Tanah Da
Tanah Da
Tanah Da
Kelas : XII
Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke arah cacak (vertical) menuruti
keragaman faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan tanah. Tampakan tanah
yang berkaitan dengan pola agihan cacak sifat-sifat tanah (vertical distribution pattern of soil
properties) disebut morfologi tanah. Bidang irisan tegak sepanjang tubuh tanah, yang
menampakkan morfologi tanah, disebut profil tanah. Profil tanah dipergunakan
mengklasifikasikan tanah. Pola agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan
daerah bentangan kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah.
Ada lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah dan menentukan rona
bentangtanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan, dan waktu. Dengan
peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam bidang pertanian, manusia dapat
dimasukkan sebagai faktor pembentuk tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah,
mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan
mereklamasi, manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula
dikendalikan oleh faktor-faktor alam.
Faktor pembentuk tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya
menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah
berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan
biologi. Reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah dan karena memiliki sifat maka tanah dapat
menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga
tahapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk
tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh
tanah. Faktor-faktor pembentuk tanah adalah sebagai berikut..
•Bahan induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati sebagai bahan
mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah mineral, sedang yang berasal dari
longgokan biomassa mati akan menghasilkan tanah organik. Bahan penyusun tanah organik
dirajai oleh bahan organik dengan campuran bahan mineral berupa endapan aluvial.
Sifat bahan mentah dan bahan induk berpengaruh atas laju dan jalan pembentukan tanah,
seberapa jauh pembentukan tanah dapat maju, dan seberapa luas faktor-faktor lain dapat
berpengaruh. Sifat-sifat tersebut ialah susunan kimia, sifat fisik dan sifat permukaan. Dalam hal
bahan mentah dan bahan induk mineral sifat-sifat yang berpengaruh termasuk pula susunan
mineral, dan dalam hal bahan mentah dan bahan induk organik sifat-sifat yang berpengaruh
termasuk pula susunan jaringan. Sifat fisik berkenaan dengan struktur dan granularitas. Sifat
permukaan berkenaan dengan kemudahan kelangsungan reaksi antarmuka (interface).
•Iklim
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya pengaruh tidak
langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan degradasi tanah karena
pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan
pembentuk tanah dan tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral
dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi
bergantung pada suhu. Air merupakan pelaku proses utama di alam, menjalankan proses
alihragam (transformation) dan alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan
(enrichment) tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah
dengan erosi, perkolasi dan pelindian.
•Organisme Hidup
Faktor ini terbagi dua, yaitu yang hidup di dalam tanah dan yang hidup di atas tanah. Yang
hidup di dalam tanah mencakup bakteria, jamur, akar tumbuhan, cacing tanah, rayap, semut,
dsb. Bersama dengan makhluk-makhluk tersebut, tanah membentuk suatu ekosistem. Jasad-
jasad penghuni tanah mengaduk tanah, mempercepat pelapukan zarahzarah batuan,
menjalankan perombakan bahan organik, mencampur bahan organik dengan bahan mineral,
membuat lorong-lorong dalam tubuh tanah yang memperlancar gerakan air dan udara, dan
mengalihtempatkan bahan tanah dari satu bagian ke bagian lain tubuh tanah.
•Timbulan
Timbulan (relief) atau bentuk lahan (landform) menampilkan tampakan lahan berupa tinggi
tempat, kelerengan, dan kiblat lereng. Timbulan merupakan faktor pensyarat (conditioning
factor) yang mengendalikan pengaruh faktor iklim dan organisme hidup, dan selanjutnya
mengendalikan laju dan arah proses pembentukan tanah.
Dalam kawasan curah hujan yang sama, timbulan menciptakan keairan tapak yang dapat
berbeda-beda. Di tapak yang berkedudukan lebih tinggi dan berlereng-lereng, terjadi suasana
yang lebih kering karena letak air tanah lebih dalam dan air lebih banyak lari sebagai aliran
perkolasi dan aliran limpas (runoff). Sebaliknya, di tapak yang berkedudukan lebih rendah dan
datar atau cekung, terjadi suasana yang lebih basah karena letak air tanah dangkal, yang
membatasi laju perkolasi, dan air cenderung mengumpul, bahkan memperoleh aliran masuk
dari tapak sekitar yang berkedudukan lebih tinggi (runon). Tanah di lahan atasan terbentuk
dalam keadaan pengatusan (drainage) lebih baik, maka biasanya berwarna cerah kemerahan
dan sifatnya lebih beragam. Tanah di lahan bawahan terbentuk dalam keadaan pengatusan
lebih buruk, maka biasanya berwarna kelam di bagian atas dan bercak-bercak karat di bagian
bawah, dan keragaman sifat tanah lebih terbatas.
Tanah berlereng-lereng lebih rentan erosi dan longsor. Tanah datar atau cekung justru
menjadi tempat menampung bahan yang tererosi dari tanah sekitar yang terletak lebih tinggi.
Kaitan timbulan dengan erosi angin berbalikan dengan kaitannya dengan erosi air. Tanah datar
yang luas dan terbuka tanpa halangan bukit-bukit sangat rentan terhadap erosi angin.
•Waktu
Waktu bukan faktor penentu sebenarnya. Waktu dimasukkan faktor karena semua proses
maju sejalan dengan waktu. Tidak ada proses yang mulai dan selesai secara seketika. Tahap
evolusi yang dicapai tanah tidak selalu bergantung pada lama kerja berbagai faktor, karena
intensitas faktor dan interaksinya mungkin berubah-ubah sepanjang perjalanan waktu. Dapat
terjadi tanah yang belum lama terbentuk akan tetapi sudah memperlihatkan perkembangan
profil yang jauh. Sebaliknya, ada tanah yang sudah lama menjalani proses pembentukan akan
tetapi perkembangan profilnya masih terbatas.
Tanah yang berhenti berubah sepanjang perjalanan waktu menandakan bahwa tanah tersebut
telah mencapai keseimbangan dengan lingkungannya dan disebut telah mencapai klimaks.
Kalau keadaan lingkungan berubah, proses-proses tanah akan bekerja kembali menuju ke
pencapaian keseimbangan baru. Sementara itu ciri-ciri klimaks terdahulu masih tertahan karena
untuk menghilangkannya diperlukan waktu sangat panjang. Tanah semacam ini disebut tanah
tinggalan (relict soil). Apabila tanah hasil bentukan lingkungan purba terkubur oleh bahan
endapan baru, perkembangannya akan terawetkan. Tanah yang berasal dari suatu lingkungan
purba dinamakan paleosol. Paleosol yang terawetkan disebut tanah fosil.
Keadaan tanah, termasuk kesuburannya dan degradasinya, ditentukan oleh sifat nasabah
antara tanah dan komponen lahan yang lain. Maka dalam pengelolaan tanah, perbaikan,
pembenahan atau pengaturan nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain menjadi asas
pokok. Tindakan tersebut bertujuan di satu pihak memperkuat ketahanan tanah menghadapi
usikan komponen lahan yang lain yang merugikan atau membahayakan, dan di pihak lain
melancarkan daya tanggap tanah terhadap pengaruh komponen lahan yang lain yang
menguntungkan.
Degradasi tanah dapat terjadi karena dampak langsung atas tanah, seperti pengelolaan tanah
berlebihan, pemampatan tanah karena penggunaan alat dan mesin pertanian berat,
pemupukan bertakaran tinggi, pencemaran, dsb. Dapat juga karena dampak tidak langsung
karena gangguan atas nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain, seperti penghilangan
vegetasi pennutup sehingga tanah tidak terlindung dari daya hujan mengerosi atau merusak
struktur tanah, pengatusan tanah rawa gambut yang menimbulkanamblesan (subsidence) dan
perubahan bentuk muka tanah serta sifat hidrofobik gambut, dsb.
Dampak yang menguntungkan tanah misalnya penterasan lereng yang menurunkan
kerentanan tanah terhadap erosi air (mengubah timbulan untuk membenahi nasabah tanah
dengan timbulan), pengaturan tata air (mengubah hidrologi untuk membenahi nasabah tanah
dengan hidrosfer), mengganti vegetasi alang-alang dengan tumbuhan penutup legum
(membenahi nasabah tanah dengan biosfer), dsb.
Tanah dapat menerima dampak secara impor dari yang diekspor oleh tanah tetangga yang
berasosiasi. Misalnya, tanah atasan mengekspor bahan erosi yang diimpor oleh tanah
bawahannya menjadi bahan endapan. Tanah atasan juga mengekspor air limpasan yang
diimpor tanah bawahannya menjadi air genangan atau pengisi lengas tanah atau pengisi air
tanah. Ekspor-impor bahan tanah dan air berarti juga ekspor-impor zat hara. Ekspor zat hara
secara berangsur akan memiskinkan tanah atasan dan impor zat hara secara berangsur
mengayakan tanah bawahan. Proses alihtempat bahan ke samping berlangsung secara alami
berkenaan dengan tanah sebagai komponen lahan.
Nasabah tanah dengan komponen lahan yang lain dapat bersifat kompensatif atau
antikompensatif. Nasabah tanah bertekstur pasiran dengan iklim basah atau tanah bertekstur
lempungan dengan iklim kering bersifat kompensatif dilihat dari segi bekalan (supply) lengas
tanah untuk tumbuhan. Kekurang-mampuan tanah pasiran menyimpan air dikompensasi oleh
iklim basah yang mampu memberikan air banyak sepanjang tahun. Sebaliknya, kekurangan-
mampuan iklim kering memberikan air cukup sepanjang tahun dikompensai oleh tanah
lempungan yang mampu menyimpan air banyak. Tanah dengan lereng bernasabah
antikompensatif dilihat dari segi erosi tanah. Makin besar lereng, tanah makin rentan terhadap
erosi tanah. Nasabah antikompensatif ini dapat dikurangi dengan mengubah keadaan salah satu
atau kedua rekan nasabah, atau menyisipkan faktor ketiga di antara kedua rekan nasabah.
Menurut fungsinya, sumberdaya menjadi yang berfungsi sebagai masukan proses produksi
dan yang berfungsi sebagai masukan proses konsumsi. Tanah termasuk macam sumberdaya
yang pertama. Udara termasuk macam sumberdaya kedua. Sumberdaya yang menjadi masukan
ke proses produksi mempunyai nilai karena menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Jadi, nilai sumberdaya semacam ini terkait pada nilai hasil keluaran. Makin
besar kegunaan hasil keluaran, makin tinggi nilai sumberdayanya. Secara tersendiri sumberdaya
tersebut tidak bernilai. Lain halnya dengan sumberdaya yang menjadi masukan langsung ke
proses konsumsi, yang secara tersendiri sudah bernilai.
Tanah dapat juga digunakan sebagai sumber bahan mentah industri atau kerajinan tembikar.
Untuk ini tanah ditambang sehingga berperilaku seperti sumberdaya tidak terbarukan. Untuk
produksi biomassa, tanah diekstrak oleh akar tanaman untuk mendapatkan hara, air dan udara.
Cadangan hara dalam tanah diisi kembali dari bahan induk tanah. Sebagian hara yang diekstrak
oleh tanaman dikembalikan ke tanah berupa serasah dan biomassa tegakan yang tidak
dipungut (sisa tanaman).
Cadangan air dalam tanah diisi kembali oleh hujan, aliran kapiler air tanah kalau letak air tanah
tidak terlalu dalam, dan/atau rembesan air dari samping. Cadangan udara dalam tanah diisi
kembali dengan difusi udara dari atmosfer. Dalam penggunaan untuk produksi biomassa, tanah
berperilaku sebagai sumberdaya terbarukan. Tanah dapat juga digunakan sebagai ruang untuk
menampung kegiatan hidup manusia dan sebagai alas tumpu untuk menempatkan hasil
rekayasa manusia (rumah, gedung, pabrik, jalan, waduk, dsb.). Dalam hal ini nilai tanah
tersangkut pada luas bentangan, bentuk permukaan, dan daya menumpu beban.
Nilai tanah sebagai sumberdaya bergantung pada waktu. Waktu dapat menggeser atau
mengubah kebutuhan dan keinginan manusia serta dapat menghadirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru yang lebih maju atau lebih sepadan. Pergeseran atau perubahan kebutuhan atau
keinginan manusia dapat menyebabkan penggunaan tanah dialihkan dari suatu bentuk
penggunaan ke bentuk penggunaan lain, atau penyusunan ulang urutan prioritas peruntukan
tanah.