Anjeli PTK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM


BASED LEARNING (PBL) DI KELAS IV
SDN 010 PULAU BIRANDANG

Dosen Pengampu: Syahrul Rizal, M.Pd.

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


PTK

Oleh:
Anjeli Putri
NIM. 1986206007

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2022
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan


majunya suatu negara. Pendidikan merupakan pondasi awal bagi anak untuk
dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh
anak. Dengan pendidikan, anak dapat mengembangkan semua
kompetensinya. Termasuk kemampuan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemerintahpun mengusahakan peningkatan mutu dan
pengelolaan pendidikan dengan adanya penyempurnaan kurikulum menjadi
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirumuskan dan dikembangkan guna
menyempurnakan pola pikir serta menghasilkan lulusan sekolah yang lebih
cerdas, aktif, kreatif, inovatif, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi
sebagai individu yang akan terus berkembang.
Kurikulum 2013 sangat jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya,
semua tingkatan kelas pada Sekolah Dasar menggunakan pendekatan
tematik yang mana proses pembelajaran dikelas dilakukan melalui kegiatan
saintifik. Pada kurikulum 2013 ini lebih menekankan pembelajaran dengan
student center dan pendekatan ilmiah.
Pada tingkat sekolah dasar, pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini sudah
diberlakukan pada setiap tingkatan kelasnya, yang meliputi kelas I, II, III,
IV, V, dan VI. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum
2013 adalah Pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai
3

fokus utamanya guna memberikan pengalaman yang bermakna bagi setiap


peserta didik.
Kurikulum 2013 merupakan rangkaian penyempurnaan terhadap
kurikulum yang telah dirintis sebelumnya. Menurut Ahmadi (2014 : 80)
kurikulum 2013 yang ideal yaitu “berpusat pada peserta didik, sifat
pembelajaran yang kontekstual, buku teks memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan”.
Kompetensi yang dikembangkan pada kurikulum 2013 meliputi
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Majid (2014:28) bahwa “Orientasi kurikulum 2013
adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap
(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).”
Pembelajaran tematik terpadu, peserta didik dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajarannya. Dengan pembelajaran tematik peserta didik
dapat memperoleh pengalaman langsung yang terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari disekolah. Dalam
pelaksanaanya pelajaran yang diajarkan oleh guru di SD diintegrasikan
melalui tema-tema yang telah ditetapkan. Tema ini telah disiapkan oleh
pemerintah dan telah dijabarkan menjadi subtema dalam buku guru dan
sudah diturunkan menjadi satuan pembelajaran.
Pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk
memberdayakan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat memiliki
kompetensi yang diharapkan. Guru dituntut agar dapat membuat peserta
didik aktif dalam pembelajaran untuk tercipta proses pembelajaran yang
lebih bermakna. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran, peserta
didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah
mereka pahami sebelumnya.
Dalam proses pembelajaran guru harus berpedoman pada Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah di buat. Hal ini Memudahkan
guru dalam penyampaikan materi pembelajaran karena dalam RPP sudah
4

terencana dengan baik, sistematis, dan meningkatkan hasil proses belajar


mengajar, dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional,
sistematis dan aktif, maka guru akan mampu melihat, mengamati,
menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka
kerja yang logis dan terencana. Sementara itu, rencana pelaksanaaan
pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai
scenario proses pembelajaran. Rencana perencanaan pembelajaran bisa
menjadi sumber belajar yang sempurna bagi guru.
Selanjutnya setelah tahap perencanaan pembelajaran dilakukan
dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik terpadu guru dituntut agar dapat membawa peserta didik langsung
ke situasi nyata agar terciptanya pembelajaran yang lebih bermakna,
dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran, peserta didik akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung, dengan pengalaman langsung peserta didik bisa mencobakannya
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah mereka pahami
sebelumnya.
Sejalan dengan itu, berdasarkan lampiran Permendikbud No.67 tahun
2013 pembelajaran tematik terpadu yang idealnya yaitu: (1) pembelajaran
berpusat kepada siswa, (2) pembelajaran membuat siswa aktif mencari, (3)
pembelajaran yang berbasis tim (kelompok), (4) pembelajaran yang
berbasis masalah menjadi kebutuhan dengan memperkuat potensi khusus
yang dimiliki setiap siswa, dan (5) pola pembelajaran yang buat siswa
berpikir kritis.
Pembelajaran tematik terpadu juga bertujuan untuk memberikan
pemahaman secara lebih mendalam, bermakna dan berkesan kepada peserta
didik, memberi kesempatan anak untuk menjadi pelaku utama dalam proses
pembelajaran, aktivitas belajar yang menyenangkan serta media yang
5

bervariasi. Sehingga pelajaran yang diberikan terhadap peserta didik dapat


memberikan hasil belajar yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil belajar merupakan tolok ukur untuk menentukan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam memahami konsep dalam belajar, dimana
hasil belajar ini dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam
memahami materi yang disampaikan guru dalam pembelajaran, yang
terwujud melalui perubahan sikap, sosial, dan emosional peserta didik.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Indrawati (2015:41) hasil belajar
adalah pengetahuan, tingkah laku, keterampilan atau kemampuan yang
diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas IV SD
Negeri 010 Pulau ditemukan permasalahan pada pembelajaran yaitu
rendahnya hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari segi peserta didik
yaitu : (1) peserta didik kurang aktif karena terbiasa menerima penyampaian
materi saja, (2) peserta didik sulit mengungkapkan ide atau gagasan dalam
bentuk tertulis maupun lisan karena kesempatan peserta didik untuk berfikir
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari belum
maksimal, (3) peserta didik belum sepenuhnya dilibatkan dalam
menyelesaikan masalah, (4) peserta didik sulit untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapat karena belum paham dengan materi
pembelajaran, (5) peserta didik belum sepenuhnya dilibatkan dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada pembelajaran, (6) peserta didik
masih mempelajari pelajaran secara terpisah, sehingga pembelajaran tematik
terpadu bagi peserta didik tidak bermakna, (7) dan hasil belajar peserta didik
dalam tematik terpadu masih rendah, karena belum paham betul dengan
materi yang diajarkan oleh guru.
Permasalahan-permasalahan yang dialami peserta didik diatas
disebabkan oleh guru yaitu : (1) guru kurang memvariasikan metode, (2)
guru belum menghadapkan peserta didik pada masalah dunia nyata, (3) guru
kurang memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa melatih daya pikir
6

siswa, (4) guru juga kurang memupuk kemampuan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah nyata yang ada di sekitarnya, (5) kurangnya
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik dalam mengungkapkan
pendapat, (6) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), (7)
kurangnya penggunaan media sebagai alat bantu agar peserta didik dapat
lebih memahami materi yang diajarkan, (8) dalam pembelajaran guru masih
mengarah kepada KTSP, (9) RPP yang digunakan oleh guru masih belum
sesuai dengan yang diharapkan, karena langkah-langkah yang terdapat
dalam rpp tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran,
(10) kegiatan pembelajaran yang terdapat pada rpp masih berpusat kepada
guru.
Dari permasalahan yang muncul di atas membawa pengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. Dilihat dari nilai hasil belajar peserta
didik pada ujian tengah semester 1, hasil belajar peserta didik tersebut masih
tergolong rendah, masih sebagian besar peserta didik yang belum mencapai
hasil yang memuaskan.
Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Model Problem
Based Learning (PBL) adalah suatu model yang dikembangkan berdasarkan
suatu masalah yang diberikan oleh guru sehingga bisa merangsang peserta
didik untuk aktif serta memperoleh pengalaman langsung dari proses
menemukan konsep yang dipelajarinya. Dengan demikian proses
pembelajaran tidak terpusat pada guru sehingga pembelajaran berlangsung
secara aktif, dan menyenangkan bagi peserta didik.
Menurut Kemendikbud (2014: 25) pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar dimana peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world). Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang mampu menuntut
7

peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah, aktif bekerja
sama di dalam kelompok. Setiap peserta didik bebas mengemukakan idenya
dengan teman yang lain, meningkatkan rasa kepercayaan diri peserta didik
dan mengaitkan pengalaman kehidupan nyata peserta didik dengan materi
sehingga peserta didik mampu membangun pengetahuannya sendiri
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, model Problem
Problem Based Learning mengimplementasikan pembelajaran tematik
terpadu untuk melatih peserta didik memecahkan masalah dunia nyata dan
melatih peserta didik berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Tematik
Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas IV SD
Negeri 010 Pulau Birandang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas. Maka, secara umum


masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan
kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran tematik menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau
Birandang”
Secara khusus, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan
Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau
Birandang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran tematik menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau
8

Birandang?
3. Bagaimanakah kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran tematik
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SD
Negeri 010 Pulau Birandang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
secara umum untuk mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran
tematik terpadu menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di
kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang
2. Pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang.
3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV
SD Negeri 010 Pulau Birandang?
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada pembelajaran tematik terpadu di SD Negeri IV SD
Negeri 010 Pulau Birandang dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL).
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan pengetahuan tentang
penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran tematik terpadu dan dapat membandingkannya dengan
model lain dan menerapkannya di sekolah, khususnya di Sekolah
Dasar.
9

2. Bagi guru, sebagai bahan informasi sekaligus bahan masukan


pengetahuan dalam melaksanakan pembelajaran tematik terpadu
dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam rangka
memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
3. Bagi peserta didik, agar lebih meningkatkan proses pembelajaran serta
mengembangkan berbagai aspek yang ingin dikembangkan dalam
pembelajaran.
4. Bagi kepala sekolah, masukan untuk guru dalam perbaikan proses
pembelajaran tematik terpadu.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan Kognitif

Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif yang dimaksudkan


dalam penelitian ini adalah ketercapaiankesanggupan individu atau
kelompok yang dapat diamati sebagai hasil atau proses memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman belajar. Kemampuan kognitif dalam
penelitian ini disandarkan pada ranah pengetahuan kognitif yang
dikembangkan oleh taksonomi Bloom dengan enam jenjang, yakni:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis dan
mengevaluasi.

2. Model Pembelajaran PBL

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran


yang berpusat pada siswa dengan terlebih dahulu menyampaikan
permasalahan. Siswa akan dikelompokkan untuk berdiskusi dalam
memecahkan masalah yang diberikan. Kemudian hasil diskusi akan
dipresentasikan di depan kelas.
10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori
1. Hakikat Proses Pembelajaran
a. Pengertian Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi
antara guru dengan siswa di dalam kelas guna tercapainya tujuan
pembelajaran. Menurut Sanjaya (2011:9), proses pembelajaran
pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan peserta didik
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Selanjutnya menurut Hosnan (2014:18) berpendapat
bahwa “Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu
proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru, dan
peserta didik”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran adalah proses interaksi komunikasi aktif
antara peserta didik dengan guru, maupun dengan komponen
pembelajaran yang lain dalam kegiatan pendidikan.
b. Tujuan Proses Pembelajaran
Tujuan proses pembelajaran adalah membantu peserta
didik agar memperoleh berbagai pengalaman, dengan
pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah atau
berubah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Slameto
(dalam Hamdani, 2011:20) tujuan proses pembelajaran adalah
“Untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan proses pembelajaran itu adalah untuk
memperoleh kemampuan yang ingin dicapai setelah melakukan
11

proses pembelajaran yang dilakukan secara efektif dan efesien


sehinga tingkah laku peserta didik bertambah atau berubah, baik
kuantitas maupun kualitasnya.
2. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk menentukan
keberhasilan peserta didik dalam memahami pembelajaran,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2010) hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
mengikuti proses pembelajaran.
Sejalan dengan itu Kunandar (2014) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah kompetensi tertentu baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono
(2016:5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar


adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran, dimana hasil belajar ini dapat dilihat dari
kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
disampaikan guru dalam pembelajaran, yang terwujud melalui
perubahan sikap, sosial, dan emosional peserta didik.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Tercapainya hasil belajar tidak lepas dari faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Susanto (2014:12) mengemukakan
faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi atas 2, yaitu:
(1)Faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi
kemampuan belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, dan lain sebagainya.
12

(2)faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari


luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar,
meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dinyatakan


faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri
atas 2 yaitu faktor internal dari dalam diri peserta didik baik itu
kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat peserta didik, dan
faktor eksternal dari luar diri peserta didik baik itu lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat semua itu akan sama-
sama mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan peserta
didik
.

3. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu


a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dengan menghubungkan dan
mengaitkan materi dalam berbagai bidang studi ke dalam suatu
tema.
Menurut Faisal (2014 : 39) menyatakan bahwa
“Pembelajaran yang tematik terpadu adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai fokus utama.
Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik secara utuh”.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Machali,
2014).
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Poerwadarminta
(dalam Majid, 2014: 80), “Pembelajaran tematik terpadu
13

merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk


mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.”
Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Karakteristik pembelajaran tematik terpadu yaitu
memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, lebih
memprioritaskan keterlibatan peserta didik saat proses
pembelajaran berlangsung. Serta dalam proses pembelajarannya
tidak tampak adanya pemisahan antar pelajaran yang satu dengan
yang lainnya.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik-
karakteristik tertentu. Majid (2014: 89-90) mengemukakan
beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik terpadu,
sebagai berikut :
(1) Berpusat pada peserta didik; (2) memberikan
pengalaman langsung kepada peserta didik; (3)
pemisahan mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas; (4)
menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel; (6)
menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.

Menurut Rusman (2014:258) karakteristik pembelajaran


tematik terpadu adalah :
14

(1) Berpusat pada peserta didik, (2) Memberikan


pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai
mata pelajaran, (5) Bersifat fleksibel, (6) Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik, (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
dan menyenangkan.
Menurut Kemendikbud (2014:16) karakteristik
pembelajaran tematik terpadu adalah:

(1) Berpusat pada peserta didik, (2) Memberikan


pengalaman langsung pada anak, (3) Pemisahan antar
muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu
pemahaman dalam kegiatan), (4) Menyajikan konsep
dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran
(saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan
lainnya), (5) bersifat luwes (keterpaduan berbagai
muatan pelajaran), (6) Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
(melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa


karakteristik pembelajaran tematik terpadu adalah: (1) berpusat
pada peserta didik, (2) memberikan pengalaman langsung, (3)
pemisahan pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikankan
konsep dari berbagi mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6)
menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.

c. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu


Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam
Susanto 2014:171) tujuan pembelajaran Tematik di sekolah
dasar yaitu:
15

(1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya


secara lebih bermakna, (2) Mengembangkan
keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfatkan
informasi, (3) Menumbuhkembangkan sikap positif,
kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan
dalam kehidupan, (4) Menumbuh kembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan Rusman (2015:145-146) menyatakan bahwa


pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan yaitu sebagai
berikut:

(1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau


topik tertentu, (2) memiliki pemakahan terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (3) lebih
bersemangat untuk belajar karena bereka dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, (4) lebih merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan
dalam konteks tema/subtema yang jelas, (5) guru
dapatmenghemat waktu, (6) budi pekerti dan moral
peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan
situasi dan kondisi.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa


tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah: (1) Mudah
memusatkan perhatian peserta didik pada satu tema atau topik
tertentu, (2) Dapat membangkitkan semangat belajar dan dapat
merasakan manfaat belajar itu sendiri.

d. Kelebihan Pembelajaran Tematik Terpadu


Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik terpadu
memiliki berbagai keunggulan. Menurut Majid (2014:92)
16

menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan pembelajaran


tematik terpadu, sebagai berikut :

(1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan


selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; (2)
kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat
dan kebutuhan peserta didik; (3) seluruh kegiatan belajar
lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar
akan dapat bertahan lama; (4) pembelajaran terpadu
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan social
peserta didik; (5) pembelajaran terpadu menyajikan
kegiatan yang bersifat pragmatis. Dengan permasalahan
yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil
peserta didik; (6) pembelajaran terpadu dirancang
bersama dapat meningkatkan kerja sama antarguru
bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan,
belajar dalam situasi nyata, dalam konteks yang lebih
bermakna.

Kemudian, Menurut Daryanto & Sudjendro (2014: 85-


86), pembelajaran tematik terpadu memiliki keunggulan
diantaranya :

(1) Lebih mudah memusatkan perhatian peserta didik


pada sebuah tema; (2) dapat mempelajari berbagai
kompetensi dasar dalam sebuahtema; (3) pembelajaran
lebih berkesan danmendalam; (4) kompetensi dasar
dikaitkan dengan pengalaman peserta didik, sehingga
pembelajaran lebih bermakna; (5) pembelajaran lebih
menggairahkan karena peserta didik mampu
17

berkomunikasi dengan kehidupannyata; (6) waktu lebih


efisien karena melalui satu tema beberapa mata pelajaran
sekaligus dapat dipelajari; (7) lebih bermanfaat karena
materi berbasis tema yang jelas dan dekat dengan
lingkungan peserta didik”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran tematk terpadu memiliki beberapa kelebihan yaitu
mampu meningkatkan kerja sama antar guru dengan guru, guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik atau guru dengan narasumber sehingga belajar lebih
menyenangkan, belajar dalam situasi nyata dan sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik , dan dalam konteks yang
lebih bermakna.

4. Model Problem Based Learning ( PBL )


a. Pengertian Model Pembelajaran
Proses pembelajaran akan dapat terlaksana dengan baik
apabila mengajar dengan menggunakan atau memilih model
pembelajaran yang tepat dan relevan sesuai tuntutan materi yang
akan diajarkan. Model pembelajaran adalah suatu kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis untuk
mengorganisasikan pengalaman belajar sebagai petunjuk dan
pedoman bagi pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran
(Hosnan, 2014).

Kemudian menurut Trianto (2010:51) menyatakan


“model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial”.
18

Lebih lanjut menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman,


2014: 133) mengungkapkan bahwa “Model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain.”

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman oleh para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dikelas guna
mencapai tujuan pembelajaran.

b. Model Problem Based Learning ( PBL )


Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah
satu model yang mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan lingkungan
peserta didik sehingga merangsang peserta didik untuk belajar
aktif dan kreatif.

Menurut Kemendikbud (2014: 25) “pembelajaran


berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar dimana peserta
didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world)”.

Sejalan dengan hal tersebut, Faisal (2014: 76 )


menyatakan bahwa model pembelajaran PBL merupakan suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai
fokus utama, kemudian mengkondisikan peserta didik berpikir
kritis untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang diajukan
sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang esensial dari bahan pelajarannya.
19

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan


bahwa model Problem Based Learning ( PBL ) merupakan suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang
dekat dengan lingkungan peserta didik sebagai fokus utamanya
dengan mengaitkan pengalaman nyata peserta didik dengan
materi sehingga peserta didik mampu membangun pengetahuan
sendiri.

c. Karakteristik Model Problem Based Learning ( PBL )


Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik atau
ciri-ciri tersendiri. Karakteristik model Problem Based Learning
(PBL) menurut Rusman (2014: 232) sebagai berikut : (a)
masalah sebagai starting point dalam belajar, (b) masalah yang
disajikan ada di dunia nyata, (c) permasalahan membutuhkan
perspektif ganda, (d) permasalahan menarik dan memancing rasa
ingin tahu peserta didik, (e) diutamakan belajar mandiri, (f)
sumber belajar dari aneka sumber, (g) berajar bekerja sama dan
berkomunikasi, (h) proses pemecahan masalah sekaligus sebagai
penguasaan isi pengetahuan, (i) keterbukaan dalam
pembelajaran, dan (j) melibatkan evaluasi dan review
pengalaman peserta didik dan proses belajar.

Kemudian, menurut Hosnan (2014: 300) karakteristik


model Problem Based Learning (PBL) diantaranya adalah
pengajuan masalah atau pertanyaan, keterkaitan dengan berbagai
masalah disiplin ilmu, penyelidikan yang autentik, menghasilkan
dan memamerkan hasil atau karya, dan kolaborasi baik antar
sesama peserta didik maupun antar guru dan peserta didik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat


disimpulkan bahwa karakteristik model Problem Based Learning
(PBL) yaitu pembelajaran yang berfokus pada suatu masalah
yang harus dipecahkan oleh siswa dengan dukungan guru
20

memberikan pembelajaran yang bermakna pada peserta didik.

d. Tujuan Model Problem Based Learning ( PBL )


Salah satu tujuan dari model Problem Based Learning
(PBL) ialah menantang peserta didik untuk belajar bagaimana
belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan nyata.

Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat


peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum
peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan
dengan masalah yang harus dipecahkan.

Adapun tujuan PBL menurut Hosnan (2014:299) “tujuan


utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan
kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah
dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
secara aktif membangun pengetahuan sendiri”.

Menurut Rusman (2014:238) Problem Based Learning


(PBL) berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih
luas (life wide learning), keterampilan memaknai informasi,
kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berfikir relektif dan
evaluasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan


bahwa tujuan dari model Problem Based Learning ( PBL ) yaitu
mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial
yang dimiliki peserta didik, serta mendorong peserta didik untuk
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.

e. Kelebihan Model Problem Based Learning ( PBL )


21

Model Problem Based Learning (PBL) dapat melatih


peserta didik dalam kemampuan penguasaan konsep yang
didapat berdasarkan pemecahan masalah. Pembelajaran dengan
model Problem Based Learning (PBL) juga dapat menciptakan
pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik karena
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah yang ada di sekitarnya.

Menurut Kemendikbud (2014:26) kelebihan dari model


Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

(1) Melalui PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.


Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat
diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi
di mana konsep diterapkan, (2) dalam situasi PBL,
peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya
dalam konteks yang relevan, dan (3) PBL dapat
meningkatkan kedapatan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Adapun kelebihan model Problem Based Learning


(PBL) menurut Faisal (2014:89) antara lain :

(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna;


(2) dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan: (3)
22

PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,


menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam kerja
kelompok; (4) peserta didik lebih memahami konsep
yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut; (5) melibatkan secara aktif memecahkan
masalah dan menuntut keterampilan berpikir peserta
didik yang lebih tinggi; (6) peserta didik dapat
merasakan langsung manfaat pembelajaran; (7)
menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa,
memberi aspirasi, menerima pendapat orang lan, dan
menanamkan sikap sosial yang positif antar peserta
didik; (8) pengkondisian peserta didik dalam belajar
kelompok yang saling berinteraksi terhadap temannya
sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik
dapat diharapkan”.

Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, dapat


disimpulkan bahwa kelebihan dari model Problem Based
Learning (PBL) adalah peserta didik terlatih berfikir kritis dan
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah yang akan
ditemuinya dalam kehidupan sehari- hari sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.

f. Langkah – langkah Model Problem Based Learning ( PBL )


Supaya model Problem Based Learning (PBL) berhasil,
maka ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap
persiapan maupun tahap pelaksanaan.

Secara garis besar, model Problem Based Learning


(PBL) menyajikan kepada peserta didik situasi masalah
kontekstual yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan
23

kemudahan kepada mereka untuk memecahkan masalah dengan


membangun pengetahuannya sendiri. Adapun langkah-langkah
menerapkan model PBL dalam pembelajaran menurut
Kemendikbud 2013 (dalam Faisal, 2014: 87) Problem Based
Learning (PBL) terdiri dari lima langkah, yaitu: “(1) Konsep
dasar; (2) Pendefenisian masalah; (3) Pembelajaran mandiri; (4)
Pertukaran pengetahuan; (5) Penilaian”.

Kemudian menurut (Marsali, 2016) menyatakan


langkah-langkah PBL sebagai berikut :

(1) Orientasi peserta didik pada masalah, diawali dengan


menyampaikan tujuan pembelajaran; (2)
mengorganisasikan peserta didik untuk belajar; (3)
membimbing penyelidikan individu dan kelompok, pada
langkah ini peserta didik secara berkelompok saling
mengemukakan pendapat; (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

Lebih lanjut menurut Hosnan (2014: 301) menyatakan


bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah sebagai
berikut:

(1) Orientasi peserta didik terhadap masalah. Guru


menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih; (2)
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Guru
membantu peserta didik mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut; (3) Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok. Guru mendorong peserta didik
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai atau
24

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan


penjelasan dan pemecahan masalahnya; (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru
membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model
serta membantu berbagi tugas dengan temannya; (5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Guru membantu peserta didik melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-
proses yang mereka gunakan.

Tabel 2.1 Langkah - Langkah Pembelajaran dengan


Model Problem Based Learning (PBL)

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik

Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan


sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru
Mengorientasikan peserta didik
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
terhadap masalah
aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih
atau ditentukan.

Tahap 2 Guru membantu peserta didik untuk


mendefenisikan dan mengorganisasi tugas
Mengorganisasi peserta didik
belajar yang berhubungan dengan masalah yang
untuk belajar
sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3 Guru mendorong peserta didik untuk


mengumpulkan informasi yang sesuai dan
Membimbing penyelidikan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
individual maupun kelompok
kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah
25

Tahap 4 Guru membatu peserta didik untuk berbagi


tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya
Mengembangkan dan
yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah
menyajikan hasil karya
dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap 5 Guru membantu peserta didik untuk melakukan


refleksi atau evaluasi terhadap proses
Menganalisis dan
pemecahan masalah yang dilakukan.
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis


akan menerapkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Hosnan
(2014: 301) karena penulis merasa bahwa langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Hosnan lebih sederhana dan mudah dipahami
oleh peserta didik yang nantinya akan diterapkan dalam tema VIII
yaitu Daerah Tempat Tinggalku, dan langkah tersebut sesuai
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

5. Hubungan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam


Pembelajaran Tematik Terpadu
Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan model Problem Based Learning memerlukan sebuah
perencanaan pembelajaran yang matang. Perencanaan diawali
dengan membuat pemetaan kompetensi dasar dalam tema. Pendidik
diharapkan dapat mengembangkan indikator untuk setiap sub tema
yang akan dilaksanakan.

Kemudian penyusunan RPP haruslah memuat komponen-


26

komponen penting seperti identitas satuan pendidikan, identitas mata


pelajaran atau tema/subtema, kelas/semester, alokasi waktu,
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran, model pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (model PBL), media
dan sumber pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup, serta
penilaian yang meliputi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model


Problem Based Learning sangat efektif dalam pembelajaran tematik
terpadu, karena dengan menggunakan model ini peserta didik akan
dihadapkan pada suatu masalah yang dekat dengan lingkungan
peserta didik itu sendiri. Pembelajaran dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik mampu memecahkan masalah
tersebut dengan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dan
mencari pengetahuan lain yang diperlukan. Pembelajaran tematik
terpadu dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok. Sehingga proses pembelajaranpun akan
lebih menyenangkan dan lebih bermakna.

Untuk mencapai tujuan tersebut, adapun model pembelajaran


yang digunakan dalam proses pembelajaran tematik terpadu adalah
Model Problem Based Learning (PBL), karena model ini sangat
dekat dengan peserta didik dimana pembelajarannya menggunakan
lingkungan sekitar peserta didik, sehingga peserta didik langsung
terlibat dan mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya materi mendeskripsikan sesuai dengan tempat tinggal
mereka pada kelas IV semester 2 Tema 8 ( Daerah Tempat
27

Tinggalku ).

Hal yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik terpadu


ini dengan menggunakan model Problem Based Learning adalah:

a. Perencanaan
Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan,
penulis membuat rencana tindakan yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Problem Based Learning. Kegiatan perencanaan ini difokuskan
pada persiapan pelaksanaan tindakan yaitu dengan kegiatan
berikut:

1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan


pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran model Problem Based Learning. Menurut
Kemendikbud (2014:121) dalam menyusun rancangan
tindakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
meliputi beberapa komponen yaitu: kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator,menetapkan tujuan pembelajaran,
memilih dan menetapkan materi, pelaksanaan proses
pembelajaran, memilih media, sumber belajar, dan evaluasi.
Selain itu, Wikanengsih, dkk (2015: 108)
menjelaskan Langkah penyusunan RPP bisa dilakukan
melalui langkah berikut:
(a) mengisi kolom identitas; (b) menentukan alokasi
waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan; (c)menentukan SK, KD, dan Indikator
yang akan digunakan (terdapat pada silabus yang telah
disusun); (d) merumuskan tujuan pembelajaran
berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah
ditentukan; (e) mengidentifikasi materi ajar
28

berdasarkan
materi.

2) Menyusun alat pedoman berupa lembar observasi.


b. Pelaksanaan
Hal yang harus dilaksanakan pada pembelajaran dengan
menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) pada
pertemuan pertama adalah:

Langkah1: yaitu mengorientasi peserta didik pada


masalah. kegiatan ini diawali dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dibelajarkan.yaitu, setelah belajar
peserta didik dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat pada
teks fiksi, dapat meyebutkan jenis pekerjaan penduduk
berdasarkan tempat tinggal, dapat menjelaskan manfaat
karakteristik individu dalam keluarga yang telah dikemukakan.
dilanjutkan dengan, membaca teks fiksi “Malin Kundang” yang
dibagikan guru, setelah peserta didik memberikan
penjelasan/jawaban dari pertanyaan yang muncul terkait dengan
permasalahan dalam kehidupan masyarakat pada cerita malin
kundang seperti desa ditepi pantai yang memiliki tanah yang
gersang, ikan yang sedikit, dan tidak banyak pekerjaan di desa.

Langkah 2: Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,


Pada tahap ini guru membentuk kelompok kecil menjadi 7
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-5 orang. Dalam
penentuan pembagian kelompok, guru melakukan kolaborasi
dengan guru kelas. Pembagian kelompok dibagi berdasarkan
perbedaan jenis kelamin dan tingkat akademik dengan
memperhatikan perbedaan keadaan sosial peserta didik,
kemudian guru menetapkan nama untuk masing-masing
kelompok, guru menjelaskan tugas yang akan dikerjakan
29

masing-masing kelompok.

Langkah 3: Membimbing penyelidikan individual dan


kelompok, Guru memberi bimbingan kepada peserta didik untuk
melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Bimbingan
tersebut meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
jenis-jenis mata pencaharian yang dilakukan penduduk
berdasarkan tempat tinggalnya.

Langkah 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil


karya, peserta didik secara berkelompok membuat laporan hasil
pengamatan tentang hubungan keadaan alam dengan mata
pencaharian penduduk di lingkungan sekitarnya. Kelompok yang
ditunjuk guru mempresentasikan (mengomunikasikan) hasil
pengamatannya di depan kelas sedangkan kelompok lain
menanggapi atau mengajukan pertanyaan terhadap presentasi
kelompok yang tampil.

Langkah 5: Menganalisis dan Mengevaluasi proses


pemecahan masalah, Guru bersama peserta didik menganalisis
dan mengevaluasi hasil pengamatan yang dipresentasikan setiap
kelompok dengan cara bertanya jawab. Guru memberikan
penguatan (mengasosiasi) terhadap materi yang telah dipelajari.

B. Hubungan Antar Variabel

Dalam melakukan sesuatu kegiatan hendaknya dilakukan dengan

sungguh-sungguh agar hasil yang didapatkan bias maksimal. Begitupun

dengan kegiatan membaca. Untuk dapat sungguh-sungguh haruslah

diawali dengan niat untuk melakukan kegiatan membaca tersebut. Menurut

Sudarsana (2010: 4.22) keterampilan dan kemampuan membaca

merupakan salah satu langkah yang penting untuk menuju wawasan


30

penguasa ilmu pengetahuan.

C. Penelitian yang relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah (2020) dengan judul


“Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Cerita Fiksi Melalui Model
Picture And Picture Kelas IV MI 7 Medan Denai”. Persamaan
penelitian ini yaitu sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa.
Perbedaannya yaitu penelitian Qomariyah menggunakan model
picture and picture, sedangkan penulis menggunakan model pbl.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2014) dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Discovery learning untuk
meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran IPA
di kelas 4”. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama
menggunakan meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan pada
penelitian ini yaitu pada penelitian Mubarok menggunakan model
Discovery Learning, sedangkan penelitian penulis menggunakan
model pbl.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Supriadi (2019) yang


berjudul “Peningkatan kemampuan kognitif siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Deskripsi Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture”. Persamaan
penelitian ini yaitu sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa.
Perbedaan dari penelitian ini ialah penelitian Wahyu Supriyadi
membahas materi tentang model picture and picture, sedangkan
penulis menggunakan model pbl.

4. Kerangka Teori
Kerangka teori memuat tentang hasil belajar pada pembelajaran
31

tematik di kelas IV SD Negeri 15 Ampang Gadang Agam. Berdasarkan


observasi yang penulis lakukan menemukan masalah bahwa
pembelajaran tematik terpadu belum sesuai dengan harapan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis ingin memperbaiki
proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) menurut pendapat Hosnan (2014: 301).

Penerapan model PBL di kelas IV SD Negeri 15 Ampang


Gadang Agam, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran tematik agar lebih optimal dengan dihadapkan pada
permasalahan yang dari dunia nyata serta bagaimana penyelesaiannya
dan bagaimana menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata peserta
didik.

Untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik


menggunakan model Problem Based Learning yang masih rendah
dilakukanlah beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penilaian. Suatu proses akan meningkat apabila
dilakukan perencanaan yang matang, dan suatu proses dikatakan sudah
meningkat maka dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik, yaitu
dengan melakukan penilaian setelah melaksanakan tahap pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan, Model PBL yang diterapkan merujuk pada
pendapat Hosnan (2014: 301) dengan langkah-langkahnya sebagai
berikut: “(1) orientasi peserta didik terhadap masalah, (2)
mengorganisasi peserta didik untuk belajar, (3) membimbing
penyelidikan individual dan kelompok, (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah”.

Dengan dilaksanakan proses pembelajaran tematik terpadu


menggunakan model problem based learning (PBL) ini, di harapkan
dapat meningkatkan hasil pada pembelajaran tematik di kelas IV SD
Negeri 15 Ampang Gadang Agam. Untuk lebih jelasnya, kerangka teori
32

dapat dilihat pada bagan teori berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada


Pembelajaran Tematik Menggunakan Model Problem Based Learning(PBL)

Hasil Belajar Siwa Pada Pembelajaran Tematik di kelas IV SD Negeri 010 Pulau
Birandang Masih Rendah

Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Penilaiaan


1. Merencanakan Langkah-langkah model PBL
jadwal penelitian menurut Hosnan (2014: 301)
1. RPP
2. Merancang RPP 1. Orientasi peserta didik 2. Pelaksanaan
3. Menentukan terhadap masalah. Pembelajaran
materi 2. Mengorganisasi peserta a. Aspek guru
pembelajaran didik untuk belajar. b. Aspek peserta
4. Merancang 3. Membimbing penyelidikan didik
media individual dan kelompok. 3. Hasil Belajar
4. Mengembangkan dan a. Sikap
menyajikan hasil karya. b. Pengetahuan
5. Menganalisis dan c. Keterampilan
mengevaluasi proses
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Menggunakan Model Problem Based
pemecahan masalah.
Learning (PBL) di Kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang Meningkat
F. Hipotesis
Sesuai dengan permasalahan pembeajaran siswa yang selama ini
menggunakan model pembelajaran yang biasa maka hasil pembelajaran tidak
mendapat yang maksimal. Dengan menggunakan model problem based
learning dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran
tematik di kelas IV SDN 010 Pulau Birandang.
33

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 010 Pulau Birandang.
Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan
sebagai berikut. Pertama, sekolah sudah menerapkan kurikulum
2013. Kedua, karena guru di kelas IV kurang menerapkan kegiatan
memecahkan masalah di dalam kelompok. Ketiga, karena sekolah
tersebut bersedia menerima pembaharuan terhadap kegiatan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Keempat, kepala sekolah
memberikan izin dan guru kelas IV juga mau bekerja sama dengan
penulis untuk melakukan penelitian disekolah ini.

2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik
kelas IV semester II SD Negeri 010 Pulau Birandang. Jumlah
peserta didiknya, yaitu 27 orang, yang diantaranya 12 orang
perempuan dan 15 orang laki – laki yang terdaftar pada tahun ajaran
2019/2020. Di samping itu, penulis sebagai praktisi (guru) pada
kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang dan satu orang pengamat
(observer) yaitu guru kelas.

3. Waktu dan Lama Penelitian


Penelitian dilaksanakan
37 pada semester II Januari-Juni pada
perkuliahan dan bertepat dengan semester II di SD tahun ajaran
2019/2020. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian
siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan 1
kali pertemuan.
34

2. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun pendekatan
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008:1)
mengatakan bahwa “Pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati”.

Berbeda dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan


kuantitatif lebih berupa mengukur hasil akhir dari suatu
penulisan proses kerja, kemudian disajikan dalam bentuk angka-
angka. Basrowi (2008:5) menyatakan bahwa “Pendekatan
kuantitatif merupakan pendekatan yang bermula dari studi
tentang ilmu-ilmu alam berupa kajian prosedur-kuantitaf yang
mengharuskan semua kajian penelitian diukur dengan angka-
angka kuantitatif secara ontologis dan harus diletakkan pada
tatanan realisme”.

b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Mulyasa (2013: 11)
mengemukakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu upaya


untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta
didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment)
yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan
oleh guru bersama-sama dengan peserta didik dibawah
bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk
memperbaiki meningkatkan kualitas pembelajaran.
35

PTK juga merupakan suatu pendekatan untuk


meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan
ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.
Lebih lanjut Menurut Kunandar (dalam Mansurdin, 2017:18)
“PTK merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau
bersama sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan
untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di
kelasnya”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat


disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru yang dilakukan dengan sengaja untuk
memecahkan persoalan atau permasalahan belajar yang terdapat
di kelas serta untuk meningkatkan mutu pada proses
pembelajaran.

2. Alur Penelitian
Alur penelitian ini terdiri dari empat komponen dimulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan untuk melihat
pelaksanaan pembelajaran, dan diakhiri dengan refleksi. Penelitian
tindakan kelas menggunakan model siklus modifikasi /
dikembangkan dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Uno,2011:87)
“Model siklus ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi”. Alur penelitian dijelaskan
dalam bagan berikut :
36

Bagan 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Studi Pendahuluan: Observasi awal di SD, penerapan pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri
010 Pulau Birandang masih rendah.

Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I Perencanaan 1
1. Orientasi peserta didik kepada masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Membimbing penyelidikan individual dan
1 kelompok.
4. Mengembangkandan menyajikan hasil
Pelaksanaan dan pengamatan karya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Refleksi 1 Belum Berhasil

Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus II Perencanaan II
1. Orientasi peserta didik kepada
masalah.
Rencana PelaksaanaanPembelajaran II 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
3. Membimbing penyelidikan individual
dan kelompok.
Pelaksanaan Dan Pengamatan 4. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi
Refleksi II Berhasil Laporan
proses pemecahan masalah.

Alur Penelitian Tindakan Kelas modifikasi dari Kemmis dan Mc Taggart


(dalam Uno,2011:87)

3. Prosedur Penelitian
37

a. Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis bersama guru
membuat rencana pelaksanaan/tindakan yang akan dilakukan pada
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL). Pada tahap perencanaan
pelaksanaan/tindakan ini, perlu dilihat kembali refleksi awal yang
telah dilakukan.
Kegiatan perencanaan difokuskan pada persiapan
pelaksanaan tindakan yang meliputi:
1. Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tahapan pembelajaran
model Problem Based Learning. Hal ini meliputi tahapan RPP
dan langkah-langkah Model Problem Based Learning. Adapun
komponen RPP adalah kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan
menetapkan materi, pelaksanaan proses pembelajaran, memilih
media, sumber belajar dan evaluasi. Sedangkan langkah-
langkah Model Problem Based Learning adalah sebagai
berikut: (1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, (3)
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Menyusun alat pedoman lembar observasi pengamatan RPP,
pengamatan aktivitas guru dan peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Pada tahap pelaksanaan penulis akan melaksanakan
pembelajaran tematik terpadu dengan penggunaan model Problem
Based Learning (PBL) sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus.
Penulis sebagai praktisi melaksanakan kegiatan pembelajaran di
38

kelas berupa kegiatan proses pembelajaran antara guru dengan


peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Kegiatan yang
dilakukan meliputi:
1) Penulis selaku praktisi melaksanakan pembelajaran tematik
terpadu dengan menggunakan model pembelajaran PBL
sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun.
2) Guru kelas selaku observer melakukan pengamatan dengan
menggunakan lembar observasi.
3) Penulis dan guru melakukan diskusi terhadap tindakan yang
dilakukan, kemudian melakukan refleksi. Hasilnya
dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan
selanjutnya.

c. Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran
tematik terpadu di kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dilaksanakan
secara intensif, objektif, dan sistematis. Pengamatan terhadap
tindakan pembelajaran tematik terpadu dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru sebagai
observer pada waktu penulis melaksanakan tindakan pembelajaran
tematik terpadu.

Guru sebagai observer bertugas untuk mengisi pencatatan


lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan mencatat
semua indikator dari hasil pengamatan pembelajaran. Keseluruhan
hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar pengamatan.

Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus


I, sampai dengan siklus II. Pengamatan yang dilakukan pada satu
siklus dapat mempengaruhi penyusunan tindakan pada siklus
selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan
39

guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

d. Refleksi
Refleksi diadakan setelah setiap tindakan yang dilaksanakan
berakhir. Dalam tahap ini guru dan penulis mengadakan diskusi
terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan
adalah : 1) menganalisis tindakan yang baru dilakukan, 2) mengulas
dan menjelaskan perbedaan rencana dan tindakan yang dilakukan, 3)
melakukan interferensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang
diperoleh.

Hasil refleksi bersama ini dimanfaatkan sebagai masukan


dan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Kelemahan-kelemahan
dan kendala yang ditemukan pada siklus I diperbaiki pada siklus II
dan kendala pada siklus II diperbaiki pada siklus ke-n. Berdasarkan
pada kelemahan- kelemahan yang ditemukan pada siklus tersebut
disusun kembali perencanaan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

4. Data dan Sumber


1. Data Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap
tindakan perbaikan pada pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas IV
SD Negeri 010 Pulau Birandang. Data tersebut tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan yang berupa informasi sebagai
berikut:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu


menggunakan model Problem Based Learning merupakan
perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam
pembelajaran sehingga tercipta kemungkinan yang terjadinya
proses pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik
mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan
40

aktivitas guru dan peserta didik yang meliputi interaksi


pembelajaran antara guru dan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik, dalam pembelajaran tematik terpadu.
c. Hasil belajar peserta didik, yaitu terdiri dari 3 ranah yaitu
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran tematik
terpadu dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL) di kelas IV SD Negeri 010 Pulau Birandang yang meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kegiatan
penilaian, aktivitas guru dan peserta didik sewaktu proses
pembelajaran, serta hasil belajar peserta didik. Data diperoleh dari
subjek terteliti yakni, guru dan peserta didik kelas IV SD Negeri 010
Pulau Birandang.

5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data yang valid dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
ini melalui beberapa cara. Adapun cara-cara tersebut diuraikan
sebagaimana berikut ini:

a. Observasi
Observasi, dilakukan untuk mengamati proses
pembelajaran yang berlangsung dengan berpedoman pada
lembar observasi yang telah disediakan

b. Tes
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan
memperoleh data atas kemampuan pengetahuan siswa dalam
pembelajaran Tematik Terpadu dengan model Problem
Based Learning ( PBL ).
41

c. Non Tes
Non tes digunakan untuk mengukur dan memperoleh data
tentang sikap dan keterampilan siswa dalam pembelajaran
Tematik Terpadu dengan menggunakan model Problem
Based Learning ( PBL ).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan pada
saat teknik pengumpulan data penelitian. Instrumen pengumpulan
data berupa lembar observasi. Untuk lebih jelas berikut adalah
uraiannya:

a. Lembar Observasi
Lembar observasi terdiri atas :
1. Lembar Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Lembar observasi ini akan digunakan untuk
mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik
terpadu dengan menggunakan model Problem Based Learning
guna meningkatkan proses pembelajaran. Semua yang diamati
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ditandai
dengan memberikan ceklist di kolom yang telah tersedia pada
lembar pengamatan RPP.

2. Lembar Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran


Tematik Terpadu Menggunakan Model Problem Based
Learning (PBL).
Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
proses pembelajaran menggunakan model problem based
learning (PBL). Pedoman penilaiaan terdapat pada lembar
observasi, lembar observasi terdiri dari lembar observasi untuk
aspek guru dan lembar observasi untuk aspek peserta didik
yang ditandai dengan memberikan tanda ceklis pada kolom
42

sasaran yang terdapat dalam lembar observasi.

ASPEK NILAI
PENILAIAN /
1 2 3 4
INDIKATOR

Ingatan (C1) Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


mampu mampu mengingat mampu
mengingat mengingat namun kurang mengingat
materi. materi. tepat dengan tepat
jelas dan
lancar

Pemahaman Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


(C2) mampu mampu memahami mampu
memahami memahami namun kurang memahami
materi. materi. tepat dengan tepat
jelas dan
lancar

Penerapan Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


(C3) mampu mampu menyaring mampu
menyaring dan menyaring dan dan menyaring
menerapkan menerapkan menerapkan dan
materi dengan materi namun menerapkan
tepat. kurang tepat dengan tepat
jelas dan
lancar

Analisis (C4) Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


mampu mampu berfikir secara mampu
berfikir secara berfikir secara logis dalam berfikir
logis dalam logis dalam meninjau secara logis
meninjau meninjau suatu fakta dalam
43

suatu fakta suatu fakta namum meninjau


dengan tepat. dengan tepat. kurang tepat. suatu fakta
dengan tepat
jelas dan
lancar

Sintesis (C5) Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


mampu mampu memadukan mampu
memadukan memadukan konsep- memadukan
konsep-konsep konsep-konsep konsep secara konsep-
secara logis secara logis logis namun konsep
dengan tepat. dengan tepat. kurang tepat. secara logis
dengan tepat
jelas dan
lancar

Evaluasi (C6) Siswa tidak Siswa kurang Siswa mampu Siswa


mampu mampu memberikan mampu
memberikan memberikan pertimbangan memberikan
pertimbangan pertimbangan terhadap suatu pertimbangan
terhadap suatu terhadap suatu situasi namun terhadap
situasi dengan situasi dengan kurang tepat. suatu situasi
tepat. tepat dengan tepat
jelas dan
lancar

6. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan model analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Dengan demikian analisis dari penelitian ini adalah analisis deskripsi
kualitatif dan kuantitatif.
44

a. Data Kualilatif

Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata


yang mengandung makna sedangkan data kuantitatif data yang
disajikan dalam bentuk angka-angka. Miles, dkk (dalam Sugiyono
2013:337) “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusiondrawing/verifikation.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013:335) “Analisis data


kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika,
model statistik dan model ekonometrik atau model-model tertentu
lainnya”.

b. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat


analisis bersifat kuantitatif. Data tersebut direduktif berdasarkan
masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir penyimpulan
atau verivikasi. Tahap analisis tersebut dilakukan secara berulang
sampai data selesai dikumpulkan. Tahap analisis tersebut diuraikan
sebagai berikut:

a. Menelaah data yang telah terkumpul yang melalui observasi dengan


melakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyeleksian, dan
pemilihan data.
b. Menyajikan data yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan
informmasi yang sudah direduksi, data tersebut mula-mula disajikan
terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir reduksi, keseluruhan data
tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu diperoleh sajian
tunggal berdasarkan fokus pembelajaran tematik terpadu dengan
model Problem Based Learning (PBL).
45

c. Menyimpulkan hasil penulisan tindakan ini merupakan penyimpulan


akhir penulisan, diikuti dengan kegiatan triangulasi atau pengujian
temuan penulisan. Kegiatan triangulasi di lakukan dengan cara: (a)
peninjauan kembali lembar pengamatan, dan (b) bertukar pikiran
dengan ahli, teman sejawat, dan guru, serta kepala sekolah.
d. Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data
perencanaan maupun pelaksanaan, analisis data dilakukan dengan
cara terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan
berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan yang
menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan
perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada
aspek yang bersangkutan.
Adapun analisis data kuantitatif digunakan untuk
menentukan peningkatan proses belajar peserta didiksebagai
pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru. Karena hasil
penelitian ini berupa data berbentuk angka, maka penelitian ini juga
menggunakan analisis data kuantitatif. Untuk menghitung
persentase hasil pengamatan praktik pembelajaran aspek guru dan
peserta didik yaitu dalam Kemendikbud (2015:146), dengan rumus
jumlah skor perolehan
sebagai berikut:Nilai : X 100%
Jumlah skor maksimum

Kriteria taraf keberhasilan dalam Kemendikbud (2014:50)


dapat ditentukan sebagai berikut:

Peringkat Nilai

Sangat Baik (A) 90<A≤100

Baik (B) 75<B≤90

Cukup (C) 60<C≤75

Kurang (D) ≤ 60
46

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulan bahwa data


yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data dilakukan terhadap data yang reduksi baik data perencanaan,
pelaksanaan maupun data evaluasi. Analisis ini dilakukan secara
terpisah-pisah, hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai
informasi yang mendukung pembelajaran dan menghambat
pembelajaran.
47

Anda mungkin juga menyukai