Lengkap Pupr
Lengkap Pupr
Lengkap Pupr
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
DI KABUPATEN DONGGALA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Donggala sebagai Kota Tua dan sudah diakuai dan tercatat oleh
Dinasti Kerajaan China sejak Tahun 437, merupakan kawasan kota
bersejarah yang termasuk dalam ikon pariwisata yang dapat menjadi
sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah yang menjanjikan
dan merupakan fokus utama pengembangannya. Kota Donggala sendiri
memiliki beberapa kawasan strategis untuk di konservasi keberadaannya,
seperti kawasan kota tua, kawasan pelabuhan lama, peninggalan
bangunan-bangunan bersejarah, kawasan perdagangan dan perbelanjaan
lama, dan hutan mangrove yang tepat berlokasi diwilayah pesisir kawasan
kota Donggala tua.
Konservasi kawasan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kawasan bersejarah termasuk sarana utilitas kota yang ada didalamnya
sesuai dengan keberadaannya saat ini agar perkembangannya terkendali
dan tidak tergusur oleh pembangunan serta modernisasi. Kota Donggala
terbentuk sejalan dengan perjalanan sejarah panjang dan unik yang
ditandai dengan peninggalan sejarah utamanya berupa gedung-gedung
atau bangunan-bangunan kuno peninggalan masa lampau. Bertitik tolak
dari uraian di atas, diperlukan sebuah konsep pimikiran yang komprehensif
yaitu “Penataan Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan Kota Tua
Donggala sebagai Warisan Sejarah” diperlukan upaya menemukenali
potensi dan masalah dari mutiara-mutiara yang masih kusam dan
tersembunyi, yang dapat dibersihkan agar dapat berkilau dan dapat
memberikan daya tarik yang sangat kuat untuk pengembangannya dimasa
yang akan datang, sehingga memberi kontribusi dan nilai tambah
(multyplayer efeect and value edit) bagi pertumbuhan Donggala itu sendiri.
1
Selanjutnya Donggala dari sudut pandang wilayah Kabupaten dalam
perkembangannya sejak berdiri pada Tahun 1959 berdasarkan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II di Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822) yang sejak itu berkedudukan di Palu dan akhirnya
dikembalikannya status Ibu Kota Kabupaten di Kota Donggala merupakan
momentum yang sangat penting dan merupakan sejarah baru. Perjalanan
panjang tersebut pada akhirnya menjadikan Kabupaten Donggala yang
telah banyak melahirkan Daerah Otonomi Baru (DOB) yakni antara lain Kota
Palu yang terbentuk pada Tahun 1994, Kabupaten Parigi Moutong yang
berdiri pada Tahun 2002, dan Kabupaten Sigi yang berdiri pada Tahun
2008. Kondisi ini mengharuskan Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala
untuk mewujudkan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik
dengan melakukan konsep pengembangan wilayah ke depan berupa
konsep “PERENCANAAN PENATAAN, DAN PERANCANGAN
BERBASIS KAWASAN KE DEPAN” Sebagai daerah belakang Ibukota
Negara Nusanatara. Belum maksimal dalam memasok produk primer;
belum mantapnya konektivitas antara infrastruktur di darat dan laut
(maritim); dan belum optimalnya pemanfaatan sumber daya (resources)
dalam mendukung kedaulatan pangan dan kemandirian energi di
Kabupaten Donggala.
Dengan demikian maka agar perceatan pembangunan terarah sesuai
dengan tahapan pelaksanaannya. Tentu hal tersebut diatas dilaksanakan
dengan tidak mengesampingkan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten yakni
“
2
Yang tentunya oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah
menjabarkan melalui misi sebagai berikut :
1) Mewujudkan Reformasi Birokrasi, Supermasi Hukum dan Penegakkan
Nilai-Nilai kemanusiaan dan HAM.
2) Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Pembangunan yang Kompetitif
dan berbasis Kerakyatan.
3) Mewujudkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang
Kompetitif berlandaskan Keimanan dan Ketaqwaan.
4) Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Daerah.
5) Mewujudkan Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat melalui
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Penguatan Kelembagaan.
Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa betapa urgensi
keberlanjutan pembangunan infrastruktur semakin dirasakan ditengah
meningkat tajamnya persaingan ekonomi antar kawasan, karena dengan
membangun infrastruktur sejatinya adalah membangun masa depan
sebuah peradaban, karena dapat berperan sebagai stimulus bergeraknya
beragam aktivitas ekonomi.
Melalui percepatan pembangunan infrastruktur secara lebih merata di
seluruh tanah air, kita tentunya berharap dapat tercipta konektivitas yang
kuat antarwilayah, menurunkan biaya logistik, memperkecil ketimpangan,
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta memupus kesenjangan
ekonomi antar wilayah Khususnya di Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah pada umumnya serta secara nasional, yang pada akhirnya
akan bermuara pada peningkatan daya saing dan stimulus pertumbuhan
ekonomi guna mencapai negara maju.
Dalam ilmu ekonomi, infrastruktur merupakan wujud dari public
capital (modal publik) yang dibentuk dari investasi yang dilakukan
pemerintah. Infrastruktur dalam hal tersebut meliputi jalan, jembatan, dan
pengairan dan lainnya (Mankiw, 2003). Sedangkan menurut The Routledge
Dictionary of Economics (1995) memberikan pengertian yang lebih luas lagi
yakni peran strategis infrastruktur sebagai pelayan utama dari suatu Negara
3
dalam membantu bergeraknya roda kegiatan ekonomi dan kegiatan
masyarakat, diantaranya melalui penyediaan transportasi dan juga fasilitas
pendukung lainnya.
2. Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi Kabupaten Donggala adalah sebagai
berikut :
1) Kondisi Kabupaten Donggala saat ini, mengalami stagnasi pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi kerakyatan, hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya Keputusan Presiden Republik Indonesia dimana
Kabupaten Donggala adalah salah satu Kabupaten dari 3 (tiga)
kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah yang mendapat status
Kabupaten tertinggal,
2) Rendahnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Donggala dari tahun ke tahun yang berpengaruh terhadap belum
meratanya penyedia infrastruktur di abupaten Donggala,
3) Luasnya Wilayah Kabupaten Donggala ± 5.275,69 Km yang
menyebabkan tingginya disparitas (kesenjangan) antar wilayah, tingkat
kemiskinan yang cenderung tinggi, pesebaran penduduk yang tidak
merata, dan disparitas (kesenjangan) ekonomi.
3. Landasan Hukum
Adapun yang melandasi usulan pengembangan Infrastruktur adalah :
1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1822);
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang, Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasionaal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
4
3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun Tahun 2007 tentang, Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang, Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014, tentang Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang, Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
7) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
8) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020, tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
9) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017, tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
5
10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017, tentang Inovasi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 206,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6123);
11) Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020, tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016, tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 259).
6
B. Gambaran Umum Kabupaten Donggala
Kabupaten Donggala memiliki luas wilayah 5.275,69 kilometer persegi
yang terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan. Kecamatan terluas di Kabupaten
Donggala adalah Kecamatan Rio Pakava dengan luas wilayah 872,16 km2 atau
16,53 % dari total luas wilayah Kabupaten Donggala secara keseluruhan.
Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Banawa Tengah
yang memiliki luas 74,64 km2 atau 1,41% dari total luas wilayah Kabupaten
Donggala. Dan terdiri dari 9 (sembilan) Kelurahan serta 158 (seratus lima puluh
delapan) Desa. Dengan panjang pantai ± 400 m membentang dari selatan ke
utara. Secara astronomi kabupaten Donggala terletak antara 0o,30” Lintang
Utara dan 2o,20” Lintang Selatan serta 119o,45”-121o,45” Bujur Timur,
Berdasarkan Posisi Geografisnya, Kabupaten Donggala berbatasan
langsung dengan Kabupaten Tolitoli di sebelah utara, Provinsi Sulawesi Barat
dan Kabupaten Sigi serta Kota Palu di sebelah selatan, kemudian Selat Makassar
dan wilayah Provinsi Sulawesi Barat di sebelah barat, Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Parigi Moutong di sebelah Timur.
Adapun jumlah Penduduk di Kabupaten Donggala 304.110 Jiwa yang
terdiri laki-laki 155.327 jiwa dan perempuan 148.743 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk 56,95 per Km.
Dalam perkembangannya untuk mmelakukan pemerataan
pembangunan Pemerintah Kabupaten Donggala membagi pola pengembangan
yakni : Zona 1 (satu) atau zona selatan meliputi : Kecamatan Banawa sebagai
pusat pemerintahan Kabupaten Donggala, Kecamatan Banawa Tengah,
Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Pinembani, dan Kecamatan Rio
Pakava; Zona 2 (dua) atau zona tengah meliputi : Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Labuan, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tombusabora,
Kecamatan Sindue Tobata, dan Kecamatan Sirenja; Zona 3 (tiga) atau zona
utara meliputi : Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang Tanjung,
Kecamatan Dampelas, Kecamatan Sojol, dan Kecamatan Sojol Utara.
Selanjutnya Potensi investasi yang dapat dikembangkan di Kabupaten
Donggala baik yang berada dalam lingkup daratan maupun zona laut I Selat
7
Makassar dalam RTRW Provinis Sulawesi Tengah cukup beragam untuk
percepatan pembangunan secara optimal. Beberapa diantaranya sebagai
berikut :
1. Potensi investasi di bidang pertanian :
a. Tanaman pangan lahan basah dan lahan kering : padi sawah,
palawija, benih palawija, sayur-sayuran, dan tanaman hortikultura,
b. Perkebunan : cengkeh, kakao, kelapa dalam, pinang, enau, kemiri,
kelapa sawit, dan tanaman campuran lainnya yang dikembangkan
oleh masyarakat,
c. Peternakan : sapi potong dan penggemukannya seperti sapi lokal
Donggala, sapi Bali, dan sapi jenis lainnya,
d. Perikanan Laut : tuna, kakap, dan jenis ikan pelagis baik kecil maupun
besar,
e. Perikanan Darat : Udang paname, bandeng, dan nila
f. Kehutanan : pengolahan kayu, rotan, damar, serta beberapa hasil
hutan ikutan lainnya.
8
b. Bahan vital Tembaga berada di kawasan peruntukan mineral dan
logam lainnya yaitu : tembaga di Kecamatan Labuan, Kecamatan
Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata,
Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan Dampelas, Kecamatan
Sojol, dan Kecamatan Sojol Utara;
c. Bahan vital Molibdenum berada di kawasan peruntukan yaitu : di
Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Dampelas;
d. Bahan vital peruntukan pertambangan batubara terdapat di
Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata dan Kecamatan Sindue
Tombusabora;
e. Bahan vital peruntukan pertambangan minyak terdapat Blok
Dampelas, Blok Balaesang Tanjung dan Blok Surumana;
f. Bahan vital peruntukan peruntukan pertambangan panas bumi
terdapat di Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sirenja, Kecamatan
Tanantovea, Kecamatan Labuan Kecamatan Sindue Tobata dan
Kecamatan Sindue Tombusabora.
Selanjutnya Kawasan peruntukkan pertambangan di Kabupaten Donggala
terdiri atas Kawasan peruntukkan bagi pertambangan mineral non logam
yang terdiri atas :
a. Pasir dan batu (sirtu) di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue,
Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue
Tombusabora, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan
Sirenja,Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol
Utara;
b. Batu gamping di Kecamatan Banawa, Kecamatan Sindue dan Sindue
Tambusabora;
c. Lempung dan Napal di Kecamatan Banawa dan Kecamatan Dampelas;
d. Pasir felspar-kuarsa Kecamatan Sojol Utara, Kecamatan
Sojol,Kecamatan Sindue Tombusabora, dan Kecamatan Sindue;
9
e. Granit di Kecamatan Sindue Tombusabora, Sirenja,
Balaesang,Balaesang Tanjung, Sojol, Sojol Utara dan Kecamatan
Dampelas;
f. Andesit di Kecamatan Banawa,
g. Diorit di Kecamatan Banawa;
h. Tras di Kecamatan Banawa Tengah; dan
i. Gabbro di Kecamatan Dampelas.
10
3) Cipta Karya
Kegiatan yang dilakukan pada bidang Cipta Karya antara adalah
Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAM), penyedian sanitasi atau
Instalasi Pengelolaan Air Limbah, penyediaan dan pengelolaan
drainase, dan pembangunan dan penyediaan jalan lingkungan.
Namun inipun dilakukan sesuai dengan ketersediaan anggaran.
4) Tata Ruang
Kegiatan pada bidang Tata Ruang ini sangat minim, sehingga untuk
melakukan sosialisasi tentang dokumen RTRW Kabupaten Donggala
dan RDTR kota Donggala tidak dapat dimaksimalkan. Demikian pula
proses pengendalian pemanfaatan ruang bagi masyarakat yang
melakukan pelanggaran fungsi ruang yang tidak sesuai dengan
peruntukannya tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena tidak
didukung dengan ketersediaan anggaran yang memadai untuk
pelaksanaan pengawasan.
5) Jasa Konstruksi
Untuk bidang Jasa Konstruksi diarahkan pada pembinaan,
pemberdayaan, dan pengawasan, bidang inipun tidak dapat berjalan
secara maksimal dan optimal disebabkan kurangnya alokasi anggaran
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.
C. Usulan Program
Adapun usulan pengembangan Infrastruktur untuk percepatan dan pemerataan
pembangunan untuk membuka keterisolasian, menurunkan disparitas
(kesenjangan) antarwilayah dan disparitas (kesnjangan) ekonomi, maka
diusulkan beberapa kegiatan antara lain sebagai berikut :
1. PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN
Kegiatan : Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota
Sub Kegiatan : Pembangunan Jalan
1) Rehabilitasi Jalan Malino-Ibukota Kecamatan Pinembani, untuk
mendukung pengembangan pariwisata, tanaman pangan, dan
pengembangan daerah terpencil.
11
2) Rehabilitasi Ruas Jalan Batas Kab. Sigi-Ibukota Kecamatan Pinembani,
untuk mendukung pengembangan pariwisata, tanaman pangan, dan
pengembangan daerah terpencil.
3) Rekonstruksi Jalan Kamonji-Rano Kecamatan Balaesang Tanjung,
untuk mendukung pengembangan pariwisata Danau Rano dan
pengembangan budaya masyarakat lokal.
4) Rehabilitasi Jalan Pakava-Dusun Bonennggaya Desa Mbulawa
Kecamatan Ri Pakava, untuk mendukung pengembangan perkebunan
dan membuka keterisolasian daerah terpencil.
5) Rehabilitasi Jalan Dalam Kota Balukang, untuk mendukung sistem
transportasi ibukota Kecamatan Sojol dan meningkatkan aksesibilitasi
transportasi kecamatan.
6) Pembangunan Jalan Lero-Kumbasa Kecamatan Sindue, untuk
mendukung pembangunan mini ranch dan pemuliabiakan Sapi
Donggala.
Sub Kegiatan : Pembangunan Jembatan
1) Pembangunan Jembatan Sungai Kumbasa Desa Kumbasa Kecamatan
Sindue, untuk mendukung pembangunan mini ranch dan
pemuliabiakan Sapi Donggala.
2) Pembangunan Jembatan Sungai Ogoamas Desa Ogoamas 1 Kecamatan
Sojol Utara, untuk mendukung pengembangan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
3) Pembangunan Jembatan Sungai Mbuwu Desa Mbuwu Kecamatan
Banawa Selatan, untuk mendukung pengembangan sistem pelayan
kepada masyarakat dan pengembangan tanaman pangan dan
perkebunan.
4) Pembangunan Jembatan Lumbubaka Desa Labuan Kungguma, untuk
mendukung pengembangan agrowisata.
5) Pembangunan Jembatan Desa Labean Kecamatan Balaesang, untuk
mendukung pengembangan budi daya perikanan dan tambak.
12
6) Pembangunan Jembatan Desa Sipeso Kecamatan Sindue Tobata, untuk
mendukung pengembangan agrowisata dan pengembangan
penggembalaan skala ranch Sapi Donggala.
Sub Kegiatan : Rehabilitasi Jembatan
1) Pemelihraan Jembatan Desa Bale Kecamatan Tanantovea, untuk
mendukung pengembangan wisata alam dan pengembangan bawang
Goreng.
13
1) Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan di Kawasan Perkotaan Dalam Kota
Donggala, untuk pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyrakat
Kota Donggala.
2) Penyusunan Rencana, Kebijakan, Strategi dan Teknis SPAM, untuk
peningktan tolok ukur kebijakan dan strategi SPAM di Kabupaten
Donggala.
3) Peningkatan SPAM Jaringan Perpipaan di Kawasan Perdesaan, untuk
pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyrakat di Perdesaan.
14