Kincir Air

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

EFISIENSI PENGGUNAAN KINCIR AIR PADA TAMBAK UDANG VANNAMEI

DI PT. ANUGERAH BERJAYA KRAKSAAN PROBOLINGGO

PRAKTIK KERJA LAPANG I


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN
PROPOSAL

Oleh:
ELLINDA VIONA ADELIA
NIT 22.5.02.146

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul :Efisiensi Penggunaan Kincir Air Pada Budidaya Udang Vanamei

(Litopenaeus vanamei ) di PT Anugerah Berjaya Kraksaan

Probolinggo

Nama : Ellinda Viona Adelia

NIT : 22.5.02.146

Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapang I

Program Studi Agribisnis Perikanan

Tahun Akademik 2024/2025

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Sri Wartini.M.MA Buyung Purnomo Waluyo, M.Sc


Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis Perikanan

Jefri Putri Nugraha, M.Sc


NIP. 1981228 201902 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan

Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Praktek

Kerja Lapang I tepat pada waktunya. Atas selesai nya penyusunan ini tidak

terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yaser Krisnafi, S.St.Pi., M.T. Selaku Direktur Politeknik Kelautan

dan Perikanan Sidoarjo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan PKLini.

2. Ibu Jefri Putri Nugraha, M.Sc. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Perikanan yang telah merencanakan kegiatan PKL I ini dengan baik.

3. Ibu Ir. Sri Wartini, M.MA. Selaku Dosen Pembibing satu yang telah

memberikan arahan dan bimbingannya.

4. Bapak Buyung Purnomo Waluyo, M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing dua yang

telah memberikan arahan dan bimbingannya

5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam Penyusunan Proposal Praktik

Kerja Lapang

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih kurang

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran demi

kesempurnaan Proposal ini.

Sidoarjo, 6 Juni 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 2
1.2.1 Maksud ..................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4
2.1 Budidaya Udang Vannamei ............................................................................. 4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei ........................................ 4
2.1.2 Habitat Udang Vaname .......................................................................... 5
2.1.3 Siklus Hidup Udang Vannamei ............................................................. 5
2.2 Teknik Aerasi Pada Budidaya Udang Vannamei .......................................... 7
2.2.1 Ragam Teknik Aerasi Kolam dan Tambak ........................................... 7
2.2.2Kincir Air .................................................................................................... 9
2.2.3 Komponen Kincir Air ............................................................................. 10
2.2.4 Prinsip Kerja Kincir Air .......................................................................... 15
2.2.5 Teknik Pengoperasian Kincir Air ......................................................... 16
2.2.6 Teknik Perawatan Kincir Air ................................................................. 16
2.2.7 Identifikasi Kerusakan Pada Kincir Air ............................................... 17
2.3 Analisis Penggunaan Kincir Air ....................................................................... 18
2.3.1 Teknik Perhitungan Coverage Area ................................................... 18
2.3.2 Analisis Biaya Operasional Kincir Air18
III.METODOLOGI ................................................................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan PKL.............................................................. 20
3.2 Metode Pelaksaan PKL I ............................................................................... 20
3.3. Sumber Data ...................................................................................................... 20
3.3 Metode Penelitian Data.................................................................................. 22
3.4 Metode Pengolahan Data .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi Udang Vannamei………………………………….……………4


Gambar 2. Kincir air……….……………………………………………………………9
Gambar 3. Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa…………………………………………11
Gambar 4. Gear box……………………..……………………………………………12
Gambar 5. Pelampung………………………………………………………………..13
Gambar 6. Daun kincir air…………………………………………………………….14
Gambar 7. Pillow block………………………………………………………………..15
Gambar 8. Besi pangkon……………………………………………………………..16

v
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya udang vannamei merupakan opsi yang disusulkan pemerintah

sebagai pengganti komoditas budidaya udang windu (Penaus monodon).

Alasannya adalah bahwa dalam rangka memperkaya jenis dan varietas udang

lokal,serta meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani ikan

dipandang perlu mengintroduksi udang putih (Penaus monodon) sebagai udang

varietas unggul (KEP.41/MEN/2001).

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu spesies

udang yang bernilai ekonomis tinggi, menjadi salah satu produk perikanan yang

dapat menghasilkan devisa bagi negara. Udang ini memiliki beberapa kelebihan

yaitu lebih tahan terhadap penyakit dan fluktuasi kualitas air, pertumbuhan relatif

cepat, serta hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatan

tinggi. Udang vaname memiliki peluang pasar dan potensial untuk terus

dikembangkan. Untuk menanggapi permintaan pasar dunia, dilakukan intensifikasi

budidaya dengan memanfaatkan perairan laut, karena potensi kelautan yang

sangat besar, oksigen terlarut air laut relatif tinggi dan konstan, serta udang yang

dibudidayakan lebih berkualitas (Effendi, 2016).

Teknologi budidaya yang biasa dilakukan untuk tambak udang adalah

intensif. Pada budidaya intensif tentunya membutuhkan sarana prasana yang

harus dipersiapkan. Salah satu persiapannya yaitu menjaga keseimbangan dari

ekosistem air tambak udang yang diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang

nyaman dan aman selama proses budidaya udang. Fasilitas yang sangat berperan

penting dalam menciptakan kondisi perairan budidaya tambak adalah dengan

melakukan aerasi menggunakan kincir tambak udang.

1
Aerasi adalah penambahan udara ke dalam air untuk membuat kandungan

oksigen di dalam air menjadi cukup dengan bantuan peralatan aerasi seperti kincir

air. Kincir air pada tambak udang sangat diperlukan sebagai pemasok oksigen.

Oksigen dalam air tambak dibutuhkan tidak hanya dalam proses respirasi

(pernapasan) tetapi juga diperlukan dalam proses fisika, kimia, dan biologi yang

terjadi di perairan tersebut. Penggunaan kincir air pada perairan tambak udang

diharapkan dapat mendukung dan mengantisipasi kekurangan oksigen yang dapat

terjadi pada waktu tertentu di perairan tambak budidaya.

Pada kolam atau tambak intensif dengan volume lebih dari 1000 m kincir air

mampu mencakup sebagian besar area kolam atau tambak dengan daya dan lama

penggunaan yang disesuaikan menurut kebutuhan standar operasional. Karena

besarnya pengaruh dari penggunaan kincir pada tambak budidaya udang

vannamei ini maka saya tertarik untuk membuat proposal dengan judul “Efisiensi

Penggunaan Kincir Air Pada Tambak Budidaya Udang Vannamei di PT. Anugerah

Berjaya Kraksaan Probolinggo”.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang I adalah ikut

mempelajari dan mengamati secara langsung penggunaan mesin kincir air dalam

penerapannya sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam budidaya

perikanan, khususnya pada tambak udang vannamei di PT. Anugerah Berjaya

Kraksaan Probolinggo Jawa Timur mulai tanggal 15 Juli 2024 sampai dengan 20

September 2024.

2
1.2.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari Praktik Kerja Lapang I adalah :

1. Mengetahui kegiatan budidaya udang vannamei di PT. Anugerah Berjaya

Kraksaan

2. Mengetahui analisis biaya penggunaan kincir pada budidaya udang

vannamei di PT. Anugerah Berjaya Kraksaan

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Udang Vannamei

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei

Menurut Boone (1931), klasifikasi udang vaname adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Malacostraca

Order : Decapoda

Superfamily : Penaeoidea

Family : Penaeidae

Genus : Penaeus

Sub Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Gambar 1. Morfologi Udang Vannamei (Litopanaeus vannamei)


Sumber : Haliman dan Adijaya (2005)

4
Morfologi dari udang vaname yaitu udang ini memiliki tubuh yang terbentuk

dari dua cabang (biramous) yaitu exopodite dan endopodite. Selain itu juga bentuk

dari udang ini memiliki tubuh yang berbuku-buku dan pada bagian exoskeleton

atau kerangka eksternal dapat berganti (moulting) secara berkala. Cangkangnya

sendiri bertekstur tipis, namun keras yang terbuat dari bahan chitin berwarna putih

sedikit kekuning-kuningan dan terdapat kaki berwarna putih. Di samping itu, untuk

ukuran tubuh udang vaname juga tidak sebesar dengan ukuran udang windu

(Haliman dan Adijaya, 2005).

2.1.2 Habitat Udang Vaname

Habitat udang tergantung jenis persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan

dalam daur hidupnya. Habitat disukai oleh udang adalah dasar laut (soft) yang

biasanya campuran lumpur berpasir. Induk udang vaname ditemukan di perairan

lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235 kaki), menyukai

daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang vaname adalah

catadromus atau dua lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut

terbuka. Larva dan yuana udang vaname yang sudah menetas akan bermigrasi ke

daerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat

nurseri ground nya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk

melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan

perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991 dalam Umam, 2017).

2.1.3 Siklus Hidup Udang Vannamei

Siklus Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Menurut Wyban dan

Sweeney (1991), untuk siklus hidup udang vaname adalah dari fertilisasi telur yang

berpesat menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir menjadi udang

dewasa. Siklus hidup udang vaname sebagai berikut :

5
a. Nauplius

Larva yang berukuran 0,32-0,58 mm. Pada fase ini masih memiliki kuning telur

yang berfungsi sebagai cadang makanan dan sistem pencernaan nauplius

belum sempurna.

b. Zoea

Larva yang berukuran 1,05-3,20 mm. Makanan saat fase ini berupa

fitoplankton. Pada fase zoea mengalami molting sebanya 3 kali.

c. Mysis

Pada fase mysis bentuk tubuhnya mirip dengan udang dewasa yang bersifat

planktonis dan bergerak mundur dengan cara membengkokan badannya.

Makanannya berupa zooplankton.

d. Post Larva

Pada fase post larva tumbuhnya memiliki pleopoda yang berambut (setae)

yang berfungsi sebagai alat renang dan hidup di dasar perairan. Ketika menjadi

post larva makanannya berupa zooplankton.

e. Juvenil

Juvenil ukurannya berkisaran antara 2,2-5,5 cm. Pada fase ini bermigrasi ke

perairan yang lebih dangkal di mana banyak vegetasi yang berfungsi sebagai

tempat pemeliharaan. Setelah menjadi remaja, kemudian udang kembali ke

laut lepas untuk menjadi udang dewasa.

f. Udang Dewasa

Ukuran panjang udang jantan rata-rata minimal 17 cm dan ukuran panjang

udang betina rata-rata minimal 18 cm. Udang dewasa kembali ke laut lepas

untuk memijah dan siklus hidup berlanjut kembali. Dalam proses pemijahan

dilakukan secara seksual di air laut dalam, dan menghasilkan telur yang telah

dibuahi.

6
Udang vaname melakukan pemijahan dengan cara memasukan sperma ke dalam

thelycum udang betina. Lamanya proses pemijah dilakukan sampai udang jantan

melakukan moulting. Masuk ke fase larva, dari fase naupli sampai pada fase

juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi

yang dapat berfungsi sebagai tempat nursery ground-nya (Clay dan McNavin,

2002).

2.2 Teknik Aerasi Pada Budidaya Udang Vannamei

2.2.1 Ragam Teknik Aerasi Kolam dan Tambak

Aerasi adalah penambahan O2 dengan menggunakan sistem oksigenasi

melalui udara pada air yang sudah dibentuk dan akan diproses dengan adanya

penambahan O2 bertujuan supaya O2 yang berada didalam air yang sudah

dibentuk akan bereaksi kation sehingga menimbulkan reaksi yang membuat

oksidasi logam sulit terlarut dan akan mengendap didalam air

1. Gravity

Merupakan teknik aerasi dengan menggunakan aerator gravitasi berupa

penambahan oksigen terlarut di dalam air dengan memanfaatkan energi pada saat

air turun melalui ketinggian tempat terhadap permukaan air. Jenis aerator ini

banyak digunakan, khususnya untuk pembesaran ikan, karena konstruksinya

sederhana dan biayanya murah.

2. Aerasi Permukaan

Berupa aerasi permukaan yang menggunakan luas permukaan untuk

mempercepat laju difusi udara khususnya oksigen ke dalam badan air. Pada

aerasi permukaan terjadi perusakan lapisan film yang dapat mempercepat difusi

oksigen.

7
3. Difuser Aerator

Teknik aerasi ini memasukkan udara atau oksigen ke dalam badan air

dalam bentuk gelembung. Selanjutnya, oksigen ditransfer dari gelembung ke

dalam air. Efektifitas laju oksigen ini dipengaruhi ukuran gelembung dan lama

waktu gelembung dalam air.

4. Turbin

Prinsip kerjanya memanfaatkan turbin agar terjadi difusi oksigen dari udara

ke dalam badan air. Turbin biasanya gigerakan dengan tenaga motor diesel atau

motor bensin penggerak turbin, atau pada teknologi tradisional juga dapat

memanfaatkan tenaga angin yang disalurkan mulai dari kincir angin ke turbin.

Semakin besar bilah pada roda turbin makatransfer oksigen akan lebih banyak,

karena kapasitas air yang terangkatpun lebih banyak.

5. Paddlewheel Aerator

Jenis aerator ini lazim disebut dengan kincir, yang memiliki bilah dayung

pada rodanya. Di satu badan pelampung, terdapat masing-masing satu impeller

pada kedua sisinya. Bahkan jumlah impeller bisa ditambah lebih banyak sesuai

dengannkekuatan gerak motornya.

Secara prinsip, aerator ini menggunakan permukaan air untuk

mempercepat laju difusi udara, khususnya oksigen, ke dalam badan air. Pada

aerasi permukaan, terjadi perusakan lapisan film yang mempercepat difusi

oksigen. Air yang terangkat ke atas akibat putaran bilah dayung kincir akan

mendapat tambahan oksigen melalui difusi oksigen pada saat berada di udara.

Saat jatuh ke permukaan, air menyebabkan lapisan film pada permukaan air

menjadi rusak sehingga terjadi pula transfer oksigen dari udara lewat pecahan

permukaan air.

8
6. Jet Aerator

Jenis aerator ini bekerja dengan memutar baling-baling atau propeler yang

dihubungkan pipa berongga (hollow shaft) ke motor. Secara prinsip, aerator ini

termasuk dalam jenis aerator diffuser aerator, yang memasukkan oksigen ke

dalam badan air dalam bentuk gelembung.

Elektromotor yang berputar selanjutnya memutar propeler dan poros

berongga dengan kecepatan tinggi sehingga menghasilkan suasana vakum di

daerah depan propeler. Suasana vakum tersebut mengakibatkan tertariknya udara

di permukaan ke dalam air melalui air intake port, mengalir dalam pipa berongga,

dan selanjutnya dihembuskan melalui lubang pipa.

2.2.2 Kincir Air

Kincir air termasuk ke dalam salah satu jenis aerator yang menggunakan

motor penggerak berenergi listrik yang menerapkan teknik aerasi permukaan.

Menurut Fuady, (2013) Kincir air adalah salah satu peralatan budidaya ikan atau

udang di tambak yang befungsi untuk menggerakkan air dan menghasilkan sistem

aerasi yang menghasilkan oksigen didalam air. Kincir air didalam tambak dapat

membantu dan mengantisipasi terjadinya kekurangan oksigen terlarut, dan

mengantisipasi terjadinya perbedaan suhu di lapisan air tambak.

Gambar 2. Kincir air


Sumber: Minapoli (2023)

9
Menurut Igna (2018), secara mendasar fungsi dari kincir air pada

operasional tambak udang antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai penyuplai oksigen di dalam perairan tambak. Meskipun pada

ekosistem perairan tambak oksigen telah disuplai oleh fitoplankton, tapi

kebutuhan oksigen tersebut tidak akan mencukupi bagi biota dan prosesproses

yang terjadi di dalamnya.

2. Membantu dalam proses pencampuran karakteristik antara perairan tambak

lapisan atas, dan bawah.

3. Membantu dalam proses pemupukan air.

4. Membantu dalam mengarahkan kotoran dasar tambak ke arah sentral

pembuangan, sehingga memudahkan dalam proses pembersihan dasar

tambak

2.2.3 Komponen Kincir Air

Menurut Nurman (2017), adapun bagian atau komponen-komponen yang

teradapat pada kincir air untuk tambak budidaya udang vannamei ini antara lain

terdiri dari komponen-komponen berikut:

1. Motor penggerak

Motor penggerak ini berfungsi sebagai mesin atau alat pengubah energi

listrik menjadi energi mekanis. Menurut Onny (2017), motor listrik merupakan

sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi

mekanis. Pada kincir air energi mekanis yang dimaksud adalah gerak

putaran/rotasi pada motor penggerak. Motor penggerak ini berfungsi untuk

menggerakkan gear yang tersambung pada bagian as dan batang pipa yang

memutar baling-baling kincir.

Menurut Nyoman (2018), motor listrik ada dua jenis yaitu motor listrik 1 fasa

dan 3 fasa. Motor listrik 1 fasa ini adalah motor listrik yang dijalankan dengan

10
suplay 1 fasa. Sedangkan pada motor listrik tiga fasa memiliki dua komponen

dasar yaitu stator dan rotor, yang dipisahkan oleh bagian celah udara yang sempit

(air gap) dengan jarak 0,4 mm. sampai dengan 4 mm. Pada umumnya ciri

mendasar yang membedakan motor listrik 1 fasa dengan 3 fasa dapat dilihat dari

besar dan tebalnya kumparan. Bentuk mesin motor listrik 3 fasa dapat dilihat pada

gambar 2 berikut:

Gambar 3. Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa


Sumber : Suprianto 2015)

Adapun beberapa komponen yang terdapat pada motor listrik 3 fasa antara lain:

2. Rotor

Rotor merupakan bagian yang berputar pada motor listrik 3 fasa. Belitan rotor

terdiri dari batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam alur motor.

Komponennya mirip seperti sangkar burung, arus listrik akan diinduksi di batang

sangkar sehingga rotor akan mulai berputar.

3. Stator

Stator adalah bagian motor listrik yang statis/tidak bergerak, pada motor listrik

3 fasa bagian stator ini mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan

kumparan dihubungkan melalui terminal untuk memudahkan penyambungan

dengan sumber tegangan.

11
4. Bearing

Sebagai pengurang gesekan ketika besi penghubung gear box dan roda kincir

berputar. Bentuknya lingkaran dan umumnya terbuat dari besi.

5. End Bracket/BearingHousing

Adalah wadah bagi bearing, yang berfungsi sebagai bantalan pengunci bearing

atau pelindung agar tidak goyah ketika mempertahankan putaran. Adapun

bentuknya adalah lingkaran pada kepala pengunci bearing dan melebar pada

bagian dudukannya.

6. Frame (Yoke)

Berfungsi sebagai tempat mengikat pole core, yang terbuat dari besi atau

logam berbentuk silinder.

7. Cooling Fan

Merupakan kipas atau baling-baling yang akan berputar untuk mendinginkan

motor selama kincir beroperasi, agar tidak terjadi overheat yang menyebabkan

kerusakan.

8. Gear box atau gear reduksi

Gambar 4. Gear box


Sumber : Kincir air.id (2015)

Gear box atau gear reduksi berfungsi sebagai alat pengatur kecepat putaran

dari motor listrik ke penggeraknya, umumnya dari putaran yang cepat direduksi

12
atau diperlambat putarannya agar putaran daun kincir bekerja secara optimal.

Biasanya gear box terdiri dari beberapa pasang roda gigi. Gigi kecil berfungsi

sebagai pengemudi (driver) yang melakukan upaya (effort), dan gigi besar

berfungsi sebagai terkemudi (driven) yang menjadi beban load).

9. Pelampung

Pelampung seperti berfungsi sebagai bagian yang dapat mengapung di air,b

berfungsi agar mesin tidak tenggelam dan tetap stabil ketika beroperasi.

Pelampung pada kincir air ini umumnya terbuat dari bahan plastik yang kuat dan

mampu beradaptasi dengan kondisi tambak sehingga tidak mudah rusak atau

cacat. Pelampung ini umumnya berjumlah 2 unit untuk sebuah rangkaian kincir air,

yang terpasang di kedua sisi mesin sejajar dengan daun kincir. Pada

pemasangannya di tambak, jumlah pelampung yang digunakan beragam. Ada

yang dua, tiga dan empat. Tergantung berapa banyaknya roda kincir yang

terpasang pada kincir tersebut.

Gambar 5. Pelampung
Sumber: Minapoli(2017)

13
10. Daun Kincir

Gambar 6. Daun kincir air


Sumber :Seadragon (2016)

Daun kincir air ini berfungsi sebagai alat yang dapat memercikkan air pada

permukaan kolam. Kecepatan putaran daun kincir dipengaruhi dari kerja gear box.

Sebagai komponen utama untuk menambah jumlah oksigen terlarut maka bentuk

dan model daun kincir harus disesuaikan dengan spesifikasi mesin. Umumnya

pada satu bilah daun kincir terdapat 16-20 lubang berukuran 2 cm – 2,5 cm.

Lubang ini berfungsi agar tercipta butiran-butian air yang terciprat dari perputaran

daun kincir pada permukaan air.

11. Pillow Block

Pillow block berfungsi sebagai penyangga dan penyetabil batang besi

penggerak daun kincir yang tersambung ke daun kincir. Bearing sendiri berfungsi

untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat perputaran batang as.

Gambar 7. Pillow block


Sumber: Wangjia (2020)

14
12. Besi Pangkon

Besi pangkon merupakan tempat dipasangnya gear box dan motor penggerak

pada kincir air. Besi-besi ini juga berfungsi sebagai kerangka dan penguat kincir air

agar tidak goyang atau miring selama dioperasikan pada tambak.

Gambar 8. Besi pangkon


Sumber: Minapoli (2020)

13. Batang as

Berfungsi sebagai penyambung antara gear box dengan as dan daun kincir.

Bagian ini ikut berputar karena mendapat energi mekanis untuk menggerakkan

daun kincir.

Gambar 9. Batang as
Sumber : Minapoli(2019)

2.2.4 Prinsip Kerja Kincir Air

Menurut Rochim (2015), kincir ini menggunakan permukaan air untuk

mempercepat laju difusi udara, khususnya oksigen, ke dalam badan air. Pada

aerasi permukaan, terjadi perusakan lapisan film yang mempercepat difusi

15
oksigen. Air yang terangkat ke atas akibat putaran bilah dayung kincir akan

mendapat tambahan oksigen melalui difusi oksigen pada saat berada di udara.

Saat jatuh ke permukaan, air menyebabkan lapisan film pada permukaan

air menjadi rusak sehingga terjadi pula transfer oksigen dari udara lewat pecahan

permukaan air.

2.2.5 Teknik Pengoperasian Kincir Air

Menurut Gunawan (2013), motor penggerak yang digunakan untuk

operasional mesin kincir air yaitu dari magnetic motor listrik yang arus listrik masuk

ke dalam kumparan dan memutar rotor motor lalu gigi pada rotor yang 27

terhubung dengan ulir memutar gear pada jenset yang terhubung dengan as kincir,

lalu memutar kipas kincir.

Motor listrik atau motor induksi ini bekerja dengan memanfaatkan aliran

elektromagnetik. Saat arus 3 fasa melewati lilitan atau gulungan pada stator,

terciptalah medan magnet yang berputar. Medan magnet yang berputar inilah yang

menyebabkan rotor berputar. Listrik diinduksi pada rotor dengan bantuan induksi

elektromagnetik. Ketika pengoperasian, kincir akan berputar berlawanan arah

jarum jam yakitu ke kiri, jika perputarannya searah jarum jam maka ada

keterbalikan pada penyetelan kabel yang dari termis ke motor listrik. Pada putaran-

putaran air yang dihasilkan dapat dijadikan salah satu indikator tingkat kestabilan

kualitas air pada perairan tambak udang.

2.2.6 Teknik Perawatan Kincir Air

Perawatan merupakan tindakan atau usaha pemeliharaan mesin secara

terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalahmasalah

yang dapat mengakibatkan kerusakan pada kincir selama beroperasi. (Nachnul

Ansori dan Imron Mustajab, 2013). Berikut adalah beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam merawat kincir air:

16
1. Membersihkan kotoran yang menempel pada kincir

2. Pemeriksaan kebersihan dan kondisi minyak pada bantalan

3. Memeriksa kekencangan daun kincir

Dari kebutuhan perawatan-perawatan diatas maka seorang mekanik

maupun pengguna kincir harus selalu memperhatikan komponen-komponen

terkait sebelum dan sesudah pemakaian mesin.

2.2.7 Identifikasi Kerusakan Pada Kincir Air

Menurut Hariri (2007), bagian-bagian yang berpotensi mengalami

kerusakan pada kincir air antara lain:

1. Daun kincir Jenis kerusakan yang mungkin terjadi yaitu patah, susah berputar,

tidak utuh, tidak simetris dan mengalami goncangan ketika beroprasi.

2. Motor Penggerak Pada motor penggerak kincir air beberapa kerusakan yang

mungkin terjadi diantaranya macet, berkarat, terdapat aliran listrik pada bodi

mesin, overheat, putaran mesin lemah dan kerusakan pada kumparan atau

komponen lain pada bagian dalam motor

3. Gear box Beberapa kerusakan yang lazim pada komponen gear box antara

lain kerusakan pada roda gigi (patah, terkikis, tidak proporsi, dan macet) dan

karat.

4. Kerusakan pada bagian luar mesin umumnya terjadi pada bagian luar

antara lain bagian pelampung berlubang, penutup mesin yang menipis,

berlumut, dan berkarat. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat terjadi

disebabkan oleh beberapa kondisi antara lain pengoperasian mesin yang

tidak sesuai SOP, perawatan mesin kincir yang kurang baik dan

penyimpanan kincir pasca pengoperasian yang tidak tepat.

17
2.3 Analisis Penggunaan Kincir Air

2.3.1 Teknik Perhitungan Coverage Area

Menurut Amri dan Kanna (2008) tambak pembersaran dengan luas sekitar

0,25 ha idealnya menggunakan kincir aerator sebanyak 4 unit, sedangkan tambak

0,5 ha dapat menggunakan kincir aerator sebanyak 6 – 8 unit. Kincir yang

digunakan harus memiliki kemampuan untuk mengaerasi dan mensirkulasi air

ditambak pembesaran dan budidaya. Maka 1 unit kincir dapat mengkoverarea

seluas 0,0625 ha.

Pada pendapat Amri dan Kanna tersebut berlaku untuk kincir berkekuatan

1 HP. Jadi perhitungannya adalah sebagai berikut:


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑘
N kincir =
0,0625

Keterangan:

0,0625= Luasan area terkover pada kincir 1 HP

2.3.2 Analisis Biaya Operasional Kincir Air

Menurut Darsono dan Winoyo (1978), untuk menghitung biaya listrik yang

harus dikeluarkan per siklus pada pengoperasian motor listrik adalah dengan

menggunakan cara berikut:

Misalnya pada suatu tambak budidaya udang vannamei terdapat motor listrik

penggerak kincir air dengan daya 2 HP dengan daya listrik 646 watt. Kincir air ini

menggunakan 2 bilah daun kincir yang beroperasi selama 24 jam untuk menyuplai

kadar oksigen terlarut dalam air. Ditanyakan berapa beban biayalistrik yang harus

dikeluarkan selama 1 siklus (1 siklus=60 hari)?

18
RUMUS:

Biaya Operasional Kincir = Daya x Jam Operasi x 1 siklus x asumsi biaya listrik per

kwh

646 𝑥 2
=( ) 𝑥24 𝑥 60 𝑥 1600
1000

1292
=(1000) 𝑥24 𝑥 60 𝑥 1600

= 1,292 𝑥 24 𝑥 60 𝑥 1600

= Rp 2.976.768,00 /siklus
Jadi biaya listrik yang harus dikeluarkan untuk kincir air dengan tenaga 2 HP

yang digunakan 24 jam per-hari selama 1 siklus yaitu Rp 2.976.768,00 per siklus

19
III.METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan PKL

Praktek Kerja Lapang I dilaksanakan di PT. Anugerah Berjaya Kraksaaan

Probolinggo Jawa Timur mulai tanggal 15 Juli sampai dengan tanggal 20

September 2024.

3.2 Metode Pelaksaan PKL I

Metode yang penulis gunakan dalam Kerja Praktik Akhir ini adalah metode

survei dan magang. Metode yang digunakan dalam pelaksanakan Kerja Praktik

Akhir untuk memperoleh pengetahuan dan fakta–fakta yang ada dilokasi dalam

hal pengumpulan data adalah metode survey dan deskriptif. Metode deskriptif

yaitu, metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2018). Metode survey

merupakan suatu bentuk aktifitas yang sudah menjadi kebiasaan pada

masyarakat, dan banyak diantaranya berpengalaman dengan riset ini sebagai

suatu bentuk yang tersendiri atau yang lainnya (Adiyanta, 2019)

3.3 Sumber Data

Secara umum sumber data yang digunakan pada Praktik Kerja Lapang I

adalah:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Berdasarkan definisi diatas penulis

menyimpulkan bahwa sumber data primer merupakan data yang langsung pada

objek tempat penulis melakukan Praktik Kerja Lapang I, dengan observasi secara

langsung pada PT.Anugerah Berjaya Kraksaan Probolinggo.

20
Adapun data yang dibutuhkan dalam melakukan Praktik Kerja Lapang I yaitu:

1. Biaya pembelian kincir

Biaya pembelian kincir air pada tambak udang dapat bervariasi tergantung pada

jenis kincir air dan ukurannya, serta lokasi dan pemasoknya. Kincir air untuk

tambak udang adalah bagian penting dari infrastruktur untuk menjaga kualitas air

dan lingkungan tambak. yang dikeluarkan untuk pembelian kincir air berupa kincir

air jadi ataupun pembelian bagian-bagian dari kincir air.

2. Biaya pemasangan kincir

Biaya pemasangan kincir air di tambak udang bervariasi tergantung pada

ukuran tambak, jenis kincir air yang dipilih, dan lokasi geografisnya.

3. Biaya umur teknis

Biaya umur teknis kincir air di tambak udang mencakup biaya perawatan rutin,

perbaikan dan penggantyian komponen yang rusak.

4. Biaya operasional

Biaya operasional yang harus dikeluarkan per siklus/ petak pada

pengoperasian kincir air. Meliputi biaya perawatan kincir, biaya listrik.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen. Penulis dapat menyimpulkan bahwa sumber data sekunder

merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber lain

yang sudah tersedia sebelum penulis melakukan penelitian.Penulis melakukannya

dengan cara studi literatur jurnal, buku, ataupun catatan yang relevan. Sumber

data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sumber data

sekunder. Dimana sumber data primer adalah data yang diperoleh berdasar

praktik harian kerja pada lokasi dan hasil wawancara dengan penanggung jawab

kerja di PT Anugerah Berjaya Kraksaan Probolinggo. Sedangkan sumber data

21
sekunder adalah data yang diperoleh.

3.4 Metode Penelitian Data

Pada Kegiatan Praktik Kerja Lapang ini Data mentah yang telah dikumpulkan

perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, serta

dikoreksi sedemikian rupa sehingga data tersebut memiliki makna dan bermanfaat

dalam penyusunan Proposal Kerja Praktik Akhir. Berdasarkan hal tersebut teknik

pengelolaan data menurut Nazir (2014), yaitu :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati serta mencatatz secara sistematik gejala yang

diamati

2. Partisipasi aktif

Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan

secara langsung di lapangan. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah mengamati

efisiensi penggunaan kincir air pada tambak udang vannamei di PT. Anugerah

Berjaya Kraksaan Probolinggo.

3.5 Metode Pengolahan Data

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapang ini, Data primer dan data sekunder yang

telah diperolehakan diolah dan dianalisis dengan tahap – tahap berikut ini :

1. Editing

Menurut (Narbuko dan Achmadi, 2012) tahapan editing merupakan kegiatan

memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh pengumpul data atau

pengecekan data atas kekeliruan, kelengkapan maupun kekurangan untuk

kemudian diadakan pemeriksaan kembali.

2. Tabulating

Tabulating (pengelompokan) adalah kegiatan mengelompokkan data menjadi

bentuk tabel yang merupakan tahap lanjutan, dalam rangka proses analisis data.

22
3. Analizing

Analizing adalah menganalisa data yang sudah terkumpul sehingga dapat

ditarik suatu kesimpulan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Penggunaan analisis deskriptif bertujuan agar menyajikan data sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya tanpa memberikan perlakuan apapun, sehingga dapat

dengan mudah mengambil kesimpulan. Metode penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai

suatu objek. Analisa yang digunakan bertujuan untuk mengetahui penggunaan

mesin kincir air dan analisis biaya penggunaan kincir air.

Adapun data kincir air yang akan di analisa meliputi :

1. Menghitung Biaya Beban Listrik

P=W/t= V.I= V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik Dalam Volt

W = Usaha Listrik Dalam Watt

T = Waktu Dalam Detik

V = Tegangan Listrik Dalam Watt

I = Arus Listrik Dalam Ampere

R = Hambatan Dalam Ohm

2. Biaya Operasional Kincir per siklus/petak

Biaya yang harus dikeluarkan per siklus pada pengoperasian motor listrik

adalah dengan menggunakan cara berikut:

Biaya Operasional Kincir = Daya x Jam Operasi x 1 siklus x asumsi biaya listrik per

kwh

23
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, N. P. A., Agus, M., & Mardiana, T. Y. (2017). Rekayasa kincir air pada
tambak LDPE udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di tambak Unikal
Slamaran. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 16(1).

Mahendra, M. A., Tarisah, T., Iswanti, N. I., Risnawati, R., Astuti, T. P., & Andriani,
A. (2023). Aplikasi kincir untuk menjaga kebutuhan oksigen dan
meningkatkan produktivitas pada budidaya udang vaname secara
intensif. Agrokompleks, 23(1), 78-83

Evalina, N., Pasaribu, F. I., Syahputra, M. A., Indrayani, I., & Rahayu, T. (2022,
July). PEMANFAATAN KINCIR AIR UNTUK TAMBAK UDANG DI DESA
PEMATANG GUNTUNG. In Prosiding Seminar Nasional Teknik UISU
(SEMNASTEK) (Vol. 5, No. 1, pp. 97-99).

Restuti, R. (2019). ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHA TAMBAK UDANG


VANNAME PETAMBAK MANDIRI EKS PLASMA PT CENTRALPERTIWI
BAHARI DI KABUPATEN TULANG BAWANG.

Wafi, A., & Ariadi, H. (2022). Estimasi Daya Listrik Untuk Produksi Oksigen Oleh
Kincir Air Selama Periode “Blind Feeding” Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of
Fisheries Science and Technology, 18(1), 19-35.

Nurhadi, N., Khumaini, H., Tawakal, F., Masrizal, M., Nayoan, F., Suhaidi, M., &
Latip, L. (2023). Prototype Sistem Monitoring Kincir Air Tambak Udang
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Unitek, 16(2), 217-226.

Rahmat, M. B., Widiarti, Y., Widodo, H. A., Poetro, J. E., Rochmawati, N. W., &
Sheila, S. Y. (2022). Pemeliharaan Perawatan Motor Listrik Petani
Tambak Udang Sebagai So-lusi Mengurangi Dampak Kerusakan Motor
Listrik Perangkat Paddle Wheel Aerator. Bhakti Persada Jurnal Aplikasi
IPTEKS, 8(2), 77-84.

Paris, P., Nawir, F., Paris, P. P., & Kausar, A. (2024). PENINGKATAN
PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI TAMBAK RAKYAT
DESA BOJO MELALUI BUDIDAYA UDANG VANAME DAN TEKNOLOGI
KINCIR AIR TIGA DAUN. Community Development Journal: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 5(1), 505-512.

Siregar, Maulina (2016, 6 Desember). Tips Merawat Kincir Air Tambak agar
Optimal Melakukan Aerasi
.
Diyah, R. (2023). ANALISIS PERFORMA UDANG VANAME Litopenaeus
vannamei (BOONE, 1931) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS
RENDAH DENGAN DUA FASE PEMELIHARAAN
.
Wafi, A., & Ariadi, H. (2022). Estimasi Daya Listrik Untuk Produksi Oksigen Oleh
Kincir Air Selama Periode “Blind Feeding” Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of
Fisheries Science and Technology, 18(1), 19-35.

24
Siregar, Maulina (2016, 6 Desember). Tips Merawat Kincir Air Tambak agar
Optimal Melakukan Aerasi https://www.isw.co.id/single-
post/2016/12/06/Tips-Merawat-Kincir-Air- Tambak-agar-Optimal-
Melakukan-Aerasi

25
Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapang I

Analisis Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapang I Efisiensi Penggunaan

Kincir Air pada Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vanamei ) di PT Anugerah

Berjaya Kraksaan Probolinggo dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 1. Rencana Kegiatan PKL I


No. Uraian Kegiatan Pelaksanaan Juli-September 2024
Juli Agustus September
1 Keberangkatan menuju
lokasi PKL
2 Melapor ke perusahaan

3 Mengikuti kegiatan di PT.


Anugerah Berjaya
Kraksaan

4 Observasi dan
Wawancara

5 Penyusunan Laporan
PKL I

6 Mengakhiri kegiatan PKL I

26
Lampiran 1 Kuesioner

A. Profil Responden

1. Nama Responden :

2. Usia :

3. Alamat :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Jabatan :

6. Pengalaman bekerja :

7. No. Tlp/WA :

B. Data Unit Usaha/ Perusahaan (Tidak Untuk Semua Responden)

1. Nama Perusahaan/Unit :

2. Status Usaha :

3. Jenis Produksi :

4. Kapasitas Produksi :

5. Jumlah Petakan :

6. Luas Petakan :

7. Lamanya Siklus Produksi :

8. Penyerapan Tenaga Kerja :

C. Keadaan Umum Lokasi

1. Bagaimana keadaan umum lokasi?

…………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………….

2. Bagaimana letak geografis unit usaha?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

27
3. Bagaimana batas unit wilayah usaha?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

4. Kapan unit usaha didirikan?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

5. Bagaimana sejarah berdirinya unit usaha?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

6. Berapa luas unit usaha?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

7. Bagaimana struktur organisasi unit usaha?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

D. Efisiensi Kincir Air

1. Seberapa efektif penggunaan kincir air dalam meningkatkan kualitas

udang dan kualitas air di tambak ?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Bagaimana efisiensi energi yang dihasilkan oleh kincir air dalam

meningkatkan oksigen di tambak?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

3. Berapakah kincir air yang dipasang dalam 1 lahan tambak dapat dikatakan

efisien atau cukup oksigen untuk udang ?

28
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

4. Apa yang terjadi jika dalam 1 lahan tambak kekurangan atau kelebihan

pemasangan kincir air?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

5. Apakah ada peningkatan produksi udang setelah pemasangan kincir air lebih

dari biasanya?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………....

6. Apakah ada perubahan dalam pengelolaan lingkungan tambak setelah

menggunakan kincir air?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

7. Bagaimana proses untuk perawatan kincir air saat dioperasikan?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

8. Bagaimana solusi yang digunakan dalam mengatasi kincir air yang sudah

rusak?

…………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………...

9. Berapa biaya operasional yang dikeluarkan dalam operasional kincir air?

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

10. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perawatan atau perbaikan kincir air?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

29
30

Anda mungkin juga menyukai