Ekonomi Koperasi (Kelompok 3) .
Ekonomi Koperasi (Kelompok 3) .
Ekonomi Koperasi (Kelompok 3) .
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
ADE FITRI (210904502005)
DIAN PRATIWI (210904501036)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
BAB I
PENDAHULUAN
Koperasi adalah suatu organisasi yang berbentuk badan hukum dan bertujuan
untuk melayani kepentingan bersama dengan menjalankan usaha bersama. Selain untuk
mencari keuntungan, kegiatan koperasi dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kesejahteraan finansial para anggotanya. ditangani secara efektif di dalam keluarga
untuk membangun landasan kerja yang produktif bagi semua pihak. Untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial, koperasi—yang merupakan organisasi
bisnis yang didirikan oleh, untuk, dan bersama para anggotanya—seharusnya
menawarkan peluang pengembangan bisnis baik bagi anggota individu maupun
masyarakat lokal secara luas. Karena koperasi adalah badan usaha, maka perlu
dibicarakan apa yang dimaksud dengan badan usaha, bagaimana koperasi berfungsi
sebagai badan usaha, dan bagaimana koperasi berbeda dengan jenis badan usaha
lainnya. Sebagai salah satu jenis organisasi komersial, koperasi memainkan peran
penting dalam memperkuat perekonomian lokal.
Di Indonesia, masyarakat sudah lama mengenal koperasi sebagai organisasi
ekonomi kerakyatan; bahkan Dr. Muhammad Hatta, seorang penganjur Republik
Indonesia, dianggap sebagai bapak koperasi Indonesia. Koperasi adalah badan usaha
koperasi yang bergerak dalam perekonomian. Biasanya, anggotanya berasal dari negara
dengan perekonomian lemah dan bergabung secara bebas atas dasar persamaan hak dan
tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Salah satu cara yang efisien untuk mendorong pembangunan
ekonomi lokal (PEL) adalah melalui koperasi. Hal ini dilakukan sesuai dengan
fungsinya sebagai katalis akses pasar, peningkatan keterlibatan demokrasi, dan mesin
kemajuan ekonomi (Shava & Hofisi, 2019). Menurut studi CICOPA (2014), koperasi
manufaktur, pengrajin, dan penyedia jasa manufaktur di sejumlah negara di seluruh
dunia berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan melalui penciptaan
lapangan kerja jangka panjang dan keamanan di komunitas lokal serta dengan
menawarkan layanan yang menjawab permasalahan yang ada. kebutuhan masyarakat
umum. masyarakat, termasuk layanan sosial, kesehatan, dan pendidikan.
Karena koperasi dapat mendorong inklusi sosial, demokrasi, pertumbuhan
pendapatan, kesadaran lingkungan, dan pengaruh ekonomi yang besar terhadap
perekonomian global, koperasi juga diakui sebagai mitra penting dalam mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Iyer, 2020). Koperasi Indonesia merupakan
organisasi usaha pribumi yang merupakan perwujudan semangat dan karakter
masyarakat Indonesia yang sangat khas. Tanpa seorang pemimpin, operasi kelompok
tidak mungkin menjadi lebih baik.
Karena bisnis dimulai dan didanai oleh anggotanya, signifikansinya sebagai
bentuk lapangan kerja semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah peserta.
Karyawan akan dapat meningkatkan keselamatan kolektif melalui kolaborasi ini. Ada
kerja sama dan perlu mendorong perluasan perusahaan-perusahaan kecil di lingkungan
sekitar. Pemilik bisnis tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menggunakan
layanan manajemen bisnis yang sesuai dengan kebutuhannya baik operasional maupun
lainnya. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan kecil yang saat ini beroperasi
diharapkan dapat berekspansi tanpa menghadapi kesulitan keuangan. Jumlah usaha di
hampir setiap kota juga akan dipengaruhi oleh meningkatnya pemahaman masyarakat
tentang pentingnya usaha serta kemudahan dalam memulai usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
B. KEWIRAUSAHAAN KOPERASI
Pemilik bisnis adalah seseorang yang dapat mengamati dan menilai beberapa
aspek perusahaan, memperoleh data yang diperlukan untuk mengoptimalkan
profitabilitas, dan membuat keputusan yang tepat untuk menjamin kesuksesan,
menurut Merdith dkk. (1984). Pemilik bisnis cenderung optimis, berorientasi pada
tujuan, dan bermotivasi tinggi untuk mengambil risiko yang diperhitungkan untuk
mencapai tujuan mereka. Namun demikian, mereka juga termasuk orang-orang
yang enggan dan kurang mampu menyuarakan pendapatnya ketika ada sesuatu
yang perlu dilakukan.
Tidak setiap pilihan dibuat melalui trial and error; sebaliknya, setiap
kemungkinan bisnis telah diperiksa secara menyeluruh dan informasi penting telah
dikumpulkan sebelum keputusan diambil. Selain itu, dibandingkan dengan
kebanyakan orang, wirausahawan termasuk wirausaha kolaboratif memiliki
kepribadian dan atribut yang berbeda. Sifat-sifat dan sifat-sifat karakter tersebut
dijelaskan sebagai berikut: a) memiliki rasa harga diri yang kuat; b) berorientasi
pada tujuan, berorientasi pada keuntungan, gigih, dan bertekad untuk bekerja keras;
c) mampu mengambil risiko yang diperhitungkan dan mengambil keputusan
dengan cepat; d) mempunyai jiwa kepemimpinan dan keinginan untuk mampu
menanggapi kritik dan saran; e) berdaya cipta, kreatif, dan rajin; f) mengawasi masa
depan.
Menurut Hendar dan Kusnadi (1999), kewirausahaan kolaboratif ditandai
dengan sikap mental positif dan komitmen bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan aktual dan meningkatkan kesejahteraan bersama melalui inisiatif
inovatif, pengambilan risiko, dan kepatuhan pada prinsip identitas kolaboratif.
Selain itu, ada beberapa unsur definisi yang perlu diperhatikan, seperti penjelasan
sebagai berikut: Collaborative Entrepreneurship adalah sikap mental yang baik
dalam berusaha bekerja sama. Hal ini berarti bahwa mereka yang terlibat dalam
kewirausahaan kolaboratif, atau kewirausahaan kolaboratif, perlu bersiap untuk
mengusulkan organisasi kolaboratif, termasuk koperasi dan perusahaan lain.
perusahaan harus dilakukan secara kooperatif dalam arti bahwa setiap usaha
perusahaan koperasi harus memperhatikan kebutuhan para anggotanya.
Mengadopsi ide-ide inovatif, atau mencari, menemukan, dan memanfaatkan
peluang yang ada demi kebaikan bersama, adalah tanggung jawab utama
kewirausahaan kooperatif (Drucker, 1988). Seseorang tidak hanya harus bertindak
kreatif ketika meluncurkan sebuah perusahaan, namun juga ketika perusahaan
tersebut beroperasi bahkan ketika sebuah perusahaan koperasi mengalami
kegagalan.
Sekaligus meluncurkan perusahaan untuk memungkinkan koperasi
berkembang dengan cepat dan menghasilkan pendapatan. Kemudian, segera setelah
usaha koperasi itu berjalan, paling tidak agar koperasi itu dapat tetap
menyelenggarakan usaha koperasi dengan lancar. Kegiatan inovatif selama periode
menurunnya upaya bersama, atau stagnasi, jauh lebih penting. Agar koperasi dapat
memasuki siklus hidup yang baru pada saat itu diperlukan kewirausahaan koperasi.
Pengusaha harus berani mengambil peluang. Hal-hal yang diharapkan tidak selalu
sesuai dengan kenyataan yang ada di muka bumi karena dunia penuh dengan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diperlukan wirausahawan yang berani mengambil
peluang untuk menghadapi tantangan seperti ini. Wajar saja, penerimaan risiko
seperti itu dilakukan setelah melalui pertimbangan yang matang.
Dalam sebuah perusahaan, risiko tidak memenuhi ekspektasi dapat meningkat
karena strategi bisnis yang lebih fokus pada pasar internal. Karena kerja sama
internal didasarkan pada anggota organisasi, hal itu memungkinkan mereka semua
menjadi mitra. Karena itu, masuk akal jika para anggota tidak dapat menghalangi
kerja sama satu sama lain. Bahkan dalam kasus kegagalan operasional, risikonya
akan dibagi, menghasilkan risiko yang relatif rendah untuk setiap peserta. Namun,
jika strategi bisnis lebih fokus pada pasar eksternal, seperti Kubernetes, risiko
kegagalan akan sama dengan yang dihadapi pelanggan. Dibandingkan dengan
tingkat partisipasi angkatan kerja yang sebagian besar terkonsentrasi pada pasar
dalam negeri, kondisi saat ini memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih
besar. Prinsip identitas koperasi, yang mengharuskan keanggotaan baik sebagai
karyawan maupun kadang-kadang sebagai pelanggan, harus dijunjung tinggi oleh
manajemen koperasi.
Prioritaskan kepedulian karyawan agar mereka mau berpartisipasi aktif dalam
kerja tim. Karena itu, pekerja kolaboratif memiliki kewajiban untuk meningkatkan
layanan dengan menyediakan berbagai kebutuhan kepada anggota. Tujuan utama
dari setiap perusahaan koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dan
meningkatkan rasa persahabatan mereka. Tantangan yang dihadapi oleh seorang
wirausahawan kolaboratif, cukup jelas, cukup berat karena banyaknya pemangku
kepentingan dalam ekosistem kolaboratif, termasuk karyawan, perusahaan
patungan, anggota masyarakat setempat, dan lain-lain. Kadang-kadang, mitra bisnis
mengalami kesulitan dengan pengaturan kepentingan antara masing-masing
organisasi. Jika dia lebih fokus pada bisnis kooperatif, dia tentu perlu
memperhatikan pasar eksternal, yang akan mengurangi jumlah bantuan yang dia
terima dari pasangannya.
Sebaliknya, ketika orientasi terjadi dalam organisasi dan setiap individu
dihargai, kolaborasi berubah menjadi sebuah tugas. Anggota yang beroperasi ada di
kalangan pengurus, birokrat, dan katalisator yakni orang-orang yang mempunyai
kepedulian terhadap pengembangan koperasi di antara para anggota. Motivasi dan
perilaku yang berbeda terdapat dalam berbagai bentuk usaha koperasi, yang pada
akhirnya menentukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda.
KESIMPULAN
Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan
ekonomi. Dalam konteks ini, koperasi bertujuan untuk meraih keuntungan dan
pertumbuhan ekonomi bagi anggotanya. Beberapa poin penting yang dapat diambil
sebagai kesimpulan adalah:
1. Kerjasama: koperasi didasarkan pada prinsip kerjasama antar anggota.
Dengan bekerja sama, anggota dapat memperoleh manfaat ekonomi yang
lebih besar daripada jika mereka beroperasi secara individu.
2. Kepemilikan bersama: anggota koperasi memiliki hak kepemilikan dan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Keuntungan yang dihasilkan
juga dibagikan secara adil sesuai dengan kontribusi masing-masing anggota.
3. Diversifikasi bisnis: koperasi dapat beroperasi di berbagai sektor ekonomi,
seperti pertanian, perdagangan, keuangan, dan industri. Diversifikasi ini
membantu mengurangi risiko dan meningkatkan stabilitas ekonomi
4. Peningkatan kesejahteraan: koperasi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya melalui kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan
efisien.
5. Peran sosial: selain aspek ekonomi, koperasi juga berperan sosial dalam
memperkuat masyarakat dan memajukan kesejahteraan bersama.
Oleh karena itu, koperasi tidak hanya mencari keuntungan semata, tetapi juga
membangun solidaritas dan keberlanjutan ekonomi bagi anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, G. (2014). Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan Koperasi. Jurnal
Manajemen, 1(1), 1-12.
CICOPA. (2014). Cooperatives As Builders of Sustainable Development: Applied to
Industrial, Artisanal and Service Producers’ Cooperatives.
Deller, S., Hoyt, A., Hueth, B., & Sundaram-Stukel, R. (2009). Research on the
economic impact of cooperatives. University of Wisconsin Center for
Cooperatives, 231(2209), 232-3.
Fajriati, V. (2023). Upaya Koperasi Unit Desa (KUD) Mitrayasa Dairy Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Desa Pagerageung
Menurut Perspektif Islam (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam
Latifah Mubarokiyah).
Halilintar, M. (2018). Cooperatives and economic growth in Indonesia.
Iyer, B. (2020). Cooperatives and the sustainable development goals. In Waking the
Asian Pacific Co-Operative Potential (pp. 59–70). Elsevier.
Lauermann, G. J., Moreira, V. R., Souza, A., & Piccoli, P. G. R. (2020). Do
cooperatives with better economic–financial indicators also have better
socioeconomic performance?. VOLUNTAS: International Journal of
Voluntary and Nonprofit Organizations, 31, 1282-1293.
Mulyadi, C. D., Rusmana, F. D., & Juhadi, J. (2023). PERAN KOPERASI DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA PADA KOPERASI
SUSU CIPENDAWA CIANJUR. Jurnal Perbankan Syariah Indonesia
(JPSI), 2(1), 14-26.
Oktaviana, T. (2023). Peran Koperasi Unit Desa Simpan Pinjam Isma Jaya Dalam
Upaya Meningkatkan Ekonomi Masyarakat. Jurnal Bisnis dan Manajemen
(JURBISMAN), 1(1), 9-18.
Rosmiati, E. (2012). Koperasi sebagai implementasi ekonomi kerakyatan. Jurnal Ilmiah
Widya, 218748.
Shava, E., & Hofisi, C. (2019). Cooperatives as strategies of local economic
development in the City of Tshwane. Journal of Contemporary
Management, 16(2), 23–42.
Yadav, G. (2018). Study on the impact of cooperatives on economical
development. International Journal of Research-granthaalayah, 6(5), 238-
245.