0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan

Askan Mastektomy

Asuhan Keperawatan Anestesi MASTEKTOMY

Diunggah oleh

Wildan F Rizki
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan

Askan Mastektomy

Asuhan Keperawatan Anestesi MASTEKTOMY

Diunggah oleh

Wildan F Rizki
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 41

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA Ny.

S DENGAN DIAGNOSA

CA MAMMAE DEXTRA TINDAKAN MRM (MODIFIED RADICAL


MASTECTOMY) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK GENERAL ANESTESI
ETT
DI IBS RSUD CIBINONG

Disusun Oleh:

Aditya Farid.S (2202304019) Lulut Faridatul.K (2202304004)

Ageng Rifa’I (2202304101) M. Saifur Rohman (2202304018)

Dhea Pratikasari (2202304023) Novita Katerina.P (2202304033)

Iqbaldzie Nugraha(2202304094) Singgasari Nur.R (2202304008)

Krisma Jayanti (2202304032) Wildan Rizky.F (2202304012)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


JURUSAN AHLI JENJANG DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023/2024
BAB I

PENDA

HULUA

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di


dunia. Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas, dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya
sehingga menyebabkan kematian. CA Mamae atau yang biasa disebut dengan
kanker payudara merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya
pertumbuhan atau perkembangan sel-sel payudara yang tidak terkontrol
(Siregar, 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar
kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar
dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaanpatologi
di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak diderita wanita. Angka
kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker
payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita
yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat
kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke-2 tertinggi (WHO,2009).
Dari 7,6 juta kematian yang disebabkan penyakit di dunia, sekitar 13%
disebabkan oleh penyakit kanker dan 458 ribu kasus diantaranya adalah kasus
kanker payudara. Di Amerika Serikat didapatkan 92 dari 100.000 wanita
menderita kanker payudara per tahun dan angka kematian 27 orang dari
100.000 penderita atau sekitar 18% dari kematian yang terjadi pada wanita.
Menurut data studi pendahuluan yang pernah dilakukan di Poliklinik RSUD
Kabupaten Temanggung, jumlah kunjungan pasien kanker yang terbesar adalah
kanker payudara dengan persentase 43,7% (Pristiwatidkk, 2018).
Penatalaksanaan kanker payudara tergantung pada tipe,ukuran,dan
lokasi tumor serta karateristiknya. Penanganan kanker yang biasanya dilakukan
adalah operasi (pembedahan), terapi hormone, radioterapi dan kemoterapi.
Tindakan pembedahan atau operasi untuk kanker payudara terbagi
menjadi dua, yakni operasi yang hanya

mengangkat tumor (lumpektomi) dan operasi mastektomi yang mengangkat


secara menyeluruh(Smeltzer & Bare dalam Tegu, 2021).
Dari uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk memaparkan tentang
asuhan kepenataan anestesi pada pasien Ny.S dengan diagnose medis Ca
Mamae Dextra yang dilakukan tindakan Modified Radical Mastectomy (MRM)
teknik general anestesi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumusan masalah


bagaimanakah asuhan kepenataan anestesi pada pasien ca mammae yang
dilakukan Tindakan Modified Radical Mastectomy menggunakan general
anestesi di RSUD Cibinong?
C. Tujuan
Mampu menerapkan proses kepenataan anestesi meliputi pre, intra,
pasca, diagnosa kepenataan, intervensi kepenataan anestesi, implementasi
kepenataan anestesi, dan evaluasi kepenataan anestesi pada pasien ca mammae
yang dilakukan Tindakan Modified Radical Mastectomy menggunakan general
anestesi di RSUD Cibinong.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa askan ini diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswa khususnya dalam menjalankan
asuhan kepenataan anestesi pada pasien ca mammae dengan general
anestesi dan sebagai pembelajaran dalam kegiatan perkuliahan serta
menambah semangat belajar.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Kepenataan Anestesi menambah keluasan ilmu
terapan bidang kepenataan anestesi dalam kasus ca mammae dengan
general anestesi.
3. Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
kepenataan anestesi pada pasien ca mammae dengan general anestesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anestesi


Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi
sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/proprioseptif, sedangkan analgesia yaitu hilangnya
sensasi sakit/nyeri, tetapi modalitas yang lain masih tetap ada (Pramono, 2015). Dalam
anestesi terdapat beberapa jenis anestesi yaitu general anestesi, regional anestesi, dan
lokal anestesi.
Anestesi umum atau general anestesi adalah hilangnya rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversibel). Tiga pilar anestesi umum meliputi hipnotik atau
sedatif, yaitu membuat pasien tertidur atau mengantuk/ tenang, analgesia atau tidak
merasa sakit, rileksasi otot, yaitu kelumpuhan otot skelet, dan stabilitas otonom antara
saraf simpatis dan parasimpatis (Pramono, 2015).
Tindakan general anestesi total intravena anestesi (TIVA) adalah anestesi yang
digunakan dengan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke pembuluh darah
vena, dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan memberikan kombinasi obat
anetsesi inhalasi yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat/media
langsung ke pernapasan pasien dengan face mask (sungkup muka) dan teknik intubasi
yaitu pemasangan endotracheal tube (LMA), laryngeal mask airway atau gabungan
inhalasi dan intravena. Anestesi umum seimbang (combine) adalah teknik anestesi umum
dengan menggunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat
anestesi inhalasi untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang
(Black,2014).
Saat dilakukan tindakan anestesi seseorang akan mengalami stadium anestesi
melalui beberapa tahap. (Guedel 1920 dalam Pramono 2017) membagi anestesi umum
dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu :
a. Stadium I (Stadium Induksi atau Eksitasi Volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi
sampai hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan nadi,
dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi.
b. Stadium II (Stadium Eksitasi Involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai
permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak
menuruti kehendak, pernafasan tidak teratur, inkotinensia urine, muntah, midriasis,
hipertensi dan takikardia.
c. Stadium III (Pembedahan/ Operasi), terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
1) Plana I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak.
Tipe pernafasan thoraco – abdominal, reflek pedal masih ada, bola mata bergerak –
gerak, palpebra, konjunctiva dan kornea terdepresi.
2) Plana II yang ditandai dengan respirasi thoraco – abdominal dan bola mata ventro
medial semua otot relaksasi kecuali otot perut.
3) Plana III yaitu ditandai dengan respirasi reguler, abdominal, bola mata kembali ke
tengah dan otot perut relaksasi.
4) Plana IV yaitu terjadinya paralisis semua otot interkostal sampai diafragma.
d. Stadium IV (Paralisis Medulla Oblongata atau Overdosis), ditandai dengan paralisis otot
dada, pulses cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan
karena terhentinya sekresi lakrimal
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus dinilai status fisiknya,
menunjukkan apakah kondisi tubuh pasien normal atau mempunyai kelainan yang
memerlukan perhatian khusus. Status fisik dinyatakan dalam stastus ASA (American
Society of Anesthesiologists) , dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya (Pramono,
2017) :
ASA I Pasien normal (sehat), tidak ada gangguan organic, fisiologis, atau
kejiwaan; tidak termasuk sangat muda dan sangat tua ; sehat dengan
toleransi yang baik.

ASA II Pasien memiliki kelainan sistemik ringan (misal : hipertensi terkontrol,


riwayat asma, diabetes mellitus terkontrol). Tidak memiliki keterbatasan
fungsional ; memiliki penyakit yang terkendali dengan baik dari sistem
tubuh ; hipertensi terkontrol atau diabetes tanpa efek sistemik, merokok
tanpa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), obesitas ringan, kehamilan
ASA III Pasien dengan kelainan sistemik berat. Memiliki keterbatasan
fungsional ; memiliki penyakit lebih dari satu system tubuh; tidak ada
bahaya kematian; gagal jantung kongestif (congestive heart failure, CHF)
terkontrol, angina stabil, serangan jantung tua, hipertensi tidak terkontrol,
obesitas morbid, gagal ginjal kronis, penyakit bronkospatik dengan
gejala intermiten
ASA IV Pasien dengan kelainan sistemik berat dan incapacitance (misalnya
pasien dengan gagal jantung derajat 3 dan hanya dapat berbaring di
tempat tidur saja). Pasien dengan satu penyakit berat yang tidak
terkontrol atau pada tahap akhir ; kemungkinan risiko kematian ; angina
tidak stabil ; PPOK ergejala ; gejala CHF ; kegagalan hepatorenal
ASA V Pasien yang dengan tidakan operasi atau tidak dapat diperkirakan akan
meninggal dalam 24 jam atau tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa
operasi ; risiko besar akan kematian ; kegagalan multiorgan ; sindrom
sepsis dengan ketidakstabilan hemodinamik, hipotermia, koagulopati
tidak terkontrol.
ASA VI Mati batang otak untuk donor organ
Klasifikasi ASA juga dipakai dalam pembedahan darurat dengan mencantumkan
tanda darurat (E = Emergency), misalnya ASA I E atau ASA III E

B. Konsep Dasar Penyakit


a. Pengertian Ca Mammae
Ca mammae adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara.
Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran
(duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa
terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara. Ca mammae
terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali.
Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan . Carsinoma
mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan
limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
b. Anatomi Ca Mammae

Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung 16 kelenjarkelenjar yang


bertanggung jawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Setiap
payudara terdiri dari sekitar 15- 25 lobus berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu,
dan sebuah bentukan seperti kantungkantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran
untuk mengalirkan air susu ke puting susu disebut duktus. Sekitar 15- 20 saluran akan
menuju bagian gelap yang melingkar disekitar puting susu (areola) membentuk bagian
yang menyimpan air susu (ampulae) sebelum keluar ke permukaan. Kedua payudara tidak
selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara mulai terbentuk
lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertamakali. Hamil dan menyusui akan
menyebabkan payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah
menopause.
Payudara akan menutupi bagian besar didinding dada. Payudara dibatasi oleh
tulang selangka (klafikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara bisa
mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada pada punggung bawah sampai
lengan atas (latissimus dors). Kelanjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang
berguna untuk melawan penyakit. Kelenjar getah bening di drainase oleh jaringan
payudara melalui saluran limfe dan menuju nodul-nodul kelenjar disekitar payudara
sampai ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe berperan penting pada penyebaran ca
mammae terutama nodul kelenjar daerah ketiak (Amaliya, 2018).
c. Fisiologi Ca Mammae
Menurut Savitri et al., 2015 payudara wanita mengalami beberapa tahap
perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon. Berikutadalah perubahan-
perubahan normal yang dialami wanita :
1. Perubahan menjelang menstruasi
Hormon estrogen dan progesteron memainkan peran penting dalam mengatur
siklus menstruasi. Hormonhormon ini bertanggung jawab terhadap perubahan
yang kita rasakan pada payudara sebelum menstruasi dimulai. Pada saat
menstruasi, payudara menjadi membesar dan pada beberapa wanita timbul nyeri,
perubahan ini berhubungan dengan perubahan vaskular dan limfogen. Sepanjang
dan setelah menstruasi, perubahan ini 18 biasanya berkurang lalu menghilang dan
terasa lagi menjelang si- klus menstruasi berikutnya.

2. Perubahan selama kehamilan


Perubahan-perubahan pada payudara dapat menjadi tanda-tanda awal kehamilan.
Banyak wanita merasakan perubahan sensasi pada payudaranya, beberapa minggu
setelah kehamilan, payudara menjadi penuh, tegang, areola lebih banyak
mengandung pigmen (zat warna) dan puting sedikit membesar. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi akibat meningkatnyahormon estrogen dan progesteron
yang akan menyebabkan alveolus-alveolus terisi cairan, yaitu kolostrum. Karena
penghambatan estrogen dan progesteron, kolostrum tidak dikeluarkan dan hanya
pada bulan-bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Payudara, puting dan
areola mulai membesar dan berubah warna. Payudara akan terus tampak seperti
itu selama kehamilan.
3. Perubahan selama masa menyusui
Sejumlah air susu diproduksi besar-besaran untuk memberi makan bayi yang baru
lahir. Ukuran payudara membesar beberapa kali lipat sesuai dengan pola makan
bayi. Puting susu kadang-kadang menjadi sakit dan pecah - pecah. Namun
keadaan tersebut akan membaik setelah beberapa waktu. Ketika kitaberhenti
menyusui, payudara berangsur-angsur kembali ke bentuk sebelum kehamilan.
Meskipun demikian, ukurannya dan kekenyalannya mungkin berubah.
4. Perubahan sebelum, selama dan setelah masa menopause
Sejak sekitar usia pertengahan 30an, payudara mulai menua. Jaringan glandular
dan jaringan fibrous berangsur-angsur mulai digantikan oleh lemak. Selama dan
setelah menopause, produksi hormon estrogen terus turun. Hal ini membuat
ukuran payudara berubah, kehilangan kekenyalannya, terasa lembek dan mulai
turun. Perubahan seperti rasa nyeri dan benjolan sangat umum terjadi pada masa
ini. Benjolan seringkali berubah 20 menjadi kistapayudara. Namun, rasa nyeri
mungkin bukan masalah dan dapatdiatasi dengan obat penghilang nyeri.
d. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas
menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain:

1. Munculnya benjolan pada payudara


Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi seringkali
menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan yang
berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa sakit,
meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada
beberapapenderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi tanda
bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening. Benjolan
ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan dan nyeri
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih kecil
atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dari putting
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan
cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya
pada salah satu payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai
kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara
5. Perubahan pada pusting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama
sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah
bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting
susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yangjarang
terjadi.
6. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu kulit
payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa
kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh lainnya.
Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan atau luka
pada kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura), mual,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas,
atau penglihatan ganda.
e. Klasifikasi
Tipe Ca Mammae menrut Brunner & Sudarth (2015) :
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Merupakan tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua jenis
kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karenakeras saat dipalpasi. Kaker jenis
ini biasanya bermetastatis di nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding
dengan tipe kanker lainnya.
2. Karsinoma lobular
Tipe ini jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker payudara. Tumor ini
biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila
dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris,
dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau
kedua payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi
mempunyai keterlibatan nodus aksilaryang serupa, meskipun tempat
metastatisnya berbeda.
3. Karsinoma medular
Tipe ini menempati 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga
prognosisnya seringkali lebih baik.
4. Kanker musinus
Tipe ini menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga tumbuh
dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik dari
lainnya
5. Kanker duktal tubular
Tipe ini jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari kanker.Karena metastatis
aksilaris secara histologi tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamantori
Merupakan tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai 2%) dan menimbulkan
gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya. Kulit diatas tumor ini
merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-
gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien
mencari bantuan medis lebih cepat dibanding pasien wanita lainnya dengan massa
kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh
lainnya. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk mengontrol
penyebaran.
f. Etiologi
Penyebab ca mammae sangat beragam, tetapi ada beberapa faktor risiko yang
dihubungkan pada kemungkinan seorang wanita dapat mengalami ca mammae,
diantaranya adalah :
1. Gender Lahir sebagai wanita merupakan faktor risiko utama ca mammae. Pria
juga dapat menderita ca mammae tetapi penyakit ini sekita 100 kali lebih umum
dialami wanita disbanding pria.
2. Pertambahan usia Lebih dari 80% ca mammae terjadi pada wanita berusia 50
tahun ke atas dan telah mengalami menopause.
3. Riwayat ca mammae dari keluarga memiliki hubungan darah satu tingkat pertama
(ibu, saudara wanita, atau anak wanita) yang menderita ca
mammae,meningkatkan risiko sekitar dua kali lipat.
4. Riwayat pribadi ca mammae
Seorang wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki 3-4kali lipat
peningkatan risiko mengembangkan kanker baru pada payudara sebelahnya atau
dibagian lain dai payudara yang sama
5. Paparan hormon esterogen Wanita yang mulai mengalami menstruasi dini
(menarche ) di usia yang sangat muda atau memasuki masa menopause lebih
lambat daripada umumnya memiliki risiko lebih tinggi menderita ca mammae. Ini
karena tubuh lebih lama terpapar hormone esterogen.
6. Paparan radiasi Wanita yang pernah terpapar radiasi di bagian dada berisiko
menderita ca mammae. Risiko tertinggi ca mammae terjadi jika radiasi diberikan
selama masa remaja, ketika payudara masih berkembang.
7. Paparan dietilstilbestrol Obat untuk mencegah keguguran dan berisiko terkena
kanker (Savitri et al., 2015).
g. Patofisiologi
Patofisiologi ca mammae dibagi dalam tiga tahap, yaitu ca mammaeprimer,
metastasis ke kelenjar getah bening aksila, dan metastasis jauh. Sebagian besar ca
mammae ditandai dengan fibrosis jaringan stroma dan epitel payudara. Seiring
pertumbuhan kanker dan invasi kanker ke jaringan sekitar, respon desmoplastik
menyebabkan pemendekan ligamentum suspensorium Cooper sehingga terjadi
gambaran retraksi kulit payudara. Saat aliran limfatik dari kulit ke kelenjar getah
bening lokal terhambat, terjadilah edema lokal yang ditandai oleh tampilan kulit jeruk
(peau d o’ range ).Saat ca mammae primer membesar, sel kanker menyusup ke celah
antar sel dan pindah ke sistem limfatik menuju kelenjar getah bening regional,
terutama kelenjar getah bening aksila. Kelenjar getah bening yang terlibat awalnya
teraba lunak namun menjadi keras dan mengalami konglomerasi seiring pertumbuhan
sel kanker. Metastasis jauh terjadi secara hematogenik setelah neovaskularisasi.
h. Penatalaksanaan Medis
1. Operasi untuk menyelamatkan payudara, operasi ini adalah pengangkatan tumor
dimana payudara secara keseluruhan tidak diangkat melainkan dibiarkan seutuh
mungkin.
2. Mastektomi (pengangkatan payudara), proses operasi ini adalah mengangkata
seluruh jaringan payudara termasuk putting. penderita dapat menjalani
mastektomi bersamaan dengan biopsi noda limfa sentinel jika tidak ada indikasi
penyebaran kanker pada kelenjar getah bening. Sebaliknya, penderita dianjurkan
untuk menjalani proses pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker
sudah menyebar ke bagian itu.
3. Operasi plastik rekonstruksi, operasi ini adalah pembuatan payudara baru yang
semirip mungkin dengan payudara aslinya. Operasi pembuatan payudara baru ini
bisa dilakukan dengan menggunakan implan payudara atau jaringan dari bagian
tubuh lain (Savitri et al., 2015).
4. Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan obat-obatan
sitostatik yang dimasukkan kedalam tubuh melalui intra vena atau oral.
Pengunaan obat- obatan kemoterapi dapat memberikan efek toksik dan disfungsi
sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya. Efek samping
Dapat timbul karena obat-obatan tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi
juga menyerang sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat seperti
membran mukosa, sel rambut, sumsum tulang dan organ reproduksi (ACS, 2014
dalam Wahyuni et al., 2015).
PATHWAY
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Pre Anestesi

Hari/Tanggal : Selasa, 03 Mei 2024


Jam : 08.30 WIB
Tempat : IBS RSUD Cibinong
Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan Fisik, Studi Dokumen
Sumber data : Klien, Rekam medis dan Pemantauan pada saat pre, intra,
dan post anestesi
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Gunung Putri
No. RM : ***243
Dx. Pre operasi : Ca Mammae Dextra
Tindakan operasi : MRM (Modified Radical Mastectomy)
Tanggal operasi : 03 Mei 2024
Dokter bedah : dr. F, Sp.B
Dokter anestesi : dr. P, Sp.An
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. N
Umur : 33 tahun
Hubungan : Saudara
3. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri terasa bila ditekan pada payudara sebelah kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Ny. S datang ke RSUD Cibinong dengan keluhan nyeri payudara, setelah
dilakukan pengkajian didapatkan diagnose Carsinoma Mammae yang akan
direncanakan operasi MRM (Modified Radical Mastectomy dengan general
anestesi tekhnik intubasi ETT

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Ny. S tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Ny. S tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

e. Riwayat Operasi

Ny. S tidak mempunyai riwayat operasi

f. Alergi Obat :

Ny. S tidak mempunyai alergi obat

g. Riwayat Merokok :

Ny. S tidak mempunyai riwayat merokok

h. Riwayat Konsumsi Minuman Alkohol :

Ny. S tidak mempunyai riwayat konsumsi alkohol

4. Status Gizi
a. BB : 60 kg
b. TB : 152 cm
c. TMT : 60 = 60 = 2,8 (normal)
(1,52)2 2,32
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum dan Tanda-Tanda
Vital Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 E4 V5 M6
TD : 120/75 mmHg
Nadi : 90x/menit
SpO2 : 100%
RR : 22x/menit
b. Status Generalis
1. Kepala
Normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di
bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
(normal/tidak normal)
2. Mata
Tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis, tidak
ikterik.
(normal/tidak normal)
3. Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
(normal/tidak normal)
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan
(normal/tidak normal)
5. Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan semetris,
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Resonan atau sonor, seperti dug, dugm dug
Auskultasi : Vesikuler
(normal/tidak normal)
Jantung
Inspeksi : Detak jantung normal
Palpasi : Detak jantung terasa pada pasien
Perkusi : Bunyi pekak/ datar
Auskultasi : Bunyi Lup-Dup
(normal/tidak normal)
c. Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (Breating):
a) Tidak ada sumbatan jalan nafas
b) Klien tidak sesak nafas
c) Suara nafas vesikuler
d) Tidak tampak pernafasan cuping hidung
e) Tidak tampak retraksi dada
2) B2 (Blood) :
a) Suara jantung normal dan tidak ada suara tambahan
b) Tidak ada kelainan pada jantung
c) Tekanan darah dalam rentang normal
d) Bentuk dada sama
3) B3 (Brain) :
a) GCS 15 kesadaran composmentis
4) B4 (Bleader):
a) Retensi urine
5) B5 (Bowel) :
a) Pasien puasa 6 jam
b) Tidak ada pembesaran hepar
c) Terdengar bising usus 10 x/menit
6) B6 (Bone) :
a) Tidak ada fraktur
b) Tidak ada kelainan pada tulang belakang
6. Ektremitas
a. Atas : Terpasang infus RL di tangan sinistra 20 tpm
b. Bawah : Inspeksi Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), tidak terdapat fraktur,
dan tidak terdapat luka ataupun edema
7. Pemeriksaan Psikologis
Pasien tampak cemas akan dilakukan operasi MRM
8. Pemeriksaan LEMON
L (Look) = Tidak ada trauma wajah, gigi seri normal, gigi tidak goyang, tidak ada gigi
palsu.
E (Evaluate) = Kemampuan membuka mulut 3 jari, jarak laring ke dagu 3 jari,
jarak laring ke trakea 2 jari
M (Mallampati) = Terlihat palatum molle, uvula, dan pilar faring (Skor Mallampati
1) O (Obstruction) = Tidak ada
N (Neck Mobility) = Tidak ada gangguan pergerakkan leher
9. Pemeriksaan Skor Mallampati
Grade 1 = Terlihat palatum molle, uvula, dan pilar faring
Grade 2 = Hanya terlihat palatum molle dan uvula
Grade 3 = Hanya terlihat palatum molle
Grade 4 = Tidak tampak palatum molle, uvula, dan pilar faring
Pada pemeriksaan skor mallampati pada Ny.S mendapat hasil skor mallampati grade 1
10. Pemeriksaan Penunjang

Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Darah Rutin DHF
Hemoglobin 14.2 g/dL 11.7-15.5
Leukosit 8.07 ribu/uL 4.1 – 10.9
Trombosit 175 ribu/uL 150-450
Hematokrit 43.5 % 36.0 - 56.0
HEMOSTASIS
PT
PT 15.6 Detik 11,1– 16.2
PT Control 15.4 Detik 12.0 – 16.0
APPT
APPT 38.8 Detik 27.9 – 37.0
PPT Control 31.0 Detik 26.0 – 34.0
IMMUNOSEROLOGI
HbsAG Non Non Reaktif
Reaktif
KIMIA KLINIK
Diabetes
Glukosa Darah 96 mg/dL 80 - 140
Sewaktu
SARS-CoV-2 Non Non Reaktif
Antigen Reaktif

11. Diagnosa Anestesi


Pasien didiagnosa mengalami Ca Mammae Dextra dan direncakan tindakan Modified

Radical Mastectomy dengan General anesthesia ETT. Pasien status fisik ASA 2.
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi
a. Persiapan Pasien
1. Mengecek kelengkapan status klien
2. Klien telah puasa sejak pukul 00.00 WIB
3. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS, dari
pasien mengatakan takut dan cemas menjalani operasi.
4. Klien sudah terpasang infus line pada tangan kiri infus lancar
5. Klien telah memakai baju dan topi operasi
6. Memposisikan klien
b. Persiapan Mesin
1. Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoran
2. Mengecek isi volatil agent
3. Mengecek kondisi sodalime
4. Mengecek apakah ada kebocoan mesin
5. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan spignomanometer
c. Persiapan Alat
1. Persiapan STATICS
a. Scope : laryngoskop dan Stetoskop.
b. Tube : Endotraceal Tube no 6.5, 7.0 dan 7.5,LMA
c. Airway : OPA dan Sungkup Muka no 3, 4 dan 5
d. Tape : Plester / Hipafix
e. Introducer : Stilet dan Margil Forcep
f. Connector : Penghubung antara mesin anestesi dengan sungkup muka
dan penghubung lainnya.
g. Suction : Kanul Suction dan mesin Suction.
2. Spuit 3 cc, 5 cc dan 10 cc
3. Spuit 10 cc untuk mengisi cuff
4. Handscoon
5. Jelly
d. Persiapan Obat
1. Premedikas:
Fentanyl 100 mcg
Ondancetron 4 mg
2. Induksi :
Propofol 100 mg
3. Muscle
Relaxan :
Atracurium 25 mg
4. Obat
Antiperdara
han :
5. Asam
Traneksamat
1000 mg
6. Obat
Analgetik
Ketorolac 30 mg
7. Obat
Antiperadan
gan :
Dexamethason 10 mg
8. Obat
Reverse
Sulfat Atropin 0,25 IU/mL
Neostigmin

9. Agen
Inhalasi
Sevofluran 2 %
C. Pengkajian Intra Anestesi

1. Anestesi Mulai : 08.30 WIB


2. Anestesi Selesai : 10.30 WIB
3. Operasi Mulai : 08.35 WIB
4. Operasi Selesai : 10.30 WIB
5. Gas : O2 2 lt/menit, N20 = 2 lt/menit, Sevofluran = 2%
6. Jumlah Perdarahan : 150 CC
7. Pemberian Cairan
BB : 70 kg
Puasa : 6 Jam
Lama Operasi : 2 Jam
a. Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x kgBB
= 2 cc x 60 kg
= 120 cc
b. Pengganti puasa (PP) = 2cc x jam puasa x bb

= 2 cc x 6 jam x 60 kg

= 720 cc

c. Stress Operasi = Jenis operasi (b/s/k) x BB


= 6 cc x 60 kg
= 360 cc
d. Kebutuhan Cairan
Jam I = M + ½ PP + SO
= 120 cc + 360 cc + 360 cc
= 840 cc
Jam II = M + ¼ PP + SO
= 120 cc + 180 cc + 260 cc
= 560 cc
Jam III = M + ¼ PP + SO
= 120 cc + 180 cc + 260 cc
= 560 cc
Jam IV = M + SO
= 120 cc + 360 cc
= 480 cc
e. Balance Cairan
a. Intake : RL 700 ml
b. Output : Pendarahan 150 ml

Tabel Monitor Intra-Anestesi


No Waktu TD HR SpO2 Tindakan
.
1. 08.30 160/90 68 100% Terpasang RL 500 ml
mmHg bpm Injeksi obat
Fentanil 50 mcg
Atracurium 25 mg
Induksi :
Propofol 100 mg O2 = 6 L/m
Sevofluran = 2 %

2. 08.35 121/81 77 100% Pemasangan endotracheal


mmHg bpm tube(ETT) no. 7,0 lalu
sambungkan dengan selang
carugated dari mesin anestesi.
3. 08.45 109/57 64 100% Mulai pembedahan
mmHg bpm Injeksi IV :
- Ondansentron 4 mg
- Ketorolac 30 mg
Monitoring hemodinamik
pantau perdarahan
4. 09.00 116/92 68 100% Monitoring hemodinamik
mmHg bpm
5. 09.30 124/84 70 100% Monitoring hemodinamik
mmHg bpm
6. 09.45 125/90 68 100% Monitoring hemodinamik
mmHg bpm
7. 10.00 115/76 64 100% Operasi selesai Sevofluran
mmHg bpm dimatikan, O2 dinaikkan jadi
8.0 L/m
8. 10.15 108/62 70 100% Napas pasien sudah
mmHg bpm adekuat :
- Volume tidal
terpenuhi 420-560 cc
- Frekuensi pernapasan >12
x/mnt
Pasien sudah ada reflek
sadar :
- Pasien ada reflek membuka
mata jika diberi rangsangan
verbal dan nonverbal.
- Pasien ada reflek ketika
di suction

9. 10.30 109/67 77 100% Lepas tensimeter dan pulse


mmHg bpm oxymetri. O2 dimatikan
Pasien dipindahkan ke
recovery room
D. Pengkajian Post Anestesi
1. Situation :
Pasien masuk Ruang RR pukul 10.35 WIB
2. Background :
Pasien telah dilakukan tindakan MRM
3. Assesment :
Kesadaran : Composmentis
Aldrete Score : 10
A: clear
B: napas spontan 16 x/menit
C: tekanan darah 109/67 mmHg, nadi 77x/mnt, SpO2 100%
D: GCS E4M6V5, mobilitas terbatas
4. Recommendation :
a. Monitoring keadaan umum dan vital sign sampai dengan stabil

Aldrete Scoring System

No. Kriteria Skor


1. Saturasi Oksigen  SpO2 >90% dengan 2
oksigen ruangan 1
 SpO2 >90% dengan 0
oksigen tambahan
 SpO2 <90% dengan
oksigen tambahan
2. Jalan Napas  Dapat bernapas dalam 2
dan batuk 1
 Napas dangkal namun 0
pertukuran udara adekuat
 Apnea
3. Sirkulasi  Tekanan darah < 20% 2
dari preanestesi 1
 Tekanan darah 20-50% 0
dari pre anestesi
 Tekanan darak >50% dari
preanestesi
4. Kesadaran  Sadar, siaga dan 2
orientasi 1
 Bangun namun cepat 0
kembali tertidur
 Tidak berespons

5. Aktifitas  Seluruh ekstremitas dapat 2


digerakkan.
1
 Dua Ekstremitas dapat
digerakkan 0
 Tidak dapat bergerak

Jika jumlahnya minimal 8, pasien dapat dipindahkan ke bangsal.

Pada pasien Ny. S Nilai Aldrete Score adalah 10.


E. Analisis Data

Data Masalah Penyebab


Pre-anestesi
DS: Ansietas Kurang Terpapar
- Pasien mengatakan Informasi
takut operasi
DO:
- Pasien tampak
gelisah
- TTV:
TD:160/90
mmHg N:98x/menit
RR:20x/menit

DS: Nyeri Kronis Infiltrasi kanker


- Pasien mengatakan
nyeri payudara sebelah
kanan
Pasien mengatakan
tingkat nyeri
sedang,hilang- timbul,
nyeri seperti tertusuk
- Pasien mengatakan
nyeri sudah lebih dari
3 bulan
DO:
- Pasien tampak
meringis kesakitan saat
nyeri timbul
- TTV
TD:160/90 mmHg
N:98x/menit
RR:20x/menit
Intra-anestesi
DS: - Risiko syok Hipotensi
DO:
TTV
- TD:90/60 mmHg
- N:93x/menit
- SPO2: 100%
- RR: 20x/menit

Post-anestesi
DS: - DO: Risiko jatuh Efek obat anestesi
- Pasien belum sadar
penuh
- Gerak tangan tidak
terkontrol
- TTV TD:100/53
mmHg N:93
SPO2: 100%
RR: 20x/menit
DS: Hipotermi Terpapar suhu lingkungan
rendah
- Pasien mengatakan
kedinginan
DO:
- Kulit dingin
- Pasien tampak pucat
- TTV:
TD: 140/80
mmHg
N: 94x/menit
SPO2: 99%

Suhu:350C
F. Diagnosa Kepenataan dan Prioritas Masalah
1. Pre-Anestesi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
b. Nyeri kronis berhubungan dengan Infiltrasi kanker
2. Intra-Anestesi
a. Risiko syok berhubungan dengan Hipotensi
3. Post-Anestesi
a. Risiko jatuh berhubungan dengan efek obat anestesi
b. Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
G. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

Diagnosa Tujuan RencanaTindakan Implementasi Evaluasi


Kepenataan
Pre-anestesi
Ansietas b.d Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024
kurang terpapar
- Identifikasi tingkat a. Mengukur tingkat
S:
informasi Setelah dilakukan
ansietas kecemasan pasien,
tindakan kepenataan - Pasien mengatakan
- Monitor tekanan Tingkat
selama 10 menit, sudah tidak takut
darah, nadi, kecemasan :
ansietas teratasi dengan
pernapasan, suhu sedang, - Pasien mengatakan
kriteria hasil:
tubuh ditunjukkan sudah paham
- Perilaku gelisah
- Jelaskan tentang dengan pasien tentang penjelasan
menurun
prosedur,waktu, terlihat tegang. prosedur operasi
- Perilaku tegang
dan lamanya - O:
b. Memonitor
menurun
operasi TTV:
tekanan
- Nadi membaik
TD:160/90mmHg
darah,nadi,
- Tekanan darah N: 75x/menit
pernapasan,suhu
menurun RR: 20x/menit
tubuh
SPO2: 99%
TTV:
- Pasien tampak
- TD: 160/90
tenang
mmHg A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
- N:90x/menit
Nyeri kronis Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
b.dinfiltrasi -Identifikasi lokasi,
Setelah dilakukan - Mengukur tingkat nyeri Pasien mengatakan
kanker karakteristik,
tindakan kepenataan pasien dengan PQRST nyeri berkurang
durasi,frekuensi,
selama15 menit Skala nyeri:2
kualitas,dan intensitas P:Nyeri kronis karena
diharapkan nyeri teratasi O:
nyeri adanya kanker
dengan kriteria hasil: - Pasien dapat
- Identifikasi skala nyeri Q:Seperti tertusuk-
- Skala nyeri melakukan
tusuk
berkurang - Berika teknik non relaksasi napas
R:Payudara kiri
- Pasien tampak farmakologis untuk dalam sendiri
S: Nyeri sedang
tenang mengurangi nyeri dengan baik
T:Hilang timbul
- Pasien tidak - Ajarkan teknik - Pasien tampak
- Skala nyeri:4
gelisah non farmakologis tenang
- Mengajarkam teknik
untuk mengurangi - Pasien tidak
relaksasi napas dalam
nyeri gelisah
(non farmakologis)
- Kolaborasi pemberian - TTV
analgetik
TD: 160/90
mmHg

N: 80x/menit
RR:20x/menit
A: Masalah teratasi

sebagian

P:Intervensi dilanjutkan
Intra-anestesi
Risiko syok b.d Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024
hipotensi - Monitor status - Memonitorstatus S: -
Setelah dilakukan
kardiopulmonal kardiopulmonal( nadi
O:
tindakan selama 5 menit
(nadi, tekanan ,tekanan darah)
Terapi farmakologi
kepenataan, risiko syok darah) TD:80/53
- Monitor status Ephedrine HCl 10 mg
teratasi dengan kriteria mmHg
oksigenasi
hasil: - Memonitor status telah diberikan
- Kolaborasi
oksigenasi Tekanan darah dan nadi
pemberian terapi
-Tekanan darah sistolik Pernapasan pasien
- Farmakologis membaik
spontan dengan
membaik
terpasang LMA RR: TD: 100/67mmHg
- Tekanan darah 22x/menit
SPO2: 99% N: 87x/meit
diastolik
meningkat SPO2: 99%
- Nadi membaik RR: 21x/menit
- Saturasi oksigen A:Masalah teratasi
membaik I:Intervensi
- Frekuensi napas dihentikan
membaik

Risiko trauma jalan napas Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Setelah dilakukan - Melakukan intubasi S : - O :
b.d prosedur intubasi - Lakukan intubasi dengan
tindakan kepenataan dengan smooth. TD :130/77
cara smooth
- Memastikan ETT masuk
- Pastikan ETT masuk
anestesi selama intra kedalam trakea dan kedalam trakea dan N :76
anestesi diharapkan tidak pastikan udara masuk ke pastikan udara masuk ke SpO2 :100%
terjadinya trauma jalan paru kanan kiri seimbang paru kanan kiri seimbang. RR : 16x/menit
napas dengan criteria - Berikan ventilasi sesuai - Memberikan ventilasi Tidak terdapat suara napas
hasil: dengan berat badan (6-8 sesuai dengan berat badan tambahan, pengembangan
- Tidak terdapat cc/kgBB) (6-8 cc/kgBB) 6- dada seimbang.
pembengkak/edema jalan - Lakukan fixasi dengan 8ccx60kg = 360cc-480cc A : Risiko trauma jalan
napas benar dan sesuaikan - Melakukan fixasi dengan napas teratasi
- Tidak ada dengan daerah operasi. benar dan sesuaikan P : Hentikan intervensi
- Terjadinya kepatenan dengan daerah operasi.
jalan napas

Post Operasi

Risiko jatuh, efek obat Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024
anestesi Identifikasi faktor risiko Mengidentifikasi faktor S: -
Setelah dilakukan
jatuh: risiko jatuh: pasien O: - Roda tempat
tindakan kepenataan
- Pastikan roda dalam masih terpengaruh efek tidur telah terkunci
selama 15menit,
keadaan terkunci anestesi umum -Handrail tempat
diharapkan:
- Pasang handrail GCS: 15(E4M6V5), tidur terpasang
- Pasien tidak jatuh
tempat tidur Aldretescore:10 -Pasien tidak jatuh dari
dari tempat tidur
- Memastikan roda tempat tidur
- Tidak jatuh saat
-Pasientidak Jatuh saat
dipindahkan tempat tidur dalam dipindahkan
kondisi terkunci -GCS: 15
Memasang handrail -Aldretescore:10
tempat tidur A:Masalah teratasi
I:Intervensi dihentikan
Hipotermi Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024
b.d terpapar suhu
- Monitor suhu tubuh - Memonitor suhu S:Pasien mengatakan
lingkungan rendah
Setelah dilakukan asuhan
- Monitor tanda dan tubuh Suhu:350C sudah tidak kedinginan
kepenataan,diharapkan:
gejala akibat O:
- Memonitor tanda
- Warna kulit
hipotermia
dan gejala akibat - Penghangatan aktif
pucat menurun
- Lakukan
hipotermia: eksternal dengan
- Suhu kulit
penghangatan aktif
selimut dan warmer
meningkat - pasien tampak
eksternal
440C telah diberikan
- Menggigil menurun menggigil, kulit
- Kulit hangat
- Hipoksiam dingin dan pucat
- Pasien tampak tenang
e nurun - Melakukan
A:Masalah teratasi
penghangatan aktif
P:Intervensi dihentikan
eksternal dengan
selimut
Hipotermi Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024 Jum’at, 03 Mei 2024
Jum’at, 03 Mei 2024
- Monitor suhu - Memonitor suhu S:Pasien mengatakan
b.d terpapar suhu
Setelah dilakukan asuhan
tubuh tubuh Suhu:350C sudah tidak
lingkungan rendah
kepenataan,diharapkan:
- Monitor tanda dan kedinginan
- Memonitor tanda
- Warna kulit pucat
gejala akibat
dan gejala akibat O:
menurun
hipotermia
hipotermia:
- Suhu kulit - Penghangatan aktif
- Lakukan
meningkat - pasien tampak eksternal dengan
penghangatan aktif
- Menggigil menurun menggigil, kulit selimut dan warmer
eksternal
- Hipoksia menurun dingin dan pucat 440C telah diberikan
- Melakukan - Kulit hangat
penghangatan aktif - Pasien tampak tenang
eksternal dengan A:Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan
selimut
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan Kepenataan Anestesi pada Ny. S didapatkan masalah


kepenataan yang muncul dengan hasil evaluasinya, antara lain :
1. Pre-Anestesi
Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan nyeri kronis b.d Infiltrasi
kanker
2. Intra-Anestesi
Risiko syok berhubungan dengan hipotensi Risiko trauma jalan nafas berhubungan dengan
prosedur intubasi
3. Post-Anestesi
Risiko jatuh berhubungan dengan efek obat anestesi dan hipotermi perioperatif
berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah

Masalah kepenataan pre anestesi dan intra anestesi sudah teratasi sesuai dengan
rencana kepenataan yang telah direncanakan, tetapi untuk masalah kepenataan post anestesi
tetap melanjutkan intervensi di bangsal.
B. Saran
1. Bagi institusi rumah sakit dan tenaga kesehatan
a. Diharapkan institusi dan tenaga kesehatan untuk mempertahankan serta
mengembangkan Standard Operating Procedure (SOP) pada pasien perioperatif
demi pelayanan kesehatan yang optimal
b. Seorang penata anestesi harus mahir dalam melakukan pengkajian, merumuskan
diagnosa, menetapkan intervensi, melaksanakan implementasi dan mengevaluasi
respon pasien pada tahap pre anestesi, intra anestesi, hingga pasca anestesi
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu berpikir kritis dalam pemberian asuhan
kepenataan perianestesi.
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin,A.,Sitanggang,R.H.,&Oktaliansah,E.(2017).Perbandingan Pemberian Efedrin


30 mcg/kgBB dengan Efedrin 70 mcg/kgBB Intravena terhadap Skala Nyeri dan
Efek Hipotensi pada Penyuntikan Propofol diRumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif,5(3),147-154.

Aryasa,Tjahya.,&Krishnan,R.(2016).Penggunaan Anestesi pada Pasien


Hipertensi.http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10964/1/e1810fdecf435ad6489eada7c
815761f.pdf

Harahap,W.A.(2015).Pembedahan pada tumor ganas payudara. Majalah Kedokteran


Andalas, 38, 54-62.

Mohammad Yogiantoro.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi Esensial.


Perhipunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Nurarif,A.H.,&Kusuma,H.(2015).NANDANIC-NOC(RevisiJil).MediAction.

Pristiwati,A.D.,Aniroh,U.,&Wakhid,A.(2018).Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Respon Psikologis Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di
Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten Temanggung. Indonesian Journal of
Nursing Research (IJNR),1(1).

Savitri, A., Larasati, A., & Utami, E. D. R. (2015). Kupas Tuntas KANKER

Payudara,Leher Rahim,dan Rahim(Mona(ed.);cetakan20).Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai