1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

1.

Masjid

Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat
peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid
peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya
semakin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang
paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang
menyangga atap tumpang.

Di bagian barat masjid terdapat mihrab. Disebelah kanan mihrab ada mimbar. Di
halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk
menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin
mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan,
dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.

Contoh masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus.
Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin
langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid
Kudus Didirikan oleh Sunan Kudus.

Masjid Agung Demak. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga.
Salah satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari
susunan tatal. Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga.

Bangunan Masjid yang merupakan peninggalan budaya Islam antara lain yakni sebagai
berikut.

1) Masjid Demak yang Didirikan pada abad ke- XVI pada masa pemerintahan Raden
Patah terletak di Kadilangu, Demak.

2) Masjid Kudus Didirikan oleh Sunan Kudus.

3) Masjid Banten Didirikan pada abad ke- XVI dibangun pada bangsa Belanda bernama
Candel.

4) Masjid Kataangka di Sulawesi Selatan.

5) Masjid Baiturrahman di Aceh dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda.


Macam-macam Masjid

1. Masjid Agung Demak

Peninggalan sejarah yang bercorak Islam pertama adalah keberadaan dari Masjid Agung
Demak. Masjid Agung Demak juga dikenal sebagai salah satu masjid tertua yang ada di
Indonesia.

Seperti namanya, masjid ini didirikan pada masa Kerajaan Demak oleh Raden Patah pada
abad ke-15 masehi. Konon ceritanya, lokasi Masjid Agung Demak dulunya merupakan
tempat berkumpulnya para Wali Songo yang dipercaya sebagai penyebar Islam di Pulau
Jawa.

Kerajaan Demak tak hanya menyisakan masjid ini saja. Peninggalan lain dari kerajaan
Islam pertama di Jawa ini meliputi, Pintu Bledeg, Makam Sunan Kalijogo, Soko Guru,
Pawestren. Menurut sejumlah kisah atau cerita yang berkembang, Masjid Agung Demak
dijadikan tempat oleh wali songo yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di tanah
Jawa untuk berkumpul. Hal inilah yang membuat Kabupaten Demak memperoleh
julukan sebagai Kota Wali.
Masjid yang didirikan oleh Raden Patah bersama dengan wali songo ini dibangun dengan
bentuk dan gambaran laksana bulus yang merupakan candra sengkala memet bermakna
sirno ilang kerthaning bumi.

Jika dilihat dari sudut pandang filosofis bulus memberikan gambaran mengenai waktu
atau tahun didirikannya Masjid Agung Demak yakni 1401 Saka. Bulus terdiri dari kepala
bermakna 1, memiliki empat kaki bermakna 4, badan bulus berbentuk bulat dimaknai 0,
dan ekornya bermakna 1. Selain itu juga ditemukan berbagai macam ornamen
berbentuk bulus di dinding masjid. Hal itu membuktikan bahwa hewan bulus memang
dijadikan sebagai simbol Masjid Agung Demak.

Sementara dari segi arsitektur bangunan, Masjid Agung Demak menyimbolkan arsitektur
bangunan bergaya tradisional Indonesia yang khas serta penuh makna. Meskipun
dibangun dengan arsitektur tradisional dan sederhana, namun bangunan masjid mampu
memberikan kesan mewah, megah, indah, anggun, dan berkarismatik.

Bentuk atas masjid yang bersusun tiga berbentuk limas merupakan gambaran akidah
Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Sedangkan empat tiang utama di masjid yang akrab
disebut dengan saka atau tatal dibuat secara langsung oleh para wali songo.

Lalu di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung
Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Ampel, dan sebelah timur laut oleh Sunan Kalijaga.

2. Masjid Agung Gedhe Kauman


Berbicara mengenai peninggalan sejarah bercorak Islam, tentu saja tak akan pernah
lepas dari bangunan peribadatannya, yakni masjid.

Pada saat berlibur ke Yogyakarta, Anda akan menemukan salah satu bukti sejarah
penyebaran Islam yang masih digunakan hingga saat ini, yakni Masjid Gedhe Kauman
Ngayogyakarta Hadiningrat. erbang masjid yang dibangun pada masa Sultan
Hamengkubuwono V terdiri dari lima buah. Satu di antaranya adalah gerbang depan
yang disebut dengan gapura dan gerbang timur. Namun, pada 1867, gempa bumi
menghancurkan serambi masjid dan gerbang depan atau gapura masjid. Oleh karena itu,
dilakukan pembangunan serambi masjid kembali pada 1868 di bawah kepemimpinan
Sultan Hamengkubuwono VI. Bahkan perbaikan serambi masjid dilakukan dengan
memperluas ukurannya dua kali lipat. Satu tahun setelah perbaikan serambi masjid,
dilakukan pembangunan gapura yang juga terkena dampak gempa. Desain gerbang
depan atau gapura dibuat berbeda saat renovasi pada 1869. Dilihat dari bentuknya,
langgam arsitektur pada elemen gerbang merupakan sebuah akulturasi, yakni
perpaduan antara arsitektur tradisional Jawa dan klasik Eropa. Kemudian pada 1917,
dilakukan pembangunan untuk pejagan, yakni tempat penjaga keamanan masjid. Dalam
sejarahnya, gedung pejagan pernah menjadi markas Asykar saat Perang Sabil untuk
membantu tentara Indonesia melawan agresi Belanda. Seiring berjalannya waktu,
pemugaran Masjid Gedhe Kauman masih terus berlanjut dan disesuaikan perkembangan
zaman. Misalnya pergantian lantai masjid, yang awalnya batu kali menjadi marmer.
Selain itu, pada bagian atap, yang sebelumnya memakai sirap berubah menjadi seng
wiron.

Karakteristik Masjid Gedhe Kauman Bangunan Masjid Gedhe Kauman banyak


terinspirasi dari Masjid Agung Demak, tetapi disesuaikan dengan budaya Yogyakarta
sendiri. Berikut ini karakteristik Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Terletak di kawasan
alun-alun dan keraton Masjid Gedhe Kauman terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara
Yogyakarta dan berada di barat laut Keraton Yogyakarta. Luas bangunan Masjid Gedhe
Kauman kurang lebih 2.500 meter persegi.

3. Masjid Sunan Ampel

Anda mungkin juga menyukai