Demokrasi Terpimpin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Demokrasi Terpimpin ( 1959-1967 )

Demokrasi terpimpin diawali dari dikeluarkannya Dekrit Presiden, 5 Juli 1959 yang isinya :

pembubaran Badan Konstituante hasil Pemilu 1955 dan penggantian


undang-undang dasar dari UUD Sementara 1950 ke UUD 1945.
Penyebab keluarnya dekrit presiden

- Pemerintahan masa demokrasi liberal tidak berjalan baik


- Badan konstituante tidak berhasil membuat UUD baru utuk menggantikan UUD
sementara 1950

Dampak Dikeluarkanya Dekrit Presiden 1959 :


- Dengan dikelurkannya Dekrit Presiden ini maka berarti UUDs 1950 tidak berlaku jadi
masa Demokrasi Liberal berakhir.
- Bejalannya demokrasi Terpimpin sebagai pengganti demokrasi liberal
- Belakunya kembali UUD 1945

Demokrasi terpimpin adalah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan berpusat pada pemimpin
negara yang saat itu dijabat oleh Presiden Soekarno

Paham demokrasi ini berdasarkan paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan ( sila ke-4 dari Pancasila ). Paham ini berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong antara semua kekuatan nasional yang revolusioner dengan
prinsip Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme)

Ciri-Ciri Masa Demokrasi Terpimpin


1. Pemerintah otoritarian, memuncaknya kekuasaan presiden atas negara.
2. Dukungan kuat dari unsur militer yang menjadi kekuatan politik baru
3. Dukungan kuat dari PKI sebagai pendukung setia presiden Soekarno
4. Lembaga legislatif lemah, dapat diatur bahkan dibubarkan presiden (MPRS dan DPR-GR)
5. Peran partai politik terbatas, bahkan dapat dibubarkan presiden (Masyumi dan PSI)
6. Gerakan separatis yang masih berlangsung dari masa sebelumnya.
7. Politik luar negeri yang keras dan memihak blok timur.
8. Kebijakan-kebijakan monumental banyak dilakukan di tengah krisis ekonomi yang terus
memburuk.
9. Negara mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Perkembangan Ekonomi
Untuk merencanakan perekonomian Nasional, presiden membentuk Dewan Perancang
Nasional pada Agustus 1959. Badan ini diketuai oleh Muh. Yamin yang bertugas untuk
mempersiapkan RUU Pembangunan Nasional dan melakukan penyelenggaraan
pembangunan. Badan ini kemudian berganti menjadi Badan Perancang Pembangunan
Nasional (Bappenas) pada tahun 1963. Masuknya masa demokrasi terpimpin terjadi
Bersama dengan kekacauan ekonomi, pemerintah memprioritaskan penurunan inflasi
dan pengurangan mata uang yang beredar. Pemerintah juga mengimbau untuk
melakukan penghematan dan penertiban manajemen terhadap seluruh perusahaan.
Tapi di sisi lain, pemerintah tidak mampu menahan ambisi politiknya seperti dalam
perhelatan Ganefo dan Conefo yang menghabiskan banyak biaya. Di sisi lain
konfrontasi Malaysia dan Irian Barat juga menghabiskan banyak anggaran karena
Indonesia membeli banyak alat-alat militer dari Uni Soviet.

Perkembangan Politik
1. Pembebasan Irian Barat

Pembebasan Irian Barat menjadi program utama pemerintah Indonesia sejak diputuskan
permasalahannya dalam Konferensi Meja Bundar Desember 1949. Program ini baru
digenjot pelaksanaannya pada masa demokrasi terpimpin. Indonesia mengusulkan
pembahasan ini dalam Konferensi Perdana Menteri dan kemudian Sidang Dewan
Keamanan PBB pada 1956 sampai dengan 1960 hingga Indonesia memutuskan
hubungan diplomatiknya pada bulan Agustus. Amerika Serikat ditunjuk PBB untuk
membantu menyelesaikan masalah Irian Barat, namun pada saat yang sama Indonesia
mempersiapkan opsi militer. Jenderal Nasution mengamankan perjanjian senjata
dengan Moskow, sementara Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Hal ini direspon Belanda dengan memperkuat perbatasan. Operasi Mandala dilakukan
di bawah Pimpinan Mayjen Soeharto berhasil menguasai Terminabuan. Belanda
mendapat tekanan dari AS untuk berunding, karena Indonesia mendapatkan dukungan
penuh dari Uni Soviet. Konflik berkelanjutan akan membuat AS dan Uni Soviet terlibat
dalam agresi di Pasifik Barat Daya. Belanda melunak, dan akhirnya menyepakati
Perjanjian New York pada Agustus 1962. Perjanjian ini ditindaklanjuti dengan
penyerahan Irian Barat dari PBB ke RI secara sementara pada 1 Mei 1963.

2. Gerakan Non-Blok

Politik Luar Negeri Indonesia didasarkan pada prinsip bebas-aktif, sehingga dapat
berhubungan dengan negara manapun yang berusaha mewujudkan perdamaian. Tidak
terikat pada blok barat ataupun timur. Hal ini diterjemahkan dalam keikutsertaan
Indonesia dalam Gerakan Non-Blok. Gerakan ini berupaya untuk membentuk kekuatan
netral dan mencegah konflik berkelanjutan antara AS dan Soviet sebagai dua kutub
politik dunia. Gerakan ini juga menangani konflik-konflik seperti India-RRC, India
Pakistan, dan kemudian Indonesia-Malaysia. Dua kali Konferensi Tingkat Tinggi di
Beograd dan Kairo berupaya untuk memberikan tekanan kepada PBB untuk menekan
konflik antara AS-Soviet dan memperingatkan bahaya perang antara keduanya. Meski
begitu, dengan semakin memanasnya konflik Irian Barat, Indonesia menempel blok
timur karena bersedia membantu persenjataan untuk berperang

3. Konfrontasi Malaysia

Konfrontasi ini dimulai setelah Tengku Abdul Rachman mengumumkan pembentukan


Federasi Malaya pada 27 Mei 1961, kebijakan ini didukung oleh Inggris dalam
persiapannya. Kebijakan membuat hubungan Indonesia-Malaysia memanas yang
dianggap mengganggu revolusi Indonesia dengan hadirnya pangkalan militer Inggris.
Selain itu, Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek neokolonial Inggris. Indonesia,
Filipina, dan Malaya melalui PBB melakukan peninjauan keinginan rakyat untuk
bergabung dalam federasi. Namun federasi diproklamasikan sebelum peninjauan
dilakukan oleh PBB. Indonesia memutuskan hubungan ekonomi dengan wilayah-wilayah
Federasi Malaya pada 21 September 1963. Konflik pecah di Kalimantan Utara, dan
diskusinya berjalan alot sampai Mei 1964. Presiden kemudian mengucapkan Dwi
Komando Rakyat sebagai tanda masuknya konfrontasi pada fase perang. Konflik ini
mereda pada pertemuan di Tokyo pada 20 Juni 1964 untuk membuat Komisi Asia-Afrika
dan menghentikan permusuhan terhadap Malaysia.

4. Keluar dari PBB

Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB pada Januari 1965, disebabkan oleh
diterimanya Malaysia sebagai anggota PBB bahkan dewan keamanan tidak tetap. Aksi
ini sangat disayangkan karena Indonesia kehilangan forum yang besar untuk
memperjuangkan penyelesaian konfliknya dengan Malaysia. Hal ini kemudian diganti
dengan menginisiasi berdirinya New Emerging Forces (NEFO) sekaligus
berlangsungnya Conference of New Emerging Forces (CONEFO) dan Games of
Emerging Forces (GANEFO). Meski begitu program ini tidak berjalan efektif, karena
PBB adalah forum yang sangat penting, dan kebijakan Indonesia yang memperbanyak
lawan dibanding lawan sangatlah buruk. Hal ini berlawanan dengan sikap politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif. Indonesia baru masuk kembali ke PBB pada masa
Orde Baru.

Penyimpangan-Penyimpangan Demokrasi Terpimpin


Era demokrasi terpimpin yang ditandai dengan menguatnya posisi presiden Soekarno,
didukung oleh TNI dan PKI. Seluruh kebijakan negara hampir selalu dikeluarkan oleh
Presiden Soekarno, tanpa mempertimbangkan suara pihak-pihak lain. Penyimpangan
yang dilakukan antara lain :

1. Membubarkan DPR hasil pemilu pada 4 Juni 1960, kemudian membentuk DPR-GR
karena menolak anggaran belanja negara yang diusulkan pemerintah.
2. Membubarkan konstituante hasil pemilu melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959
3. Pembentukan MPRS yang disusun oleh presiden sendiri
4. Mengatur setiap sendi kehidupan negara melalui Manipol, Usdek, dan Nasakom
5. Mengangkat Ketua MPRS dan Ketua DPR-GR sebagai Menteri kabinet kerja.
6. Meningkatkan peranan ABRI dalam politik nasional
7. Membubarkan Masyumi dan PSI dalam kaitannya dengan PRRI dan Permesta.
8. Kekuasaan Presiden yang tidak terbatas, termasuk dalam mengeluarkan kebijakan-
kebijakan secara sepihak seperti keluar dari PBB, konfrontasi Irian Barat dan
Malaysia, Mengadakan CONEFO dan GANEFO.

Akhir Demokrasi Terpimpin


Gencarnya aktivitas politik internasional Indonesia seakan menutupi dinamika dalam
negeri. Di Jakarta, tiga poros PKI, TNI, dan Soekarno semakin kuat memberikan
pengaruh satu sama lain. Posisi PKI semakin kuat sebagai pendukung politik Soekarno,
di sisi lain menggiatkan upaya di akar rumput. Salah satunya mengusulkan “Angkatan
Kelima” dengan mempersenjatai buruh tani sebagai bentuk bantuan atas panggilan
revolusi Soekarno. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan di kalangan TNI, yang
menganggap PKI sudah melampaui batas partai politik biasa. Muncul informasi yang
menyatakan bahwa antara PKI atau TNI sedang mempersiapkan kudeta pemerintahan
karena ketidaksenangan tersebut.

30 September 1965 malam, sebuah aksi yang diduga dilakukan oleh PKI menewaskan
tujuh perwira tinggi TNI di Jakarta. Presiden Soekarno memberikan mandat kepada
Soeharto selaku Men/PangAD untuk mengembalikan keamanan dan wibawa
pemerintah setelah kekacauan yang terjadi melalui Surat Perintah Sebelas Maret 1966
(Supersemar). Terjadi dualisme kepemimpinan pada masa ini, karena roda
pemerintahan sekarang dijalankan Soeharto. Meski begitu, Soekarno menyampaikan
Pel Nawaksara pada Sidang MPRS 10 Januari 1967, namun dianggap tidak cukup
untuk mempertanggungjawabkan peristiwa yang telah terjadi dalam hampir dua tahun
ini.

Kamis, 20 Februari 1967 Presiden Soekarno memindahkan kekuasaan pada


pengemban Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 yaitu Soeharto. Dengan ini masa demokrasi
terpimpin kemudian berakhir, dan dipimpin oleh Soeharto Indonesia memasuki masa
Orde Baru.

TUGAS

1. Mengapa masa demokrasi terpimpin dikatakan


menyimpang dari konstitusi ?
2. Buktikan penyimpangan tersebut !
3. Bagaimana pendapat kalian tentang NASAKOM ?
4. Mengapa Soekarno menjalankan POLITIK
MRECUSUAR?

Anda mungkin juga menyukai