LP Anemia-Haura Al Banina

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

1

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik klinik Keperawatan Maternitas

Dosen pengajar : Rany Yulianie., SST.,M.Kes

Disusun oleh:

Haura Al banina
221FK06100

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT

2023/2024
2

I. PENDAHULUAN............................................................................................3

A. Pengertian......................................................................................................3

B. Etiologi..........................................................................................................3

D. Patofisiologi..................................................................................................4

E. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................6

F. Penatalaksanaan............................................................................................6

II. Konsep Dasar Keperawatan..............................................................................7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER SERVIKS
3

I. PENDAHULUAN

A. Pengertian
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada

leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan

fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan

adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal,

penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan

adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel

abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim

yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi

dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan

dapat menyebar (Darmawati, 2015).

B. Etiologi
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut

(Darmawati, 2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain

yaitu:

1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia

(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian

yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%

jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer

melalui hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.

2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan


4

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher

rahim.

3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda

seorang perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko

untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan

yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun

mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia

lebih dari 20 tahun, selain itu sperma yang mengandung komplemen

histone dapat bereaksi dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat

alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim.

4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan

penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada

wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.

5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan

meningkatkan insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks)

meskipun tidak langsung. Diduga mempercepat perkembangan

progresivitas lesi. Pemakaian pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan

risiko terjadinya Kanker serviks. Penjelasan yang rasional atas fenomena

ini adalah karena kontrasepsi oral menginduksi eversi epitel kolumnar

sehingga meningkatkan atipia pada wanita, menurunkan kadar asam folat

darah sehingga terjadi perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim dan

dapat meningkatkan efek ekspresi onkoprotein virus.

6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker


5

serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita

kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-

laki yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks

karena hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan

smegma.

C. Manifestasi klinis

Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala.

Gejala akan muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di

sekitarnya. Berikut beberapa gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer

Helps, 2010):

a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal

b. Perdarahan yang biasanya terjadi

c. Perdarahan setelah bersenggama

d. Perdarahan setelah menopause

e. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi

f. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari

biasanya

g. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul

merupakan gejala umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.


6

h. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan

dengan lender kental, bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau

busuk dan gatal.

i. Rasa sakit saat bersenggama

D. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan

folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,

terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk

kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk

beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus,

folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan

oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang

pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-

tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan

mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi

fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara

gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari

proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak

(Nugroho, 2010)

E. PATHWAY
7

F. Pemeriksaan Diagnostik
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan
yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan
8

dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara


yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
(Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan

melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan

tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,

kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan

menghilangkan kiste.

2. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan


9

pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan

oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi

abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian

gurita abdomen yang ketat

II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,

serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit

Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah

abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri

pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah

perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga Kista ovarium bukan penyakit

menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan

Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya

kista ovarium.
10

4. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan

persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu

kista ovarium.

5. Riwayat menstruasi

Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan

bahkan sampai amenorhea.

6. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.

a. Kepala

1) Hygiene rambut

2) Keadaan rambut

b. Mata

1) Sklera : ikterik/tidak

2) Konjungtiva : anemis/tidak

3) Mata : simetris/tidak

c. Leher

1) pembengkakan kelenjer tyroid

2) Tekanan vena jugolaris.

d. Dada

e. Pernapasan

1) Jenis pernapasan

2) Bunyi napas

3) Penarikan sela iga

f. Abdomen
11

1) Nyeri tekan pada abdomen.

2) Teraba massa pada abdomen.

g. Ekstremitas

1) Nyeri panggul saat beraktivitas.

2) Tidak ada kelemahan.

h. Eliminasi, urinasi

1) Adanya konstipasi

2) Susah BAK

7. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai

tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

8. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan

kepercayaannya.

9. Data Psikologis

Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium

sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut

sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat

maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya

keturunan.

10. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam

aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri

11. Pemeriksaan Penunjang


12

Data laboratorium

a. Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

2. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

3. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Setelah dilakukan Intervensi Rasional

1 Nyeri Akut intervensi Observasi Observasi

keperawatan selama  Identifikasi lokasi,  Untuk

3 x 24 jam, maka karakteristik, durasi, mengetahui

tingkat nyeri frekuensi, kualitas, lokasi,

menurun, dengan intensitas nyeri karakteristik,

kriteria hasil:  Identifikasi skala durasi,

1. Keluhan nyeri frekuensi,

nyeri  Idenfitikasi respon kualitas,

menurun nyeri non verbal intensitas

2. Meringis  Identifikasi faktor nyeri

menurun yang memperberat  Untuk

3. Sikap dan memperingan mengetahui

protektif nyeri skala nyeri

menurun  Identifikasi  Untuk

4. Gelisah pengetahuan dan mengetahui


13

menurun keyakinan tentang respon nyeri

5. Kesulitan nyeri non verbal

tidur  Identifikasi  Untuk

menurun pengaruh budaya mengetahui

6. Frekuensi terhadap respon faktor yang

nadi nyeri memperberat

membaik  Identifikasi dan

pengaruh nyeri pada memperingan

kualitas hidup nyeri

 Monitor  Untuk

keberhasilan terapi mengetahui

komplementer yang pengetahuan

sudah diberikan dan

 Monitor efek keyakinan

samping penggunaan tentang nyeri

analgetik  Untuk

Terapeutik mengetahui

 Berikan Teknik pengaruh

nonfarmakologis budaya

untuk mengurangi terhadap

nyeri (mis: TENS, respon nyeri

hypnosis, akupresur,  Untuk

terapi music, mengetahui

biofeedback, terapi pengaruh


14

pijat, aromaterapi, nyeri pada

Teknik imajinasi kualitas hidup

terbimbing, kompres  Untuk

hangat/dingin, terapi mengetahui

bermain) keberhasilan

 Kontrol lingkungan terapi

yang memperberat komplementer

rasa nyeri (mis: suhu yang sudah

ruangan, diberikan

pencahayaan,  Untuk

kebisingan) mengetahui

 Fasilitasi istirahat efek samping

dan tidur penggunaan

 Pertimbangkan jenis analgetik

dan sumber nyeri Terapeutik

dalam pemilihan  Agar nyeri

strategi meredakan berkurang

nyeri  Kontrol

Edukasi lingkungan

 Jelaskan penyebab, agar pasien

periode, dan pemicu nyaman

nyeri  Agar pasien

 Jelaskan strategi merasa

meredakan nyeri nyaman


15

 Anjurkan memonitor dalam

nyeri secara mandiri tidurnya

 Anjurkan  Agar nyeri

menggunakan berkurang

analgesik secara Edukasi

tepat  Untuk

 Ajarkan Teknik mengetahui

farmakologis untuk penyebab,

mengurangi nyeri periode, dan

Kolaborasi pemicu nyeri

 Kolaborasi  Untuk

pemberian analgetik, mengetahui

jika perlu strategi

meredakan

nyeri

 Untuk

mengetahui

memonitor

nyeri secara

mandiri

 Agar

penggunaan

analgesik

secara tepat
16

 untuk

mengurangi

nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi

pemberian

analgetik, jika

perlu

D. Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan
pelayanan kepada ibu dan atau dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang
dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat. (Rustam
Mochtar, 2008)

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tindakan keperawatan harus mendetail, agar semua tenaga keperawatan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan
pelayanan kepada ibu dan atau dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang
dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi.(Rustam Mochtar, 2008)
17

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
alih bahasa

Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI) Edisi 1Cetakan 3(Revisi). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI) Edisi 1Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI) Edisi 1Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai