantu siswa menemukan dan membuktikan sendiri konsep yang

dipelajarinya melalui percobaan, observasi, dan menarik kesimpulan dari percobaan

yang dilakukan, untuk mendapatkan kesimpulan yang valid, sehingga dengan metode

eksperimen siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam memproses dan memperoleh

belajarnya sendiri daripada keaktifan guru dalam menyajikan isi pembelajaran.

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Eksperimen

Setiap metode pembelajaran tertentu mempunyai segala kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Tidak ada satu metode pembelajaran yang dianggap

paling baik diantara metode pembelajaran yang lain. Suatu metode pembelajaran

yang baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi

tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode pembelajaran yang

dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu,

belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
18

Aswan Zain (2010: 84) metode pembelajaran eksperimen pun mempunyai beberapa

kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1) Kelebihan metode eksperimen


a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
b) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
2) Kekurangan metode eksperimen
a) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi.
b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian.

Adapaun Zaenal Aqib dan Ali Murtadlo (2016: 60) berpendapat bahwa

kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran eksperimen, yaitu:

a. Kelebihan metode pembelajaran eksperimen, yaitu:


1) Melalui eksperimen peserta didik dapat menghayati sepenuh hati
mendalam, mengenai pelajaran yang diberikan.
2) Melatih peserta didik untuk dapat aktif mengambil bagian untuk
berbuat bagi dirinya dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa
dirinya melakukannya.
3) Peserta didik mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam
kenyataan sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya.
4) Peserta didik dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk
melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah.
5) Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat
dikurangi karena peserta didik mengamati langsung terhadap suatu
proses yang menjadi objek pelajaran atau mencoba melaksanakan
sesuatu.
6) Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan
peserta didik karena peserta didik memperolehnya sendiri secara
langsung.
19

7) Peserta didik akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan


dan kebenaran secara langsung.
8) Mengambangkan sikap terbuka bagi peserta didik
9) Metode ini melibatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik secara
langsung dalam pengajaran sehingga mereka terhindar dari
verbalisme.
b. Kelemahan metode eksperimen
1) Apabila sarana tidak tersedia atau kurang memadai, proses jalannya
eksperimen akan menjadi tidak efektif.
2) Metode ini dilaksanakan jika peserta didik belum matang untuk
melaksanakan eksperimen. Hal ini berarti melaksanakan
eksperimen memerlukan keterampilan yang mahir dari pihak
pendidiknya.
3) Memerlukan waktu yang panjang atau lama. Keterbatasan waktu
dalam eksperimen dapat berakibat terputusnya pemahaman peserta
didik, terhadap topik yang menjadi pokok bahasan.
4) Memerlukan keterampilan atau kemahiran dari pihak pendidik
dalam menggunakan dan membuat alat-alat eksperimen.
5) Bagi pendidik yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara
rutin, misalnya cenderung memandang eksperimen sebagai suatu
pemborosan dan memberatkan.
6) Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang
tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu
pengetahuan sosial.
7) Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor
keselamatan kerja harus diperhitungkan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kelebihan-kelebihan metode

eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) hasil belajar akan bertahan lama

karena siswa secara aktif dan langsung dalam mengumpulkan data dan informasi

yang menjadi topik permasalahan kemudian membuktikannya melalui kegiatan

percobaan yang disertai dengan pengamatan, menganalisa, dan memberikan

kesimpulan; 2) isi pembelajaran bersifat aktual karena murid memperoleh

kesempatan untuk membuktikan suatu teori melalui percobaan, sehingga murid

terlatih membuktikan sesuatu secara ilmiah tidak denga perkiraan. Sedangkan


20

Kelemahan-kelemahan metode eksperimen akan memberikan dampak yang negatif

bagi pencapaian hasil belajar jika tidak diatasi sedini mungkin. Oleh karena itu, guru

sebagai desainer pembelajaran hendaknya mampu mencari solusi dalam mengatasi

kelemahan-kelemahan tersebut.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu proses perubahan, baik dalam aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor. Kegiatan belajar merupakan peristiwa dimana seseorang

mempelajari sesuatu dan menyadari perubahan itu melalui proses belajar. Namun

demikian, perubahan yang dimaksud dalam kegiatan ini bersifat positif dalam arti

adanya perubahan peningkatan kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.

Sardiman (2014: 20) mengemukakan bahwa “Belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Belajar adalah suatu

perubahan dari sistem direktori yang memungkinkan berfungsi lebih baik. Menurut

David Kolb (1986) belajar adalah cara adaptasi utama manusia, jika kita tidak belajar

maka tidak bisa survive (bertahan hidup), dan kita tentu saja tidak akan berhasil baik.

Belajar merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu,

mengalami. Arsyad (2002: 1) juga mengemukakan pengertian belajar yaitu “suatu

proses yang kompleks yang terjadi dari diri setiap orang sepanjang hidupnya”.
21

Menurut Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan

lingkungannya”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang melalui

berbagai pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang

berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu

bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Pendidikan menitik

beratkan pada pembentukan dan perkembangan kepribadian. Sasaran dari kegiatan

pembelajaran adalah hasil belajar. Apabila kegiatan pembelajaran berjalan dengan

baik, maka hasil belajar juga akan baik. Artinya hasil belajar harus bisa dimanfaatkan

sebaik-baiknya oleh guru dalaam menyelesaikan suatu masalah dan sebagai

pertimbangan untuk langkah selanjutnya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rusman (2013: 123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang

diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Belajar

tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan

kebiasaan, persepsi, cita-cita, keinginan dan harapan. Hal tersebut senada dengan

pendapat Oemar Hamalik (2002: 45) menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat
22

terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan

perilaku”. Misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat masyarakat dan pribadi secara

utuh. Belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadinya perubahan perilaku

pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan

penilaian. Guru harus dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah laku tersebut

setelah dilakukan penilaian. Tolak ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang

diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah siswa melakukan proses belajar dalam

jangka waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti tes akhir. Kemudian dari tes itulah

guru menentukan prestasi belajar siswanya. Snelbeker (1974: 12) mengatakan

“perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan

belajar adalah hasil belajar”. Menurut Agus Suprijono (2015: 5) hasil belajar “adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan”.

Proses belajar tersebut ada lima faktor yang berpengaruh yaitu waktu,

lingkungan sosial, komunikasi, inteligensi, dan pengetahuan tentang belajar itu

sendiri. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri

siswa terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara

kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya

interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja

dirancang. Jadi secara umum belajar adalah “aktivitas memperoleh pengalaman yang

di kelolah akal dan perasaan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan”, dalam

konteks ini dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses dari tidak memahami
23

menjadi memahami apa yang dipelajari. Pengetahuan ini ditransformasikan oleh guru

kepada siswa melalui komunikasi belajar.

Perubahan yang dihasilkan pada proses pembelajaran adalah pengalaman

mental yang terjadi melalui proses komunikasi bersifat progresif dan akumulatif,

mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek kognitif (cognitive domain),

aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain).

Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996: 244) bahwa

dalam taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur keberhasilannya adalah

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik sehingga dapat menggambarkan

tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar murid.

Belajar merupakan proses internal murid yang sangat kompleks. Kompleks

dalam artian melibatkan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat hasil belajar yang

diperoleh setelah proses pembelajaran dan aktivitas selama proses pembelajaran

dilakukan. Tingkah laku sebagai hasil belajar juga tidak terlepas dari proses

pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar lainnya. Menurut Sudjana

(1989: 3) bahwa hasil belajar adalah “tingkah laku yang dicapai oleh murid dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

diharapkan”. Hasil belajar dalam hal ini meliputi wawasan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Adapun menurut Mappasoro (2006: 1) bahwa “Hasil belajar adalah

sejumlah perubahan yang terjadi pada diri murid yang disebabkan oleh faktor lain di
24

luar belajar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena kelelahan fisik,

dan sebagainya”.

Menurut Purwanto (2008: 44) “hasil belajar seringkali digunakan sebagai

ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan”. Hasil belajar ibarat dua sisi pedang tajam yang tidak dapat dipisahkan,

yang disatu sisi dapat mematangkan posisi status pemimpin dan membebaskan

manusia dari proses ketertindasan. Oleh karena itu, berbicara hasil belajar maka

orientasinya adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.

Proses pembelajaran dan pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh perubahan tingkah laku mental siswa setelah selesai mengikuti proses

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan yang meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotirik. Tujuan pembelajaran dipandang sebagai suatu

harapan yang akan diperoleh murid setelah mengikuti proses pembelajaran.

Sebagaimana yang pernah dikemukakan Nasution (1989: 61) bahwa “hasil belajar

murid dirumuskan sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang

lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata pelajaran”.
25

c. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku pada siswa,

dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Abdurrahman (1993: 114)

bahwa “hasil belajar murid secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor

internal, dan faktor eksternal”. Adapun Sardiman (2006: 39) menjelaskan “banyak

faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, dan secara garis besar

dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) murid dan faktor ekstern

(dari luar) murid”. Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi

faktor fisiologis-biologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal

merupakan kondisi yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau

rumah tangga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

Menurut Abdurrahman (1993: 114) faktor fisiologis-biologis yang

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, antara lain: “bentuk atau postur tubuh,

kesegaran atau kebugaran, kesehatan atau keutuhan tubuh, insting, gerak refleks dan

drift (dorongan), komposisi zat cair tubuh, dan rentang serta susunan saraf”.

Adapun faktor psikologis, antara lain:

Kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan,


ingatan, asosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, kematangan emosi
(perasaan) berupa kematangan emosi biologis dan emosi rohani,
kekuatan konasi (kemauan), dan dorongan kombinasi berupa minat,
perhatian, dan sugesti.

Lebih lanjut Abdurrahman (1993: 115) mengemukakan faktor-faktor yang

berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: “suasana kehidupan dalam
26

keluarga, kondisi sosial ekonomi, perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya,

pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, dan fasilitas belajar”.

Sedangkan faktor sekolah berkaitan dengan:

Pengelolaan kelas dan sekolah, hubungan antara guru dengan murid,


antara murid dengan murid, dan antara murid dengan lingkungan
sosialnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling, fasilitas dan sumber
belajar, penetapan dan penggunaan model dan media pembelajaran
oleh guru, kondisi ruangan tempat belajar, dan kerjasama antara
orang tua dengan guru dan sekolah dengan masyarakat.

Selebihnya faktor lingkungan masyarakat berkaitan dengan: perhatian dan

kepedulian lembaga-lembaga masyarakat akan pendidikan, keteladanan para

pemimpin formal dan informal, peranan media massa, dan bentuk kehidupan

masyarakat.

d. Prinsip-prinsip Pengembangan Hasil Belajar

Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara mengemas

mata pelajaran dalam suasana menantang, merangsang dan menggugah daya cipta

siswa untuk menemukan dan mengesankan. Jadi prinsip pemecahan masalah

memegang peranan penting dalam pengembangan hasil belajar siswa.

Menurut Abdurrahman (1993: 109) bahwa “beberapa prinsip yang dapat

digunakan dalam mengembangkan hasil belajar, antara lain: prinsip motivasi, latar

atau konteks, sosialisasi, belajar, dan belajar sambil bermain”.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:


27

1) Prinsip Motivasi

Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsang daya dorong pribadi murid

melakukan sesuatu (motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik). Untuk motivasi

intrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu murid, keinginan mencoba dan hasrat

untuk lebih memajukan hasil belajar.

2) Prinsip Latar atau Konteks

Siswa akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui adanya hubungan

langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru hendaknya

mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman yang

sudah dimiliki siswa. Dengan pengetahuan latar ini, guru dapat mengembangkan

kemampuan dan hasil belajar siswa.

3) Prinsip Sosialisasi

Kegiatan belajar bersama dalam kelompok perlu dikembangkan di kalangan

siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan siswa dapat

dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis kelamin, dan

minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber yang sama.

4) Prinsip Belajar sambil Bermain

Bermain merupakan tuntutan menyatakan diri untuk berprestasi pada diri siswa,

karena itu berilah kesempatan mengembangkan kemampuan dan hasil belajarnya

melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.


28

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di SD

a. Pengetian Pembelajaran IPA.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program

Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan


manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.

Lebih lanjut pengertian IPA menurut Wisudawati (2013: 22) bahwa “IPA

merupakan rumpun ilmu, memiliki banyak karakteristik khusus yaitu mempelajari

fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan

sebab-akibatnya. Senada dengan (Subiyanto, 1988) yaitu:

1) Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta tersusun


secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum
umum.

2) Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik.

3) Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan


klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hukum umum
dengan induksi dan hipotesis

Menurut Ahmad Susanto (2013: 167) “sains atau IPA adalah usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan

suatu kesimpulan”.
29

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan salah

satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu

pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak

bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam

serta lingkungan alam buatan.

IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada

pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan

kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. (Depdiknas 2004: 33) “menyebutkan bahwa Pendidikan Sains diarahkan

untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu murid untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar”.

Menurut Wisudawati (2013: 22) “IPA merupakan ilmu yang pada awalnya

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada

perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori

(deduktif)”. Saat ini objek IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses,

nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari dan kreativitas

(Kemendiknas, 2011).
30

b. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh

meliputi pengetahuan,keterampilan, sikap dan nilai ilmiah. Pengembangan aspek-

aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup

(life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup,

menyesuaikan diri dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini

membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis, yang dapat

dikembangkan melalui pembelajaran IPA.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan

mengenai pembelajaran IPA, yaitu:Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidkan IPA diarahkan untuk menemukan

dan berbuat sehingga sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. BNSP (Hasibuan, 2017).

Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi


31

untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Pembelajaran IPA harus

dirancang dan dilaksanakan sebagai caramencari tahu dan cara mengerjakan atau

melakukan yang dapat membantu murid untuk memahami fenomena alam secara

mendalam.Depdiknas (Hasibuan, 2017).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya

pembelajaran IPA di SD merupakan pembalajaran yang memperkenalkan kepada

murid tentang alam sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung, pendidikan IPA diarahkan untuk menemukan dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

B. Kerangka Pikir

Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV dipengaruhi oleh kurangnya

aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Aspek guru antara

lain : (1) penggunaan metode ceramah yang kurang bervariatif, sehingga siswa bosan

dan jenuh terhadap kegiatan pembelajaran, (2) guru kurang melibatkan siswa secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran sehungga siswa menjadi pendengar pasif.

Sedangkan dari aspek siswa antara lain : (1) siswa hanya mencatat materi yang

diberikan oleh guru, (2) rendahnya pemahaman siswa pada materi pelajaran IPA.

Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada banyak faktor, salah

satunya adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Guru yang mengajar

dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah

memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara


32

optimal. Metode pembelajaran eksperimen dipercaya mampu meningkatkan aktivitas

guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dimana guru lebih banyak memberikan

peran kepada siswa sebagai subjek belajar dan guru menjadi fasilitator dalam proses

pembelajaran. Guru merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara

integratif dan komprehensif pada proses pengembangan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik sehingga hasil belajar dapat tercapai. Agar hasil belajar IPA meningkat

maka diperlukan situasi, cara dan metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan

siswa secara aktif dalam berpikir, mendengar, melihat, menyimak, bersikap,

bertingkah laku dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah

proses pembelajaran melalui metode pembelajaran eksperimen. Metode pembelajaran

eksperimen merupakan suatu metode pembelajaran di mana guru bersama siswa

mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu.

Metode pembelajaran eksperimen adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa

pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah.Metode pembelajaran ini

melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa. Kondisi yang tetap

harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana

nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Dari uraian di atas

diharapkan proses pembelajaran melalui metode pembelajaran eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar IPA. Secara skematik kerangka pikir dapat dilihat pada

gambar berikut:
33

Pembalajaran IPA di kelas IV SD 55 kaherrang

Aspek Guru Aspek Siswa

1. Penggunaan metode ceramah 1. Pemahaman materi masih


yang kurang bervariatif. rendah
2. Kurang dilibatkan dalam
2. Kurang mengaktifkan siswa pembelajaran, sehingga
dalam proses pembelajaran.
menjdai pendengar yang
pasif.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA


di kelas IV rendah

Tahap-tahap pelaksanaan metode eksperimen

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Mengumpulkan alat dan bahan

3. Melakukan percobaan

4. Mendeskripsikan hasil pengamatan

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA


di kelas IV meningkat

Gambar 2.1. Kerangka pikir


pikir
34

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas

ini adalah Jika metode eksperimen diterapkan dalam proses pembelajaran, maka hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kec.

Sinjai Selatan Kab. Sinjai meningkat.


35

BAB III

METODE PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang dipilih atau digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif.

Sugiyono (2016: 15) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivesme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lenih
menekankan nmakna dari pada generalisai.
Jadi pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimana lebih menitik

beratkan pada study kasus secara faktual melalui data-data valid sesui dengan

realita yang terjadi di lapangan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindak kelas (classroom action

research) dengan fokus kajian peningkatan hasil belajar IPA. Jenis penelitian yang

digunakan dalam melalui motode pembeajaran eksperimen. Prof. Dr. Endang

Komara, M.Si (2016: 42 ) mengatakan bahwa tahapan-tahapan dalam penelitian

35
36

tindakan kelas sebagai berikut: “(1) Menyusun Rencana (2) tindakan (action), (3)

observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting)”.

B. Fokus Penelitian

1. Penerapan Metode Pembelajaran Eksperimen

Metode pembelajaran eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan

siswa bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui

pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi yang dilakukan pada mata pelajaran tertentu.

Di mana siswa tidak hanya menyelesaikan masalah dengan pengetahuannya tetapi

belajar hal yang baru sehingga mencapai tujuan IPA secara lebih baik dari pada yang

lalu.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar tentang materi pembelajaran sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui

tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan minat dan rasa ingin

tahu siswa dalam mempelajari materi tentang “GAYA” dengan menerapkan metode

Pembelajaran eksperimen sebagai metode pembelajaran dan menganalisis hasil

belajar IPA murid setelah penerapan Metode Pembelajaran Eksperimen yang diukur

melalui pelaksanaan tes pada setiap akhir siklus.


37

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian.

Adapun lokasi pelaksanaan penelitaian dilaksanakan pada SD Negeri 55

Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, dengan Mata Pelajaran

IPA(sains). Lokasi penilitian ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan masih banyak

siswa kelas IV disekolah tersebut yang memiliki nilai rendah dalam mata pelajaran

IPA serta adanya dukungan dari Kepala Sekolah dan Guru terhadap pelaksanaan

Penelitian.

2. Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dengan jumlah siswa 24 orang, terdiri

dari 14 laki-laki dan 10 perempuan pada semester genap tahun akademik 2016/2017

dengan sasaran utama peningkatan hasil belajar IPA melalui metode pembelajaran

eksperimen pada siswa pada kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai.

D. Desain Penelitian

Desain penilitian pada penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK).

Hal ini didasarkan pada masalah yang akan dipecahkan berasal dari penerapan

metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas

siswa pada mata pelajaran IPA pada murid kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang
38

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Pada penilitan akan direncanakan dua

siklus. Akan tetapi pada siklus kedua belum berhasil mencapai indikator ketuntasan

belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus yang ketiga, demikianpun sebaliknya

apabila pada siklus kedua berhasil maka penelitian akan dihetikan. Setiap siklus yang

direncanakan akan diadakan dua kali pertemuan.

penelitian ini akan diawali pada tahap perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan desaian penulisan tersebut

melalui skema siklus penelitian tindakan berikut ini.


39

Perencanaan Tindakan

SIKLUS I

Permasalahan Baru Hasil Refleksi


Refleksi Observasi

Perbaikan Perencanaan
SIKLUS II

Tindakan Observasi Refleksi

BERHASIL

Gambar. 3.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto dkk (2008)

1. Gambaran Siklus I
40

a. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan, yaitu:

1) Menelaah kurikulum KTSP.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Membuat lembar kerja murid (LKS).

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa.

5) Membuat tes formatif yang digunakan pada setiap akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni dengan

melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yang telah

disusun sebelumnnya. Dimana pada proses belajar mengajar (PBM) di kelas, disini

guru menyajikan materi dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen

yang terdiri langkah-langkah atau tahap-tahap.

c. Observasi

Observasi, yaitu melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa, adapun hal yang

dilakukan sebagai berikut:

1) Peneliti memperhatikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru melalui

metode pembelajaran eksperimen.

2) Peneliti memperhatikan aktivitas guru pada saat proses pembelajaran

berlangsung berdasarkan lembar observasi guru yang telah disiapkan.

3) Peneliti memperhatikan aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung berdasarkan lembar observasi murid yang telah disiapkan.


41

4) Peneliti memperhatikan sejauh mana keberhasilan siswa untuk mengungkapkan

pendapat, komentar, pertanyaan, ataupun hal-hal yang belum dipahami.

5) Peneliti memperhatikan kehadiran siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

6) Peneliti memperhatikan keberhasilan belajar siswa disetiap akhir siklus.

d. Refleksi

Untuk mengkaji dan merenungkan kembali informasi-informasi awal

berkenaan dengan adanya ketidaksesuaian antara teori dan praktek metode

pembelajaran eksperimen, serta untuk mengetahui hasil belajar IPA pada siswa kelas

IV. Refleksi ini dilakukan bersama antara peneliti dan guru untuk mengetahui

hambatan dari tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus dan bahan perbaikan

untuk rencana tindakan selanjutnya. Apabila kriteria yang telah ditetapkan pada akhir

siklus I tercapai, maka siklus pembelajaran dihentikan. Sebaliknya jika belum

berhasil pada siklus I, maka peneliti melangkah ke siklus II dengan memperbaiki

kinerja pembelajaran pada tindakan berikutnya sampai berhasil.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitain ini

adalah:

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan adalah teknik pengumpulan data dengan jalan

melakukan pengamatan lansung. Penulis melakukan pengamatan lansung terhadap

proses belajar yang berlansung pada siwa dan guru dalam upaya meningkatkan hasil

balajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui metode pembalajaran Eksperimen.
42

2. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar IPA pada

siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai

selama mengikuti proses pembelajaran dengan langkah-langkah metode

pembelajaran eksperimen. Tes yang diberikan berbentuk lembaran kerja kelompok

dan essay.

3. Dokumentasi

Data dari proses observasi dan evaluasi di kumpulkan serta di analisis

sehingga diperoleh data refleksi, hasil analisis data yang dihasilkan dalam tahap ini

akan digunakan sebagai dokumentasi dan acuan untuk merencanakan siklus

berukutnya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dalam penelitian tindakan kelas yang terkumpul dianalisis dengan

menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat di analisis secara deskriptif.

Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. yang meliputi:

rata-rata, rentang nilai, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang

dicapai siswa setiap siklus. Dalam hal ini digunakan rumus :

jumla h murid tuntas


a. Persentase ketuntasan : x 100
jumla h murid keseluru h an

b. Nilai rata-rata :
43

M=
∑ fX , dimana
n

M : Mean (rata-rata)

∑ fX : Jumlah nilai

n : Jumlah murid keseluruhan

Sumber: Tiro ( Aris Armianto, 2012 : 43 )

2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi

gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap

suatu mata pelajaran (Kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode

belajar yang baru (Afektif), aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian,

antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar, dan sejenisnya dapat

di analisis secara kualitatif

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi indikator

proses dan hasil, adapun penjelasannya yaitu:

1. Indikator Proses: Penelitian dikatakan berhasil apabila aktivitas yang ditunjukkan

guru dan aktivitas siswa mencapai taraf keberhasilan minimal 80 % langkah

pembelajaran terlaksana.

Adapun tingkat keberhasilan pembelajaran menurut KTSP Depdiknas (2006)

yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


44

Tabel 3.1 Teknik Kategorisasi Proses Pembelajaran

Aktivitas Belajar % Kualifikasi

68 % - 100 % Baik (B)

34 % - 67 % Cukup (C)

0 % - 33 % Kurang (K)

2. Indikator Hasil

Indikator hasil merupakan patokan ukuran keberhasilan belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

eksperimen. Penelitian dianggap berhasil apabila minimal 80% siswa di kelas

yang tuntas memenuhi KKM sekolah (memperoleh minimal 70).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


45

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan prosedur PTK yang terdiri dari

empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan berlangsung selama dua siklus pada semester genap tahun

ajaran 2016 - 2017 dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan setting

penelitian kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten

Sinjai. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 17 April sampai 17 Mei 2017

dengan waktu sebagaimana proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tindakan

pembelajaran, guru bertindak sebagai pelaksana pembelajaran dan peneliti mengamati

proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Hasil penelitian berupa data observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan

aktivitas mengajar guru dengan menggunakan lembar observasi. Serta hasil belajar

siswa yang diperoleh melalui tes akhir siklus I dan siklus II. Data yang diperoleh

dihitung frekuensinya dan persentasenya sebagai acuan untuk interpretasi analisis

deskriptif.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua kali pertemuan siklus I dan dua kali

pertemuan pada siklus II untuk membahas materi ajar. Siklus I pertemuan pertama

dan pertemuan kedua membahas tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Siklus

II pertemuan pertama dan kedua membahas tentang gaya dapat mempengaruhi gerak

benda.
45
46

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Tahap tindakan siklus I merupakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang

dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa setelah diterapkannya metode

pembelajaran eksperimen. Data yang diperoleh dari kegiatan ini adalah hasil tes

siklus dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan siklus I ini

berlangsung pada hari Rabu tanggal 19 April 2017 dan pertemuan kedua pada hari

Senin tangggal 24 April 2017. Kegiatan ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Keempat tahap

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:

1) Menelaah kurikulum dan silabus.

2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Membuat LKS.

4) Membuat lembar observasi guru dan siswa.

5) Merancang soal tes hasil belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan motode pembelajaran

eksperimen pada kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan

Kabupaten Sinjai, untuk tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan

untuk membahas materi pembelajaran dan setiap akhir siklus di laksanakan evaluasi

pembelajaran. Pembahasan pelaksanaan siklus I yaitu sebagai berikut:


47

1) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 19 April 2017 pukul 07.30 –

08.45 WITA, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru

yaitu: guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan

membaca doa belajar kemudian dilanjutkan dengan penyampaian indikator

pencapaian hasil belajar dan guru menginformasikan pembelajaran eksperimen yang

akan digunakan pada pembelajaran ini. Kegiatan-kegiatan tersebut tercantum dalam

RPP dan dilaksanakan berdasarkan pada hasil observasi dalam proses pembelajaran

IPA di kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

Setelah itu, guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran

dengan menerapkan langkah– langkah metode pembelajaran eksperimen :

a) Langkah pertama guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari

yaitu tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Deskripsi materi yang akan

disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda misalnya, saat

sebuah kaleng yang masih utuh dipukul dengan kayu akan menjadi gepeng.

Kemudian setelah guru menjelaskan materi, guru membagi siswa menjadi 5

kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi kelompok, guru

menjelaskan tujuan dilaksanakannya metode pembelajaran eksperimen. Pada saat

guru menjelaskan hanya sebagian siswa yang memperhatikan materi pelajaran.

b) Langkah kedua guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman

kelompoknya, kemudian memanggil ketua kelompok untuk diberikan lembar kerja


48

kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan digunakan

dalam percobaan tersebut.

c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa saja

yang harus dilakukan dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen. Apabila

siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap

kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa

yang telah dibagikan.

d) Langkah keempat setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan guru

memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatannya dan memberi kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi kelompok yang memaparkan hasil pengamatannya. Setelah

semua kelompok selesai memaparkan hasil pengamatannya, guru kemudian

meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja kelompok yang

telah diisi.

Kegiatan penutup yang dilakukan guru yaitu guru memberikan kesimpulan

atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,

memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah

maupun di rumah, dan menutup pembelajaran dengan menyuruh siswa istirahat/

keluar main.

2) Pertemuan II
49

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin, 24 April 2017 pukul 10.00 – 11.15

WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru yaitu:

guru menyiapkan siswa untuk belajar, sebelum melanjutkan pelajaran berikutnya

guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab. Setelah itu, guru mulai

melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran dengan menerapkan langkah–

langkah metode pembelajaran eksperimen:

a) Langkah pertama sama dengan langkah pertama yang dilakukan pada pertemuan

pertama yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu

tentang gaya dapat mengubah bentuk benda. Deskripsi materi yang akan

disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda misalnya, saat

sebuah kaleng yang masih utuh dipukul dengan kayu akan menjadi gepeng.

Kemudian setelah guru menjelaskan materi, guru membagi siswa menjadi 5

kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi kelompok,

guru menjelaskan tujuan dilaksanakannya metode pembelajaran eksperimen.

Pada saat guru menjelaskan hanya sebagian siswa yang memperhatikan materi

pelajaran.

b) Langkah kedua guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman

kelompoknya, kemudian memanggil ketua kelompok untuk diberikan lembar

kerja kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam percobaan tersebut.

c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa

saja yang harus dilakukan dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen.


50

Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap

kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa

yang telah dibagikan.

d) Langkah keempat setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan guru

memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatannya dan memberi kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi kelompok yang memaparkan hasil pengamatannya.

Setelah semua kelompok selesai memaparkan hasil pengamatannya, guru

kemudian meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja

kelompok yang telah diisi.

Kegiatan penutup yang dilakukan guru yaitu guru memberikan kesimpulan

atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,

memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah

maupun di rumah, dan menutup pembelajaran dengan menyuruh siswa istirahat/

keluar main.

c. Observasi Siklus I

Lembar observasi dalam kegiatan ini terbagi atas dua yaitu lembar observasi

aspek guru dan aspek siswa. Untuk aspek guru, lembar observasi digunakan untuk

mengetahui keaktifan mengajar guru dalam proses pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Sedangkan aspek siswa lembar

observasi digunakan untuk aktivitas siswa selama proses belajar mengajar


51

berlangsung. Hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa serta

hasil evaluasi disajikan sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Aktivitas mengajar Guru pada Siklus I

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelaran eksperimen

berlangsung, dilakukan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas tindakan guru.

Observasi aktivitas mengajar guru kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai melalui penggunaan metode pembelajaran

eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek

yang dilakukan. Pada siklus I pertemuan I persentase pencapaian 58,33 % yang

berada pada kategori cukup, sedangkan pada pertemuan II persentase pencapaian

66,7% yang berada pada kategori cukup. Aspek pengamatan aktivitas mengajar guru

diuraikan sebagai berikut:

Pada indikator pertama, guru menyampaikan tujuan eksperimen. Dalam

menyampaikan tujuan eksperimen terbagi atas 3 yaitu guru menjelaskan materi

pelajaran, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, guru

menyampaikan tujuan dilakasanakannya pembelajaran eksperimen. guru menjelaskan

materi pelajaran. Pada pertemuan I dan II dikategorikan cukup karena diantara tiga

hanya dua indikator yang terlaksana yaitu guru menjelaskan guru menjelaskan materi

pembelajaran dan guru menbagi kelompok secara heterogen. Guru tidak

menyampaikan tujuan dilaksanakannya metode pembelajaran eksperimen.

Indikator kedua yaitu mengumpulkan alat dan bahan. Pada indikator ini terbagi

atas tiga tahap yaitu guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman
52

kelompoknya, guru membagikan LKK ditiap kelompok, dan guru meminta siswa

untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada pertemuan I dan II

dikategorikan cukup karena dari tiga langkah hanya dua yang terlaksana yaitu guru

membagikan LKK ditiap kelompok dan guru meminta siswa menyiapkan alat dan

bahan. Guru tidak mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman kelompoknya.

Indikator ketiga, melakukan percobaan. Pada indikator ini terbagi atas tiga

langkah yaitu guru memberikan arahan kegiatan kepada semua kelompok, guru

memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, guru

memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi dengan teman

kelompoknya. Pada pertemuan I dikategorikan kurang karena hanya satu langkah

yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan kegiatan kepada setiap kelompok.

Guru tidak memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan,

guru hanya berkeliling melihat kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Guru

juga tidak memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk berdiskusi.

Setelah mengisi lembar LKK. Guru langsung menyuruh siswa untuk memaparkan

hasil pengamatannya. Pada pertemuan II dikategorikan cukup karena hanya dua

langkah yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan kegiatan yang akan dilakukan

setiap kelompok dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

berdiskusi dengan teman kelompoknya. Guru tidak memberikan bimbingan terhadap

kelompok yang mengalami kesulitan.

Indikator keempat,mendeskripsikan hasil pengamatan. Indikator ini terbagi atas

tiga langkah yaitu guru memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok
53

untuk menyampaikan hasil pengamatannya, guru memberikan kesempatan kepada

setiap kelompok untuk memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang

tampil, guru meminta semua kelompok untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Pada pertemuan I dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang

terlaksana yaitu guru memberikan kesempatan kesemua perwakilan kelompok untuk

memaparkan hasil pengamatannya dan guru meminta semua kelompok untuk

mebgumpulkan hasil pekerjaannya. Guru tidak memberikan kesempatan kepada tiap

kelompok untuk menanggapi kelompok yang sedang tampil, guru hanya menunjuk

siswa yang mengangkat tangan.

2) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Observasi aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai melalui penggunaan metode

pembelajaran eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang

sesuai aspek yang dilakukan. Pada siklus I pertemuan I persentase pencapaian 50 %

yang berada pada kategori cukup, sedangkan pada pertemuan II persentase

pencapaian 58, 3% yang berada pada kategori cukup. Aspek pengamatan aktivitas

belajar siswa diuraikan sebagai berikut:

Pada indikator pertama, menyampaikan tujuan eksperimen. Indikator ini terbagi

atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok yang heterogen, siswa mendengarkan tujuan dilaksanakannya

metode pembelajaran eksperimen. Pada indikator pertemuan pertama I dan II

dikategorikan kurang karena hanya satu langkah yaitu yaitu siswa hanya
54

mendengarkan penjelasan guru yang terkait dengan materi. Siswa tidak dibagi

menjadi kelompok yang heterogen dan siswa juga tidak dijelaskan tentang tujuan

dilaksanakannya eksperimen.

Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga

langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,

setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I dan II

dikategorikan cukup karena hanya dua indikator yang terpenihi yaitu: ketua

kelompok mengambil LKK yang telah disediakan guru dan siswa menyiapkan alat

dan bahan yang akan digunakan.

Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah

yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh

ketika dibimbing oleh guru, siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk

berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pertemuan I dikategorikan kurang

karena hanya satu langkah yang tercapai yaitu siswa menggunakan waktu sebaik-

baiknya untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pertemuan II

dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terpenuhi yaitu siswa

mendengarkan arahan dari guru dan siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk

berdiskusi dengan teman kelompok.

Indikator keempat, mendeskripsikan hasil pengamatan. Indikator ini terbagi

atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil

diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang
55

tampil, dan ketua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pada pertemuan I

dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu setiap

perwakilan kelompok tampil memaparkan hasil diskusinya dan ketua kelompok

mengumpulkan hasil pekerjaannya.

3) Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Apabila hasil belajar siswa pada tes siklus I dianalisis, maka persentase

ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
Kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai pada Siklus I

KKM Kategori Frekuensi Presentase (%)


0 – 69 Tidak Tuntas 13 54,17
70 – 100 Tuntas 11 45,83
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Tes Siklus I

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 24 siswa kelas IV SD

Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, terdapat 13 siswa

(53,17%) yang tidak tuntas hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPA dan 11 siswa

(45,83%) yang telah tuntas hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA. Hal ini berarti

bahwa pada siklus I ketuntasan hasil belajar secara klasikal dalam mata pelajaran IPA

belum tercapai karena jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas kurang dari 80%

yaitu hanya 45,83% berarti masih terdapat 53,17% siswa yang diharapkan hasil

belajarnya tuntas.
56

Berdasarkan hasil belajar siswa pada tabel 4.1 diatas yaitu pada mata pelajaran

IPA pada siklus I, maka diperoleh siswa yang masih belum mencapai KKM. Hal ini

menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA di kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai

secara kalsikal belum mencapai 80% siswa yang memperoleh nilai 70 atau tidak

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

d. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, maka

dapat direfleksikan bahwa pada siklus I target-target pencapaian belajar yang telah

dirumuskan dan indikator keberhasilan tindakan dengan metode pembelajaran

eksperimen belum terpenuhi sehingga penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus

II.

Rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada siklus I tidak

terlepas dari kurangnya interaksi disebabkan antara guru dengan siswa dan belum

terjadi kerjaama antar siswa. Oleh karena itu, diharapkan dapat menjadi bahan

perbaikan dalam tindakan pembelajaran pada siklus II.

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I dengan

kegiatan yang relatif sama. Pelaksanaan siklus II ini berlangsung pada hari Rabu

tanggal 26 April 2017 dan pertemuan kedua pada hari Senin tangggal 1 Mei 2017.

Proses pembelajaran yang dilaksankan pada tindakan siklus II meliputi perencanaan,


57

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1) Merancang tindakan berdasarkan hasil refleksi.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas

ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

4) Perbaikan pengajaran sehingga indikator hasil belajar yang akan dicapai pada

setiap pertemuan dapat tuntas pada pertemuan ini sehingga tidak ada murid

memperbaiki tugasnya setelah diperiksa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan pertama dilaksanakan

pada hari Rabu tanggal 26 April 2017 dan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada

hari Senin tanggal 1 Mei 2017. Proses pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dan

pertemuan kedua pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I tetapi

dilakukan perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I. Peneliti bertindak sebagai

orang yang melakukan tindakan di kelas dan guru mengamati proses pembelajaran

yang sedang berlangsung. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh guru

merupakan langkah-langkah metode pembelajaran eksperimen. Pembahasan

pelaksanaan siklus II yaitu:

1. Pertemuan I
58

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 26 April 2017 pukul 07.30 –

08.45 WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru

yaitu: guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan

membaca doa belajar kemudian dilanjutkan dengan penyampaian indikator

pencapaian hasil belajar dan guru menginformasikan pembelajaran eksperimen yang

akan digunakan pada pembelajaran ini. Kegiatan-kegiatan tersebut tercantum dalam

RPP dan dilaksanakan berdasarkan pada hasil observasi dalam proses pembelajaran

IPA di kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

Setelah itu, guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran

dengan menerapkan langkah-langkah metode pembelajaran eksperimen:

a) Langkah pertama guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari

yaitu tentang gaya dapat mengubah gerak benda. Deskripsi materi yang akan

disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah gerak benda misalnya, meja

ketika diberi gaya akan bergerak. Kemudian setelah guru menjelaskan materi,

guru membagi siswa menjadi 5 kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang.

Setelah guru membagi kelompok, guru menjelaskan tujuan dilaksanakannya

metode pembelajaran eksperimen. Pada saat guru menjelaskan hanya sebagian

siswa yang memperhatikan materi pelajaran.

b) Langkah kedua guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman

kelompoknya, kemudian memanggil ketua kelompok untuk diberikan lembar

kerja kelompok (LKK) dan sekalgus diberikan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam percobaan tersebut.


59

c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa

saja yang harus dilakukan dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen.

Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap

kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa

yang telah dibagikan.

d) Langkah keempat setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan guru

memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatannya dan memberi kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi kelompok yang memaparkan hasil pengamatannya.

Setelah semua kelompok selesai memaparkan hasil pengamatannya, guru

kemudian meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja

kelompok yang telah diisi.

Kegiatan penutup yang dilakukan guru yaitu guru memberikan kesimpulan

atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,

memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah

maupun di rumah, dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan

masing-masing.

2. Pertemuan II (Kedua)

Pertemuan kedua di laksanakan pada hari Senin 1 Mei 2017 pukul 10.00 –

11.15 WITA dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Langkah awal yang dilakukan guru

yaitu: guru menyiapkan siswa untuk belajar, sebelum melanjutkan pelajaran


60

berikutnya guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab. Setelah itu,

guru mulai melaksanakan kegiatan inti atau proses pembelajaran dengan menerapkan

langkah– langkah metode pembelajaran eksperimen:

a) Langkah pertama guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari

yaitu tentang gaya dapat mengubah gerak benda. Deskripsi materi yang akan

disajikan adalah contoh gaya yang dapat mengubah gerak benda misalnya,

kelereng saat disentil akan bergerak dan akan berhenti ketika ditahan dengan

tangan. Kemudian setelah guru menjelaskan materi, guru membagi siswa

menjadi 5 kelompok setia kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru membagi

kelompok, guru menjelaskan tujuan dilaksanakannya metode pembelajaran

eksperimen. Pada saat guru menjelaskan hanya sebagian siswa yang

memperhatikan materi pelajaran.

b) Langkah kedua guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama teman

kelompoknya, kemudian memanggil ketua kelompok untuk diberikan lembar

kerja kelompok (LKK) dan sekaligus diberikan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam percobaan tersebut.

c) Langkah ketiga guru memberikan arahan kepada setiap kelompok tentang apa

saja yang harus dilakukan dalam melaksanakan percobaan atau eksperimen.

Apabila siswa sudah mulai melakukan percobaan, guru berkeliling melihat setiap

kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berdikkusi dengan teman kelompoknya dan mengisi lembar kerja siswa

yang telah dibagikan.


61

d) Langkah keempat setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan guru

memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatannya dan memberi kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi kelompok yang memaparkan hasil pengamatannya.

Setelah semua kelompok selesai memaparkan hasil pengamatannya, guru

kemudian meminta perwakilan kelompok untuk mengumpulkan lembar kerja

kelompok yang telah diisi.

Kegiatan penutup yang dilakukan guru yaitu guru memberikan kesimpulan

atau jawaban dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan,

memberikan motivasi serta nasehat kepada siswa supaya rajin belajar baik di sekolah

maupun di rumah, dan mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinan

masing-masing.

c. Observasi Siklus II

Observasi pelaksanaan tindakan siklus II sama halnya dengan observasi

pelaksanaan tindakan pada siklus I yakni terbagi atas dua lembar observasi. Kedua

lembar observasi tersebut yaitu lembar observasi untuk aspek guru dan lembar

observasi untuk aspek siswa. Hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas

belajar siswa serta hasil evaluasi disajikan sebagai berikut:

1. Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus II

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen

berlangsung, dilakukan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas tindakan guru.

Observasi aktivitas mengajar guru kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan


62

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai melalui penggunaan metode pembelajaran

eksperimen menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek

yang dilakukan. Pada siklus II pertemuan I persentase pencapaian 75% yang berada

pada kategori baik, sedangkan pada pertemuan II persentase pencapaian 91,7% yang

berada pada kategori baik. Aspek pengamatan aktivitas mengajar guru diuraikan

sebagai berikut:

Pada indikator pertama, menyampaikan tujuan eksperimen. Indikator ini

terbagi atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok yang heterogen, siswa mendengarkan tujuan

dilaksanakannya metode pembelajaran eksperimen. Pada indikator pertemuan

pertama I dan II dikategorikan baik karena semua langkah terlaksana.

Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga

langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,

setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I

dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada pertemuan

II dikategorikan baik karena kaetiga langkah terlaksana dengan baik.

Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah

yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh

ketika dibimbing oleh guru, siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk

berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pertemuan I dan II dikategorikan cukup

karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu guru memberikan arahan yang akan
63

dilakukan oleh setiap kelompok dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok

untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya.

Indikator keempat, mendeskripsikan hasil pengamatan. Indikator ini terbagi

atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil

diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang

tampil, dan ketua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pada pertemuan I

dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada pertemuan

II dikategorikan baik karena semua langkah-langkah terlaksana dengan baik.

2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Observasi aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupatren Sinjai melalui penggunaan metode pembelajaran eksperimen

menggunakan tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang sesuai aspek yang

dilakukan. Pada siklus II pertemuan I persentase pencapaian 75% yang berada pada

kategori baik, sedangkan pada pertemuan II persentase pencapaian 91,67% yang

berada pada kategori baik. Aspek pengamatan aktivitas belajar siswa diuraikan

sebagai berikut:

Pada indikator pertama, menyampaikan tujuan eksperimen. Indikator ini

terbagi atas tiga langkah yaitu: siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok yang heterogen, siswa mendengarkan tujuan

dilaksanakannya metode pembelajaran eksperimen. Pada indikator pertemuan

pertama I dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana dan pada
64

pertemuan II dikategorikan baik karena semua langkah-langkah telah terlaksana

dengan baik.

Indikator kedua, mengumpulkan alat dan bahan. Indikator ini terbagi atas tiga

langkah yaitu: siswa patuh ketika diarahkan duduk bersama teman kelompoknya,

setiap ketua kelompok mengambil LKK yang telah disediakan oleh guru, dan siswa

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pada indikator pertemuan I dan II

dikategorikan baik karena semua langkah-langkah pada indikator kedua terlaksana

dengan baik.

Indikator ketiga, melakukan percobaan. Indikator ini terbagi atas tiga langkah

yaitu: siswa mendengarkan dengan baik ketika diberi arahan oleh guru, siswa patuh

ketika dibimbing oleh guru, siswa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk

berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pertemuan I dikategorikan cukup

karena hanya dua langkah yang tercapai. Pada pertemuan II dikategorikan baik

karena semua langkah-langkah terlaksana dengan baik.

Indikator keempat, mendeskripsikan hasil pengamatan. Indikator ini terbagi

atas tiga langkah yaitu: setiap perwakilan kelompok tampil menyampaikan hasil

diskusinya, siswa memperhatikan dan memberi tanggapan kepada siswa yang sedang

tampil, dan ketua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pada pertemuan I

dan II dikategorikan cukup karena hanya dua langkah yang terlaksana yaitu setiap

perwakilan kelompok tampil memaparkan hasil diskusinya dan ketua kelompok

mengumpulkan hasil pekerjaannya.

3. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus II


65

Apabila hasil belajar siswa pada tes siklus II dianalisis, maka persentase

ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
Kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai pada Siklus II

KKM Kategori Frekuensi Presentase (%)


0 – 69 Tidak Tuntas 2 8,34%
70 – 100 Tuntas 22 91,66%
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Tes Siklus II

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa kelas IV

SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai terdapat 2 siswa

(8,34%) yang tidak tuntas hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPA dan 22 orang

siswa (91,66%) yang telah tuntas hasil belajarnya pada mata pelajaranIPA. Hal ini

berarti, pada siklus II ketuntasan hasil belajar secara klasikal dalam mata pelajaran

IPA telah tercapai karena jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas lebih dari 80%

yaitu 100%.

Berdasarkan tabel 4.2 ada peningkatan antara siklus I sampai siklus II. Ini

menunjukkan bahwa pengajaran dengan metode pembelajaran eksperimen dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Berdasarkan hasil tabel 4.1 pada siklus I

dapat dikatakan belum tercapai atau belum tuntas karena nilai pencapaian siswa

banyak yang tidak mencapai nilai KKM. Ketuntasan belajar 43,83% berarti masih
66

terdapat 54,17% belum tuntas. Pada siklus II yaitu 91,66% sudah tuntas karena sudah

mencapai target yang telah ditetapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa yang

mendapat nilai atau sama dengan 70. Dari hal tersebut juga dapat dikatakan bahwa

ada peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal antara siklus I sampai siklus II.

Dengan demikian bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen

dapat menuntaskan hasil belajar IPA terutama pada siswa kelas IV SD Negeri 55

Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

d. Refleksi Siklus II

Tahap refleksi merupakan tahap pengukuran keberhasilan terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru melalui penggunaan metode

pembelajaran eksperimen siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai diukur melalui tes hasil belajar pada siklus II. Berdasarkan

proses pembelajaran IPA melalui metode pembelajaran eksperimen juga telah

berjalan dengan maksimal, artinya guru secara kalsikal telah menerapkan langkah-

langkah metode pembelajaran eksperimen dengan baik. Adapun temuan dari siklus II

sebagai berikut:

1. Guru telah meningkatkan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, meskipun masih ada langkah-langkah

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang belum maksimal.

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik.


67

3. Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan pertanyaan

secara lisan pada beberapa orang dengan tujuan untuk memperkuat ingatan siswa

terhadap materi yang dibahas.

4. Guru selalu mengkoordinir dengan baik setiap kelompok yang mengalami

kesulitan sehingga tercipta suasana belajar sesuai dengan harapan.

5. Guru menyampaikan petunjuk LKS sesuai dengan pembelajaran.

6. Siswa mampu diarahkan dengan baik oleh guru sehingga siswa dapat lebih teratur.

7. Guru memberikan motivasi pada siswa dengan baik.

Hasil belajar pada siklus II dengan rata-rata dan jumlah siswa yang mencapai

nilai KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase 91,66%, dengan demikian terjadi

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dan penggunaan metode

pembelajaran eksperimen telah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Tindakan yang dilakukan yaitu guru memberikan penjelasan lebih lanjut terkait

materi pembelajaran yang telah diajarkan. Dari hasil belajar siswa pada siklus II, guru

telah mampu melaksanakan perbaikan yang direncanakan setelah pelaksanaan siklus

I. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, penelitian ini telah tercapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan. Sehingga tidak perlu melanjutkan kesiklus berikutnya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa

terdapat 13 orang siswa yang tidak tuntas sedangkan siswa yang tuntas dalam

pembelajaran ada 11 orang siswa, dengan perolehan data tersebut maka ketuntasan
68

hasil belajar siswa untuk siklus I berada pada kategori cukup. jadi, nilai hasil belajar

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70 dengan persentase

80% dari seluruh siswa, maka belum tuntas secara klasikal dan penelitian dilanjutkan

ke siklus II.

Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 26 april 2017,

pertemuan kedua pada hari Senin 1 Mei 2017 peneliti kembali melaksanakan

pembelajaran. Peneliti dan guru kelas IV sepakat untuk melaksanakan pembelajaran

melalui penggunaan metode eksperimen dengan melakukan perbaikan dari siklus I.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II kegiatan guru dan siswa meningkat

sebab kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki pada

siklus II. Keberhasilan siklus II mencapai kategori baik karena siswa bekerja sama

dengan kelompoknya untuk mempresentasikan tugasnya. Keberhasilan lain diperoleh

pada tindakan dari siklus II adalah siswa telah memahami materi pembelajaran.

Selain itu pemberian penghargaan seperti aplaus (tepuk tangan) belum maksimal

dilaksanakan di siklus I akan lebih dimaksimalkan pada siklus II.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, terlihat

adanya peningkatan belajar siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai yaitu pada siklus I nilai rata-rata 63,33 sedangkan

siklus II rata-rata yaitu 87,75 menunjukkan bahwa metode pembelajaran eksperimen

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, nilai hasil belajar siswa telah memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70 dengan persentase 80% dari seluruh

siswa, maka dianggap tuntas secara klasikal.


69

Indikator keberhasilan penelitian ini telah dicapai. Dalam hal ini minimal 80%

siswa telah memperoleh nilai 70, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II karena

sudah berhasil, ini berarti hipotesis tindakan penelitian telah tercapai yaitu jika

metode pembelajaran eksperimen diterapkan dalam pembelajaran IPA, maka hasil

belajar siswa kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten

Sinjai dapat meningkat.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
70

Berdasarkan rumusan masalah, paparan data, dan pembahasan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode yang tepat untuk pembelajaran IPA yaitu metode pembelajaran

eksperimen, karena dengan metode pembelajaran eksperimen siswa dengan

mudah memahami materi-materi yang terkait dengan pembelajaran IPA. Siswa

dituntut untuk terjun langsung dalam proses pembelajaran, melakukan percobaan

dan menyimpulkan hasil pengamatannya.

2. Hasil belajar IPA pada kelas IV SD Negeri 55 Kaherrang Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai dapat meningkat setelah diterapkan metode

pembelajaran eksperimen.

3. Jika langkah-langkah metode eksperimen ini dilaksanakan secara tepat maka

akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi gaya pada mata pelajaran

IPA kelas IV ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar pada siswa

setelah melalui dua siklus pada penelitian ini.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, diajukan beberapa

saran yang perlu dipertimbangkan :

1. Bagi guru dengan adanya skripsi ini, maka diharapkan menerapkan metode ini

pada mata pelajaran IPA sehingga terjadi pembelajaran yang inovatif, yang pada
70
akhirnya akan dan peningkatan hasil belajar dalam proses belajar mengajar di

kelas.
71

2. Bagi lembaga dinas dan penyuluhan pendidikan sebaiknya lebih mengadakan

pengajaran dan bimbingan bagi tenaga pendidik tentang pembelajaran yang

inovatif sehingga akan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran.

3. Bagi calon peneliti hendaknya membaca dam mencoba metode eksperimen ini

dalam membuat penelitian tapi dengan materi yang berbeda sehingga akan

banyak rujukan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

4. Bagi peneliti semoga dengan penelitian ini dapat menerapkan metode eksperimen

pada mata pelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA
72

Abdurrahman, 1993. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Pandang: PT. Bintang Selatan

Abimanyu, Soli & Sulo, Sulo Lipu La. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan Nasional

Aqib, Zainal & Murtadlo Ali. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nuraeni Sejahtera

Djamarah, Syaiful B. dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Komara, Endang & Mauludin Anang. 2016. Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan (PKB) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: PT.
Refika Aditama

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

________. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

-----------. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta.
Renada Media Grup
73

Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya


dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Bumi
Aksara

Wisudawati, Asih W. & Sulistyowati Eka. 2013. Metodologi Pembelajaran IPA.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai