Kelompok 4 Ispa Indah Izla

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DOSEN PEMBIMBING

NS. ANITA MIRAWATI ,S.Kep.M.Kep

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. INDAH PERMATA SARI (233210523)


2. IZLA ADYA DARMA WETRI (233210524)

KELAS 2 B

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ISPA” dalam mata kuliah Keperawatan
medical bedah. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis dan pembaca sangat kami butuhkan untuk
penyempurnaan pembuatan makalah kami ini. Dalam penulisan ini kami sampaikan terima
kasih yang tak terhingga kepada Dosen pembimbing.

Solok, 07 Agustus 2024

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….....................

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………

1.1.Latar belakang …………………………………………………………………………………….

1.2.Rumusan masalah………………………………………………………………………………….

1.3.Tujuan penelitian………………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………………………

2.1.Pengertian Ispa……………………………………………………………………………….

2.2.etiologi Ispa…………………………………………………………………………………..

2.3.Tanda dan gejala ispa…………………………………………………………………………….

2.4.Patofisiologi Ispa…………………………………………………………………………….

2.5.Komplikasi ispa…………………………………………………………………………….

2.6.Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………………………

2.7.Penatalaksanaan…………………………………………………………………….

B.ASUHAN KEPERAWATAN ISPA………………………………………………………….

1.Pengkajian keperawatan……………………………………………………………………………

2. Diaknosis keperawatan……………………………………………………………………………

3.Luaran keperawatan………………………………………………………………………………

4.intervensi keperawatan…………………………………………………………..

5.evaluasi keperawatan……………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

a.Kesimpulan……………………………………………………………………

b.Saran………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………

ii

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

ISPA merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat yang ditandai dengan
infeksi akut pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri atau virus. ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada orang
dewasa maupun balita. Infeksi ini terbagi berdasarkan wilayahnya yaitu ISPA bagian atas
dan ISPA bagian bawah. Infeksi bagian atas meliputi influenza, rhinitis, sinusitis,
faringitis, laryngitis, epiglotitis, tonsillitis dan otitis. ISPA yang terjadi pada saluran
pernapasan atas sering ditemui sebagai common cold, influenza, sinusitis, tonsilitis,
bahkan dapat meluas hingga menyebabkan otitis media. Sementara ISPA yang
menyerang saluran pernapasan bawah adalah bronchitis dan pneumonia (Niku I., et al,
2021).

Penyakit yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antibiotik dalam


pengobatannya, Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri memerlukan antibiotik
pengobatannya

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ispa?


2. Apa etiologi ispa?
3. Apa tanda dan gejala ispa?
4. Apa patofisiologi ispa?
5. Apa komplikasi ispa?
6. Apa pemeriksaan penunjang klinis?
7. Penatalaksanaan medis?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian ispa


2. Untuk mengetahui apa itu etiologi ispa
3. Untuk mengetahui apa itu tanda dan gejala ispa
4. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi ispa
5. Untuk mengetahui apa itu komplikasi ispa
6. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan penunjang klinis
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis

4
B. Bagaimana konsep asuhan keperawatan filariasis

1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Luaran keperawatan
4. Intervensi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan

BAB II
5
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ispa

Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah
yang biasanya menular. ISPA bervariasi spektrum penyakitnya, yang berkisar dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah atau mematikan, hal ini tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor penjamu, dan faktor lingkungan. Contoh patogen yang
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut yaitu rhinovirus, paraininfluenzaenza
virus, respiratory syncytial virus, severe acute respiratory syndrome-associated coronacirus
(SARS-CoV), dan virus influenza. Cara penularan ISPA yaitu melalui droplet, kontak tangan
(jika kontaminasi tangan diikuti oleh inokulasi tak sengaja), dan aerosol pernapasan infeksius
dalam jarak dekat.(Masriadi .2017:346)

2.2 ETIOLOGI ISPA

a. Virus dan bakteri Seperti virus influeuza sterptococcus, shapilococcus, haemo- pilus
influenzae.
b. Alergenspesifik
c. Alergi yang disebabkan oleh debu asap dan udara dingin atau panas.
d. Perubahan cuaca dan lingkungan Kondisi cuaca yang tidak baik seperti peralihan suhu
panas kehujan dan lingkungan yang tidak bersih atau tercemar.
e. Aktifitas Kondisi dimana anak memiliki kegiatan yang banyak tanpa memperhatikan
kondisi tubuh atau daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan anak-anak menderita
ISPA.
f. Asupan gizi yang kurang. (Suriani,dkk.2023;56-57)

2.3 TANDA DAN GEJALA ISPA

Tanda dan gejala ISPA dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. ISPA ringan

Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA ringan apabila ditemukan satu atau lebih dari
beberapa gejala dibawah ini:

1) Batuk
2) Serak, bersuara parau saat berbicara atau menangis
3) Pilek.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat.

b. ISPA sedang

6
Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA sedang apabila ditemukan gejala ISPA ringan
yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini:

1) Pernapasan cepat, yakni frekuensi nafas melebihi 60 kaliper menit untuk usia dibawah
2 bulan, frekuensi nafas lebih dari 50 kali per menit untuk usia 2 bulan hingga <12
bulan atau frekuensi nafas melebihi 40 kaliper menit pada usia 12 bulan - 5 tahun.
2) Suhu badan melebihi 39 derajat celsius.
3) Tenggorokan merah
4) Timbul bercak bercak merah di kulit serupa dengan campak
5) Telinga sakit atau keluarnya nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti orang mendengkur

c. ISPA berat

Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA berta apabila ditemukan gejala ISPA ringan
atau sedang yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini

1) Bibir atau kulit yang membiru.


2) Anak tidak sadarkan diri (terjadi penurunan kesadaran)
3) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur serta anak tampak gelisah
4) Sela iga tertarik ke dalam pada saat bernafas.
5) Nadi cepat melebihi 160x per menit atau tidak teraba. (lestari,dkk.2022;45)

2.4 Patofisiologi Ispa

7
2.5 Komplikasi Ispa

a. Empiema

Kondisi ini adalah kumpulan nanah di samping paru-paru, yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa, seperti sepsis
(bakteri dalam darah) dan syok. Gejalanya meliputi demam, batuk, sesak napas, dan nyeri
dada.

b. Abses paru-paru

8
Abses paru-paru adalah rongga berisi nanah di paru-paru yang dikelilingi oleh jaringan
yang meradang. Biasanya disebabkan oleh infeksi berat seperti pneumonia atau TBC atau
dari menghirup zat tertentu ke dalam paru-paru dari mulut.

c. Tumor Bengkak Potts

Ini adalah komplikasi sinusitis yang jarang terjadi (sejenis infeksi saluran pernapasan atas
menyebabkan radang rongga sinus di tengkorak). Abses terjadi di daerah dahi dengan
pembengkakan frontal. Tumor bengkak potts biasanya terlihat pada akhir masa kanak-kanak
atau remaja. Gejalanya meliputi merah, pembengkakan lembut di tengah dahi, sakit kepala
dan demam.

d. Selulitis Orbita

Selulitis orbita adalah kemungkinan komplikasi sinusitis lainnya. Ini adalah infeksi
jaringan di dalam rongga mata dan di sekitar mata. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, mata
merah, demam, mata menonjol, gangguan penglihatan, dan gangguan gerakan mata.
(Fadli,2021)

2.6 Pemeriksaan Penunjang Ispa

2.7. Penatalaksanaan Ispa

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit termasuk penyakit pada


anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin
perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian
bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop
penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

b. Pengklasifikasian ISPA

Program Pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1) Pneumonia Berat

9
Pneumonia Berat ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2) Pneumonia Pneumonia ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan Pneumonia
Kategori Bukan Pneumonia ini ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia. (Alifariki,dkk.2023;101)

B. Asuhan Keperawatan Ispa

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. pengkajian merupakan
tahap yang menentukan langkah selanjutnya. kemampuan mengidentifikasi masalah yang
timbul pada tahap ini, menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan
menentukan rencana tindakan. selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti
rencana yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien teridentifikasi. Data prioritas yang harus
dikaji dapat dilihat dari tanda dan gejala yaitu:

1. Suhu tubuh meningkat selama 1-3 hari (>37°C)


2. Terdapat suara nafas wheezing atau stridor
3. Terdapat penggunaan otot bantu nafas
4. Terdapat retraksi dinding dada
5. Terdapat pernafasan cuping hidung
6. Auskultasi dada terdengar ronkhi atau crackles
7. Batuk kering (tidak produktif), dikarenakan sekret kental
8. Anak gelisah atau menangis
9. Sulit berbicara karena sesak nafas
10. Mengeluarkan ingus berbentuk lendir dari hidung dengan konsistensi cair atau kental
11. Terjadi penurunan pada nafsu makan dan minum
12. Tenggorokan bewarna merah
13. Anak tidak mau menyusu
14. Suara serak saat bicara atau menangis
15. Anak tidak mau membuka mulutnya dan mengeluarkan liur karena sulit menelan
16. Peningkatan sekret
17. Anak menjadi tidak toleran terhadap aktivitas seperti bermain, berjalan, dan berbicara

2. Diagnosis Keperawatan Ispa

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis berdasarkan masalah kesehatan pasien.


Diagnosis keperawatan adalah kunci perawat untuk membuat rencana perawatan yang tepat
akan membantu pasien mencapai kesehatan optimal

3. Diagnosis,luaran dan intervensi keperawatan

10
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intrvensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)

Pola nafas tidak efektif Setelah melakukan tindakan Manajemen jalan nafas
(D.0005) keperawatan selama...x24 (I.01011)
jam pola nafas membaik
(L.01004)kriteria hasl: Observasi
1. Dispenia 1.Monitor pola nafas
2. Penggunaan otot bantu (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas nafas)
3. Ortopnea 2. Monitor bunyi nafas
4. Pernafasan cuping hidung tambahan (misalnya
5. Frekuensi nafas gurgling, mengi, wheezing,
6. Kedalam nafas ronki)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik
4. Posisikan semi-fowler atau
fowler
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
7. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
11. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu oksigen
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif (D.0001) keperawatan selama ..x24 (I.01011)
jam Kriteria Hasil Bersihan
Observasi
jalan napas kriteria hasil
1. Monitor pola nafas
(L.01001) : (frekuensi, kedalaman, usaha
1. Batuk meningkat efektif nafas)
2. Produksi sputum menurun 2. Monitor bunyi nafas
3. Mengi menurun tambahan (misalnya
4. wheezing menurun gurgling, mengi, wheezing,
5. Dispnea menurun ronki)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

11
Terapeutik
4. Posisikan semi-fowler atau
fowler
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
7. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
11. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu oksigen

Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilaku intervensi Management Nyeri (hal 201,
sela..x24 jam,Tingkat nyeri 1.08238)
Kriteria hasil:
Observasi:
1. Keluhan menurun ny
1. Identifikasi lokasi,
2. Gelisah menuru karakteristik, durasi,
3. Kesulitan menurun frekuensi, kualitas, intensitas
4. Frekuensi dalam normal nyeri
(80-100xmenit) 2. Identifikasi skala nyeri
5. Tekanan dalam da ba
normal (120 mmHg 130 Terapeutik:
3. Berikan teknik
mmHg)
nonfarmakologis untuk
mengurangi, rasa nyeri
4. Kontrol lingkungan
memperberat nyeri yang

Edukasi:
5. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
6.Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
Hipetermia (D.0130) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertemia
selama ..x 24 diharapkan (I.15506)
termoregulasi kriteria hasil:

12
1. Menggigil menurun. Observasi
2. Kulit merah menurun.
3. Pucat menurun. 1. Identifkasi penyebab
4. Suhu tubuh membaik. hipertermi (mis. dehidrasi
5. Suhu kulit membaik. terpapar lingkungan panas
6. tekanan darah membaik. penggunaan incubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
5.Sediakan lingkungan yang
dingin
6. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
7. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
8.Berikan cairan oral
Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan interfensi Manajemen nutrisi (I.03119)
selama ...x 24 jam nutrisi
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
hasil :
intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan meningkat kalori dan jenis nutrien
2. Nyeri abdomen menurun. 4. Identifikasi perlunya
3. Berat badan membaik. penggunaan selang
4. Indeks Masa Tubuh (IMT) nasogastric
membaik 5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor pemeriksaan
laboratorium
8. Ajarkan diet yang
diprogramkan

4. EVALUASI KEPERAWATAN.

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas. Tetap lanjutkan
sesuai dengan kriteria hasil yaitu dengan menganjurkan ibu pasien untuk tetap
memonitor apakah anaknya mengalami sesak
b. Bersihkan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan Tetap lanjutkan
sesuai dengan kriteria hasil yaitu dengan menganjurkan ibu untuk mengajarkan batuk
efektif bila ada dahak Kembali pada anak.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
d. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis Beri motivasi untuk memonitor
asupan nutrisi dan kalori untuk menambah nutrisi dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh dalam proses pemulihan.
BAB III

PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan pendidikan orang tua rendah berpeluang 3,733
kali untuk terjadinya ISPA.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan pengaruh orang tua kurang berpeluang 5,231 kali
untuk terjadinya ISPA.
3. Ada hubungan yang signifikan antara keadaan lingkungan terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan lingkungan buruk berpeluang 3,958 kali untuk
terjadinya ISPA.
4. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara usia anak sekolah terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan usia anak sekolah awal berpeluang 0,982 kali
untuk terjadinya ISPA.
5. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap resiko
kejadian ISPA (p<0,05) dan jenis kelamin perempuan berpeluang 0,913 kali
untuk terjadinya ISPA.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Resiko Kejadian ISPA Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Puskesmas Kelurahan Cililitan
Jakarta Timur", maka dapat diberikan saran-saran yang berkaitan dengan sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

Dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan penambahan pengetahuan sehingga


masyarakat bisa mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan akut dengan membentuk
program lingkungan sehat yang diprakarsai oleh tokoh maupun anggota masyarakat seperti
melaksanakan gotong royong, serta pendidikan kesehatan dari warga untuk warga agar
mengerti serta menjauhi faktor-faktor yang menjadi penyebab ISPA di lingkungan tempat
tinggal.

2. Bagi Puskesmas

Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang ISPA lebih lanjut


seperti penyebab, pencegahan, dan bagaimana sanitasi lingkungan yang baik sehingga bisa
diaplikasikan oleh masyarakat serta membentuk tim khusus penanganan ISPA yang memiliki
program pengobatan dan penatalaksanaan penderita ISPA pada anak usia sekolah baik
dilingkungan masyarakat atau disekolah dasar.

DAFTAR

PUSTAKA

14
Masriadi,2017.Epidemiologi penyakit menular. Depok.:PT Raja Grafindo Persada

Suriani,dkk.2023.Intervensi keperawatan pada ibu anak usia toddler saat bencana.Jawa


barat :CV.Adanu Abimata

Lestari,dkk,2022.Keperawatan anak 1.Jawa tengah:CV.Pustaka Indonesia

Alfariki,dkk.2023.Bunga rampai farmakologi sistem pernafasan.Jawa tengah:PT Media


pustaka indo

https://www.halodoc.com/artikel/6-komplikasi-infeksi-saluran-pernapasan-yang-perlu-diwaspadai

15

Anda mungkin juga menyukai