Tor Uks Tahun 2025
Tor Uks Tahun 2025
Tor Uks Tahun 2025
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TIGABINANGA
Jl. Rakoetta Brahmana Tigabinanga, Kec Tigabinanga, Kab. Karo
Email: [email protected], Telp: (0628). 410015
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. UUD 1945 Pasal 28B ayat 2 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”.
b. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010.
c. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010, tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.1144/Menkes/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan No 65 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan.
f. Peraturan Bersama 4 Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan) tahun 2014 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
g. Peraturan Menteri Kesehatan No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2018 tentang Upaya
Peningkatan Promosi Kesehatan.
i. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
k. Surat Kementerian Kesehatan Nomor: PR.01.06 / A / 31469 /2023
tentang Menu DAK Nonfisik Bidang Kesehatan TA 2024.
l. Surat Kementerian Kesehatan Nomor: PR.01.03 / A / 31523 /2023
tentang Pemetaan Menu DAK Nonfisik Bidang Kesehatan TA 2024
m. Undang-undang No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan
2. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional Output
Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja adalah serangkaian upaya
kesehatan yang ditujukan bagi peningkatan kesehatan anak usia sekolah dan
remaja melalui:
b. Latar Belakang
Secara umum anak usia sekolah (7-18 tahun) merupakan kelompok usia yang
paling sehat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Namun perilaku mereka
dapat mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada saat ini atau di
kemudian hari. Masalah kesehatan usia sekolah dan remaja sangat kompleks,
mulai dari kesehatan reproduksi dan seksual, HIV dan AIDS, Gizi, Penggunaan zat
adiktif, kekerasan dan cedera, kesehatan mental, kebersihan dan sanitasi, serta
penyakit tidak menular.
Beberapa masalah kesehatan pada kelompok ini ialah angka kecacingan pada
anak SD mencapai 28%. Selain itu, risiko penyakit tidak menular karena obesitas
pada anak usia 5-12 tahun mencapai 8,1%. Anak usia SD sudah mulai merokok
yang ditunjukan dengan angka 9,1% pada anak usia 10-18 tahun. Sementara itu,
sebanyak 25,7% remaja berusia 13-15 tahun dan 8,1% remaja berusia 16-18
tahun mengalami stunting. Terkait kesehatan reproduksi, 5,3% remaja pernah
melakukan hubungan seks pranikah dan hanya 36% remaja pernah diajarkan cara
menolak ajakan hubungan seksual. Isu lainnya adalah angka penyalahgunaan
NAPZA pada usia anak dan remaja, yaitu 22% remaja pernah merokok yang 6,4%
di antaranya merokok (GSHS 2015, Riskesdas 2018).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, persentase anemia pada kelompok
usia 5-14 tahun sebesar 26% dan pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 32%.
Hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena anemia pada anak usia sekolah
dan remaja berdampak pada peningkatan risiko stunting dan khusus pada remaja
putri akan mempengaruhi kualitas keturunannya apabila remaja tersebut kelak
hamil. Selain itu, anemia pada ibu hamil merupakan salah satu faktor risiko
meningkatnya AKI dan AKB.
Penanganan permasalahan kesehatan pada remaja termasuk anemia
memerlukan upaya yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua
unsur dari lintas program dan lintas sektor terkait. Sejak tahun 2003, Kementerian
Kesehatan telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di
Puskesmas, yang sampai dengan Tahun 2020 sudah ada 6.169
(67,29%)puskesmas PKPR yang tersebar di 514 kabupaten/kota. Puskesmas
PKPR memberikan layanan mulai dari KIE, konseling, pembinaan konselor sebaya
sampai layanan klinis/medis dan rujukan.
Melalui pengembangan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di
Puskesmas, Kementerian Kesehatan mendorong agar Puskesmas mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi remaja, mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam mencegah masalah
kesehatan dan melibatkan remaja dalam pelayanan sejak dari perencanaan,
pelaksanaan sampai penilaian. Sasaran dari Puskesmas PKPR adalah remaja
baik di sekolah yang dilaksanakan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
maupun di luar sekolah diantaranya melalui posyandu remaja, Saka Bakti Husada
serta pembinaan kesehatan anak dan remaja di panti/Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak, anak jalanan maupun lapas/Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA).
Anak usia sekolah merupakan sasaran intervensi kesehatan yang strategis
karena jumlahnya besar,dapat dijangkau melalui sekolah, dan menentukan
kualitas pada usia produktif. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 dan GSHS
tahun 2015, situasi kesehatan anak usia sekolah masih belum sesuai dengan yang
diharapkan diantaranya masih kurangnya kebiasaan sarapan serta konsumsi sayur
dan buah, aktivitas fisik yang masih rendah, jarangnya anak usia sekolah yang
mencuci tangan dengan sabun, konsumsi alkohol dan merokok yang tinggi,
tawuran, bullying, serta banyaknya anak usia sekolah yang merasa kesepian dan
khawatir berlebihan sehingga menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. Untuk itu,
pembiasaan PHBS disekolah menjadi suatu kebutuhan sehingga diharapkan
setiap sekolah melaksanakan UKS yang terintegrasi dengan kegiatan belajar
mengajar salah satunya adalah penjaringan Kesehatan pada anak usia sekolah.