Ulan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 78

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA

HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN GUNUNG SARIK


KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG SUMATERA
BARAT.

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Geografi pada


Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Oleh:

Tri Novia Wulandari


17136175/2017

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang masuk ke dalam fokus kategori yang

mendapatkan perhatian tentang permasalahan kemiskinan. Majalah

keuangan Global Finance telah merilis daftar negara termiskin di dunia

periode Juli 2023 berdasarkan persentase Produk Domestik Bruto (PDB)

terendah. Berdasarkan catatan Global Finance, Indonesia ternyata masuk ke

dalam daftar 100 negara termiskin di dunia. Hanya saja di tahun 2023 lalu

peringkat Indonesia turun di bawah Vietnam dan Filipina. i tahun 2020 lalu,

Indonesia tercatat menempati posisi ke-73 sebagai negara termiskin di dunia

dengan PNB tercatat 3.870 dolar AS.

Kemiskinan menjadi salah satu cerminan pembangunan negara, apakah

pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat atau hanya

segelintir orang saja. Dilihat dari sisi properti profil atau bentuk-bentuk

persoalan kemiskinan masyarakat. kemiskinan tidak hanya menyangkut

persoalan kesejahteraan semata, tetapi kemiskinan juga menyangkut persoalan

kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses terhadap pasar, dan

kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu

generasi ke generasi berikutnya, Tjokrowinito (2014). Untuk mengatasi

kemiskinan yang ada pemerintah Indonesia membuat sebuah penanggulangan

kemiskinan agar kemiskinan yang ada di Indonesia dapat menurun.

Penanggulangan yang dibuat dan dibangun tersebut termasuk kemiskinan

1
2

sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial, Pemerintah

Indonesia membangun dan menyelenggarakan sebuah inovasi yang disebut

dengan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada

upaya membangun sistem perlindungan masyarakat miskin.

Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) secara teknik

dijalankan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor:

42/ HUK/ 2007 tentang Program Keluarga Harapan bagi Rumah Tangga

Sangat Miskin (RTSM). PKH adalah program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).

PKH merupakan program penuntasan kemiskinan yang bersifat memberikan

bantuan pada RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan sebagai bentuk

perlindungan sosial oleh pemerintah kepada masyarakat. Saat ini jumlah

penerima manfaat sampai dengan tahun 2016 mencapai enam juta, jumlah

sangat banyak walaupun penerima PKH masih sebagian kecil dari jumlah

keseluruhan penduduk miskin di Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan

(PKH) Sejak tahun 2007. Tujuan utama PKH adalah untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama bidang pendidikan dan

kesehatan pada kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin/ Keluarga Sangat

Miskin (RTSM/ KSM). Kewajiban penerima PKH berkaitan dengan kesehatan

dan pendidikan. RSTM yang sudah di tetapkan menjadi peserta PKH dan

memiliki kartu PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan. Persyaratan

seperti mengontrol kandungan ibu hamil, menimbang dan memberi vitamin


3

kepada balita. Adapun perserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan

adalah RTSM yang memiliki ibu hamil, anak balita atau anak usia lima sampai

tujuh tahun yang belum masuk pendidikan SD. Peserta PKH diwajibkan

memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan pendidikan jika memiliki anak

berusia tujuh sampai lima belas tahun. Anak peserta PKH tersebut harus

didaftarkan pada satuan pendidikan setara SD dan SMP dan mengikuti

kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari sekolah dalam sebulan selama

tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak berusia lima sampai enam tahun

yang sudah masuk SD dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan

persyaratan pendidikan.

Penanggulangan kemiskinan dalam Peraturan presiden No. 15 Tahun

2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menyebutkan bahwa

penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan

pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi

dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk

miskin dalam meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.

Pemerintah telah melaksanakan kebijakan yang bertujuan untuk

mengurangi kemiskinan, mulai dari penyediaan kebutuhan pangan, pelayanan

kesehatan dan pelayanan Pendidikan, Perluasan kesempatan kerja, pertanian,

penyediaan dana bergulir dan pembangunan infrastruktur. Namun, gejala

kemiskinan di Indonesia belum sepenuhnya teratasi karena setiap kebijakan

tidak terlaksana dengan efektif dan merata. Menurut Soerjono Soekanto (2009:

321), “kemiskinan di sini diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang


4

tidak mampu mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompok

dan tidak dapat memanfaatkan tenaga fisik dan mentalnya di dalam

kelompok”.

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang pada tahun

2022, jumlah penduduk miskinnya adalah 335.210 orang, atau 5,92% dari total

penduduk. Garis kemiskinan per kapita makanan di provinsi ini pada 2022

adalah Rp.495.820 per kapita per bulan. kemiskinan di Sumatera Barat

cenderung menurun dari 2016 hingga 2020 (Maret), dari 7,14% pada 2016

(September) menjadi 6,28% pada 2020 (Maret). Namun, angka tersebut

kembali meningkat pada akhir 2020 hingga Maret 2021, menjadi 6,63%. Pada

September 2021, persentase penduduk miskin kembali menurun, menjadi

6,04%. Pada periode September 2022 hingga Maret 2023, jumlah penduduk

miskin di daerah perkotaan berkurang 6.540 orang, dari 140.330 orang pada

September 2022 menjadi 133.790 orang pada Maret 2023. Pada periode yang

sama, jumlah penduduk miskin di perdesaan bertambah 3.080 orang, dari

203.490 orang pada September 2022 menjadi 206.570 orang pada Maret 2023.

Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kota Padang di Kecamatan

Kuranji Kemiskinan telah menjadi topik banyak penelitian. Badan Pusat

Statistik (BPS) Kota Padang mendefinisikan kemiskinan sebagai penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK

terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non

Makanan (GKNM). GKM adalah nilai pengeluaran minimum makanan yang

disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. GKNM adalah


5

kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Masih banyak terdapat masyarakat miskin terutama bertempat tinggal di

daerah pelosok, salah satu daerah tersebut berada di kelurahan Gunung Sarik.

Kelurahan Gunung Sarik juga salah satu tempat yang di mana jika hujan datang

selalu kebanjiran, yang disebabkan tidak adanya aliran air karena sudah

banyaknya pembangunan perumahan di sana. Kelurahan Gunung Sarik

memiliki 17,657 KK, 13 RW, dan 59 RT, penduduknya didominasi oleh

petani, buruh, kerja serabutan, dan Sebagian kecil memiliki tempat usaha (agen

sembako, dll), dengan begitu pemerintah daerah juga melihat Kelurahan

Gunung Sarik masih terdapat masyarakat miskin yang bahkan sangat miskin,

maka dari itu pemerintah memberi kebijakan untuk memilih Kelurahan

Gunung Sarik jadi salah satu sasaran penerimaan bantuan PKH di Kota

Padang. (Sumber data dari Kelurahan Gunung Sarik).

Bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Gunung

Sarik diketahui tidak terlaksana dengan sebagai mana mestinya, ada banyak

keluarga dan angka kemiskinan yang tidak terjangkau sama sekali. Bahkan

masyarakat yang kehidupannya di bawah kelas menengah masih sangat merasa

kesulitan untuk menjangkau informasi tentang pencairan dan mendapatkan

insentif dari PKH ini. Hal ini yang menjadikan daerah ini belum sepenuhnya

bisa bangkit dari kemiskinan. Kurangnya dan tidak efektifnya pelaksanaan

PKH dapat dilihat dari proses memilih masyarakat yang akan diberikan

bantuan PKH sering tidak tepat sasaran, Harapan (PKH), dalam hal ini

pemerintah agar bisa lebih memperhatikan ketepatan dan keakuratan


6

pelaksanaan sehingga bisa mengoptimalkan aspek-aspek yang berpengaruh

dalam mengentaskan kemiskinan dan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat Kelurahan Gunung Sarik.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilakukan sebuah penelitian

akhir untuk melihat seberapa efektifkah peranan PKH terlaksana. Oleh sebab

itu untuk menguraikan dalam bentuk laporan skripsi judul pada penelitian

adalah “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera

Barat.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, ada

beberapa masalah yang harus di identifikasi, masalah-masalah yang ada dalam

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pelaksanaan PKH di kawasan Gunung Sarik

2. Mengidentifikasi masalah masyarakat yang belum mendapatkan manfaat

PKH.

3. Mengidentifikasi masalah Masyarakat yang merasa kesulitan untuk

mengusulkan diri sebagai penerima PKH karena tidak terdaftar dalam Basis

Data Terpadu.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan di atas supaya

pokok-pokok bahasan terfokus dan untuk mempertajam objek pembahasan,

maka batasan masalah penelitian ini sebagai berikut:


7

1. Melihat pelaksanaan PKH di Gunung Sarik Kecamatan Kuraji

2. Melihat permasalahan terkait pelaksanaan PKH

3. Melihat Ketepatan pelaksanaan penerima program penerima Program

Keluarga Harapan (PKH)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gunung Sarik

Kecamatan Kuranji?

2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

di Gunung Sarik Kecamatan Kuranji?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang di kemukakan

tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di

Gunung Sarik Kecamatan Kuranji

2. Untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH) di Gunung Sarik Kecamatan Kuranji

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut:
8

1. Manfaat teoritis

a. Bagi penulis sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana (s1) pada Program Studi Geografi Departemen

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan memberikan kegunaan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini agar dapat memberikan pengetahuan

dan sumbang pikiran terkait Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kelurahan Gunung Sarik.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Program

Keluarga Harapan (PKH) dalam meningkatan kesejahteraan di

Kelurahan Gunung Sarik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan skema Bantuan Tunai

Bersyarat (BTB) yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 2017. PKH

adalah program bantuan dan perlindungan sosial yang termasuk dalam

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Indonesia I (Bantuan Sosial Berbasis

Keluarga) untuk Lanjut Usia dan Penyandang Cacat Berat terkait dengan

Pendidikan, Kesehatan dan Pencapaian Dasar. PKH adalah Bantuan Rumah

Tangga Bersifat Tunai (RTSM). Tujuan jangka pendek dari rencana tersebut

adalah untuk mengurangi beban rumah tangga RTSM, dan dalam jangka

panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi

dan memungkinkan generasi berikutnya keluar dari perangkap kemiskinan.

Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian Millennium

Development Goals. Lima komponen tujuan Millennium Development Goals

(MDG’s) yang akan terbantu oleh PKH yaitu: Pengurangan penduduk

miskin dan kelaparan, Pendidikan dasar, Kesehatan gender, Pengurangan

angka kematian bayi dan balita, pengurangan kematian ibu melahirkan.

PKH juga salah satu program prioritasnasional yang di jadikan oleh

Kementerian Sosial dalam menanggulangi kemiskinan secara kontinu.

Tujuan PKH adalah mengurangi angka kemiskinan dan memutus mata rantai

kemiskinan antar-generasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

9
10

serta mengubah perilaku yang kurang beruntung dalam peningkatan

kesejahteraan. Secara khusus, tujuan PKH adalah:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan Pendidikan dan Kesehatan

peserta PKH

b. Meningkatkan taraf Pendidikan peserta PKH

c. Meningkatkan status Kesehatan dan gizi peserta PKH.

2. Dasar Hukum PKH

Secara teknis kegiatan PKH melibatkan kementrian dan lembaga,

yaitu Kementrian Neagara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas,

Kementrian Sosial, Kementrian Kesehatan, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, Kementrian Agama, Kementrian Komunikasi dan Informatika,

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementrian Keuangan,

Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, BPS, TNP2K dan Pemerintahaan Daerah. Sumber dana

PKH berasal dari APBN. Oleh karna itu, pelaksaan PKH dijalankan

berdasarkan peraturan-peraturan diantaranya:

a. Dasar Hukum

1) UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.

2) UU Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

3) UU Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.

4) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

5) Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Kementrian Sosial


11

b. Dasar Pelaksanaan

1) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku

ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor

31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendalian

Program Keluarga Harapan” tanggal 21 september 2007.

2) Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.

02A/HUK/2008 tentang “Tim Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari 2008.

3) Keputusan Gubernur tentang “Tim Koordinasi Teknis Program

Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPD.

4) Keputusan Bupati/Walikota tentang “Tim Koordinasi Teknis

Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPD.

5) Surat Kesepakatan Bupati untuk berpartisipasi dalam Program

Keluarga Harapan (PKH).

3. Ketepatan Sasaran PKH

Sasaran PKH ialah keluaraga miskin/tidak mampu dan rentan yang

terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikelola

oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Kementrian Sosial RI. Keluarga

tersebut harus memiliki komponen Kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan sosial untuk ditetapkan sebagai penerima bantuan PKH.

PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), dimana

seluruh keluarga dalam 1 rumah tangga berhak menerima bantuan (maksimal

4 orang) apabila memenuhi kriteria kerpesertaan program dan mampu


12

memenuhi kewajibannya. Penerima PKH ialah keluarga sangat miskin dan

sewaktu registrasi memenuhi sedikitnya satu kriteria kepersertaan PKH,

yaitu:

a. Ibu hamil/nifas/anak balita

b. Anak sekolah SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun)

c. Anak sekolah SLTP/MTs/Paket B/SMLB (usia 12-15 tahun)

d. Anak SMA atau usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan Pendidikan

dasa

e. Disabilitas Berat

f. Lansia usia maksimal 70 tahun.

Kriteria rumah tangga miskin bersumber dari Pendataan Program

Perlindungan Sosial (PPPS) oleh Badan Statistik (BPS). Terdapat 14 kriteria

jika memenuhi 9 kriteria maka sudah dikategorikan rumah tangga miskin.

Tabel 1 Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan PKH

No. Kriteria

1. Sumber penghasilan kepala keluarga rumah tangga: petani


dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,
buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
dibawah Rp.600.000,- perbulan.

2. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang darin 8m2 per


orang.

3. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu


murahan.

4. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu


berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.


13

6. Sumber air minum berasal dari air sumur/ mata air tidah
terlindungi/sungai/ air hujan.

7. Bahan bkar untuk masak sehari-hari adalah kayu bakar, arang,


minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam dalam satu minggu


sekali.

9. Hanya membeli satu style pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/


poliklinik.

12. Tidak punya fasilitas buang air.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah,


tidak tamat SD, tamat SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah di jual


dengan nilai minimal Rp.500.000,- (sepeda motor,emas,ternak,
dll).
14

Sumber Data: Buku pedoman pelaksanaan PKH 2017

Sebagai bukti kepesertaan PKH, maka penerima bantuan diberikan kartu

peserta PKH. Uang bantuan dapat di ambil pengurus keluarga di ATM/ rekening

masing-masing penerima PKH dengan catatan membawa kartu PKH dan tidak

dapat diwakilkan.

Tabel 2 Komponen dan Indeks Bantuan PKH

No. Komponen Bantuan Indeks Bantuan

1. Bantuan tetap Rp. 550.0000,-/keluarga/tahun

2. Ibu hamil Rp. 2.400.000,- per orang

3. Anak usia dini Rp. 2.400.000,- per orang

4. SD Rp. 900.000,- per orang

5. SMP Rp. 1.500.000,- per orang

6. SMA Rp. 2.000.000,- per orang

7. Disabilitas berat Rp. 2.400.000,- per orang

8. Lanjut usia Rp. 2.400.000,- per orang

Sumber Data: Buku pedoman pelaksanaan PKH 2017

Pada point 1 yaitu bantuan tetap, bantuan dana yang diberikan satu

tahun sekali yaitu pada penerimaan diawal periode baru. Pada point 2-8

diberikan pada penerima bantuan yang sesuai dengan kondisi terkini

penerima dan diberikann selama 3 bulan sekali. Pada satu kepala keluarga

maksimal hanya 4 orang yang bisa mendapatkan bantuan.


15

4. Pemanfaatan Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Berdasarkan komponen penerima bantuan Program Keluarga Harapan

dan kewajibannya maka penerima manfaat juga harus menggunakan dana

bantuan yang diterima misalnya:

a. Komponen kesehatan pada ibu hamil/menyusui dan anak balita. Uang

tersebut digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi ibu hamil,

membeli obat memeriksa kandungan secara rutin dan membeli kebutuhan

yang berkaitan dengan kesehatan baik untuk balita maupun ibu hamilnya

sendiri.

b. Komponen pendidikan yaitu mulai dari SD, SMP dan SMA dana tersebut

digunakan untuk biaya pendidikan misalnya membeli buku, seragam

sekolah, membeli tas, membeli sepatu serta alat-alat yang berkaitan

dengan pendidikan. Terdapat tujuan penggunaan bantuan PKH:

c. Perlindungan sosial yang bertujuan untuk mencegah dan menangani

resiko dari guncangan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok

atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai

kebutuhan dasar minimal.

d. Rehabilitas sosial, yang bertujuan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial

agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.

e. Jaminan sosial, yang merupakan skema yang melembaga untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak
16

f. Pemberdayaan sosial, yang merupakan semua upaya yang diarahkan

untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial

mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya

g. Penanggulangan kemiskinan, yang merupakan kebijakan, program dan

kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok atau

masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata

pencaharian atau tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi

manusia.

h. Penanggulangan bencana, yang merupakan serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitas.

5. Kriteria penerima Keluarga Harapan

Dalam pengertian PKH disebutkan dengan jelas bahwa fokus

utamanya adalah kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan

adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak Indonesia, Dengan

memberikan insentif, terutama bagi yang sangat miskin melakukan

kunjungan kesehatan yang terbukti (preventif dan tanpa pengobatan).

Seluruh peserta PKH adalah penerima pengobatan gratis Disediakan oleh

program Askeskin dan lainnya Orang tidak mampu membelinya. Oleh

karena itu, kartu PKH dapat digunakan sebagai alat identifikasi mendapatkan

layanan. Komponen pendidikan PKH bertujuan untuk meningkatkan

partisipasi dalam wajib belajar 9 tahun dan mengurangi angka pekerja anak

di rumah tangga sangat miskin.


17

Anak usia 7-18 tahun pendidikan PKH yang belum menyelesaikan

program pendidikan dasar 9 tahun harus mengikuti sekolah formal atau

nonformal dan hadir secara tatap muka minimal 85% setiap saat. Setiap

anak yang terdaftar dalam PKH berhak atas bantuan dari program

pemerintah dan daerah selain PKH, seperti Bantuan Operasional Sekolah

(BOS), Jaminan Kesehatan Keluarga Tidak Mampu (ASKESKIN), Beras

untuk Keluarga Tidak Mampu (RASKIN), dan lainnya. Program PKH

bukanlah pengganti program lain karena tidak cukup untuk membantu

pengeluaran lain seperti seragam, buku, dll. PKH adalah bantuan yang

memungkinkan orang tua untuk mengirim anak ke sekolah, (Modul pkh

2017).

6. Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

Proses pelaksanaan PKH yang diolah berdasarkan Panduan

Umum. Proses Pelaksanaan PKH adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi PKH, pendamping melakukan sosialisasi ke desa yang

memperoleh bantuan PKH. Pada proses ini pendamping melakukan

pertemuan awal dengan perangkat desa setempat dan calon peserta PKH

untuk menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH dan melakukan

validasi data untuk menentukan Daftar Tetap Peserta PKH untuk

kemudian dikirim ke UPPKH Pusat.

b. Targeting PKH didasarkan atas kriteria rumah tangga miskin dan

komponen/tanggungan pada saat mendaftar menjadi penerima PKH.

c. Jika data calon peserta telah valid dan memenuhi kriteria kepersertaan
18

maka peserta PKH akan menerima Kartu PKH.

d. Penyaluran bantuan diberikan kepada peserta PKH berdasarkan

komponen kepersertaan PKH. Penyaluran bantuan dilaksanakan empat

tahap dalam setahun.

e. Verifikasi komitmen peserta PKH pada prinsipnya dilakukan terhadap

pendaftaran dan kehadiran anak baik di sekolah untuk komponen

pendidikan dan di puskesmas atau posyandu untuk komponen Kesehatan.

Apabila terhadap peserta yang tidak memenuhi komitmen pada akan

diberikan sanksi.

f. Pemutakhiran data adalah perubahan Sebagian atau seluruh data awal

yang tercatat pada Master Database. Pemutakhiran data dilakukan oleh

pendamping setiap ada perubahan. Perubahan pada pemutakhiran data

terdapat pada komponen yang dimiliki masing-masing peserta PKH.

Kemudian pemutakhiran data dilakukan oleh operator dengan

mengirimkan data peserta PKH yang telah di verifikasi kepda UPPKH

Pusat. Data tersebut dijadikan acuan untuk menentukan besarnya dana

PKH tahap selanjutnya.

7. Implementasi PKH

Pelaksanaan atau Implementasi adalah tindakan dari rencana yang

telah disiapkan teliti dan detail. Implementasi biasanya terjadi setelah

rencana di tentukan. Makmur dan Thahier dari Setyawan (2017: 91-92)

memberikan definisi implementasi kebijakan sebagai proses pemikiran dan

bentuk tindakan manusia yang direncanakan secara sistematis baik, rasional,


19

efisien, dan efektif sebagai upaya mewujudkan ketertiban dan ketenteraman

masyarakat berbagai tugas suatu negara atau pemerintah untuk menciptakan

kemakmuran bersama atas dasar keadilan. Sedangkan menurut Nugroho

Setyawan (2017: 92): Definisikan implementasi kebijakan dengan sangat

sederhana sebagai cara membuat kebijakan Publik dapat mencapai

tujuannya. Selanjutnya, ia mengusulkan dua opsi langkah melaksanakan

kebijakan, yaitu langsung dalam bentuk program, atau dengan

mengembangkan kebijakan derivatif atau turunan dari kebijakan tersebut.

a. Variabel isi kebijakan mencakup enam hal sebagai berikut, yaitu: sejauh

mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups memuat dalam isi

kebijakan publik, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauh

mana perbahan yang diinginkan oleh kebijakan, apakah letak sebuah

program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan

implementornya dengan rinci,sumber daya yang disebutkan apakah

sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

b. Variabel lingkungan kehidupan Variabel lingkungan kehidupan

mencakup hal-hal sebagai berikut: seberapa besar kekuatan ,

kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat

dalam implementasi kebijakan, karakteristik lembaga dan penguasa,

tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok saasaran.

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Implementasi

sering di anggap hanya merupakan pelaksaan dari apa yang telah diputuskan

oleh legislatif atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini


20

kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataan, tahapan implementasi

menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa

jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Dasar Pelaksanaan

PKH sebagai berikut :

a. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku

ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan,

No:31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang "Tim Pengendali

Program Keluarga Harapan" tanggal 21 September 2007.

b. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008

tentang "Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008"

tanggal 08 Januari 2008

c. Keputusan Gubernur tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga

Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD".

d. Keputusan Bupati/Walikota tentang "Tim Koordinasi Teknis Program

Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD".

e. Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga

Harapan.

Dalam pelaksanaan PKH, penyerahan dana bantuan ini dilakukan oleh

pendamping PKH. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani

penerima manfaat dengan pihakpihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan

maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping

termasuk didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi

para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya.


21

8. Ukuran Efektifitas Program Keluarga Harapan (PKH)

a. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefenisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil

guna atau menunjang tujuan. Menurut Emerson dalam Yuliani (2017:

12), efektivitas adalah pengukuran dalam tercapainya sasaran atau tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. sedangkan menurut Pasolong,

efektivitas pada dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan dalam

istilah ini dalam sebuah hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat

dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas dapat

dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan

kata sasaran terapainya karan adanya proses kegiatan (Yuliani, 2017: 13).

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan

ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran

seperti yang telah ditentukan (Rosalina, 2012: 3). Suatu kegiatan

dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan

prosedur, sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan

dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat (Rosalina, 2012:

3).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, efektivitas


22

merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang

telah ditentukan berhasil dicapai, suatu hal yang dapat dikatakan efektif

apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian

hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindakan-

tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai

suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau

kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang

dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan

tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau

kegiatan menurut wewenang, tugas, dan fungsi instansi tersebut.

Menurut pendapat Arens dan Lorlbecke yang diterjemahkan oleh

Amir Abdul Jusuf dalam Satries (2011 : 32) memberi batasan tentang

efektivitas adalah: “Efektivitas mengacu pada pencapaian suatu tujuan,

sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk

mencapai tujuan itu”. Dalam sebuah organisasi efektivitas sebuah

program merupakan suatu keharusan dan tuntunan guna mencapai tujuan

ingin dicapai dalam rangka keberhasilan dari sebuah perencanaan yang

telah ditetapkan. Selanjutnya Makmur (2011: 87) bahwa: “Kegiatan

dilakukan secara efektif apabila dalam proses pelaksanaannya senantiasa

menampakkan ketepatan antara harapan yang diinginkan dengan hasil

yang dicapai”. Maka dengan demikian efetivitas dapat kita katakan

sebagai ketepatan harapan, implementasi, dan hasil yang dicapai.


23

Sedangkan kegiatan yang tidak efektif adalah kegiatan yang selalu

mengalami kesenjangan antara harapan, implementasi, dengan hasil yang

dicapai”.

Pengukuran efektivitas program hanya mungkin dilakukan jika

dokumen program tersebut menunjukkan:

1) Tujuan-tujuan program dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan yang terukur.

2) Persoalan serius seringkali muncul karena hasil program merupakan

proses negosiasi dan perumusan dari tujuan tersebut merupakan hasil

dari kompromi, solusi dilakukan dengan perumusan tujuan secara

kabur atau dalam bentuk pernyataan-pernyataan ambisius.

3) Evaluator menghadapi masalah karena atasannya memiliki penafsiran

yang berbeda mengenai tujuan program.

Efektivitas program dapat diukur sebagai berikut:

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan

tolak ukur yang turut menentukan berhasil atau tidaknya sebuah program

yang telah direncanakan oleh sebuah organisasi. Effendy dalam

Moningka (2014: 50) mengartikan bahwa “Efektivitas merupakan

komunikasi yang prosesnya mencapi tujun yang direncanakan sesuai

dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah

personil yang ditentukan”.


24

Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa efektivitas adalah

sebuah pengukuran dimana suatu target telah dicapai sesuai dengan apa

yang telah direncanakan, untuk itu maka proses komunikasi harus dapat

berjalan dengan efektif.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dapatlah dipahami bahwa

pengertian efektivitas merupakan ukuran untuk menunjuk seberapa jauh

program atau kegiatan telah mencapai hasil dan manfaat sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Konsep kesamaan atau

kesesuaian yang dimaksud meliputi faktor waktu, prosedur, dan

sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengetahui suatu program maupun

kegiatan sudah efektif dalam proses perencanaan perlu ditetapkan secara

jelas indikator keberhasilan yang diinginkan.

Pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh para pakar keilmuan

sangat beragam sesuai sudut pandang kajian dan dimana konteks

efektivitas tersebut digunakan. Secara umum kata efektivitas selalu

dikaitkan dengan sebuah perencanaan untuk mencapai sebuah tujuan

yang dinginkan. Berbicara masalah efektivitas akan selalu bersamaan

dengan kata efisiensi, namun keduanya memiliki makna yang berbeda.

Sesuatu program dikatakan efektif apabila sasaran dan tujuan tercapai

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, namun

sebaliknya efisiensi mengandung makna optimalisasi pengunaan

pembiayaan yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai.

Sedarmayanti dalam Yuliani (2017: 1), efektivitas merupakan suatu


25

ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai.

Pendapat tersebut menyatakan bahwa iefektivitas merupakan suatu

ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang itelat

ditetapkan sebelumnya oleh lembaga dapat tercapai. Hal tersebut sangat

penting perannya di dalam setiap lembaga dan berguna untuk melihat

perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh isuatu 2 lembaga.

Mahmudi (2015: 32) mendefenisikan efektivitas, sebagai berikut:

efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin

besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka

semakin efektif organisasi, program iatau kegiatan. Efektivitas berfokus

pada outcome (hasil), program atau kegiatan yang dinilai efektif apabila

output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau

dikatakan spending wisely.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat

disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai

oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih

dahulu. Efektivitas berarti tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

dapat tercapai atau dengan kata sasaran terapainya karan adanya proses

kegiatan.

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat
26

sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai, maka hal itu dikatakan tidak

efektif. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) didefinisikan sebagai

pengukuran terhadap sejauhmana keberhasilan pelaksanaan PKH dalam

memberikan konstribusi untuk membantu RTM.

9. Sistem Informasi Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan

menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.

Fenomena yang diamati merupakan dinamika perkembangan dan

pembangunan wilayah yang ada dalam keseharian, misalnya informasi

mengenai letak dan persebaran dari kejadian-kejadian alamiah maupun

fenomena terdapatnya sumberdaya. Ketersediaan data yang bersifat

geografi, dimana memiliki atribut utama peruangan, akan memudahkan

banyak kepentingan. Lahan merupakan unsur yang sangat penting bagi

keberlangsungan hidup manusia, karena seluruh aspek kehidupan manusia

sangat bergantung pada lahan, baik itu lahan pertanian sebagai pemenuh

kebutuhan pangan dan papan maupun lahan non-pertanian untuk kebutuhan

sosial-ekonomi.

Aronoff (1989) mendefinisikan SIG sebagai sebuah sistem berbasiskan

konnputer yang digunakan untuk menyirnpan dan mernanipulasi informasi

geografis. SIG dirancang untuk mengurnpulkan, menyirnpan, dan

nnenganalisis objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan

karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Subaryono (2005)

mendefinisikan SIG sebagai suatu hirnpunan terpadu dari hardware,


27

software, data, dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam mendesain,

mengimplementasikan, dan menggunakan SIG (Amelia, 2016: 142).

Pengertian lain dari Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis

computer yang digunakan untuk menyusun, menyimpan, memanipulasi,

mengolah, menampilkan dan menganalisis informasi geografis dan berbagai

atribut yang menyertainya (Budiyanto, Eko. 2016.)

Pada pengelolaan SIG yang perlu mendapat perhatian tidak hanya

sekedar aspek peta digital, meskipun hal ini yang utama. Hal lain yang tidak

kalah penting adalah aspek pengelolaan database yang dikandungnya yang

merupakan atribut peta. SIG dapat menyerap dan mengolah data dari

bermacam sumber yang memiliki skala dan struktur yang berbeda. Selain

itu SIG juga dapat melakukan operasi data-data keruangan yang bersifat

kompleks. Pada pengimplementasian, teknologi SIG dapat juga digunakan

untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan

pembangunan, kanografi, dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa

membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat

saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan

basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.

Aplikasi SIG yang baik adalah apabila aplikasi tersebut dapat menjawab

salah satu atau lebih dari 5 (lima) pertanyaan dasar dibawah ini, yaitu

lokasi, kondisi, tren, pola, dan pemodelan. Berdasarkan sejarah

perkembangannya, SIG dengan cepat menjadi peralatan utama dalam

pengelolaan sumber daya alam. SIG banyak digunakan untuk membantu


28

pengambilan keputusan dengan menunjukkan bermacam-macam pilihan

dalam perencanaan pembangunan dan konservasi. Beberapa contoh aplikasi

SIG dalam perencanaan sumber daya alam yaitu: pengelolaan dan

perencanaan penggunaan lahan, eksplorasi mineral, studi dampak

lingkungan, pengelolaan sumberdaya air, pemetaan bahaya/bencana alam,

pengelolaan hutan dan kehidupan satwa, studi degradasi tanah, dan lain

sebagainya.

10. Overlay

Di dalam Sistem Informasi Geografis, segala teknik atau pendekatan

perhitungan matematis yang terkait dengan data atau layer (tematik)

keruangan dilakukan di dalam analisis spasial. Analisis spasial adalah suatu

teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika

yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan hubungan atau

pola-pola yang terdapat di antara unsur-unsur geografis yang terkandung

dalam data digital dengan batas-batas wilayah studi tertentu (Prahasta,

2009). Analisis spasial mengarah pada banyak macam operasi dan konsep

termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpang-susun

geometris, dan pemodelan kartografis. Fungsi analisis spasial dalam Sistem

Informasi Geografis terdiri dari beberapa jenis, antara lain merge, clip,

overlay, reclassify, slope, query dan masih banyak lagi fungsi-fungsi

analisis spasial lainnya yang umum dan sering digunakan di dalam Sistem

Informasi Geografis. Overlay merupakan proses dua peta tematik dengan

area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk
29

membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk mengintegrasikan data

dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsi-fungsi

analisis Sistem Informasi Geografis.


30

B. Penelitian Relevan

Tabel 3 Penelitian Relevan

No Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil

1 Analisis Pelaksanaan Program untuk menganalisis Metode yang digunakan Kabupaten Bantul masih memiliki beberapa hambatan

Keluarga Harapan (Pkh) Dalam pelaksanaan Program dalam penelitian ini adalah dalam melaksanakan PKH. Hambatan PKH di

Rangka Pengurangan Angka Keluarga Harapan metode kualitatif. Kabupaten Bantul adalah minimnya dana untuk

Kemiskinan Di Kabupaten (PKH) dalam rangka memberikan sarana dan prasarana pendukung bagi

Bantul Tahun 2018. pengurangan angka pelaksana PKH, kurangnya ketersediaan sumber daya

kemiskinan di manusia yaitu pendamping PKH, menurunnya

Kabupaten Bantul kepatuhan peserta PKH, dan data penerima PKH

Tahun 2018. tidak

diperbarui sehingga kurang tepat sasaran. Maka

sebaiknya, program PKH ini melibatkan pemerintahan

desa agar ada yang memonitoring secara langsung,

Masyarakat memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai

peserta PKH, dan


31

adanya pembaruan data peserta PKH.

2 Implementasi Program Keluarga Untuk menganalisis Jenis penelitian ini adalah Implementasi Program KeluargaHarapan (PKH) dalam

Harapan (Pkh) Dalam Implementasi Program penelitian deskriptif dengan menanggulangi kemiskinan di Kota Pariaman standar

Menanggulangi Kemiskinan Keluarga Harapan menggunakan pendekatan mekanisme PKH sudah berjalan dengan baik, tetapi

(Studi Kasus Di Kecamatan (PKH)dalam analisis kualitatif. belum tepat sasaran. Apabila dilihat dari keadaan

Pariaman Timur Kota Pariaman) menanggulangi penerima bantuan PKH tersebut mereka

Kemiskinan di menggunakannya untuk membantu biaya kesehatan,

Kecamatan Pariaman pendidikan dan social serta menyadarkan peserta

Timur Kota Pariaman. PKH akan pentingnya layanan pendidikan dan

Kesehatan.

3 Evaluasi Program Keluarga untuk mengevaluasi Metodologi penelitian PKH di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai,

Harapan (PKH) di Kecamatan program PKH di adalah kualitatif deskriptif Kota Pekanbaru sudah dilakukan dan jumlah bantuan

Rumbai, Kota Pekanbaru Kelurahan Sri Meranti, dengan pemilihan informan meningkat dari tahun ke tahun. Namun, masyarakat

Kecamatan Rumbai, purposive dan data Kelurahan Sri Meranti masih menganggap bantuan

Kota Pekanbaru diperoleh dengan teknik belum merata karena masih ada keluarga miskin
32

wawancara mendalam. yang tidak

menerima dana bantuan PKH.

4 Implementasi Program Keluarga untuk menganalisis kualitatif deskriptif. menunjukkan bahwa Implementasi Program Keluarga

Harapan (PKH) dalam Implementasi Program Harapan (PKH) dalam peningkatan kesejahteraan

Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Harapan keluarga di Desa Liliriawang Kecamatan Bengo

Keluarga di Desa Liliriawang (PKH) di Desa Kabupaten Bone khususnya pada bidang pendidikan

Kecamatan Bengo Kabupaten Liliriawang Kecamatan kurang terimplementasi dengan baik. Hal ini

Bone (Studi Kasus : PKH Bidang Bengo Kabupaten dikarenakan dari keempat indikator keberhasilan

Pendidikan). Bone. implementasi kebijakan

oleh Cheema dan Rondinelli hanya satu

indikator yang berjalan dengan baik. Selain itu, faktor

pendukung salahsatunya adalah bantuan yang

diberikan tepat waktu dan jumlahnya sesuai dengan

ketentuan PKH. untuk faktor penghambatnya adalah


33

data yang digunakan adalah data lama yaitu data tahun

2005 dan tidak

ada pembaruan data hingga saat ini.

5 Evaluasi Konteks Program untuk mengevaluasi Metode Kualitatif Dengan Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Pelaksanaan

Keluarga Harapan (Pkh) Di program PKH di Menggunakan Teori Model Evaluasi Konteks Pada Pelaksanaan Pkh Di Kecamatan

Kecamatan Padang Ganting Kecamatan Padang Evaluasi Konteks Dari Cipp Padang Ganting Belum Berjalan Dengan Optimal,

Kabupaten Tanah Datar. Ganting Kabupaten Models Oleh Stufflebeam Dilihat Dari Masih Banyaknya Rtsm Yang Belum

Tanah Datar. (2002, P. 287). Terjangakau Oleh Program Ini. Kondisi Ini

Disebabakan Oleh Data Calon Penerima Pkh

Berasal Dari Dtks, Sementara Keadaan

Dilapangan Masih Banyak Rtsm Yang Belum

Terdaftar Pada Dtks, Saat Ini Rtsm Sudah Bisa

Mendaftarkan Dirinya Ke Dtks Secara Mandiri Namun

Informasi Ini Belum Merata Diketahui Oleh

Masyarakat, Hingga Dibutuhkan Sosialisasi Kembali


34

Oleh Pemerintah Daerah Ataupun Melalui

Pendamping. Karena Kurangnya Pembaharuan Data,

Menyebabkan

Data Penerima Pkh Hanya Berputas Disitu Saja

6 Faktor Penyebab Keluarga untuk menganalisis metode penelitian kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Mampu Menerima Bantuan mengetahui faktor dengan tipe penelitian beberapa faktor yang menyebakan keluarga mampu

Program Keluarga Harapan penyebab keluarga deskripstif. juga menerima bantuan PKH (Program Keluarga

(Pkh) Di Nagari Alahan Nan mampu menerima Harapan) di Nagari Alahan Nan Tigokecamatan

Tigo Kecamatan Asam Jujuhan bantuan program Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya

Kabupaten Dharmasraya. keluarga harapan diantaranya, 1) Relasi penerima

(PKH)

nagari alahan nan tigo PKH dengan petugas pendataan. 2) kurangnya

kecamatan asam jujuhan pemahaman penerima PKH tentang pemanfaatan

kabupaten dharmasraya bantuan.

7 Pelaksanaan Program Keluarga Untuk mengetahui penelitian kualitatif Hasil penelitian diketahui, dalam pelaksanaannya

Harapan Dalam Meningkatkan bagaimana Pelaksanaan deskriptif. pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) yang
35

Kualitas Hidup Rumah Tangga Program Keluarga dilakukan di Kecamatan Purwoasri bertujuan untuk

Miskin (Studi Pada Unit Harapan Pada Unit memberikan bukti nyata dalam pencapaian tujuan.

Pelaksana Program Keluarga Pelaksana Hasil Evaluasi membuktikan bahwa penerima PKH

Harapan Kecamatan Purwoasri, Program Keluarga setiap tahunnya mengalami penurunan.

Kabupaten Kediri) Harapan Kecamatan

Purwoasri,

Kabupaten Kedir.

8 Pelaksanaan Program eluarga Untuk mengetahui Metode Penelitian Temuan


ini dari PKH ini juga masih memiliki

Harapan (Pkh) Dalam Bagaimana menggunakan metode kekurangan yakni penerima bantuan PKH ini

Meningkatkan Kesejahteraan Pelaksanaan Program kualitatif deskriptif dengan terbatas dimana masih banyak masyarakat yang

Keluarga pendekatan

Masyarakat Di Kelurahan Harapan, faktor induktif. memenuhi kriteria sebagai peserta PKH akan tetapi

Puunaaha Kecamatan Unaaha penghambat dan apa tidak terdaftar sebagai peserta dikarenakan telah

Kabupaten Konawe Provinsi saja upaya yang memenuhi kuota yang telah disiapkan. Disamping itu

Sulawesi Tenggara dilakukan untuk program-program dari pemerintah ini juga terkadang

Mengatasi faktor membuat masyarakat yang menerima bantuan menjadi


36

penghambat tersebut. ketergantungan dan selalu mengharapkan

bantuan dari pemerintah.

9 Efektivitas Program Keluarga untuk mengukur Jenis penelitian ini adalah Hasil penelitian membuktikan bahwa dampak bantuan

Harapan (Pkh) Dan Dampaknya tingkat efektivitas penelitian lapangan, dengan Program Keluarga Harapan dalam pengentasan

Terhadap Religiositas Masyarakat Program Keluarga metode kuantitatif kemiskinan di Kabupaten Solok dengan predikat 81%

Penerima Bantuan Di Kabupaten Harapan dan meninjau dan berada pada kategori sangat efektif. Namun

Solok dampak religiositasnya. indikator output pada butir soal

pertanggungjawaban bidang keagamaan masih

kurang efektif karena kesadaran untuk

peningkatan keimanan masihkurang.


37

C. Kerangka Konseptional

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan skema Bantuan Tunai

Bersyarat (BTB) yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 2017. PKH

adalah program bantuan dan perlindungan sosial yang termasuk dalam

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Indonesia I (Bantuan Sosial Berbasis

Keluarga) untuk Lanjut Usia dan Penyandang Cacat Berat terkait dengan

Pendidikan, Kesehatan dan Pencapaian Dasar. PKH adalah Bantuan Rumah

Tangga Bersifat Tunai (RTSM). Tujuan jangka pendek dari rencana tersebut

adalah untuk mengurangi beban rumah tangga RTSM, dan dalam jangka

panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi dan

memungkinkan generasi berikutnya keluar dari perangkap kemiskinan.

Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian Millennium

Development Goals. Lima komponen tujuan Millennium Development Goals

(MDG’s) yang akan terbantu oleh PKH yaitu: Pengurangan penduduk miskin

dan kelaparan, Pendidikan dasar, Kesehatan gender, Pengurangan angka

kematian bayi dan balita, pengurangan kematian ibu melahirkan.


38

Gambar 1 Kerangka Konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan Mixed Methods dengan

pendekatan metode campuran antara penelitian kualitatif dan penelitian

kuantitaf. Penelitian kuantitatif secara kuisoner dan penelitian kualitatif

digunakan sebagai memperkuat data dari kuisoner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Gunung Sarik

Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera Barat. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada antara bulan Juli 2024 sampai dengan

selesai.

39
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kelurahan Gunung Sar

39
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu

atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto menjelaskan

bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka

dari penjelasan para ahli diatas, penulis menetapkan populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat Penerima PKH di Gunung Sarik

Kecamatan Kuranji Kota Padang yang berjumlah 392 orang. Untuk

memperjelas jumlah populasi jumlah masyarakat Penerima PKH,

maka rincian atau klasifikasi golongan/tingkatan sebagai berikut:

RW Kelurahan
Jumlah Penerima PKH
Gunung Sarik

RW 1 88

RW 2 34

RW 3 58

RW 4 38

RW 5 26

RW 6 42

RW 7 12

RW 8 6

39
40

RW 9 5

RW 10 6

RW 11 5

RW 12 40

RW 13 32

TOTAL 392

Sumber : Dinas Sosial Kota Padang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi diteliti. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive.

Menurut Arikunto “Purposive Sampling adalah teknik mengambil

sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,

melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada

tujuan tertentu”. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

N
𝑛=
1 + (𝑁 + 𝑎2 )

Keterangan:

n = sampel minimum

N = sampel populasi
41

a = persentase batas toleransi

N
𝑛=
1 + (N + 𝑎2 )

392
𝑛=
1 + (392 + 10%2 )

392
=
1 + (392 + 0,01)

392
=
1 + (3,92)

392
= = 79,7
4,92

Berdasarkan perhitungan tersebut, peneliti mendapatkan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang.

D. Sumber Data

Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi kepada

dua kelompok, yaitu:

1. Data primer

Yaitu sumber data utama yang diambil atau yang diperoleh dari

orangorang yang terlibat langsung dalam penelitian. Dalam penelitian

ini, data primer tersebut didapatkan dari Kepala Jaminan Sosial

dibidang Sosial Kabupaten Mandailing Natal Dalam Penanggulangan


42

Kemiskinan. Data primer ini juga merupakan data yang diperoleh

langsung dari objek yang akan diteliti.

2. Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang berkaitan dengan penelitian, data ini

diperoleh dari buku-buku, peraturan-peraturan yang tertulis atau

dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan internet

yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder ini juga merupakan

data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam

penelitian tersebut. Objek penelitian yang menjadi pusat penelitian

adalah peserta penerima PKH yang berdomisili di Gunung Sarik

Kecamatan Kuranji Kota Padang.

F. Teknis dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

sebagai instrumen pengumpulan datanya. Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:

142). Pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

menggunakan tiga macam metode, yaitu:


43

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan

jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi dengan

pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Dan

adapun isi wawancara tersebut adalah berkaitan dengan rumusan

masalah yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data-

data yang diperlukan peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

2. Angket (kuisoner)

Kuisoner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara

tertulis oleh responden. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan

dua alat ukur untuk mengukur satu variabel agar data yang didapatkan

tidak bias dan lebih akurat.

Skala yang digunakan dalam kuesioner menggunakan skala

Likert dan Guttman. Skala Guttman adalah apabila peneliti ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu masalah yang

ditanyakan seperti “ya” dan “tidak”. Jika capaian hasil kuisoner

mencapai dibawah 50% maka objek yang diteliti kurang efektif. Jika

capaian hasil kuisoner mencapai diatas 50% -100% maka dapat

dikatakan objek yang diteliti mendekati efektif dan efektif. Untuk

penilaian jawaban positif diberi skor 1 dan negative diberi skor 0.


44

Pengukuran pada skala Guttman bersifat tegas, karena jawaban

hanya “Ya” dan “Tidak” (Sugiyono, 2012: 139). Skala Guttman pada

penelitian ini karena ingin mendapatkan jawaban yang tegas tentang

ada atau tidaknya keefektifan pelaksanaan PKH. Skala Likert

digunakan untuk mengukur pendapat, sikap dan persepsi seseorang

tentang fenomena (Sugiyono, 2012: 134). Penggunaan skala Likert

pada penelitian ini karena ingin mengukur pendapat dan persepsi dari

informan terkait dengan keefektifan pelaksanaan PKH. Dalam hal ini

kuisoner ditujukan kepada peserta PKH Gunung Sarik Kecamatan

Kuranji.

Skoring yang digunakan dalam skala Guttman dilakukan dengan

memberi skor 0 apabila jawaban Tidak, dan skor 1 apabila jawaban

Ya. Skor tertinggi dalam skala ini terletak pada jawaban “Ya” dan

skor terendah terletak pada jawaban “Tidak”. Skoring yang digunakan

dalam skala Likert dilakukan dengan memberi skor 1 apabila jawaban

“Rendah”, skor 2 apabila jawaban “Sedang” dan skor 3 apabila

jawaban “Tinggi”. Skor tertinggi terletak pada jawaban “Tinggi” dan

skor terendah terletak pada jawaban “Rendah”.

3. Dokumentasi (documentation)

Ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan,

peraturan-peraturan, fotofoto, film dokumenter, dan data-data yang


45

relevan.

G. Metode Analisis Data

Analisis data ialah proses menyusun atau mengolah data agar dapat

ditafsirkan lebih baik. Selanjutnya Moleong berpendapat bahwa analisis

data dapat juga dimaksudkan untuk menemukan unsur-unsur atau bagian-

bagian yang berisikan kategori yang lebih kecil dari data penelitian. Data

yang baru didapat terdiri dari catatan lapangan yang diperoleh melalui

observasi, wawancara dan studi dokumentasi terkait dengan Analisis

Efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gunung

Sarik Kecamatan Kuranji Kota Padang. Analisis dengan cara menyusun

menghubungkan dan mereduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan data selama dan sesudah pengumpulan data.

Purwanto (2007: 109), menyebutkan bahwa analisis data adalah

proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan menjadi lebih

mudah dipahami untuk diinterpretasikan. Dalam penelitian kuantitatif,

analisis data adalah tahapan yang dilakukan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2012: 147). Tipe

analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Menurut Suyanto

(2009), setelah mendapatkan data dari kuesioner yang sudah di isi,

kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif yang

terdiri dari: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) kesimpulan.

Dimana prosesnya berlangsung secara sirkuler selama penelitian


46

berlangsung.

Pada tahap awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebar

dan belum tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan

luas. Setelah fokus semakin jelas maka peneliti menggunakan observasi

yang lebih berstruktur untuk mendapatkan data yang lebih spesifik.

1. Reduksi Data

Reduksi Data Setelah data penelitian yang diperlukan

dikumpulkan, maka agar tidak bertumpuk-tumpuk dan memudahkan

dalam mengelompokkan serta dalam menyimpulkannya perlu

dilakukan reduksi data. Reduksi data dalam hal ini sebagai suatu

proses pemilihan, memfokuskan pada penyederhanaan, pengabstrakan

dan transformasi data mentah/kasar yang muncul dari catatan tertulis

di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, mengungkapkan hal-hal yang penting, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan

mengorganisasikan data agar lebih sistematis sehingga dapat dibuat

suatu kesimpulan yang bermakna. Adapun data yang sudah direduksi

akan dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang Analisis

Efektivitas pelaksanaan Program Keluarga Harapan(PKH) di Gunung

Sarik.

2. Penyajian Data
47

Penyajian data dilakukan setelah proses reduksi. Penyajian data

merupakan proses pemberian sekumpulan informasi yang sudah

disusun yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan. Proses

penyajian data ini adalah mengungkapkan secara keseluruhan dari

sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca. Dengan adanya

penyajian data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi

dalam kancah penelitian dan apa yang akan dilakukan peneliti dalam

mengantisipasinya.

3. Kesimpulan

Data penelitian pada pokoknya berupa kata-kata, tulisan dan

tingkah laku sosial para sektor yang terkait dengan aktivitas tentang

Analisis Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di

gunung Sarik. Aktivitas ini mencakup kebijakan program dan kegiatan

yang dilakukan terhadap individu, keluarga, masyarakat, yang tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan yang layak.

Subagyo (2000) dalam Marchat (2011) menjelaskan tingkat

efektifitas dapat dihitung menggunakan rumus efektifitas sebagai

berikut:

𝑹
𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑻
48

Keterangan:

R = Realisasi

T = Target

Sedangkan, untuk data yang diperoleh dengan menggunakan

skala Guttman dan likert dapat di analisis dengan analisis efektivitas

yang digunakan untuk menguji variabel input, process, dan output.

Teknik analisis yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan

sesuai rumus yang digunakan. Menentukan presentase terhadap

keseluruhan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dan menetukan

efektivitas pelaksanaan program PKH dengan cara menjumlah skor

total (riil) yang diperoleh dibagi dengan jumlah skor ideal (harapan)

setelah itu dikali 100% (Sugiyono, 2013). Pengelolaan data dilakukan

dengan menggunakan alat bantu Microsoft Office Excel 2007.

Rumus skala interval menurut Sugiyono (Sugiyono, 2012: 95):

Dari perhitungan diatas, maka interval yang digunakan untuk


49

menentukan panjang interval adalah 0,67 atau 67%. Berikut skala

interval untuk menginterprestasikan nilai pertanyaan kuesioner:

Tabel 3.3 Skala Interval Guttman


Nilai Keterangan
0,00 – 0,50 Tidak Beresiko
0,51 – 1,00 Beresiko

Tabel 3.4 Skala Interval Likert


Nilai (%) Keterangan Kefektifan
1,00 – 1,67 Beresiko Rendah Tidak Efektif
1,68 – 2,34 Beresiko Sedang Cukup Efektif
2,35 – 3,00 Beresiko Tinggi Sangat Efektif

H. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dalam

menganalisis data, antara lain:

1. Menyusun instrument penelitian berupa kuesioner yang bersisi

pertanyaan dengan menggunakan skala Gutman dan Likert.

2. Melakukan proses pengumpulan data terhadap responden yang

telah ditentukan sebelumnya.

3. Pengolahan data dimulai dengan memeriksa kelengkapan

kuesioner, selanjutnya melakukan tabulasi dari hasil kuesioner, dan

melakukan analisis data (Sari, 2015).


50

4. Menguji validitas instrumen yang digunakan agar mampu

menghasilkan data yang benar dan akurat sesuai dengan tujuan

dalam pengukurannya.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Peta Lokasi Kecamatan Kuranji

Sumber: Website Wikipedia

Kelurahan Gunung Sarik berada di Kecamatan Kuranji, Kota Padang,

Provinsi Sumatra Barat. Dengan titik koordinat -0.8943344921050639,

100.40157224171219 memiliki Luas kelurahan: 11,08 kilometer persegi. Jarak

dari kantor kelurahan ke Ibukota Kecamatan adalah 4 kilometer, ke Ibukota

Kota adalah 5 kilometer, ke Ibukota Provinsi adalah 9,3 kilometer. Kelurahan

Gunung Sarik terdiri dari 13 RW dan 59 RT. Kelurahan Gunung Sarik

memiliki luas 11,08 kilometer persegi. Jumlah penduduk Kelurahan Gunung

51
52

Sarik sebanyak 18133 jiwa, yang terdiri dari 9207 laki-laki dan 8926

perempuan.

Tabel 4.1 Fasilitas yang ada di Kelurahan Gunung Sarik

Fasilitas Nama Fasilitas Jumlah


Fasilitas Kesehatan Puskesmas Pembantu 1 Unit
Taman Kanan Kanak 1 Unit
Sekolah Dasar 4 Unit
Fasilitas
Sekolah Menengah 2 Unit
Pendidikan
Pertama
Sekolah Menengah Atas 2 Unit
Masjid 12 Unit
Fasilitas Agama
Mushala 23 Unit
Sumber: Website Gunung Sarik

B. Hasil Penelitian

1. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Di Gunung Sarik

Ditinjau Dari Ketepatan Sasaran

Pada proses pemilihan calon peserta PKH di Kelurahan Gunung

Sarik melalui proses yang panjang dan calon peserta PKH setidaknya harus

memenuhi salah satu komponen persyaratan sebagai penerima PKH

misalnya memiliki anak usia sekolah, memiliki bayi/balita, memiliki orang

tua jompo yang dirawat, serta ibu hamil/menyusui. Namun dari hasil

penelitian yang dilakukan, tidak semua penerima yang mendapatkan

bantuan tersebut termasuk kedalam sasaran yang seharusnya mendapartkan

bantuan. Peserta PKH yang memiliki anak usia sekolah jumlahnya paling

banyak dibanding dengan peserta PKH yang memiliki bayi/balita ataupun


53

komponen lainnya.

2. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Di Gunung Sarik

Ditinjau Dari Sosialisasi

Sebagai awal pengenalan Program Keluarga Harapan (PKH) di

Gunung Sarik, dilakukan sosialisasi program (PKH). Sosialsasi dilakukan

pada awal penetapan calon penerima PKH. Sosialisasi berlangsung pada di

awal proses seleksi calon penerima PKH. Tujuan sosialisasi awal untuk

menginformasikan peserta tentang tujuan PKH, menjelaskan persyaratan

menjadi peserta PKH dan kelengkapan pembukaan rekening, menjelaskan

hak dan kewajiban PKH KPM, menjelaskan penyaluran bantuan, dan

menjelaskan aspek lain dari PKH (Kementerian Sosial, 2019: 40). Di awal

pertemuan petugas dengan calon penerima PKH, petugas membagikan

Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA).

3. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Di Gunung Sarik

Ditinjau Dari Ketercapaian Tujuan

Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan triangulasi sumber

menunjukkan bahwa ada banyak yang tidak tercapai oleh peserta PKH

karena sasaran penerimaan tidak tepat dari awal. Maka jumlah yang

mereka terima pun diliuar perkiraan yang seharusnya mereka dapatkan.

Peserta PKH memanfaatkan dana bantuan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sekolah bagi yang memiliki anak usia sekolah. Selain itu,

digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi bagi yang memiliki

bayi/balita dan peserta PKH sebagai ibu hamil/menyusui. Serta, apabila


54

masih ada sisa dana bantuan tersebut, oleh peserta PKH digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Namun, dana bantuan digunakan

secara utama untuk memenuhi kebutuhan di bidang pendidikan dan

kesehatan.

4. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) Di Gunung Sarik

Ditinjau Dari Dampak Program

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa peserta

PKH di Gunung Sarik belum semua merasakan dampak yang maksimal.

Dengan adanya bantuan PKH ini, peserta PKH yang sudah menerima lebih

mudah mengakses kebutuhan sekolah bagi yang memiliki anak usia

sekolah. Selain itu, bagi yang memiliki orang tua jompo yang dirawat

atau ibu hamil/menyusui juga lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan

gizi dan nutrisinya. Dan jika masih ada sisa dana bantuan, digunakan untuk

mencukupi kebutuhan sehari-harinya, misalnya digunakan untuk membeli

kebutuhan pokok atau membeli baju buat anaknya. Ini menandakan

dampak program dari sasaran sampai ke tujuan PKH tidak tepat karena

tidak diperuntukkan benar-benar untuk yang membutuhkan. Namun bagi

kelaurga yang tidak terdata menjadi penerima PKH manfaat dari bantuan

tersebut tidak sama sekali bisa dirasakan. Penerima yang sudah terdatapun

tidak semuanya menerima sesuai penggolongan yang seharusnya mereka

terima.

5. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Upaya

Penanggulangan Kemiskinan
55

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa

pemberian bantuan ini sudah dapat sedikit meringankan beban pengeluaran

masyarakat miskin dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang menerima

bantuan. Karena dalam kenyataannya masyarakat miskin yang semula tidak

mampu mengakses fasilitas pendidikan atau tidak mampu memenuhi

kebutuhan pendidikan anaknya, dengan adanya bantuan PKH ini mereka

menjadi mampu untuk memenuhi semua kebutuhan sekolah anaknya hingga

wajib sekolah 12 tahun, namun tidak semua masyarakat yang pantas

mendapatkan bantuan ini yang menggunakan.

Selain itu dibidang kesehatan, masyarakat miskin yang semula enggan

berobat ke bidan desa/fasilitas kesehatan, setelah mendapat bantuan PKH

mereka menjadi lebih memprioritaskan untuk berobat di fasilitas kesehatan

yang tersedia.

Berdasarkan 5 indikator efektivitas program diatas bahwasanya

efektivitas PKH di Gunung Sarik belum berjalan dengan efektif. Pada indikator

ketepatan sasaran, bahwa data penerima PKH berasal dari Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan penerima PKH Gunung Sarik banyak yang

tidak terdaftar di dalam DTKS, pada indikator sosialisasi program telah

dilakukan sosialisasi pada indikator pengetahuan dan ketepatan tujuan

dikatakan efektif karena KPM mengerti apa tujuan dari PKH. Namun

pelaksanaan PKH di Gunung Sarik belum dirasakan secara efektif oleh

masyarakat yang seharusnya mendapatkan dan menerima PKH tersebut.


56

C. Pembahasan

1. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gunung Sarik

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan, tertulis bahwa untuk
meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin dan rentan melalui peningkatan
aksesbilitas terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial,
perlu program perlindungan sosial yang terencana, terarah, dan berkelanjutan.
Bentuk program tersebut diwujudkan dalam Program Keluarga Harapan yang
telah dilaksanakan salah daerah di Gunung Sarik sejak tahun 2011. Sesuai
dengan pasal 2 sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri, bahwa PKH
memiliki beberapa tujuan salah satunya adalah megurangi angka kemiskinan
dan kesenjangan. Tujuan tersebut ditempuh melalui mekanisme pelaksanaan
PKH yaitu peningkatan kemapuan keluarga oleh pendamping PKH pada setiap
pertemuannya.

Pada pertemuan tersebut, pendamping PKH selain memberikan


fasilitas layanan mengenai PKH, mereka berkewajiban untuk menciptakan
perubahan perilaku kemandirian peserta PKH supaya dapat bertransformasi
menjadi masyarakat yang mampu untuk memenuhi kebutuhannya. Sejauh ini,
Bapak Heri selaku pendamping PKH masih meragukan bahwa Program
Keluarga Harapan akan efektif untuk mengurangi angka kemiskinan. Peserta
PKH cenderung mengandalkan bantuan PKH untuk memenuhi kebutuhannya.
Efektifitas PKH ini perlu untuk dikaji sebagai bentuk evaluasi, hal ini mejadi
penting terutama di masa pandemic ketika angka kemiskinan diprediksi terus
meingkat karena Indonesia telah masuk pada resesi ekonomi.

Sebagai upaya untuk mengetahui tingkat efektifitas Program Keluarga


Harapan di Gunung Sarik, diberikan kuisioner kepada 2 kelompok responden
yaitu peserta PKH sejumlah 40 responden dan kelompok graduasi (mantan
peserta PKH) sejumlah 40 responden. Total menjadi 80 responden dengan
indikator yang berberda antara peserta PKH dan kelompok graduasi.
57

a. Karakteristik Responden

Pada bagian karakteristik responden yang akan di bahas adalah


mengenai usia, pekerjaan utama, penghasilan, serta lama tahun
responden menerima bantuan PKH. Hal ini bertujuan guna mendapat
informasi yang relevan yang sesuai dengan pokok permasalahan yang
penulis tulis. Penelitian ini dilakukan di Desa Cilopadang dengan
mengambil sampel di setiap dusunnya supaya merata.

1) Usia Responden

Usia responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di


bawah ini:
Tabel 4.3 Usia Responden

No Usia Jumlah Responden Presentasi


1 < 20 tahun 0 0
2 21 - 30 tahun 4 8%
3 30 - 40 tahun 22 44%
4 41 – 50 tahun 40 36%
5 50 - 60 tahun 10 10%
6 > 60 tahun 4 2%
Total 80 100%
Sumber: Data diolah dari observasi
Berdasarkan data dari tabel diketahui bahwa responden dengan

usia kurang dari 20 tahun tidak ada, kemudian responden dengan

usia 21 – 30 tahun sebanyak 4 atau 8%. Responden dengan usia 30

– 40 tahun sebanyak 22 atau 44%, usia 41 – 50 tahun sebanyak 40

atau 36%, usia 50 – 60 tahun sebanyak 10 atau 10% dan responden

dengan usia lebih dari 60 tahun sebanyak 4 orang atau 2%.


58

2) Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Jumlah Responden Presentase


1 Ibu Rumah Tangga 6 12%
2 Pedagang 4 8%
3 Wiraswasta 3 6%
4 Buruh 47 68%
5 Petani 15 4%
6 Guru Swasta 5 2%
Total 80 100%
Sumber: Data diolah dari observasi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah
pekerjaan yang dimiliki responden sebagian besar sebagai buruh
yaitu sebanyak 47 responde atau 68%. Sedangkan dari hasil
wawancara bahwa yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 6 responden yang diataranya adalah janda hanya
megandalkan pemberian dari anak-anaknya yang sudah bekerja atau
bahkan menikah. Sisanya yaitu bekerja sebagai pedagang sebanyak 4
responden, wirasawasta 3 responden, petani 15 responden, dan 5
guru swasta.

3) Penghasilan Responden

Penghasilan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Penghasilan responden

No Penghasilan Jumlah responden Presentase


1 < Rp. 500.000 55 50%
59

2 Rp. 600.000 8 16%


3 Rp. 800.000 2 4%
4 Rp. 900.000 12 24%
5 Rp. 1000.000 2 4%
6 Rp. 1.500.000 1 2%
Total 50 100%
Sumber: Data diolah dari observasi
Berdasarkan data tabel di atas bahwa rata-rata penghasilan
responden kurang dari Rp. 500.000 sebanyak 25 atau 50% dari
jumlah responden. Kemudian untuk yang memiliki penghasilan Rp.
600.000 sebanyak 8 responden atau 16%. Responden dengan
penghasilan Rp. 800.000 dan Rp. 1000.000 masing-masing sebanyak
2 responden, sedangkan sejumlah 12 atau 24% memiliki penghasilan
Rp. 900.000. Sisanya 1 responden memiliki penghasian
Rp.1.500.000
a) Lama Tahun Responden Menerima PKH
Lama tahun responden dalam menerima PKH dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4. 4 Lama Tahun Responden Menerima PKH

No Lama Tahun Jumlah Responden Presentase


1 3 tahun 28 56%
2 4 tahun 9 18%
3 5 tahun 1 2%
4 6 tahun 1 2%
5 9 tahun 11 22%
Total 50 100%
Sumber: Data diolah dari observasi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden menerima bantuan
PKH selama 3 tahun yaitu sebanyak 28 responden atau setara degan 56%. Responden yang
menerima bantuan selama 4 tahun sejumlah 9 responden. Responden yang sudah menerima
bantuan PKH selama 5 sampai 6 tahun masing-masing berjumlah 1 responden, dan yang
terlama adalah responden yang sudah menerima PKH sebanyak 9 tahun yaitu sebanyak 11
60

responden atau 22%.

b. Hasil Jawaban Kuisioner

Kuisioner yang dibuat oleh penulis untuk mengetahui efektifitas PKH dalam mengurangi
angka kemiskinan selama pandemic terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang masih
aktif sebagai peserta PKH dan kelompok graduasi yang sejak pandemic sudah tidak menerima
bantuan PKH. Sebagaimana yang disampaikan Kartiawati dan buku penilaian dari buku PKH
2019 tentang efektifitas PKH maka pertanyaan kuisioner disusun berdasarkan lima indikator,
yaitu indikator masukan, proses, keluaran, manfaat dan dampak. Hasil kuisioner dapat dilihat
pada tabel berikut:
1) Kuisioner untuk Peserta PKH
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 1 sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presenta
Ya Tidak se
Mendapat informasi/
1 100%
sosialisasi 80 0
tentang PKH dari petugas
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 1 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab Tidak
adalah nol.

Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 2 sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presenta
Ya Tidak se
Mendapat pemantauan atau pendampingan dari
2 petugas PKH 100%
selama pandemic 80 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 2 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab Tidak
61

adalah nol.

Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 3 sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Petugas PKH mengadakan pertemuan
3 100%
secara rutin selama pandemic 0 80
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Tidak pada kuisioner
nomor 3 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab Ya
adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 4 sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Turut menghadiri pertemuan secara
4 100%
rutin selama pandemic 40 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 4 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 5 sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Mengetahui tujuan, hak, dan
5 100%
kewajiban sebagai peserta PKH 80 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
62

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 5 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 6 sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Syarat yang ditentukan tidak
6 100%
memberatkan 80 0

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 6 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 7 sebagai berikut:

Tabel 4. 11 Hasil Sebaran Kuisioner


Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Pencairan dana dilakukan tepat waktu
7 100%
selama pandemic 80 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 7 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.

Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 8 sebagai berikut:

Tabel 4. 12 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Jumlah uang yang diterima sesuai
8 100%
dengan yang ditetapkan 80 0
63

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 8 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 9 sebagai berikut:

Tabel 4. 13 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Tidak erdapat pemotongan dari pihak
9 100%
lain 80 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 9 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 10 sebagai berikut:
Tabel 4. 14 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Dana yang digunakan sesuai dengan
10 100%
kebutuhan dari kategori yang diterima 80 0

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 10 sebanyak 40 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 11 sebagai berikut:

Tabel 4. 15 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Tidak Menggunakan dana untuk
kebutuhan lain selain pendidikan, 68 30% + 70%
11
kesehatan, kebutuhan lansia dan 12 = 100%
disabilitas
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
64

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Tidak pada kuisioner
nomor 11 sebanyak 12 responden atau 30% responden. Sedangkan yang menjawab Ya
adalah 28 responden atau 70%.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 12 sebagai berikut:

Tabel 4. 16 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Setelah menjadi peserta PKH,
kebutuhan pendidikan, keseharian, 40%+60%
12
lansia, dan disabilitas terpenuhi selama = 100%
pandemic 12 68
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 12 sebanyak 68 responden atau 40% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah 24 responden atau 60%.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 13 sebagai berikut:

Tabel 4. 17 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Kualitas pendidikan, kesehatan,
pemenuhan kebutuhan lansia dan
13 100%
disabilitas meningkat setelah menjadi
peserta PKH 80 0
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada kuisioner
nomor 13 sebanyak 80 responden atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab
Tidak adalah nol.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 14 sebagai berikut:

Tabel 4. 18 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
14 Saya layak menjadi peserta PKH 80 0 100%
Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020
65

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada
kuisioner nomor 14 sebanyak 40 responden atau 100% responden. Sedangkan
yang menjawab Tidak adalah nol.

Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 15


sebagai berikut:
Tabel 4. 19 Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Mendapat kemudahan dalam
92.5%+17.5%
15 mengakses layanan kesehatan
=100%
selama pandemic 67 13

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mejawab Ya pada
kuisioner nomor 15 sebanyak 67 responden atau 92.5% responden. Sedangkan
yang menjawab Tidak adalah 13 responden atau 17.5%.
Hasil jawaban kuisioner butir pernyataan nomor 16 sebagai berikut:

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Mengharapkan bahwa PKH akan terus
16 100%
berlanjut 80 0

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
mejawab Ya pada kuisioner nomor 16 sebanyak 80 responden
atau 100% responden. Sedangkan yang menjawab Tidak adalah
nol.
a. Kuisioner untuk Kelompok Graduasi
66

Hasil kuisioner butir pertanyaan nomor 1 sebagai berikut:


Tabel 4. 21Hasil Sebaran Kuisioner

Jawaban
No Item Pertanyaan Responden Presentase
Ya Tidak
Penghasilan meningkat setelah tidak 10%+90%
1
menjadi peserta PKH 10 70 = 100%

Sumber: Data diolah dari hasil kuisioner penelitian tahun 2020


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
mejawab Ya pada kuisioner nomor 1 sebanyak 10 responden
atau 10% responden. Sedangkan yang menjawab Tidak adalah
80 responden atau 90%.

2. Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) di Gunung Sarik

Pada dasarnya efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dapat

diukur menggunakan variabel pengukuran efektivitas seperti ketepatan

sasaran program, sosialisasi program, tujuan program dan dampak. Selain

menggunakan variabel-variabel tersebut tingkat efektivitas dapat diukur

melalui indikator keberhasilan pelaksanaan program bantuan dalam upaya

pengentasan kemiskinan. Indikator keberhasilan pelaksanaan program yaitu

pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan,

perubahan nyata. Efektivitas program PKH di Gunung Sarik berdasarkan

hasil peneyebaran angket kuisioner kepada 80 sampel dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Efektivitas Program PKH Gunung Sarik


No Efektivitas Program Keberhasilan Efektivitas
67

PKH Program PKH


1 Pemahaman Program Tercapai
2 Tepat Sasaran Belum Tercapai
3 Tepat Waktu Belum Tercapai
4 Tercapainya Tujuan Belum Tercapai
5 Perubahan Nyata Belum Tercapai
Sumber: Hasil analisis Lapangan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Program PKH di Kecamatan Tangan-tangan Kabupaten Aceh Barat Daya

belum begitu efektif, hal tersebut sudah ada pemahaman peserta PKH,

sudah tepat waktu, namun belum semua tepat sasaran, belum sesuai dengan

tujuan

2. Adapun kendala yang dialami oleh pendamping PKH dalam menjalankan

program PKH adalah berupa melakukan pendampingan peserta PKH ke

pihak Bank untuk pembuatan buku tabungan. Selain kendala tersebut,

pendamping PKH juga mengalami kendala berupa penjelasan kepada

peserta PKH bahwa dana PKH tersalurkan bertahap atau tidak sekaligus.

3. Masyarakat penerima bantuan PKH tidak semuanya sejahtera. Karena

ketepatan sasaran belum menyeluruh sehingga masih banyak kelaurga yang

kurang terbantu perekonomiannya atau dan yang penerima bantuan PKH

tidak semua terdata sebagai penerima PKH.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut:

1. Program keluarga harapan perlu di evaluasi dan monitoring lebih baik lagi,

68
69

melakukan sosialisasi baik secara nasional terlebih di daerah pedalaman

secara terarah untuk memberikan kesadaran dan pemahaman yang benar

menegenai program ini kepada semua pemangku kepentingan, baik aparat

pelaksana maupun masyarakat. Kegiatan sosialisasi tersebut harus diatur

secara tegas terarah dan sesuai dengan Pedoman Umum PKH. Dalam

penentuan RTM penerima bantuan diharapkan menggunakan data yang

valid agar lebih tepat sasaran.

2. Program keluarga harapan perlu kinerja pendamping yang baik supaya apa

yang di harapkan tercapai dan apabila ada kendala yang di dalamnya dapat

diselesaikan dengan cepat, begitu halnya pencairan dana PKH yang di

salurkan kepada rekening penerima manfaat tepat waktu dan Kementerian

Sosial seharusnya juga melakukan audit sumber daya, baik pendamping

maupun sarana dan prasarana pendukung sebaiknya mengeluarkan aturan

serta membuat mekanisme kontrol terkait dengan pemanfaatan bantuan.

Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah desa setempat, baik dalam

validasi data, verifikasi data maupun memotivasi kelompok sasaran dan

menegakkan keadilan, agar kemiskinan dapat teratasi dengan baik.

3. Diharapkan untuk masyarakat, memberikan data-data yang benar sesuai

yang terjadi dikehidupan. Agar tujuan PKH untuk mensejahterakan

masyarakat sesuai dapat tercapai dengan benar.


Lembar Wawancara Koordinator PKH

Tentang

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN


(PKH) DI KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI
KOTA PADANG SUMATERA BARAT

Indetitas Narasumber
Nama :
Alamat :
Waktu wawancara :
Daftar Pertanyaan

1. Apa itu PKH?

2. Bagaimana proses penentuan masyarakat yang menerima PKH?

3. Apakah bantuan PKH tepat sasaran?

4. Apakah PKH dijalankan sesuai dengan prinsip keadilan dan tanggung jawab?

5. Apakah PKH bisa dikatakan berhasil?

6. Apakah PKH perlu dilanjutkan?

7. Apa saja yang menjadi syarat penerima PKH?

8. Bagaimana peran PKH dalam mengatasi masalah kemiskinan?

9. Apakah bantuan PKH dapat mengurangi angka kemiskinan?

10. Bagaimana perkembangan PKH di Gunung Sarik?


Lembar Wawancara Petugas Pedamping PKH

Tentang

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN


(PKH) DI KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI
KOTA PADANG SUMATERA BARAT

Indetitas Narasumber
Nama :
Alamat :
Waktu wawancara :
Daftar Pertanyaan

1. Sudah berapa lama menjadi pendamping diwilayah Gunung Sarik?

2. Apakah ada kendala selama menjadi pendamping di Gunung Sarik?

3. Apakah implementasi PKH di Gunung Sarik sudah berjalan dengan baik?

4. Apakah PKH ini sudah menjadi program untuk menanggulangi permasalahan

kemiskinan di Gunung Sarik?

5. Bagaimana cara pendamping menyampaikan tujuan kepada Keluarga

Penerima Manfaat?
Lembar Wawancara Penerima PKH

Tentang

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN


(PKH) DI KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI
KOTA PADANG SUMATERA BARAT

Indetitas Narasumber
Nama :
Alamat :
Waktu wawancara :
Daftar Pertanyaan

1. Apakah mengetahui tentang PKH?

2. Apakah mengetahui tujuan PKH yang tercantum pada peraturan?

3. Pertama kali mengetahui bahwa mendapatkan bantuan PKH melalui siapa?

4. Apakah pada saat melakukan proses validasi data mengalami kesulitan?

5. Fasilitas apa yang diperoleh sebagai KPM Program Keluarga Harapan?

6. Apakah hadir pada saat pertemuan peningkatan kemampuan keluarga

(P2K2)?

7. Apakah materi yang disosialisasikan pada saat P2K2 dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari?

8. Apakah sasaran dari PKH sudah tepat?

9. Apakah PKH ini dapat mengatasi kemiskinan dan mencukupi?

10. Apakah penyampaian oleh pendamping sudah baik dan dapat dipahami dengan

mudah?
Lembar Kuisioner Penerima PKH

Dengan Hormat,
Nama saya Tri Novia Wulandari, berkaitan dengan penelitian yang saya
lakukan dalam rangka menyelesaikan program studi S1 Program Studi
Geografi Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
mengenai “EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA
HARAPAN (PKH) DI KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN
KURANJI KOTA PADANG SUMATERA BARAT”. Maka saya mohon
kesediaan dari saudara untuk dapat mengisi kuesioner penelitian ini.
Atas kerjasama yang baik dan kesungguhan dalam mengisi kuesioner, saya
ucapkan terimakasih.

A. Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Usia : Tahun

Pekerjaan :

Penghasilan : Rp. 500.000-Rp. 1.000.000


Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000-RP. 2.000.000
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Bacalah setiap pernyataan secara teliti sebelum anda menjawab
2. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda (X) pada
salah satu kolom yang tersedia pada masing-masing pernyataan.
Saudara diminta untuk memberikan tanggapan atas pernyataan yang
ada pada kuisioner ini sesuai dengan pendapat saudara.
Keterangan:

Program Keluarga Harapan


Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu (R) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5

Kriteria Responden
▪ Masyarakat Gunung Sarik yang menerima Bantuan Program
Keluarga Harapan (PKH)
ANGKET PENELITIAN

No. Item Pernyataan STS TS R S SS


Bantuan sosial
1 Saya menerima
bantuan uang tunai sesuai
dengan yang ditetapkan
2 Saya menerima
bantuan uang tunai tepat
pada waktunya (per-3 bulan)

3 Anak saya yang


masihsekolah mendapatkan
bantuan
biaya pendidikan
Pendampingan PKH
4 Pendamping PKH
kecamatan memastikan
saya menerima bantuan
tunai tepat pada waktunya
5 Pendamping PKH
kecamatan memastikan
saya menerima bantuan
tepat jumlahnya
6 Pendamping PKH
kecamatan menyelesaikan
masalah-masalah saya
dalam pelaksanan PKH
Pelayanan di fasilitas kesehatan dan pendidikan
7 Ketika saya sakit, saya
mendapatan pelayanan
kesehatan di fasilitas
kesehatan (puskesmas)
8 Anak saya yang berusia 6-
18 tahun (usia sekolah)
terdaftar pada satuan
pendidikan (sekolah)
9 Keluarga saya
mendapatkan layanan
berobat gratis
Program Bantuan Komplementer
10 Saya mendapatkan Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT)

11 Keluarga Saya mendapatkan


bantuan sosial kesehatan
seperti BPJS

12 Anak Saya mendapatkan


bantuan sosial pendidikan
seperti KIP

Akses Layanan
13 Saya merasa mudah
mendapatkan informasi
mengenai PKH
14 Informasi tentang PKH
yang saya dapatkan selalu
tepat dan akurat
15 Saya diberi tahu setiap kali
ada pelatihan tentang PKH

Anda mungkin juga menyukai