Tanah Da

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Nama : Putra Dwi Kinanta

Kelas : XII

TANAH DAN LINGKUNGAN

• Tanah Sebagai Ujud


Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakat (zone) yang
disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock)
bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah
bukan suatu ujud tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih (everlap) dan
salingtindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat
disebut gejala lintas-batas antar berbagai gejala alam permukaan bumi.
Ditinjau dari segi asal-usul, tanah merupakan hasil alihrupa (transformation) dan alihtempat
(translocation) zat-zat mineral dan organik yang berlangsung di permukaan daratan di bawah
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan berbentuk
tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu. Pengertian tubuh menandakan bahwa tanah
merupakan bangunan bermatra tiga, dua matra berkaitan dengan luas bentangan dan satu
matra berkaitan dengan tebal. Sifat-sifat tanah muncul dan berkembang secara berangsur
menuruti perjalanan waktu yang sangat panjang. Maka waktu menjadi matra keempat tanah.
Dengan demikian tanah disebut bangunan bermatra empat, atau sistem ruang-waktu. Ini
berarti hakekat tanah hanya terungkapkan secara baik kalau setiap gejala tanah didudukkan
menurut ruang dan waktu.

Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke arah cacak (vertical) menuruti
keragaman faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan tanah. Tampakan tanah
yang berkaitan dengan pola agihan cacak sifat-sifat tanah (vertical distribution pattern of soil
properties) disebut morfologi tanah. Bidang irisan tegak sepanjang tubuh tanah, yang
menampakkan morfologi tanah, disebut profil tanah. Profil tanah dipergunakan
mengklasifikasikan tanah. Pola agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan
daerah bentangan kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah.

Ada lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah dan menentukan rona
bentangtanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan, dan waktu. Dengan
peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam bidang pertanian, manusia dapat
dimasukkan sebagai faktor pembentuk tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah,
mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan
mereklamasi, manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula
dikendalikan oleh faktor-faktor alam.
Faktor pembentuk tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya
menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah
berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan
biologi. Reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah dan karena memiliki sifat maka tanah dapat
menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga
tahapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk
tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh
tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah adalah sebagai berikut..

•Bahan induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati sebagai bahan
mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah mineral, sedang yang berasal dari
longgokan biomassa mati akan menghasilkan tanah organik. Bahan penyusun tanah organik
dirajai oleh bahan organik dengan campuran bahan mineral berupa endapan aluvial.
Sifat bahan mentah dan bahan induk berpengaruh atas laju dan jalan pembentukan tanah,
seberapa jauh pembentukan tanah dapat maju, dan seberapa luas faktor-faktor lain dapat
berpengaruh. Sifat-sifat tersebut ialah susunan kimia, sifat fisik dan sifat permukaan. Dalam hal
bahan mentah dan bahan induk mineral sifat-sifat yang berpengaruh termasuk pula susunan
mineral, dan dalam hal bahan mentah dan bahan induk organik sifat-sifat yang berpengaruh
termasuk pula susunan jaringan. Sifat fisik berkenaan dengan struktur dan granularitas. Sifat
permukaan berkenaan dengan kemudahan kelangsungan reaksi antarmuka (interface).

•Iklim
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya pengaruh tidak
langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan degradasi tanah karena
pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan
pembentuk tanah dan tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral
dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi
bergantung pada suhu. Air merupakan pelaku proses utama di alam, menjalankan proses
alihragam (transformation) dan alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan
(enrichment) tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah
dengan erosi, perkolasi dan pelindian.

•Organisme Hidup
Faktor ini terbagi dua, yaitu yang hidup di dalam tanah dan yang hidup di atas tanah. Yang
hidup di dalam tanah mencakup bakteria, jamur, akar tumbuhan, cacing tanah, rayap, semut,
dsb. Bersama dengan makhluk-makhluk tersebut, tanah membentuk suatu ekosistem. Jasad-
jasad penghuni tanah mengaduk tanah, mempercepat pelapukan zarahzarah batuan,
menjalankan perombakan bahan organik, mencampur bahan organik dengan bahan mineral,
membuat lorong-lorong dalam tubuh tanah yang memperlancar gerakan air dan udara, dan
mengalihtempatkan bahan tanah dari satu bagian ke bagian lain tubuh tanah.

•Timbulan
Timbulan (relief) atau bentuk lahan (landform) menampilkan tampakan lahan berupa tinggi
tempat, kelerengan, dan kiblat lereng. Timbulan merupakan faktor pensyarat (conditioning
factor) yang mengendalikan pengaruh faktor iklim dan organisme hidup, dan selanjutnya
mengendalikan laju dan arah proses pembentukan tanah.

Dalam kawasan curah hujan yang sama, timbulan menciptakan keairan tapak yang dapat
berbeda-beda. Di tapak yang berkedudukan lebih tinggi dan berlereng-lereng, terjadi suasana
yang lebih kering karena letak air tanah lebih dalam dan air lebih banyak lari sebagai aliran
perkolasi dan aliran limpas (runoff). Sebaliknya, di tapak yang berkedudukan lebih rendah dan
datar atau cekung, terjadi suasana yang lebih basah karena letak air tanah dangkal, yang
membatasi laju perkolasi, dan air cenderung mengumpul, bahkan memperoleh aliran masuk
dari tapak sekitar yang berkedudukan lebih tinggi (runon). Tanah di lahan atasan terbentuk
dalam keadaan pengatusan (drainage) lebih baik, maka biasanya berwarna cerah kemerahan
dan sifatnya lebih beragam. Tanah di lahan bawahan terbentuk dalam keadaan pengatusan
lebih buruk, maka biasanya berwarna kelam di bagian atas dan bercak-bercak karat di bagian
bawah, dan keragaman sifat tanah lebih terbatas.
Tanah berlereng-lereng lebih rentan erosi dan longsor. Tanah datar atau cekung justru
menjadi tempat menampung bahan yang tererosi dari tanah sekitar yang terletak lebih tinggi.
Kaitan timbulan dengan erosi angin berbalikan dengan kaitannya dengan erosi air. Tanah datar
yang luas dan terbuka tanpa halangan bukit-bukit sangat rentan terhadap erosi angin.
•Waktu
Waktu bukan faktor penentu sebenarnya. Waktu dimasukkan faktor karena semua proses
maju sejalan dengan waktu. Tidak ada proses yang mulai dan selesai secara seketika. Tahap
evolusi yang dicapai tanah tidak selalu bergantung pada lama kerja berbagai faktor, karena
intensitas faktor dan interaksinya mungkin berubah-ubah sepanjang perjalanan waktu. Dapat
terjadi tanah yang belum lama terbentuk akan tetapi sudah memperlihatkan perkembangan
profil yang jauh. Sebaliknya, ada tanah yang sudah lama menjalani proses pembentukan akan
tetapi perkembangan profilnya masih terbatas.
Tanah yang berhenti berubah sepanjang perjalanan waktu menandakan bahwa tanah tersebut
telah mencapai keseimbangan dengan lingkungannya dan disebut telah mencapai klimaks.
Kalau keadaan lingkungan berubah, proses-proses tanah akan bekerja kembali menuju ke
pencapaian keseimbangan baru. Sementara itu ciri-ciri klimaks terdahulu masih tertahan karena
untuk menghilangkannya diperlukan waktu sangat panjang. Tanah semacam ini disebut tanah
tinggalan (relict soil). Apabila tanah hasil bentukan lingkungan purba terkubur oleh bahan
endapan baru, perkembangannya akan terawetkan. Tanah yang berasal dari suatu lingkungan
purba dinamakan paleosol. Paleosol yang terawetkan disebut tanah fosil.

•Tanah Sebagai Komponen Lahan


Lahan adalah sutau wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal
biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta
hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, yang boleh dibilang bersifat mantap atau dapat
diramalkan bersifat mendaur, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut berpengaruh murad
(significant) atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa sekarang dan pada masa
mendatang. Berdasarkan pengertian ini maka tanah merupakan salah satu tampakan lahan.
Sebagai komponen lahan, tanah merupakan suatu hamparan yang dinamakan pedosfer.
Komponen lahan yang lain ialah atmosfer, hidrosfer (bagian yang berada di darat), biosfer, dan
litosfer.

Keadaan tanah, termasuk kesuburannya dan degradasinya, ditentukan oleh sifat nasabah
antara tanah dan komponen lahan yang lain. Maka dalam pengelolaan tanah, perbaikan,
pembenahan atau pengaturan nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain menjadi asas
pokok. Tindakan tersebut bertujuan di satu pihak memperkuat ketahanan tanah menghadapi
usikan komponen lahan yang lain yang merugikan atau membahayakan, dan di pihak lain
melancarkan daya tanggap tanah terhadap pengaruh komponen lahan yang lain yang
menguntungkan.
Degradasi tanah dapat terjadi karena dampak langsung atas tanah, seperti pengelolaan tanah
berlebihan, pemampatan tanah karena penggunaan alat dan mesin pertanian berat,
pemupukan bertakaran tinggi, pencemaran, dsb. Dapat juga karena dampak tidak langsung
karena gangguan atas nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain, seperti penghilangan
vegetasi pennutup sehingga tanah tidak terlindung dari daya hujan mengerosi atau merusak
struktur tanah, pengatusan tanah rawa gambut yang menimbulkanamblesan (subsidence) dan
perubahan bentuk muka tanah serta sifat hidrofobik gambut, dsb.
Dampak yang menguntungkan tanah misalnya penterasan lereng yang menurunkan
kerentanan tanah terhadap erosi air (mengubah timbulan untuk membenahi nasabah tanah
dengan timbulan), pengaturan tata air (mengubah hidrologi untuk membenahi nasabah tanah
dengan hidrosfer), mengganti vegetasi alang-alang dengan tumbuhan penutup legum
(membenahi nasabah tanah dengan biosfer), dsb.

Tanah dapat menerima dampak secara impor dari yang diekspor oleh tanah tetangga yang
berasosiasi. Misalnya, tanah atasan mengekspor bahan erosi yang diimpor oleh tanah
bawahannya menjadi bahan endapan. Tanah atasan juga mengekspor air limpasan yang
diimpor tanah bawahannya menjadi air genangan atau pengisi lengas tanah atau pengisi air
tanah. Ekspor-impor bahan tanah dan air berarti juga ekspor-impor zat hara. Ekspor zat hara
secara berangsur akan memiskinkan tanah atasan dan impor zat hara secara berangsur
mengayakan tanah bawahan. Proses alihtempat bahan ke samping berlangsung secara alami
berkenaan dengan tanah sebagai komponen lahan.

Nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain dapat bersifat kompensatif atau
antikompensatif. Nasabah tanah bertekstur pasiran dengan iklim basah atau tanah bertekstur
lempungan dengan iklim kering bersifat kompensatif dilihat dari segi bekalan (supply) lengas
tanah untuk tumbuhan. Kekurang-mampuan tanah pasiran menyimpan air dikompensasi oleh
iklim basah yang mampu memberikan air banyak sepanjang tahun. Sebaliknya, kekurangan-
mampuan iklim kering memberikan air cukup sepanjang tahun dikompensai oleh tanah
lempungan yang mampu menyimpan air banyak. Tanah dengan lereng bernasabah
antikompensatif dilihat dari segi erosi tanah. Makin besar lereng, tanah makin rentan terhadap
erosi tanah. Nasabah antikompensatif ini dapat dikurangi dengan mengubah keadaan salah satu
atau kedua rekan nasabah, atau menyisipkan faktor ketiga di antara kedua rekan nasabah.

Pengurangan nasabah antikompensatif dapat dikerjakan dengan memperbesar laju infiltrasi


dan perkolasi air ke dalam tanah, berarti membenahi tanah untuk menurunkan massa aliran
limpas (menurunkan kakas kinetik). Dapat dikerjakan dengan menteras lereng, berarti
membenahi lereng untuk menurunkan laju aliran limpas (menurunkan kakas kinetik), atau
membenahi baik tanah maupun lereng. Dapat juga nasabah antikompensatif dikurangi dengan
jalan menanami tanah dengan vegetasi penutup yang bermaksud “melarai” nasabah
antikompensatif antara tanah dan lereng. Ketiga cara dapat juga diterapkan bersama-sama.

Pandangan tanah sebagai komponen lahan menumbuhkan pengertian tanah sebagai


tampakan (feature) bentanglahan (landscape). Dengan demikian hampiran (approach) holistik,
dinamik dan geogarfi menjadi asas kajian tanah. Dipandang dari sudut kehidupan manusia,
tanah menjadi bagian dari lingkungan hidup.

•Tanah Sebagai Sumberdaya


Faktor pembentuk tanah merupakan suatu keadaan atau kakas lingkungan yang
membangkitkan proses pembentukan tanah. Proses yang bekerja dengan berbagai reaksi
menghasilkan sifat-sifat tanah. Karena memiliki sifat maka tanah berperilaku dan dengan
perilakunya tanah dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Suatu ujud yang dapat berfungsi
dalam kehidupan manusia dinamakan sumberdaya. Tanah merupakan sumberdaya.

Menurut fungsinya, sumberdaya menjadi yang berfungsi sebagai masukan proses produksi
dan yang berfungsi sebagai masukan proses konsumsi. Tanah termasuk macam sumberdaya
yang pertama. Udara termasuk macam sumberdaya kedua. Sumberdaya yang menjadi masukan
ke proses produksi mempunyai nilai karena menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Jadi, nilai sumberdaya semacam ini terkait pada nilai hasil keluaran. Makin
besar kegunaan hasil keluaran, makin tinggi nilai sumberdayanya. Secara tersendiri sumberdaya
tersebut tidak bernilai. Lain halnya dengan sumberdaya yang menjadi masukan langsung ke
proses konsumsi, yang secara tersendiri sudah bernilai.

Tanah dapat juga digunakan sebagai sumber bahan mentah industri atau kerajinan tembikar.
Untuk ini tanah ditambang sehingga berperilaku seperti sumberdaya tidak terbarukan. Untuk
produksi biomassa, tanah diekstrak oleh akar tanaman untuk mendapatkan hara, air dan udara.
Cadangan hara dalam tanah diisi kembali dari bahan induk tanah. Sebagian hara yang diekstrak
oleh tanaman dikembalikan ke tanah berupa serasah dan biomassa tegakan yang tidak
dipungut (sisa tanaman).

Cadangan air dalam tanah diisi kembali oleh hujan, aliran kapiler air tanah kalau letak air tanah
tidak terlalu dalam, dan/atau rembesan air dari samping. Cadangan udara dalam tanah diisi
kembali dengan difusi udara dari atmosfer. Dalam penggunaan untuk produksi biomassa, tanah
berperilaku sebagai sumberdaya terbarukan. Tanah dapat juga digunakan sebagai ruang untuk
menampung kegiatan hidup manusia dan sebagai alas tumpu untuk menempatkan hasil
rekayasa manusia (rumah, gedung, pabrik, jalan, waduk, dsb.). Dalam hal ini nilai tanah
tersangkut pada luas bentangan, bentuk permukaan, dan daya menumpu beban.
Nilai tanah sebagai sumberdaya bergantung pada waktu. Waktu dapat menggeser atau
mengubah kebutuhan dan keinginan manusia serta dapat menghadirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru yang lebih maju atau lebih sepadan. Pergeseran atau perubahan kebutuhan atau
keinginan manusia dapat menyebabkan penggunaan tanah dialihkan dari suatu bentuk
penggunaan ke bentuk penggunaan lain, atau penyusunan ulang urutan prioritas peruntukan
tanah.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kesanggupan manusia mengelola


tanah. Tanah yang tadinya dinyatakan piasan (marginal) tidak lagi dinilai demikian karena
kendala-kendala yang terkandung sudah dapat disingkirkann dengan teknologi baru yang dapat
dibenarkan secara ekonomi, sosial, lingkungan dan konservasi. Kesemuanya ini akan mengubah
pandangan manusia terhadap sumberdaya tanah, fungsi yang diharapkan dijalankan oleh
tanah, dan kriteria keadaan tanah yang dipersyaratkan untuk menetapkan kesesuaiannya.

•Tanah Dalam Lingkungan Hidup Manusia


Proses hidup dan kegiatan keidupan selalu menghasilkan limbah dan sampah serta
meninggalkan sisa yang dibuang ke lingkungan. Limbah, sampah dan sisa harus disingkirkan dari
lingkungan agar tidak mengganggu atau membahayakan proses hidup dan kegiatan kehidupan
selanjutnya. Hal ini tidak berbeda dengan perilaku makhluk. Limbah yang merupakan sisa
metabolisme harus dibuang dari tubuh agar tidak mengganggu atau membahayakan fungsi
organ tubuh. Tanah dengan sifat-sifat yang dimiliki dapat berfungsi saniter atas lingkungan
hidup.
Istilah limbah, sampah dan sisa perlu dibedakan pengertiannya. Limbah (waste) adalah sisa
proses pengolahan atau pembuatan yang dikeluarkan sistem pengolah/pembuat bersama
dengan hasil berguna yang dibuat. Limbah adalah keluaran yang tidak berguna. Sampah (refuse)
adalah barang/bahan yang dibuang sehabis digunakan. Sisa dapat bermakna macam-macam.
Sisa dapat berarti ceceran bahan/zat masukan ke dalam proses pengolahan/pembuatan. Dapat
juga diartikan bagian bahan/zat masukan yang karena satu dan lain sebab tidak terikut dalam
proses atau reaksi pembuatan hasil berguna. Sisa dapat pula berarti bagian hasil proses
pembuatan yang tidak berguna menurut maksud pembuatan, artinya bagian hasil pembuatan
yang tidak digunakan. Menurut pengertian terakhir, sisa bersifat nisbi. Misal, dalam hal
penghasilan biomassa tanaman legum yang dimaksudkan untuk memperoleh biji, batang dan
daun merupakan sisa. Akan tetapi dalam hal penghasilan pupuk hijau, batang dan daun tadi
merupakan hasil pokok dan biji merupakan sisa. Sisa dalam kasus ini boleh disebut hasil
samping kalau digunakan untuk memperoleh manfaat tambahan.
Limbah yang kemudian diketahui dapat dimanfaatkan, boleh disebut hasil samping. Misal,
tetes hasil pabrik gula bukan lagi limbah akan tetapi hasil samping karena sudah luas digunakan
membuat spiritus. Kotoran hewan adalah limbah dilihat dari segi hewannya, akan tetapi
merupakan hasil samping dilihat dari segi usaha peternakan karena dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk.

Anda mungkin juga menyukai