Bab 2 Profil Wilayah Studi
Bab 2 Profil Wilayah Studi
Bab 2 Profil Wilayah Studi
Sedangkan secara geografis Wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak antara 115 o
46’ dan 116o 28’ Bujur Timur dan dan 8 o 12’ - 8 o 55’ Lintang Selatan. Ibu Kota
Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung, sekaligus sebagai pusat Pemerintahan,
mempunyai luas wilayah ± 2.215,11 Km² yang terdiri dari daratan seluas ± 862,62
Km² dan lautan seluas ± 1.352 Km².
Wilayah daratan Kabupaten Sumbawa Besar tahun 2004 seluas 184.902 ha,
mencakup lima kecamatan dengan urutan dari yang terluas hingga tersempit adalah
Kecamatan Jereweh 31,08%, Kecamatan Taliwang 27,93 %, Kecamata Sekongkang
16,50%, Kecamatan Seteluk 13,00%, dan Kecamatan Brang Rea 11,50% dari luas
Kabupaten. Selanjutnya dalam perkembangannya sampai dengan tahun 2008,
Wilayah Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat telah dimekarkan menjadi 8
(delapan) Kecamatan, yakni Kecamatan Poto Tano dengan Luas 15,888 ha yang
terdiri dari 6 desa/desa persiapan, Kecamatan Seteluk dengan luas wilayah 23.621 ha
yang terdiri dari 7 desa, Kecamatan Brang Rea dengan Luas mencapai 21.207 ha
yang terdiri dari 4 desa, Kemudian Kecamatan Brang Ene dengan luas wilayah
14.090 ha yang terdiri dari 5 desa, Kecamatan Taliwang sebagai Ibu Kota Kabupaten
memiliki luas wilayah 37.593 ha yang terdiri dari 6 Kelurahan dan 7 desa,
selanjutnya Kecamatan Jereweh memiliki luas 26.019 ha yang terdiri dari 4 desa,
Kecamatan Maluk dengan luas wilayah 9.242 ha yang terdiri dari 5 desa dan
Kecamatan Sekongkang yang terletak di ujung Selatan Kab. Sumbawa Barat
memiliki luas wilayah 37.242 ha yang terdiri dari 6 desa.
2.3. Topografi
Kabupaten Karangasem terletak di ujung timur Pulau Bali yang merupakan salah
satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Propinsi Bali memiliki daerah pantai
dan pegunungan dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Bali.
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia .
Sebelah Barat : Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng.
Sebelah Timur : Selat Lombok.
1. Ketinggian 0 - 100 meter di atas permukaan laut, memiliki luas sebesar 34.
800 Ha atau 40,80% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat.
Kabupaten Lombok Utara berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan ibukota
Tanjung, dibagi menjadi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Kecamatan Gangga,
Kecamatan Tanjung, Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Pemenang. Adapun batas
wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Kabupaten Lombok Utara merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2008, luas Kabupaten Lombok Utara adalah 80.675 hektar atau 806,75 km².
Keadaan Topografi wilayah Kabupaten Sumbawa Besar cukup beragam, mulai dari
datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0
hingga 1.730 mdpl, meliputi datar seluas 21.822 hektar (11,80%), bergelombang
seluas 16.369 hektar (8,83%), curam seluas 53,609 hektar (28,999%), dan sangat
curam seluas 93.102 hektar (50,35%) ketinggian untuk kota-kota kecamatan di KSB
berkisar antara 10 sampai 650 mdpl.
Topografi semakin datar sebagian besar digunakan untuk kegiatan pertanian dan
lokasi permukiman, sedang topografi semakin curam merupakan kawasan hutan
Beberapa modal dasar yang dapat dijadikan modal dasar pembangunan selama tahun
2009-2014 mendatang adalah sebagai berikut :
1. Sumbar Daya Alam : perbukitan dan pesisir pantai yang sangat luas, serta
lahan/tanah pertanian, perkebunan, kecamatan Sekotong Tengah merupakan
daerah penghasil emas, ikan dan kayu, kerena hampir semua Desa di wilayah
ini memiliki perbukitan dan pesisir disamping juga penghasil kelapa untuk
wilayah perkebunan.
Pengkajian potensi unggulan daerah akan mendapat gambaran yang lebih tajam
apabila berangkat dari luas wilayah di Kabupaten Lombok Utara seluas 809,55 Km 2.
Luas wilayah tersebut diturunkan menjadi wilayah efektif 218,58 Km 2 (27%) dan
wilayah tidak efektif 590,97 Km2 (73%), demi pengembangan dan peningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat maka wilayah tidak efektif bisa masuk ke kategori
wilayah efektif dengan introduksi teknologi terapan. Untuk memberikan gambaran
sebagai penentu kebijakan ke depan, wilayah daratan Kabupaten Lombok Utara di
bagi menjadi dua kategori yakni lahan sawah dan lahan kering. Luas lahan sawah
dan lahan kering di Kabupaten Lombok Utara Dilihat dari distribusi lahan di atas,
Kabupaten Lombok Utara di dominasi oleh lahan kering sebesar 89,7 % dan sisanya
lahan sawah hanya seluas 10,3 %. Lahan kering yang luas tersebut merupakan
tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk pengelolaan dan
pengembangannya, agar lahan tersebut menjadi lahan berpotensi tidak terlepas dari
introduksi kebijakan seperti kebijakan Pemerintah Daerah untuk menjaga kelestarian
kawasan hutan dan marga satwa.
Dengan lestarinya kawasan hutan maka akan berdampak pada tersedianya sumber
mata air yang secara otomatis akan memperluas lahan sawah yang bisa dimanfaatkan
untuk tanaman komoditi unggulan. Berbicara potensi tidak terlepas dengan kajian
wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor nomor
129 tahun 2000, yang dimaksud Wilayah Efektif adalah wilayah yang dapat
dimanfaatkan untuk kawasan budidaya di luar kawasan lindung. Wilayah efektif di
Kabupaten Lombok Utara 21.858 Ha (218.58 Km2) yang digunakan untuk berbagai
jenis kegiatan, diantaranya; pertanian, perkebunan, perikanan tambak, industri,
pariwisata, pelabuhan, pemukiman, dan lain-lain.
Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas
(selain hutan) berupa tegalan/kebun, ladang/huma, lahan pengembalaan/padang
rumput dan perkebunan dengan total luas 15.171 hektar (8,20 % dari laus KSB),
sedang lahan kering dengan penggunaan lain-lain dan sementara tidak diusahakan
Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tada hujan umumnya dimanfaatkan
untuk kegiatan usaha tani padi dan palawijah (terutama kedele). Sementara itu lahan
penggunaan lainnya berupa sawa-sawa/tidak ditanami, tambak dan
kolam/tebet/empang.
Lahan KSB yang digunakan sebagai lokasi obyek wisata alam, dalam empat tahun
terakhir berkembang cukup pesat seiring dengan beroperasinya pertambangan emas
P.T NNT diwilayah tersebut. Jumlah lokasi obyek wisata alam yang potensial di
Kabupaten tersebut sebanyak 10 lokasi, terdiri atas 7 obyek wisata pantai yang ramai
dikunjungi Wisatawan mancanegara dan domistik, diantaranya Pantai Pasir Putih
Poto Tano seteluk dan pulau-pulau kecil disekitarnya, Pantai Poto Batu dan Balat
Taliwang, Pantai Jelenga Jereweh dan Pantai Maluk, serta Pantai Sekongkang.
Sementara itu obyek wisata alam darat dan air yang banyak dikunjungi dan sekaligus
memberikan manfaat ekonomi magi masyarakat di wilayah tersebut adalah
Danau/Lebo Taliwang yang menghasilkan aneka jenis ikan air tawar.
2.5. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Karangasem tahun 2009 berdasarkan hasil registrasi
penduduk adalah 432.791 jiwa, terdiri dari 216.401 jiwa laki-laki dan 216.390 jiwa
perempuan. Dengan jumlah rumah tangga 114.986. Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Sidemen yaitu, sebesar 970 jiwa per km2 dan
kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kubu yaitu sebesar
305 jiwa per km2. Kepadatan penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalaah
sebesar 516 jiwa per km2. Sex ratio sebesar 100,01 yang 73 menunjukan jumlah
penduduk laki-laki lebih besar dari penduduk perempuan, kecuali Kecamatan
Sidemen dan Selat memiliki sex ratio lebih kecil dari 100 yang berarti jumlah
penduduk perempuan lebih besar dari penduduk laki-laki. Gambaran mengenai
ketenaga kerjaan Kabupaten Karangasem berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
menunjukkan angkatan kerja pada tahun 2009 adalah 236.309 orang (83,12%),
dimana penduduk yang bekerja sebanyak 228.473 orang (80,36%) yang mencari
Di lihat dari struktur umur lima tahunan maka terlihat adanya perubahan yang cukup
berarti dalam komposisi penduduk selama periode 2010 hingga 2014. Terjadi
peningkatan penduduk usia tua, yakni mulai usia 40 hingga 75 tahun ke atas.
Peningkatan ini tentunya menjadi cerminan bahwa derajat kesehatan masyarakat
telah mengalami perbaikan sehingga mereka bisa hidup lebih lama. Di sisi lain,
pemerintah perlu mengantsipasi terjadinya lonjakan penduduk usia tua, terutama
mereka yang berusia 65 tahun ke atas, karena mereka tidak lagi produktif. Apabila
produkifitas penduduk usia 15-64 tahun tidak ditingkatkan, lonjakan penduduk usia
tua akan bias berdampak negatif terhadap meningkatnya beban hidup penduduk.
Fenomena demografi lainnya yang terjadi selama 2010-2014 adalah menurunnya
angka kelahiran. Hal ini terlihat dari turunnya jumlah penduduk balita dibandingkan
dengan kondisi 4 tahun yang lalu.
Pertumbuhan jumlah penduduk Kecamatan Lembar cukup pesat, ini terlihat dari
kenaikan jumlah penduduk dari 45.461 jiwa di tahun 2012 menjadi 47.793 jiwa pada
tahun 2014. Jumlah rumah tangga di Kecamatan Lembar setiap tahunnya rata-rata
meningkat sebanyak 1,01 persen. Adapun sex ratio, dalam periode tahun 2012-2014,
rasio jenis kelamin selalu berada di kisaran 89- 99 persen yang artinya jumlah
penduduk perempuan di Lembar lebih banyak dari pada penduduk laki-lakinya.
Tabel 2.3 Penduduk Kecamatan Lembar dan Sex ratio Menurut Desa dan Jenis
Kelamin Tahun 2014
Tercatat dari Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk Kecamatan
Kayangan mencapai 37.413 jiwa dengan sex ratio sebesar 0,96. Artinya jumlah
penduduk perempuan lebih banyak (19.079 jiwa) dibandingkan dengan jumlah
penduduk lakilaki (18.334 jiwa). Dari desa-desa yang ada di Kecamatan Kayangan,
Desa Sesait yang memiliki penduduk paling banyak (7.958 jiwa) dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 0,99. Jumlah penduduk yang
terbanyak di Desa Sesait berbanding lurus dengan jumlah dusun yang terbanyak.
Berikut, grafik 3, adalah perbandingan penduduk di Kecamatan Kayangan dari tahun
2000 sampai 2010. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa dari tahun 2000
sampai tahun 2009 selalu terjadi kenaikan jumlah penduduk. Namun, tahun 2010
terjadi penurunan jumlah penduduk yang cukup signifikan sebanyak 11,24 persen.
Dependency ratio semakin kecil semakin bagus karena semakin sedikit usia tidak
produktif yang ditanggung oleh usia produktif. Dengan demikian, Desa Kayangan
memiliki dependency ratio yang paling bagus diantara desa lainnya di Kecamatan
Kayangan. Dependency ratio desa Kayangan sebesar 0,53, yaitu setiap 100 orang
usia produktif di Desa Kayangan menanggung 53 usia tidak produktif di desa
tersebut.
Penduduk merupakan sumber daya paling penting dalam suatu upaya pembangunan
daerah. Keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat mempercepat
proses menuju masyarakat madani yang didambakan. Pada Tahun 2014, jumlah
penduduk Kecamatan Poto Tano mencapai 10.528 jiwa. Jika dibandingkan dengan
tahun 2013, penduduk Kecamatan Poto tano mengalami pertumbuhan sebesar 2,15
persen. Sex ratio di Kecamatan Poto Tano pada tahun 2014 adalah 103, artinya
terdapat 103 penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk Kecamatan Poto Tano tahun 2014 sebesar 35,81 penduduk tiap Km2,
artinya setiap 1 Km2 rata-rata terdapat 35 sampai 36 jiwa. Dilihat dari jumlah
anggota rumah tangga, di kecamatan Poto Tano setiap rumah tangga rata-rata
memiliki 3 anggota rumah tangga. Dilihat dari jumlah keluarga di Kecamatan Poto
Tano, di ketahui bahwa Desa UPT Tambak Sari adalah desa dengan jumlah keluarga
terkecil yaitu 224 keluarga atau 6,38% dari total jumlah keluarga. Sedangkan Desa
Tebo merupakan desa dengan jumlah keluarga terbesar yaitu 916 keluarga atau
24,81% dari total jumlah keluarga keseluruhan. Desa Poto Tano yang merupakan
basis dari penyeberangan pulau Lombok-Sumbawa memiliki jumlah keluarga
sebesar 379 atau 10,77% jumlah total keluarga di Kecamatan Poto Tano
Tabel 2.6 Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kecamatan Poto Tano di Rinci per
Desa Tahun 2014.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk yang Datang dan Pindah di Kecamatan Poto Tano di
rinci per Desa Tahun
2.6. Perekonomian
Bagi negara agraris seperti Indonesia, sektor pertanian merupakan salah satu tulang
punggung ekonomi kerakyatan. Bagi Karangasem sendiri, pertanian merupakan
denyut nadi perekonomian. Ketergantungannya yang sangat tinggi pada kondisi alam
menjadikan pertumbuhan sektor ini sangat berfluktuatif.Sebagai kabupaten berbasis
pertanian, maka wajar saja jika hampir 90 persen lahan yang ada di Karangasem
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Terdiri dari pertanian sawah,
tegal/kebun,perkebunan, hutan rakyat, sementara tidak diusahakan, dan lahan
pertanian lainnya seperti tambak, kolam, empang, dan hutan negara. Sementara itu
total lahan yang digunakan untuk kegiatan non pertanian hanya mencapai 10,97
persen.
Meskipun lahan yang dimanfaatkan untuk sawah cukup terbatas, yakni hanya 8,54
persen, namun karena beras merupakan makanan pokok penduduk, maka padi tetap
diunggulkan. Secara umum produksi padipalawija di Karangasem tahun 2014 ini
mengalami penurunan. Khusus untuk produksi padi, mengalami penurunan sebesar
11 persen. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan kondisi ketahanan pangan di
Karangasem karena posisinya sebagai makanan pokok penduduk. Dari seluruh
komoditas padi-palawija hanya kedelai dan ubi kayu saja yang mengalami
peningkatan produksi.
Produksi perkebunan yang dominan di Lembar adalah Jambu mete dan Kelapa. Luas
tanam jambu mete mencapai 3.195,27 Ha dengan produksi mencapai 445,54 ton per
tahun. Adapun kelapa, luas areal tanamnya mencapai 1.954,80 Ha dengan produksi
mencapai 2.157,14 ton per tahun.Adapun komoditas perkebunan lainnya yang juga
potensial adalah tembakau, dan pinang.
Kecamatan Poto Tano merupakan sentra pertanian jagung. Hal ini terbukti dari
tanaman jagung yang dihasilkan oleh Sumbawa Barat, 68,5 persen diproduksi oleh
Kecamatan Poto Tano. Tahun 2014 produksi jagung yang dihasilkan mencapai
28.818 ton. Meskipun tanaman padi merupakan produk unggulan Sumbawa Barat,
namun produksi padi yang dihasilkan oleh Kecamatan Poto Tano tidaklah besar,
yakni 1.938 ton atau hanya 2,15 persen dari seluruh produksi padi di Sumbawa
Barat.
Tabel 2.8 Produksi Tanaman Di Kecamatan Poto Tano Dan Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2014 Komoditi Produksi Poto Tano (Ton) Produksi
Dari sisi ternak besar, ternak yang mendominasi di wilayah Kecamatan Poto Tano
adalah sapi. Tahun 2014 jumlah sapi di Kecamatan Poto Tano mencapai 11.992 ekor
atau sekitar 19,62 persen dari total jumlah ternak sapi di Sumbawa Barat. Hewan
ternak besar yang terbanyak kedua di Kecamatan Poto Tano adalah kambing yaitu
e) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi.Di Kecamatan Lembar selama tahun 2009-2014
pertumbuhan ekonominya cenderung berfluktuasi. Apabila pada tahun 2009
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yaitu mencapai 6,16 persen pada tahun
2010 justru melambat menjadi 4,94 persen. Pada tahun 2011 pertumbuhan
ekonomi Kecamatan Lembar kembali meningkat, namun bergerak melambat
lagi menjadi 6,03 persen pada tahun 2012. Adapun di tahun 2014,
pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan tajam menjadi 10,84 persen.
Tabel 2.13 PDRB Kabupaten Lombok Utara adh Berlaku Tahun 2012 – 2014
(Rp Miliyar)
e) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lombok Utara sangat tergantung
dari kategori dominan yang ada di Kabupaten Lombok Utara yaitu
kategori pertanian. Pada tahun 2014 laju pertumbuhan kategori pertanian
mencapai 2,14 persen, mampu memberikan sumber pertumbuhan sebesar
0,91 poin. Kategori perdagangan dengan laju nilai tambah sebesar 5,63
persen, mampu menyumbang sumber pertumbuhan sebesar 0,74
poin.kategori lain yang memberikan sumber pertumbuhan yang cukup
PDB dan PDRB telah mengalami perubahan tahun dasar. Tahun dasar
yang digunakan sekarang adalah tahun dasar 2010. Perubahan tahun dasar
dilakukan karena sepuluh terakhir ini telah terjadi berbagai peristiwa yang
akan berdampak pada perekonomian dunia, nasional maupun regional,
contohnya krisis dunia, kesepakatan melakukan perdagangan bebas,
perkembangan teknologi yang sangat pesat, dan lainnya. Selain itu
peubahan tahun dasar dari tahun 2000 ke tahun 2010 dilakukan seiring
dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang tertuang dalam System Of National Accounts 2008 (SNA 2008)
dimana sebelumnya mengadopsi pada SNA 1993. Perubahan pedoman
Pada tahun 2014 PDRB Per Kapita Kabupaten Sumbawa Barat adh.
Berlaku sebesar perkapita Kabupaten SumbawA Barat mencapai
Rp.177,15 juta. Rp 72,86 juta. PDRB per kapita selama lima tahun
Penduduk Kabupaten Lombok Barat terbesar berasal dari Kecamatan Narmada dan
Gunungsari, sedangkan penduduk yang paling sedikit berasal dari Kecamatan
Kuripan. PendudukKecamatan Lembar sendiri berada di posisi kesembilandi
Lombok Barat.Penduduk Lembar sedikit lebih banyak dari penduduk Kecamatan
Kuripan, padahal Lembar jauh lebih luas dibandingkan dengan Kuripan. Kecamatan
Gerung, Labuapi, Kediri, Narmada, dan Lingsar memiliki rasio jenis kelamin di
bawah rasio jenis kelamin Kabupaten Lombok Barat. Adapun kecamatan yang rasio
jenis kelaminnya lebih tinggi dari Lombok Barat adalah Kecamatan Sekotong,
Lembar, Kuripan, Gunungsari dan Batulayar.
Lombok Utara juga terkenal akan keindahan alamnya. Hal tersebut menjadi potensi
pariwista yang sangat potensial unuk dikembangkan. Detinasi wisata yang dimiliki
meliputi wisata pantai dan pegunungan. Selain itu kekayaan adat dan budaya yang
ada turut mendukung potensi pariwisata di Lombok Utara. Keindahan pantai yang
dimiliki meliputi pantai yanga ada di pesisir barat serta pantai di tiga pulau kecil
yaitu Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno. Pasir putih dan air laut yang jernih
merupakan daya tarik wisata di pantai Lombok Utara. Keindahan ketiga Gili yang
ada di Lombok Utara sudah terkenal sampai ke mancanegara. Tidak mengherankan
jika setiap bulan Juli dan Agustus ketiga gili tersebut terutama Gili Trawangan
dipadati oleh wisatawan asing yang berlibur. Tidak hanya wisatawan asing,
wisatawan domestic juga turut dating menikmati keindahan alam yang disuguhkan
pantai di Lombok Utara.
Jumlah penduduk Sumbawa Barat terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun
2010 tercatat 114.951 jiwa terdiri dari 58.274 laki-laki dan 56.677 perempuan.
Sumbawa Barat tiap tahunnya bertambah padat, hal ini terlihat dari terus