ESSAY AGENDA I Peran Kepemimpinan Pancasila Dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PERAN KEPEMIMPINAN PANCASILA DALAM MENINGKATKAN

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA DI ERA DIGITAL


Oleh : DIDIET DJUNAIDI, S.STP., M.Si – A6.2.13
Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan VI
PPSDM KEMENDAGRI REG BUKITTINGI

A. PENDAHULUAN
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan budaya, suku,
dan agama yang beragam, dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Tantangan ini semakin kompleks di era
digital, di mana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa
pengaruh signifikan terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat, terutama
generasi muda. Wawasan kebangsaan dan semangat bela negara, yang
selama ini menjadi fondasi kuat dalam menjaga keutuhan bangsa, kini
menghadapi ancaman dari derasnya arus informasi global dan pengaruh
budaya asing.
Pemilihan topik ini sangat relevan dan menarik untuk dibahas mengingat
pentingnya peran kepemimpinan Pancasila dalam mengatasi tantangan era
digital. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia, mengandung nilai-nilai luhur yang harus dijaga dan diterapkan
dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Namun, di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, nilai-nilai tersebut
seringkali terabaikan. Oleh karena itu, analisis mendalam mengenai peran
kepemimpinan Pancasila dalam memperkuat wawasan kebangsaan dan bela
negara sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini.
Meskipun teknologi membawa banyak manfaat, seperti kemudahan
akses informasi dan komunikasi, namun juga menimbulkan masalah serius
seperti penyebaran hoaks, radikalisme, dan degradasi nilai-nilai kebangsaan.
Hal ini menciptakan kesenjangan antara generasi yang masih memegang
teguh nilai-nilai Pancasila dengan generasi yang lebih terbuka terhadap
pengaruh luar. Fenomena ini memunculkan konflik internal di masyarakat yang
berpotensi melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, esai ini bertujuan untuk
menganalisis peran kepemimpinan Pancasila dalam menghadapi tantangan
era digital dan upaya meningkatkan wawasan kebangsaan serta semangat

1
bela negara. Analisis ini akan mencakup identifikasi masalah utama, akar
permasalahan, serta strategi kepemimpinan yang perlu diterapkan untuk
mengatasi kendala tersebut.

B. ANALISIS MASALAH DAN AKAR PERMASALAHAN


1. Tantangan Era Digital terhadap Wawasan Kebangsaan
Era digital membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat
mengakses dan menyebarkan informasi. Informasi dapat dengan mudah
diakses melalui internet dan media sosial tanpa batas geografis dan waktu.
Namun, tidak semua informasi yang beredar adalah benar dan bermanfaat.
Penyebaran hoaks dan informasi yang tidak terverifikasi menjadi ancaman
serius bagi wawasan kebangsaan. Informasi yang menyesatkan dapat
menciptakan perpecahan di masyarakat, menimbulkan konflik, dan
melemahkan rasa persatuan. Selain itu, pengaruh budaya asing melalui
media sosial dapat mengikis identitas nasional dan rasa cinta tanah air.
Generasi muda, yang merupakan pengguna terbesar media sosial, rentan
terpapar oleh konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Menurunnya Semangat Bela Negara
Bela negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap tanah air dan kesadaran akan tanggung jawabnya
sebagai bagian dari bangsa. Di era digital, semangat bela negara seringkali
terabaikan karena masyarakat lebih fokus pada kehidupan individualistik
dan terpengaruh oleh arus globalisasi. Kurangnya pendidikan dan
sosialisasi tentang pentingnya bela negara di kalangan generasi muda juga
menjadi faktor penurunan semangat bela negara. Padahal, semangat bela
negara sangat penting untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa di
tengah ancaman dari dalam dan luar negeri.
3. Peran Pendidikan dalam Memupuk Wawasan Kebangsaan
Pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila dan wawasan kebangsaan. Namun, sistem pendidikan saat ini
belum sepenuhnya berhasil mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam
kurikulum. Kurikulum yang ada lebih berfokus pada pencapaian akademik
dan kurang memperhatikan pendidikan karakter dan wawasan
kebangsaan. Metode pengajaran yang kurang menarik dan relevan
2
dengan perkembangan zaman membuat siswa kurang tertarik untuk
mempelajari wawasan kebangsaan dan bela negara. Selain itu, kurangnya
pelatihan bagi guru dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila juga menjadi
kendala dalam upaya memupuk wawasan kebangsaan di kalangan siswa.
4. Peran Media dalam Pembentukan Wawasan Kebangsaan
Media, terutama media sosial, memiliki pengaruh besar dalam membentuk
opini dan sikap masyarakat. Sayangnya, banyak media yang lebih
mengutamakan sensasionalisme daripada edukasi. Akibatnya,
masyarakat lebih terpapar pada konten-konten yang tidak mendidik dan
bahkan merusak nilai-nilai kebangsaan. Penyebaran hoaks dan informasi
yang tidak terverifikasi melalui media sosial juga menjadi tantangan serius
dalam upaya menjaga wawasan kebangsaan. Selain itu, kurangnya
regulasi dan pengawasan terhadap konten media sosial membuat
penyebaran informasi yang merugikan semakin tidak terkendali.
5. Pengaruh Budaya Asing
Di era globalisasi, pengaruh budaya asing menjadi sangat kuat, terutama
melalui media sosial dan internet. Generasi muda yang lebih terbuka
terhadap budaya asing seringkali mengadopsi gaya hidup, nilai, dan norma
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat mengikis
identitas nasional dan menurunkan rasa kebanggaan terhadap budaya
lokal. Pengaruh budaya asing yang tidak terkendali dapat melemahkan
semangat kebangsaan dan mengganggu integritas nasional.
6. Kurangnya Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
Kurangnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga
wawasan kebangsaan dan bela negara juga menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Banyak masyarakat yang kurang memahami pentingnya
wawasan kebangsaan dan semangat bela negara. Mereka cenderung
lebih fokus pada kepentingan pribadi dan kurang peduli terhadap isu-isu
kebangsaan. Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan bela negara
sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa.

3
C. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENGATASI MASALAH/KENDALA
1. Kepemimpinan Visioner dan Transformatif
Pemimpin yang visioner dan transformatif memiliki peran penting dalam
mengarahkan masyarakat untuk menghadapi tantangan era digital. Mereka
harus mampu memberikan inspirasi dan dorongan kepada masyarakat
untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan dan bela negara.
Kepemimpinan yang visioner mampu melihat jauh ke depan dan
merancang strategi yang tepat untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa. Sementara itu, kepemimpinan transformatif mampu melakukan
perubahan yang diperlukan untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan
semangat bela negara. Pemimpin yang transformatif tidak hanya mampu
memimpin dengan baik, tetapi juga mampu menggerakkan masyarakat
untuk bersama-sama menjaga nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Peningkatan Pendidikan Kebangsaan
Pemimpin di bidang pendidikan perlu menginisiasi perubahan kurikulum
yang lebih menekankan pada pendidikan kebangsaan dan bela negara.
Kurikulum yang ada harus diubah agar lebih mengintegrasikan nilai-nilai
Pancasila dan wawasan kebangsaan dalam setiap mata pelajaran. Metode
pengajaran juga harus lebih inovatif dan relevan dengan perkembangan
teknologi agar lebih menarik bagi siswa. Selain itu, pelatihan bagi guru
untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajar wawasan
kebangsaan sangat penting. Guru harus diberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila
dengan cara yang menarik dan efektif.
3. Penguatan Peran Media
Pemimpin di bidang media harus mendorong penyiaran konten-konten yang
mendidik dan menguatkan wawasan kebangsaan. Media massa, termasuk
media sosial, harus dijadikan sarana untuk menyebarkan informasi yang
benar dan bermanfaat. Kampanye nasional yang menggugah semangat
kebangsaan dan bela negara melalui media sosial dapat menjadi strategi
efektif dalam membentuk opini publik. Selain itu, regulasi dan pengawasan
terhadap konten media sosial harus diperkuat untuk mencegah penyebaran
informasi yang merugikan. Media juga harus diajak untuk berperan aktif
4
dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
menyebarkan konten-konten yang mendidik dan menginspirasi.
4. Kerjasama Antar Lembaga
Pemimpin perlu mendorong kerjasama yang erat antara pemerintah,
lembaga pendidikan, media, dan organisasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan wawasan kebangsaan dan bela negara. Sinergi antar
berbagai pihak ini akan memperkuat upaya untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa di era digital. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan,
harus mengambil peran aktif dalam mengoordinasikan dan mengarahkan
berbagai upaya untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan bela negara.
Lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam menanamkan
nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda. Media harus berperan
sebagai penyebar informasi yang benar dan mendidik. Sementara itu,
organisasi masyarakat harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dan semangat bela
negara.
5. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Pemimpin harus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya wawasan kebangsaan dan
semangat bela negara. Kampanye kesadaran yang menyeluruh melalui
berbagai media, seminar, dan diskusi publik dapat menjadi strategi efektif.
Selain itu, pemimpin harus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat wawasan kebangsaan
dan bela negara. Dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat, upaya menjaga keutuhan bangsa akan lebih efektif dan
berkelanjutan.
6. Pembentukan Kebijakan yang Mendukung
Pemimpin perlu mendorong pembentukan kebijakan yang mendukung
upaya peningkatan wawasan kebangsaan dan bela negara. Kebijakan yang
mengatur tentang pendidikan kebangsaan, penyiaran konten media, dan
regulasi penggunaan media sosial harus diperkuat. Kebijakan ini harus
diimplementasikan dengan tegas dan diawasi dengan ketat untuk
memastikan bahwa upaya menjaga wawasan kebangsaan dan bela negara
dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kebijakan yang mendukung
5
kerjasama antar lembaga juga harus diperkuat untuk menciptakan sinergi
yang efektif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Penerapan Teknologi untuk Edukasi Kebangsaan
Pemimpin harus memanfaatkan teknologi untuk mendukung upaya edukasi
kebangsaan dan bela negara. Pengembangan aplikasi dan platform digital
yang menyajikan konten-konten edukatif tentang wawasan kebangsaan
dan bela negara dapat menjadi strategi yang efektif. Selain itu, pemanfaatan
media sosial untuk kampanye edukasi kebangsaan juga sangat penting.
Dengan memanfaatkan teknologi, upaya meningkatkan wawasan
kebangsaan dan bela negara dapat menjangkau lebih banyak masyarakat,
terutama generasi muda yang merupakan pengguna aktif teknologi.

D. Kesimpulan
Era digital membawa tantangan baru bagi upaya menjaga wawasan
kebangsaan dan semangat bela negara di Indonesia. Penyebaran hoaks,
pengaruh budaya asing, dan menurunnya semangat bela negara menjadi
beberapa masalah utama yang dihadapi. Namun, dengan kepemimpinan yang
visioner dan transformatif, tantangan ini dapat diatasi. Peningkatan pendidikan
kebangsaan, penguatan peran media, dan kerjasama antar lembaga
merupakan strategi yang perlu diterapkan untuk memperkuat wawasan
kebangsaan dan semangat bela negara. Kepemimpinan Pancasila memiliki
peran penting dalam mengarahkan masyarakat untuk menghadapi tantangan
era digital dan menjaga persatuan serta kesatuan bangsa. Oleh karena itu,
upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan untuk
menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia di tengah derasnya arus
globalisasi dan perkembangan teknologi. Esai ini diharapkan dapat menjadi
kontribusi yang berarti dalam upaya memperkuat wawasan kebangsaan dan
semangat bela negara di era digital.

Anda mungkin juga menyukai