Jurnal Metode 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi

E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006


Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

PENGARUH KOMBINASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP


PERKECAMBAHAN DAN INISIASI TUNAS KURMA
(Phoenix dactylifera L.) KULTIVAR SUKARI

Aluh Nikmatullah1 dan Novita Hidayatun Nufus2*


1&2
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram,
Indonesia
*E-Mail : [email protected]
DOI : https://doi.org/10.33394/bioscientist.v9i2.4349
Submit: 30-10-2021; Revised: 11-11-2021; Accepted: 30-11-2021; Published: 30-12-2021

ABSTRAK: Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh beberapa komposisi Zat


Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap perkecambahan dan inisiasi tunas Kurma (Phoenix dactylifera
L.) secara in vitro. Penelitian terdiri dari 2 tahap percobaan. Penelitian tahap pertama bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan ZPT Giberellin terhadap lama waktu munculnya
kecambah, jumlah eksplan berkecambah, dan panjang kecambah yang dihasilkan. Penelitian tahap
kedua bertujuan untuk mengetahui kombinasi ZPT Indhol Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino
Purin (BAP) yang mampu menginisiasi munculnya tunas pada hipokotil kurma. Penelitian
dirancang menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL). Percobaan pertama terdiri atas 3
perlakuan media, yaitu: media agar tanpa tambahan zpt (GA0); media agar dengan 50 ppm GA
(GA1); dan media agar dengan 100 ppm GA (GA2). Setiap perlakuan media terdiri atas 5 biji dan
diulang sebanyak 3 kali. Percobaan tahap kedua dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap
dengan 5 perlakuan media, yaitu: P0 (Media MS tanpa ZPT); P1 (MS + 1 ppm IAA+ 1 ppm
BAP); P2 (MS + 2 ppm IAA + 1 ppm BAP); P3 (MS + 3 ppm IAA + 1 ppm BAP); P4 (MS + 1
ppm IAA + 2 ppm BAP); dan P5 (MS + 1 ppm IAA + 3 ppm BAP). Setiap perlakuan terdiri atas 5
eksplan dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Data hasil pengamatan parameter dianalisis
dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan apabila didapatkan hasil yang signifikan dilanjutkan
dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis data percobaan pertama menunjukkan
bahwa, perlakuan dengan pemberian 50 ppm GA3 secara signifikan mempersingkat waktu
munculnya kecambah menjadi 10 hari dan jumlah eksplan berkecambah rata-rata sebanyak 4,5
eksplan. Hasil pengamatan dan analisis data pada percobaan kedua menunjukkan bahwa,
kombinasi ZPT IAA dan BAP yang secara signifikan mampu menginduksi pembentukan tunas
pada media P4 dan P5, yaitu masing-masing rata-rata sebanyak 2,83 dan 1,3 eksplan yang
membentuk tunas. Perlakuan dengan P4 secara signifikan mampu meningkatkan jumlah tunas
yang dihasilkan dengan rata-rata 2,63 tunas tiap eksplan.

Kata Kunci: Kurma (Phoenix dactylifera L.), Sukari, Inisiasi Tunas, Kultur Jaringan, Indhol
Acetic Acid (IAA), Benzyl Amino Purin (BAP).

ABSTRACT: The study was conducted to determine the effect of several compositions of growth
regulators (PGR) on germination and shoot initiation of dates (Phoenix dactylifera L.) in vitro.
The study consisted of 2 experimental stages. The first phase of the study was aimed to determine
the effect of the addition of Gibberellin PGR on the length of time the sprouts appeared, the
number of explants that germinated, and the length of the sprouts produced. The second stage of
the research was to determine the combination of PGR Indhol Acetic Acid (IAA) and Benzyl Amino
Purine (BAP) which was able to initiate the emergence of shoots in the hypocotyl of dates. The
study was designed using a completely randomized design (CRD). The first experiment consisted
of 3 media treatments, namely: agar without additional ZPT (GA0); agar medium with 50 ppm GA
(GA1); and agar medium with 100 ppm GA (GA2). Each media treatment consisted of 5 seeds and
was repeated 3 times. The second stage of the experiment was designed in a completely
randomized design with 5 media treatments, namely: P0 (MS medium without PGR); P1 (MS + 1
ppm IAA + 1 ppm BAP); P2 (MS + 2 ppm IAA + 1 ppm BAP); P3 (MS + 3 ppm IAA + 1 ppm
BAP); P4 (MS + 1 ppm IAA + 2 ppm BAP); and P5 (MS + 1 ppm IAA + 3 ppm BAP). Each
556
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

treatment consisted of 5 explants and repeated 3 times. Parameter observation data were analyzed
by Analysis of Variance (ANOVA) and if significant results were obtained, continued with the
Least Significant Difference (BNT) further test. The results of the first experimental data analysis
showed that the treatment with 50 ppm GA3 significantly shortened the time of emergence of
sprouts to 10 days and the number of explants that germinated on average was 4.5 explants. The
results of observations and data analysis in the second experiment showed that the combination of
IAA and BAP ZPT were significantly able to induce shoot formation on P4 and P5 media, which
were 2.83 and 1.3 explants that formed shoots, respectively. Treatment with P4 was able to
significantly increase the number of shoots produced by an average of 2.63 shoots per explant.

Keywords: Dates (Phoenix dactylifera L.), Sukari, Shoot Initiation, Tissue Culture, Indhol Acetic
Acid (IAA), Benzyl Amino Purine (BAP).

Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi is Licensed Under a CC BY-SA Creative Commons


Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

PENDAHULUAN
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan tanaman monokotil, berumah
dua dan tergolong ke dalam familia Aracaceae. Kurma umum tersebar dan
dibudidayakan di daerah dengan iklim kering (arid), seperti negara-negara
kawasan Afrika, Timur Tengah, semenanjung India, dan di beberapa lokasi di
benua Amerika (Zehdi-Azouzi et al., 2015). Kurma dibudidayakan karena
kandungan gizi buahnya, produktifitasnya yang meningkatkan nilai ekonomi,
serta memiliki peran dalam menjaga kelangsungan ekosistem gurun (Kria et al.,
2012).
Terdapat beberapa jenis kurma yang diimpor dan cukup populer di
Indonesia, satu diantaranya adalah jenis Sukari. Kurma Sukari banyak
dibudidayakan di Irak dan Saudi Arabia serta dipercaya mengandung banyak
nutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan. Kurma ini diketahui mengandung beberapa
jenis asam amino penting, vitamin A, dan beberapa jenis mineral seperti tembaga,
fluor, zat besi, magnesium, dan potassium. Saat ini, kurma Sukari menjadi salah
satu jenis kurma dengan kualitas premium dan populer di Indonesia (Dianti,
2021).
Secara luas, kurma masih dibudidayakan secara konvensional melalui
perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan
menggunakan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dengan anakan (offshoot).
Budidaya secara konvensional ini diketahui memiliki banyak kelemahan.
Perbanyakan dari biji terkendala waktu yang sangat lama, dimana biji kurma baru
berkecambah setelah 100 hari dan baru bisa ditanam di lapangan setelah
pembibitan selama 1 tahun. Perbanyakan menggunakan anakan hanya
menghasilkan 5-10 anakan per pohon dalam kurun waktu 15 tahun (Hamza et al.,
2016; Habila et al., 2016; Mohammadi et al., 2017). Untuk mengatasi masalah
tersebut, telah dilakukan penelitian untuk mencari metode perbanyakan kurma
yang efektif dan efisien, salah satunya melalui kultur jaringan tumbuhan.
Mikropropagasi kurma melalui kultur jaringan, dilakukan untuk
menyediakan bibit kurma secara massal yang seragam dan jenis kelamin telah
557
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

dipastikan (Bekheet, 2013). Teknik kultur jaringan yang dapat diaplikasikan pada
kurma antara lain teknik embriogenesis dan organogenesis. Kultur embriogenesis
diawali pembentukan kalus embrionik yang kemudian berdiferensiasi membentuk
tunas. Kultur organogenesis dilakukan melalui inisiasi tunas secara langsung dari
berbagai bagian tanaman, dimana tunas yang terbentuk akan memiliki sifat yang
identik dengan induknya. Kedua teknik kultur jaringan ini dapat menghasilkan
plantlet dan bibit tanaman dalam jumlah banyak, karena dapat diproduksi dari
setiap bagian tanaman (Bekheet, 2013; Mohammadi et al., 2017).
Terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kultur jaringan,
beberapa diantaranya adalah jenis media, jenis dan konsentrasi zat pengatur
tumbuh, serta sumber eksplan yang digunakan (Khan & Tabassum, 2012). Media
yang umum digunakan pada kultur jaringan tumbuhan adalah media Murashige-
Skoor (MS). Media MS memiliki komposisi makronutrient dan mikronutrien yang
lebih lengkap dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Jenis dan konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) yang ditambahkan pada media memberikan respon
pertumbuhan yang berbeda pada tiap eksplan tanaman. Inisiasi tunas biasanya
diberikan oleh perbandingan konsentrasi ZPT sitokinin yang lebih tinggi dengan
auksin (Thiripurasundari & Rao, 2012; Nasri et al., 2013). Jenis eksplan yang
dapat digunakan adalah bagian tumbuhan yang memiliki sifat meristematik tinggi,
seperti jaringan pada kecambah, embrio pada biji, daun atau batang muda, dan
bunga (Khan & Tabassum, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh zat pengatur tumbuh pada proses perkecambahan biji dan inisiasi tunas
eksplan hipokotil kurma Sukari. ZPT yang digunakan adalah Giberelat Acid
(GA3) untuk inisiasi perkecambahan, Indole Asetic Acid (IAA) dan Benzyl Amino
Purin (BAP) untuk inisiasi tunas.

METODE
Deskripsi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Imunobiologi, Universitas
Mataram pada bulan Maret-Agustus 2021. Penelitian berlangsung dalam 2 tahap
yang dilakukan pada kondisi aseptis.
Tahap pertama adalah inisiasi perkecambahan biji kurma kultivar Sukari
secara in vitro. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat
pengatur tumbuh Giberellin terhadap lama waktu munculnya kecambah dan
panjang kecambah yang dihasilkan. Penelitian pada tahap pertama dirancang
menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan media; media
agar tanpa tambahan ZPT (GA0), media agar dengan 50 ppm Giberellin (GA1),
dan media agar dengan 100 ppm GA (GA2). Setiap perlakuan media terdiri atas 5
biji dan diulang sebanyak 3 kali.
Tahap selanjutnya adalah inisiasi tunas kurma dari eksplan hipokotil.
Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan
media; P0 (Media MS tanpa ZPT), P1 (MS + 1 ppm IAA + 1 ppm BAP), P2 (MS
+ 2 ppm IAA + 1 ppm BAP), P3 (MS + 3 ppm IAA + 1 ppm BAP), P4 (MS + 1

558
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

ppm IAA + 2 ppm BAP), dan P5 (MS + 1 ppm IAA + 3 ppm BAP). Setiap
perlakuan terdiri atas 5 eksplan dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipakai pada penelitian, antara lain: Laminar Air Flow
(LAF), Autoclave, Shaker, Heater dan Magnetic Stirrer, pH meter, alat gelas
(gelas ukur, gelas Bekker, botol kultur, dan cawan petri), pinset, scapel, bunsen,
kertas aluminium, plastik clingwrap, karet gelang, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah: biji kurma jenis Sukari, media
Murashige-Skoog, zat pengatur tumbuh Giberelin Acid (GA), Indole Asetic Acid
(IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP), aquades, fungisida score-250, alkohol
95%, alkohol 75%, natrium hipoklorit (merek Bayclean), larutan asam klorida
(HCl) pekat, HCl 1 Molar, dan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 Molar.
Inisiasi Kecambah Biji Kurma
Inisiasi kecambah biji kurma dilakukan dengan menanam biji kurma jenis
Sukari pada beberapa komposisi media. Perlakuan dan sterilisasi biji kurma
sebelum ditanam dilakukan dengan mengadopsi metode yang dilakukan oleh
Nufus et al. (2021). Biji kurma dibersihkan di bawah air mengalir, kemudian
direndam dengan air selama 30 menit, dilanjutkan dengan merendam dalam
larutan HCl pekat selama 30 menit untuk mematahkan dormansi.
Sterilisasi dilakukan secara bertingkat dengan menggojog biji kurma
dalam larutan fungisida score-250 10% selama 15 menit, kemudian dibilas
dengan aquades steril selama 10 menit. Sterilisasi dilanjutkan dengan menggojog
biji kurma dalam larutan Bayclean 25% selama 5 menit, dan dilanjutkan dengan
larutan alkohol 75% selama 5 menit. Biji kurma kemudian dibilas dengan digojog
dalam aquades steril sebanyak 3 kali. Biji kurma kemudian ditanam di dalam
media selama 30 hari. Hipokotil yang berasal dari kecambah tersebut digunakan
sebagai eksplan untuk inisiasi pembentukan tunas.
Inisiasi Pembentukan Tunas Kurma
Inisiasi tunas kurma dilakukan dengan menanam hipokotil ke dalam media
perlakuan secara aseptis di dalam Laminar Air Flow (LAF). Teknik pengerjaan
mengikuti Nufus et al. (2021). Hipokotil kurma yang berasal dari kecambah
berusia 30 hari dipotong dengan ukuran ± 5 mm. Hipokotil kemudian ditanam
pada media MS dengan perlakuan: perlakuan media yang digunakan adalah P0
(Media MS tanpa ZPT), P1 (MS + 1 ppm IAA + 1 ppm BAP), P2 (MS + 2 ppm
IAA + 1 ppm BAP), P3 (MS + 3 ppm IAA + 1 ppm BAP), P4 (MS + 1 ppm IAA
+ 2 ppm BAP), dan P5 (MS + 1 ppm IAA + 3 ppm BAP). Pengamatan parameter
dilakukan 60 hari setelah tanam (HST).
Pengamatan dan Deskripsi Parameter
Pengamatan dan deskripsi parameter dilakukan pada 2 tahap, yaitu: 1)
selama 30 hari setelah inisiasi perkecambahan; dan 2) selama 60 hari sejak
penanaman hipokotil. Parameter pengamatan pada tahap 1, antara lain: a) waktu
munculnya kecambah; b) jumlah eksplan yang berkecambah; dan c) panjang
kecambah pada tiap perlakuan. Data hasil pengamatan kemudian dianalisis
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) satu arah. Parameter yang diamati
pada tahap 2 adalah respon pertumbuhan hipokotil kurma pada tiap perlakuan,
559
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

jumlah eksplan membentuk tunas, dan jumlah tunas yang terbentuk pada tiap
eksplan. Analisis data tahap 2 dilakukan secara deskriptif untuk parameter respon
pertumbuhan, dan Analysis of Variance (ANOVA) untuk parameter jumlah
eksplan yang membentuk tunas dan jumlah tunas yang terbentuk pada tiap
eksplan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Inisiasi Perkecambahan Biji Kurma Sukari
Inisiasi perkecambahan dilakukan dengan menanam biji kurma sukari
pada media perlakuan: GA0 (kontrol), GA1 (agar + 50 ppm GA), dan GA2 (agar
+ 100 ppm GA). Pengamatan parameter dilakukan sejak 1 HST hingga 50 HST
meliputi: lama waktu munculnya kecambah, jumlah eksplan yang berkecambah,
dan panjang kecambah pada tiap-tiap perlakuan. Data hasil pengamatan dan
pengukuran parameter disajikan pada Gambar 1.

16 15
14
14 a
a
12
10
10 WAKTU (Hari)
7.83 7.66 b 7.66
8 jumlah eksplan
berkecambah
6 a a
4.5a panjang kecambah
4
2 2
2 b
a
0 a
GA0 GA1 GA2

Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Inisiasi Perkecambahan.

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 1 hasil pengamatan


inisiasi perkecambahan biji kurma Sukari, perlakuan dengan penambahan ZPT
Giberelin hanya memberikan hasil yang secara signifikan pada parameter lama
waktu munculnya kecambah dan jumlah eksplan yang berkecambah. Perlakuan
GA2 dengan penambahan 100 ppm GA mampu meningkatkan jumlah eksplan
yang berkecambah yaitu rata-rata sebanyak 4,5 eksplan, dan mempersingkat lama
waktu munculnya kecambah rata-rata menjadi hanya 10 hari. Pada perlakuan
dengan pemberian 50 ppm GA dan kontrol, lama waktu munculnya kecambah
berturut-turut adalah 14 dan 15 HST, dimana tiap-tiap perlakuan rata-rata hanya
menghasilkan 2 kecambah.
Perlakuan dengan penambahan hormon GA tidak memberikan hasil yang
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (GA0) pada parameter panjang
560
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

kecambah. Rata-rata panjang kecambah untuk setiap perlakuan berturut-turut


adalah 7,83 cm; 7,66 cm; dan 7,66 cm pada perlakuan GA0, GA1, dan GA2 tersaji
pada Gambar 2.

(a) (b) (c)


Gambar 2. Inisiasi Perkecambahan Biji Kurma Sukari.
Keterangan: (a) GA0; (b) GA1 (agar + 50 ppm GA); dan (c) GA3 (agar + 100 ppm GA).

Inisiasi Tunas pada Hipokotil Kurma


Pengamatan dan pengukuran parameter dilakukan sejak 1 HST hingga 60
HST. Parameter yang diamati adalah respon pertumbuhan tiap eksplan, rata-rata
jumlah eksplan yang membentuk tunas, dan rata-rata jumlah tunas pada tiap-tiap
eksplan. Secara garis besar, eksplan hipokotil kurma pada masing-masing
perlakuan menunjukkan respon pertumbuhan yang berbeda. Hasil pengamatan dan
pengukuran masing-masing parameter ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Pengukuran Tiap Parameter pada Inisiasi Tunas dari
Hipokotil Kurma Sukari.
Parameter Pengamatan
Rata-rata Jumlah
Perlakuan Jumlah Tunas Tiap
Respon Pertumbuhan Eksplan Membentuk
Eksplan
Tunas
P0 Tiap ujung hipokotil 0 0
mencoklat.
P1 Terjadi pertumbuhan 0 0
dan pemanjangan sel.
P2 Terjadi pertumbuhan 0 0
dan pemanjangan sel.
P3 Terjadi pertumbuhan 0 0
dan pemanjangan sel.
P4 Terjadi pertumbuhan , 2.66 2.67
bagian tengah hipokotil
pecah, keluar tunas.
P5 Terjadi pertumbuhan , 1.33 1.33
bagian tengah hipokotil
pecah, keluar tunas.

Hasil pengamatan eksplan yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan


adanya perbedaan respon pertumbuhan pada tiap perlakuan. Pada perlakuan P0
(media MS tanpa penambahan ZPT), eksplan hipokotil tidak menunjukkan
561
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

pertumbuhan, ditunjukkan dengan ukuran eksplan yang tidak bertambah dan


ujung-ujung eksplan mencoklat. Perlakuan P1, P2, dan P3 hanya memberikan
respon pertumbuhan berupa pemanjangan sel dan tidak terbentuk tunas pada
hipokotil. Gambar 3 menunjukkan respon pertumbuhan tiap eksplan hipokotil
kurma pada masing-masing media perlakuan.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 3. Respon Pertumbuhan Hipokotil Kurma pada Masing-masing Perlakuan.
Keterangan: (a) P0; (b) P1; (c) P2; (d) P3; (e) P4; dan (f) P5.

Respon pertumbuhan eksplan pada perlakuan P4 dan P5 berbeda dengan


perlakuan lainnya, karena menunjukkan terbentuknya tunas pada bagian tengah
eksplan. Pembentukan tunas diawali dengan pemanjangan sel pada hipokotil. Pada
hari ke-35 setelah tanam, bagian tengah hipokotil membelah/merekah. Dari
rekahan tersebut, muncul struktur yang awalnya seperti hipokotil dan lambat laun
memanjang, kemudian ujungnya membentuk daun seperti pada Gambar 3d dan
3e.
Analisis ANOVA terhadap parameter jumlah eksplan yang membentuk
tunas dan jumlah tunas yang terbentuk pada tiap eksplan menunjukkan bahwa,
perlakuan jenis media tanam memberikan hasil yang signifikan terhadap kedua
parameter tersebut. Perlakuan dengan P4 menghasilkan rata-rata eksplan yang
membentuk tunas sebanyak 2,66 dengan rata-rata jumlah tunas tiap eksplan

562
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

sebesar 2,83. Jumlah rata-rata eksplan yang membentuk tunas pada perlakuan P5
sebanyak 1,33 dengan rata-rata jumlah tunas yang terbentuk tiap eksplan sebanyak
1,33, seperti ditampilkan pada Gambar 4.

3
2.83
2.66
2.5

2
rata-rata eksplan
1.5 membentuk tunas
1.33
rata-rata jumlah tunas
1 tiap eksplan

0.5

0 0 0 0 0
P0 P1 P2 P3 P4 P5

Gambar 4. Hasil Pengamatan Inisiasi Tunas pada Hipokotil Kurma Sukari.

Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan menggunakan bagian-bagian tanaman, seperti: protoplasma, sel, jaringan,
dan organ, secara in vitro dalam keadaan aseptis. Keberhasilan perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
sumber eksplan serta komposisi media, terutama jenis dan konsentrasi ZPT yang
digunakan.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah mampu merangsang, menghambat, dan merubah
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. ZPT merupakan bahan tambahan
esensial yang ditambahkan pada media tanam kultur jaringan tumbuhan. Berbagai
jenis ZPT memberikan hasil yang berbeda bila diaplikasikan pada konsentrasi dan
jenis tanaman tertentu.
Pada inisiasi perkecambahan biji kurma Sukari digunakan 2 konsentrasi
hormon GA yang ditambahkan pada media agar. Hasil analisis sidik ragam
ANOVA menunjukkan bahwa, pemberian GA memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap waktu perkecambahan dan jumlah kecambah pada tiap
eksplan. Konsentrasi GA3 sebesar 50 ppm mampu mempercepat terjadinya
perkecambahan menjadi hanya selama 10 hari. Pemberian GA3 juga mampu
meningkatkan jumlah eksplan yang berkecambah. Hasil ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa GA mampu membantu mematahkan dormansi biji dan
menginisiasi perkecambahan pada biji. Giberelin bekerja pada awal
perkecambahan dengan menghasilkan enzim-enzim hidrolitik yang menghidrolisis
amilum (amylase) dan protein (protease) pada biji, yang nantinya akan digunakan
563
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

sebagai sumber makanan. Selain itu, Giberelin juga merangsang perkecambahan


sel dengan menginduksi/mengaktivasi dinding sel, dan bertindak sebagai
rangsangan untuk penonjolan embrio/radikel (Bewly et al., 2013).
Menurut Asra et al. (2014), perendaman biji Calopogonium caeruleum
dengan 500 ppm GA3 selama 24 jam mampu meningkatkan persentase
perkecambahan biji sebesar 57,33%. GA3 mampu mematahkan dormansi benih,
terutama benih yang keras dan kemungkinan mengandung lebih sedikit GA
endogen. Rusmin et al. (2014) menyebutkan bahwa, pemberian GA3 mampu
meningkatkan kecepatan perkecambahan, indeks vigor, dan daya kecambah benih
purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) yang diketahui berkulit keras dan bersifat
dorman, sebagaimana struktur biji kurma Sukari.
Perlakuan penambahan ZPT pada media tidak menunjukkan peningkatan
signifikan terhadap panjang kecambah yang dihasilkan. Hasil tersebut berbanding
terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfiani & Rahmawati (2019) yang
menyebutkan bahwa, penambahan GA3 memberikan hasil yang berbeda nyata
terhadap peningkatan panjang kecambah biji kurma jenis Mozafati. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan struktur antara biji kurma Sukari
dan Mozafati. Sebagaimana diketahui, perbedaan respon pertumbuhan tanaman
pada kultur jaringan juga disebabkan oleh sumber eksplan yang berbeda.
Inisiasi pertumbuhan tunas dari eksplan hipokotil kurma Sukari dilakukan
dengan pemberian beberapa kombinasi konsentrasi ZPT auksin dan sitokinin
(IAA dan BAP). Hasil pengamatan analisis data menunjukkan adanya perbedaan
signifikan yang diberikan oleh perlakuan pada parameter penelitian. Perlakuan
dengan pemberian beberapa kombinasi ZPT memberikan respon pertumbuhan
eksplan yang berbeda. Perlakuan P0 (tanpa ZPT) tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan pada eksplan hipokotil kurma. Perlakuan P1 (1 ppm IAA + 1 ppm
BAP), P2 (2 ppm IAA + 1 ppm BAP), dan P3 (3 ppm IAA + 1 ppm BAP) hanya
menunjukkan pertumbuhan sel berupa pemanjangan hipokotil, sedangkan
perlakuan P3 (2 ppm BAP + 1 ppm IAA) dan P4 (3 ppm BAP + 1 ppm IAA)
menunjukkan adanya inisiasi tunas pada eksplan.
Perpanjangan sel yang terjadi pada perlakuan P1-P3 disebabkan oleh
konsentrasi auksin yang relatif tinggi. Sebagaimana disampaikan oleh Campbell
& Reece (2012), auksin berperan dalam pemanjangan sel pada tunas-tunas muda
yang sedang berkembang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nufus et al.
(2021), yang melaporkan adanya respon pertumbuhan berupa perpanjangan sel
pada hipokotil kurma Barari Madu dengan pemberian ZPT kombinasi ZPT auksin
(Naphtalene Acetat Acid/NAA) yang lebih tinggi dari sitokinin (Benzyl
Adenopurin/BAP).
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan sebelumnya oleh
Mazri (2012) menyebutkan bahwa, penambahan 1-5 mg/L 2-naphthoxyacetic acid
(NOA), 1 mg/L NAA, 1 mg/L indole-3-acetic acid (IAA) dan 0,1-3 mg/L 6-
(dimethylallylamino) purin (2iP) pada media MS untuk eksplan yang diperoleh
dari hipokotil, media MS dengan penambahan 2 mg/L 2ip, 1 mg/L BAP, 1 mg/L
NAA dan 1 mg/L NOA untuk kultivar Maktoom, MS dengan penambahan 1
mg/L BAP dan 0,5 mg/L thidiazuron (TDZ) untuk kultivar Hillawi, dan MS
564
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

dengan penambahan 4 mg/L IBA dan 1 mg/L BAP untuk kultivar Asil mampu
menginduksi pembentukan tunas. Kemungkinan besar hal ini dapat terjadi karena
sumber eksplan yang digunakan berasal dari varietas yang berbeda.
Perlakuan dengan konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi dari auksin (P4
dan P5) menghasilkan terbentuknya tunas pada eksplan. Perlakuan P4 (1 ppm
IAA + 2 ppm BAP) menghasilkan rata-rata 2,66 eksplan membentuk tunas dengan
jumlah rata-rata tunas tiap eksplan sebanyak 2,83, lebih tinggi dari perlakuan P5
(1 ppm IAA + 3 ppm BAP) dimana rata-rata eksplan yang menghasilkan tunas
sebanyak 1,33 dan rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan juga sebanyak 1,3.
Inisiasi tunas yang dihasilkan oleh P4 dan P5 disebabkan oleh konsentrasi
sitokinin (BAP) yang lebih tinggi dibandingkan dengan auksin. Sebagaimana
telah diketahui, kombinasi antara sitokinin yang lebih tinggi dari auksin pada
umumnya dapat merangsang pembentukan tunas pada eksplan. Sitokinin
diketahui berperan dalam pembelahan sel serta organogenesis. Sitokinin yang
ditambahkan ke dalam media dapat menginduksi pembentukan tunas pada
eksplan. Sitokinin dalam bentuk BAP berpotensi dalam induksi tunas. Ini sejalan
dengan penelitian yang dilaporkan oleh Wahyuni et al. (2014), pemberian BAP
secara tunggal mampu menginduksi pembentukan tunas pada tanaman Gaharu.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sejalan dengan beberapa
penelitian serupa, antara lain: Wiranata & Nugrahanti (2013) melaporkan bahwa,
konsentrasi 2 mg/L BA mampu meningkatkan tinggi dan diameter tunas kurma;
Effendi (2019) menyebutkan bahwa, pemberian konsentrasi 2 ppm BA mampu
mempercepat waktu munculnya tunas pada eksplan poros embrio kurma kultivar
Mozafati. Khan & Tabassum (2012), menyebutkan bahwa penambahan 0,5 mg/L
BA + 0,5 mg/L Kinetin mempengaruhi jumlah tunas kurma var. Dhakki sebanyak
7,95 tunas pada 6 minggu setelah tanam.

SIMPULAN
Perlakuan dengan penambahan 50 ppm GA3 secara signifikan mampu
meningkatkan jumlah eksplan yang berkecambah dan jumlah kecambah tiap
eksplan, akan tetapi tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap panjang
kecambah tiap eksplan biji kurma Sukari. Kombinasi perlakuan dengan beberapa
konsentrasi IAA dan BAP memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap inisiasi
tunas kurma Sukari. Perlakuan dengan kombinasi 1 ppm IAA dan 2 ppm BAP
menghasilkan jumlah eksplan yang menghasilkan tunas terbanyak yaitu rata-rata
2,83 eksplan, dan jumlah tunas pada tiap eksplan tertinggi yaitu rata-rata 2,67
tunas per eksplan.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pertumbuhan tunas
yang dihasilkan pada perlakuan P4.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Laboratorium Imunobiologi, Universitas Mataram
yang telah menyediakan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan.
565
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

DAFTAR RUJUKAN
Alfiani, L.K., dan Rahmawati, E. (2019). Pengaruh Biological Asset Intensity,
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan
Manajerial, dan Jenis KAP terhadap Pengungkapan Aset Biologis (pada
Perusahaan Agrikultur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2017). Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia, 3(2), 163-178.
Asra, A., Irawan, P.B., dan Purwoto, A. (2014). Metode Penelitian Survei. Bogor:
In Media.
Bekheet, S. (2013). Date Palm Biotechnology in Egypt (Review Article). App.
Sci. Report, 3(3), 144-152.
Bewley, J.D., Bradford, K.J., Hilhorst, H.W.M., and Nonogaki, H. (2013). Seeds:
Physiology of Development, Germination and Dormancy. New York:
Springer.
Campbell, N., dan Reece, J.B. (2012). Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Dianti, T.N. (2021). Retrieved October 20, 2021, from Beragam Manfaat Kurma
Sukari untuk Kesehatan. Interactwebsite:
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1405-
beragam-manfaat-kurma-sukari-untuk-kesehatan.
Effendi, S.R.N. (2019). Induksi Tunas dari Poros Embrio Kurma (Phoenix
dactyla) var. Mozafati dengan Penambahan 6-Benzyl Amino Purin dan 1-
(NAA) melalui Kultur In Vitro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Habila, S., Ali, D., and Salihu, F.H. (2016). Breaking of Dormancy and Its Effects
on Seeding Establishment of Date Palm (Phoenix dactylifera L.). Journal
of Natural Sciences Research, 6(12), 1-5.
Hamza, H., Mrabet, A., and Jimenez-Araujo, A. (2016). Date Palm Parthenocarpic
Fruits (Phoenix dactylifera L.) cv. Deglet Nour: Chemical
Characterization, Functional Properties and Antioxidant Capacity in
Comparison with Seeded Fruits. Scientia Horticulturae, 211, 352-357.
Khan, S., and Tabassum, B.B. (2012). Direct Shoot Regeneration System for Date
Palm (Phoenix dactylifera L.) cv. Dhakki as a Means of Micropropagation.
Pak. J. Bot, 44(6), 1965-1971.
Kria, W., Sghaier-Hammami, B., Masmoudi-Allouche, F., Benjema-Masmoudi,
R., and Dria, N. (2012). The Date Palm (Phoenix dactylifera L.)
Micropropagation Using Completely Mature Female Flowers. Comptes
Rendus Biologies, 3, 194-204.
Mazri, M.A. (2012). Effect of Liquid Media and In Vitro Pre-Acclimatiation
Stage on Shoot Elongation and Acclimatization of Date Palm (Phoenix
dactylifera L.) cv. Najda. Journal of Ornamental and Horticultural
Plants, 2(4), 225-231.
Mohammadi, N., Rastgoo, S., and Izadi, M. (2017). The Strong Effect of Pollen
Source and Pollination Time on Fruit Set and The Yield of Tissue Culture
Derived Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Trees Cv. Barhee. Scientia
Horticulturae, 224, 343-350.

566
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi
E-ISSN 2654-4571; P-ISSN 2338-5006
Vol. 9, No. 2, December 2021; Page, 556-567
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/bioscientist

Nasri, H., Nematbakhsh, M., Ghobadi, S., Ansari, R., Shahinfard, N., Rafieian-
Kopaei, M. (2013). Preventive and Curative Effects of Ginger Extract
Against Histopathologic Changes of Gentamicin-Induced Tubular Toxicity
in Rats. Int J Prev Med, 4(3), 316-321.
Nufus, N.H., Nikmatullah, A., dan Sarjan, M. (2021). Respon Pertumbuhan
Hipokotil Kurma (Phoenix dactyla) cv. Barari Madu pada Beberapa
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Secara In Vitro. Bioscientist : Jurnal
Ilmiah Biologi, 9(1), 240-247.
Rusmin, Astami, E., and Hartadi, B. (2014). The Impact of Surplus Free Cash
Flow and Audit Quality on Earnings Management: The Case of Growth
Triangle Countries. European Journal of Marketing, 22(3), 1-10.
Thiripurasundari, U., and Rao, M.V. (2012). Indirect Organogenesis from Nodal
Explants of Coccinia grandis (L.) Voigt. Indian Journal of Biotechnology,
11, 352-354.
Wahyuni, S.R., Lestari, W., dan Novriyanti, E. (2014). Induksi In Vitro Tanaman
Gaharu (Aqualaria microcarpa Baill) dari Eksplan Tunas Aksilar dengan
Penambahan 6-Benzylaminopurine (BAP). Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1-10.
Wiranata, Y.A., dan Nugrahanti, Y.W. (2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 15(1), 15-26.
Zehdi-Azouzi, S., Cherif, E., Moussouni, S., Gros-Balthazard, M., Naqvi, S.A.,
Luden˜a, B., Castillo, K., Chabrillange, N., Bouguedoura, N., Bennaceur,
M., Si-Dehbi, F., Abdoulkader, S., Daher, A., Terral, J.F., Santoni, S.,
Ballardini, M., Mercuri, A., Salah, M.B., Othmani, A., Littardi, C., Salhi-
Hannachi, A., Kadri, K., Pintaud, J.C., Aberlenc-Bertossi, F. (2015).
Genetic Structure of The Date Palm (Phoenix dactylifera) in The Old
World Reveals a Strong Differentiation between Eastern and Western
Populations. Annals of Botany, 116(1), 101-112.

567

Anda mungkin juga menyukai