Rangkuman Annisa & Rafika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera untuk

menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No.19 Tahun 2016 tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu). Keadaan kegawatdaruratan pada anak yang
terjadi di rumah sering kali membuat orangtua atau pengasuh panik, bingung, dan tidak tahu
harus berbuat apa. Permasalahan kegawatan pada anak di rumah bukan hanya problem
orangtua atau pasangan muda yang baru memiliki anak saja, tetapi merupakan permasalahan
orangtua secara umum. (jurnal 4)
Biasanya hal tersebut terjadi pada anak yang berusia 1 sampai dengan 3 tahun disebut dengan
periode toddler. Anak usia 1 sampai 3 tahun merupakan masa paling kritis karena sebesar
80% pertumbuhan otak terjadi pada masa usia tersebut atau dikenal dengan Golden age.
Toddler menunjukkan perkembangan motorik lebih lanjut dan anak menunjukkan
kemampuan untuk beraktivitas lebih banyak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan
mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Berdasarkan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak usia toddler perlu mendapat pengawasan dari orang tua karena dalam
melakukan aktivitasnya anak belum bisa melihat bahaya yang ada disekitarnya. Keamanan
dan keselamatan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang merupakan kebutuhan prioritas
kedua setelah kebutuhan fisiologis dalam hierarki kebutuhan Maslow. Keselamatan tidak
hanya mencegah kecelakaan tetapi juga memungkinkan seseorang untuk merasa bebas
bergerak tanpa bahaya. (jurnal 3)
Dengan demikian, bahaya atau risiko cedera harus diwaspadai pada masa balita. Sampai
umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya, dan ini cukup
rawan. Setiap saat bahaya dapat terjadi pada anak mulai dari tempat bermain, tempat tidur,
mainan, benda-benda disekitar rumah, cuaca, serangga dan hewan lain, serta tumbuhan.
(jurnal 3)

KEMASUKAN BENDA ASING MELALUI MULUT


Choking atau sering kali disebut tersedak merupakan suatu kejadian masuknya benda asing
baik makanan, minuman atau benda kecil lainya ke dalam saluran pernafasan sehingga dapat
menimbulkan gangguan pernafasan hal ini dapat meningkatkan jumlah mortalitas khususnya
kasus Choking.
Choking biasanya akan terjadi obstruksi atau sumbatan dan dapat menyebabkan gangguan
pernafasan, suplai oksigen yang berkurang dan merubah gangguan pertukaran gas didalam
paru-paru (Kurniawan,2019).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 sebanyak 17.537 kasus
tersedak, disebabkan oleh kejadian sebagai berikut 59,5 % disebabkan oleh makanan, 31,4%
disebabkan oleh benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab lain-lain atau belum diketahui.
Pertolongan pertama pada anak yang tersedak adalah dengan melakukan Chest Thrust atau
Heimlich Manuver (seperti dorongan dada). (American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5: Adult
Basic Life Support Circulation 2010).

KEMASUKAN BENDA ASING MELALUI TELINGA


Benda asing telinga : Manik-manik, cotton-bud, serangga, baterai.
Gejala : Nyeri telinga, rasa tersumbat, penurunan pendengaran.
Dilarang :
• Mengorek telinga -> risiko cedera dan benda asing terdorong
• Meneteskan cairan herbal atau tetes telinga tertentu
• Pada kasus baterai jangan meneteskan cairan ke telinga
SEGERA KE IGD/DOKTER THT TERDEKAT.

KEMASUKAN BENDA ASING MELALUI HIDUNG


Benda asing hidung : Manik-manik, cotton-bud, serangga, baterai.
Gejala : Nyeri hidung, hidung tersumbat, hidung berbau, sekret/hidung kental.
Dilarang :
• Mengorek Hidung -> risiko cedera dan benda asing terdorong
• Pada kasus baterai jangan meneteskan cairan ke hidung -> risiko korosif
SEGERA KE IGD/DOKTER THT TERDEKAT

KECELAKAAN/ JATUH

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atak, dkk (2010) yang menyatakan bahwa
kejadian jatuh pada anak terbanyak dialami oleh ibu dengan tingkat pengetahuan rendah.
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan berperan dalam pembentukan sikap
seseorang, pengetahuan membuat seseorang berpikir akan suatu objek atau stimulus. Adapun
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aken, dkk (2007) menjelaskan bahwa karakteristik ibu
yaitu termasuk didalam sikapnya, berpengaruh terhadap cedera pada anak. Dimana sikap
akan menentukan bagaiman ibu bertindak untuk melakukan tindakan berupa pengawasan
yang berpengaruh terhadap kejadian cedera pada anak. Orangtua perlu mendapatkan
bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan
tersebut, menurut Supartini (2004) cedera pada anak tidak terjadi apabila orang tua memeiliki
pengetahuan tentang tingkat tumbuh kembang anak usia.

Jatuh akibat cedera pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Pada usia balita,
bahaya yang mengancam keselamatan adalah cedera, terbakar, bengkak, dan sebagainya. Hal
ini disebabkan ketidak sempurnaan sistem muskuloskeletal dan neurologinya. Perkembangan
pada masa ini sering diikuti oleh keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu sehingga
mencoba hal-hal baru yang diterimanya, seiring dengan perkembangan panca inderanya.
(jurnal 3)
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tidak kurang dari 875.000 anak
dibawah toddler di seluruh dunia meninggal pertahun karena cedera, baik jatuh yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Berdasarkan penelitian kebanyakan anak-anak
mengalami luka iris, memar, radang, luka bakar, patah tulang dan gangguan lainnya sebagai
akibat cedera karena terjatuh atau kecelakaan. Kejadian kecelakaan pada anak usia dini
adalah hal yang sangat perlu di perhatikan. Prevalensi angka kecelakaan pada anak sekitar
71%, dengan rata-rata kejadian cukup tinggi pada anak laki-laki pada usia kurang dari 5
tahun. Sebagian besar kasus disebebkan oleh kecelakaan lalu lintas, luka bakar, tenggelam
dan jatuh.
(jurnal 3)
Adanya pemahaman yang aman bagi orang tua, pengasuh dan penyediaan lingkungan yang
aman dapat mencegah kejadian kecelakaan pada anak. Lingkungan yang sering menyebabkan
kecelakaan pada anak adalah kabel listrik, kompor yang terjangkau anak, peralatan
elektronik, bahan kimia, perlatan rumah tangga, serta mainan (Kurniajati et al, 2017).

Pertolongan pertama orangtua terhadap anak yang cedera adalah upaya atau pencegahan awal
maupun pertolongan dan perawatan secara sementara anak sebelum dibawa ke Rumah Sakit,
Puskesmas atau Klinik Kesehatan untuk mendapat pertolongan yang lebih baik dari Dokter
atau Paramedik. Sementara itu, penanganan permasalahan yang merupakan fokus penelitian
ini yakni dengan membuat rancangan kebutuhan pertolongan pertama (P3K) pada kesiapan
penanganan kecelakaan sehari hari anak. Pengaruh utama yang dapat menyebabkan jatuh
pada anak ialah pada usia ini anak sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya
yang membuat mereka bergerak aktif dan terus menerus (Atak, et all, 2010). Perkembangan
balita yang berhubungan dengan risiko cidera dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usianya. Peran orangtua yang paling penting
adalah memberikan pengawasan dan perhatian penuh untuk menghindari jatuh pada anak
dalam proses belajar dan bermain, orangtua juga dapat bersikap tidak panik dan dapat
melakukan penanganan jatuh dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai