Kelompok 4 Ispa Indah Izla
Kelompok 4 Ispa Indah Izla
Kelompok 4 Ispa Indah Izla
DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS 2 B
TAHUN 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ISPA” dalam mata kuliah Keperawatan
medical bedah. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis dan pembaca sangat kami butuhkan untuk
penyempurnaan pembuatan makalah kami ini. Dalam penulisan ini kami sampaikan terima
kasih yang tak terhingga kepada Dosen pembimbing.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….....................
1.2.Rumusan masalah………………………………………………………………………………….
1.3.Tujuan penelitian………………………………………………………………………….
2.1.Pengertian Ispa……………………………………………………………………………….
2.2.etiologi Ispa…………………………………………………………………………………..
2.4.Patofisiologi Ispa…………………………………………………………………………….
2.5.Komplikasi ispa…………………………………………………………………………….
2.6.Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………………………
2.7.Penatalaksanaan…………………………………………………………………….
1.Pengkajian keperawatan……………………………………………………………………………
2. Diaknosis keperawatan……………………………………………………………………………
3.Luaran keperawatan………………………………………………………………………………
4.intervensi keperawatan…………………………………………………………..
5.evaluasi keperawatan……………………………………………………………………………….
a.Kesimpulan……………………………………………………………………
b.Saran………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
ii
3
BAB 1
PENDAHULUAN
ISPA merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat yang ditandai dengan
infeksi akut pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri atau virus. ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada orang
dewasa maupun balita. Infeksi ini terbagi berdasarkan wilayahnya yaitu ISPA bagian atas
dan ISPA bagian bawah. Infeksi bagian atas meliputi influenza, rhinitis, sinusitis,
faringitis, laryngitis, epiglotitis, tonsillitis dan otitis. ISPA yang terjadi pada saluran
pernapasan atas sering ditemui sebagai common cold, influenza, sinusitis, tonsilitis,
bahkan dapat meluas hingga menyebabkan otitis media. Sementara ISPA yang
menyerang saluran pernapasan bawah adalah bronchitis dan pneumonia (Niku I., et al,
2021).
4
B. Bagaimana konsep asuhan keperawatan filariasis
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Luaran keperawatan
4. Intervensi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
BAB II
5
PEMBAHASAN
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah
yang biasanya menular. ISPA bervariasi spektrum penyakitnya, yang berkisar dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah atau mematikan, hal ini tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor penjamu, dan faktor lingkungan. Contoh patogen yang
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut yaitu rhinovirus, paraininfluenzaenza
virus, respiratory syncytial virus, severe acute respiratory syndrome-associated coronacirus
(SARS-CoV), dan virus influenza. Cara penularan ISPA yaitu melalui droplet, kontak tangan
(jika kontaminasi tangan diikuti oleh inokulasi tak sengaja), dan aerosol pernapasan infeksius
dalam jarak dekat.(Masriadi .2017:346)
a. Virus dan bakteri Seperti virus influeuza sterptococcus, shapilococcus, haemo- pilus
influenzae.
b. Alergenspesifik
c. Alergi yang disebabkan oleh debu asap dan udara dingin atau panas.
d. Perubahan cuaca dan lingkungan Kondisi cuaca yang tidak baik seperti peralihan suhu
panas kehujan dan lingkungan yang tidak bersih atau tercemar.
e. Aktifitas Kondisi dimana anak memiliki kegiatan yang banyak tanpa memperhatikan
kondisi tubuh atau daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan anak-anak menderita
ISPA.
f. Asupan gizi yang kurang. (Suriani,dkk.2023;56-57)
a. ISPA ringan
Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA ringan apabila ditemukan satu atau lebih dari
beberapa gejala dibawah ini:
1) Batuk
2) Serak, bersuara parau saat berbicara atau menangis
3) Pilek.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat.
b. ISPA sedang
6
Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA sedang apabila ditemukan gejala ISPA ringan
yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini:
1) Pernapasan cepat, yakni frekuensi nafas melebihi 60 kaliper menit untuk usia dibawah
2 bulan, frekuensi nafas lebih dari 50 kali per menit untuk usia 2 bulan hingga <12
bulan atau frekuensi nafas melebihi 40 kaliper menit pada usia 12 bulan - 5 tahun.
2) Suhu badan melebihi 39 derajat celsius.
3) Tenggorokan merah
4) Timbul bercak bercak merah di kulit serupa dengan campak
5) Telinga sakit atau keluarnya nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti orang mendengkur
c. ISPA berat
Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA berta apabila ditemukan gejala ISPA ringan
atau sedang yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini
7
2.5 Komplikasi Ispa
a. Empiema
Kondisi ini adalah kumpulan nanah di samping paru-paru, yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa, seperti sepsis
(bakteri dalam darah) dan syok. Gejalanya meliputi demam, batuk, sesak napas, dan nyeri
dada.
b. Abses paru-paru
8
Abses paru-paru adalah rongga berisi nanah di paru-paru yang dikelilingi oleh jaringan
yang meradang. Biasanya disebabkan oleh infeksi berat seperti pneumonia atau TBC atau
dari menghirup zat tertentu ke dalam paru-paru dari mulut.
Ini adalah komplikasi sinusitis yang jarang terjadi (sejenis infeksi saluran pernapasan atas
menyebabkan radang rongga sinus di tengkorak). Abses terjadi di daerah dahi dengan
pembengkakan frontal. Tumor bengkak potts biasanya terlihat pada akhir masa kanak-kanak
atau remaja. Gejalanya meliputi merah, pembengkakan lembut di tengah dahi, sakit kepala
dan demam.
d. Selulitis Orbita
Selulitis orbita adalah kemungkinan komplikasi sinusitis lainnya. Ini adalah infeksi
jaringan di dalam rongga mata dan di sekitar mata. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, mata
merah, demam, mata menonjol, gangguan penglihatan, dan gangguan gerakan mata.
(Fadli,2021)
a. Pemeriksaan
b. Pengklasifikasian ISPA
1) Pneumonia Berat
9
Pneumonia Berat ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2) Pneumonia Pneumonia ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan Pneumonia
Kategori Bukan Pneumonia ini ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia. (Alifariki,dkk.2023;101)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. pengkajian merupakan
tahap yang menentukan langkah selanjutnya. kemampuan mengidentifikasi masalah yang
timbul pada tahap ini, menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan
menentukan rencana tindakan. selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti
rencana yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien teridentifikasi. Data prioritas yang harus
dikaji dapat dilihat dari tanda dan gejala yaitu:
10
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intrvensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Pola nafas tidak efektif Setelah melakukan tindakan Manajemen jalan nafas
(D.0005) keperawatan selama...x24 (I.01011)
jam pola nafas membaik
(L.01004)kriteria hasl: Observasi
1. Dispenia 1.Monitor pola nafas
2. Penggunaan otot bantu (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas nafas)
3. Ortopnea 2. Monitor bunyi nafas
4. Pernafasan cuping hidung tambahan (misalnya
5. Frekuensi nafas gurgling, mengi, wheezing,
6. Kedalam nafas ronki)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
4. Posisikan semi-fowler atau
fowler
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
7. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
11. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu oksigen
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif (D.0001) keperawatan selama ..x24 (I.01011)
jam Kriteria Hasil Bersihan
Observasi
jalan napas kriteria hasil
1. Monitor pola nafas
(L.01001) : (frekuensi, kedalaman, usaha
1. Batuk meningkat efektif nafas)
2. Produksi sputum menurun 2. Monitor bunyi nafas
3. Mengi menurun tambahan (misalnya
4. wheezing menurun gurgling, mengi, wheezing,
5. Dispnea menurun ronki)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
11
Terapeutik
4. Posisikan semi-fowler atau
fowler
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
7. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
11. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu oksigen
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilaku intervensi Management Nyeri (hal 201,
sela..x24 jam,Tingkat nyeri 1.08238)
Kriteria hasil:
Observasi:
1. Keluhan menurun ny
1. Identifikasi lokasi,
2. Gelisah menuru karakteristik, durasi,
3. Kesulitan menurun frekuensi, kualitas, intensitas
4. Frekuensi dalam normal nyeri
(80-100xmenit) 2. Identifikasi skala nyeri
5. Tekanan dalam da ba
normal (120 mmHg 130 Terapeutik:
3. Berikan teknik
mmHg)
nonfarmakologis untuk
mengurangi, rasa nyeri
4. Kontrol lingkungan
memperberat nyeri yang
Edukasi:
5. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
6.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipetermia (D.0130) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertemia
selama ..x 24 diharapkan (I.15506)
termoregulasi kriteria hasil:
12
1. Menggigil menurun. Observasi
2. Kulit merah menurun.
3. Pucat menurun. 1. Identifkasi penyebab
4. Suhu tubuh membaik. hipertermi (mis. dehidrasi
5. Suhu kulit membaik. terpapar lingkungan panas
6. tekanan darah membaik. penggunaan incubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
5.Sediakan lingkungan yang
dingin
6. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
7. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
8.Berikan cairan oral
Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan interfensi Manajemen nutrisi (I.03119)
selama ...x 24 jam nutrisi
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
hasil :
intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan meningkat kalori dan jenis nutrien
2. Nyeri abdomen menurun. 4. Identifikasi perlunya
3. Berat badan membaik. penggunaan selang
4. Indeks Masa Tubuh (IMT) nasogastric
membaik 5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor pemeriksaan
laboratorium
8. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. EVALUASI KEPERAWATAN.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas. Tetap lanjutkan
sesuai dengan kriteria hasil yaitu dengan menganjurkan ibu pasien untuk tetap
memonitor apakah anaknya mengalami sesak
b. Bersihkan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan Tetap lanjutkan
sesuai dengan kriteria hasil yaitu dengan menganjurkan ibu untuk mengajarkan batuk
efektif bila ada dahak Kembali pada anak.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
d. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis Beri motivasi untuk memonitor
asupan nutrisi dan kalori untuk menambah nutrisi dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh dalam proses pemulihan.
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan pendidikan orang tua rendah berpeluang 3,733
kali untuk terjadinya ISPA.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan pengaruh orang tua kurang berpeluang 5,231 kali
untuk terjadinya ISPA.
3. Ada hubungan yang signifikan antara keadaan lingkungan terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan lingkungan buruk berpeluang 3,958 kali untuk
terjadinya ISPA.
4. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara usia anak sekolah terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan usia anak sekolah awal berpeluang 0,982 kali
untuk terjadinya ISPA.
5. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan jenis kelamin perempuan berpeluang 0,913 kali
untuk terjadinya ISPA.
3.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Puskesmas
DAFTAR
PUSTAKA
14
Masriadi,2017.Epidemiologi penyakit menular. Depok.:PT Raja Grafindo Persada
https://www.halodoc.com/artikel/6-komplikasi-infeksi-saluran-pernapasan-yang-perlu-diwaspadai
15