Tugas Mandiri Wawasan Kependidikan
Tugas Mandiri Wawasan Kependidikan
Tugas Mandiri Wawasan Kependidikan
1. Sebutkan pengertian dari Kepala Perpustakaan Sekolah, dan jelaskan perannya dalam
pembelajaran
2. Sebutkan Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi Pendidikan dalam Konteks Pendidikan Nasional.
3. Apa itu Kurikulum Merdeka dan bagaimana peranannya dalam mewujudkan peningkatan mutu
pendidikan?
Jawaban :
1. Kepala perpustakaan sekolah adalah salah satu tenaga fungsional kependidikan yang membantu
memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas, menfasilitasi terjadinya belajar pada peserta didik,
memfasilitasi hasil belajar optimal sesuai dengan potensinya. Bentuk fasilitasi adalah penyediaan
sumber belajar, terdiri atas: tenaga pendidik, media: cetak, audio, audio visul,
komputer,lingkungan, dan perpustakaan. Perannya adalah yang berhubungan dengan hal-hal
teknis operasional sebuah perpustakaan, yang dimulai dari proses perencanaan atas seluruh
kegiatan, termasuk peralatan, waktu, sumber daya manusia, biaya dan lain sebagainya.
Kemudian pelaksana kegiatan yang harus dikendalikan, diarahkan, dan diorganisasikan serta
diberdayakan oleh pemimpin organisasi dengan mengerahkan seluruh kekuatan dan potensi
yang tersedia. Semua itu untuk diarahkan kepada target, sasaran, dan tujuan akhir perpustakaan,
yaitu terselenggaranya semua kegiatan, termanfaatkannya seluruh koleksi bahan pustaka,
meningkatnya pengetahuan, bertambahnya keterampilan, dan berubahnya sikap kearah yang
semakin baik masyarakat pemakai perpustakaan.
2. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara 6 Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah.
pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bang-sa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pen-didikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global; dan
5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberikan beragam pilihan pembelajaran
intrakurikuler yang disusun berdasarkan tingkat kompetensi, karakteristik siswa, lingkungan
lokal, budaya, dan kebiasaan sekitar dengan tujuan agar konten yang disusun lebih optimal
sehingga siswa dapat menguasai konsep dan meningkatkan potensi dengan lebih efektif.
Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan budaya sekolah masing-masing. Menurut
(Eka Retnaningsih & Patilima, 2022) Kurikulum Merdeka bersifat lebih fleksibel dan memberikan
keleluasaan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran, dimana guru secara bebas dapat
menggunakan berbagai model, media, maupun perangkat ajar sesuai kebutuhan siswa. Hal ini
selaras dengan pendapat (Khoirurrijal et al., 2022) yang menyebutkan bahwa guru lebih leluasa
dalam memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan di kelas dengan tetap
mengacu pada kebutuhan belajar, karakteristik, dan minat siswa.
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang sangat strategis
dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat
penting, yaitu: (a) peranan konservatif,(2) peranan kreatif, dan (3) peranan kritis/evaluatif
(Oemar Hamalik,1990). a. Peranan Konservatif Peranan ini menekankan bahwa kurikulum
sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih
relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian,
peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu
mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di
lingkungan masyarakatnya. b. Peranan Kreatif Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus
mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang
ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan
baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya. 18 c. Peranan Kritis dan
Evaluatif Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan
budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa
sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang
belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan
baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis agar
dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang
menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga
peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan.
4. Perpustakaan sekolah adalah sumber belajar yang berada di sekolah, merupakan bagian integral
dari sekolah berfungsi mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Perpustakaan sekolah sebagai
perangkat pendidikan di sekolah merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran di
sekolah. Perpustakaan berfungsi sebagai: (1) pusat sumber belajar, yaitu menyediakan koleksi
bahan pustaka untuk mendukung pembelajaran, (2) pusat penelitian sederhana, yaitu
menyediakan koleksi bahan pustaka yang bermanfaat untuk melaksanakan penelitian sederhana
bagi peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan, dan (3) pusat membaca guna menambah
ilmu pengetahuan dan rekreasi.
Dalam kegiatan pembelajaran dan upaya mengembangkan melek informasi, perpustakaan
sekolah perlu melakukan peran sebagai berikut. a. mendukung dan meningkatkan tujuan
pendidikan nasional, insitusional, kurikuler, dan pembelajaran;
b. mengembangkan dan meneruskan kebiasaan dan kesukaan peserta didik pada bacaan;
c. memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dalam menciptakan dan
menggunakan informasi untuk pengetahuan, pemahaman, imajinasi dan kesenangan;
d. mendukung seluruh komunitas sekolah dalam belajar dan mempraktikkan keahliannya untuk
mengevaluasi dan mempergunakan informasi, tanpa memperhatikan bentuk, format atau
media, termasuk kepekaan terhadap cara berkomunikasi dalam masyarakat;
e. memberikan akses kepada sumber lokal, regional, nasional, dan global;
f. menyelenggarakan kegiaan yang mendorong kesadaran dan kepekaan sosial dan budaya;
g. bekerja bersama peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan untuk mencapai misi sekolah;
h. menyatakan konsep bahwa kebebasan intelektual dan akses kepada informasi merupakan hal
yang penting untuk anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab serta merupakan
partisipasi dalam kehidupan berdemokrasi;
i. mempromosikan bacaan, sumber informasi, dan layanan perpustakaan sekolah untuk seluruh
masyarakat sekolah dan di luar masyarakat sekolah.
5. Perpustakaan diharapkan mampu memberikan fasilitas agar peserta didik mampu belajar
mandiri. Oleh karena itu, perpustakaan perlu meningkatkan beberapa hal utama, yaitu: a.
Perpustakaan berfungsi sebagai “School Learning Center” b. Kepala perpustakaan sekolah
sebagai fasilitator terbentuknya “budaya belajar” di sekolah. c. Kepala perpustakaan sekolah
sebagai tenaga fungsional yang profesional di sekolah. d. Kepala perpustakaan sekolah sebagai
Mitra Sejajar Guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang bermutu. e. Kepala
perpustakaan sebaiknya memberikan masukan kepada guru dan peserta didik untuk
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Upaya Meningkatkan Peran Perpustakaan untuk Memfasilitasi Belajar Mandiri a. Meningkatkan
kemampuan pengelola perpustakaan, termasuk perpustakaan yang berada di satuan pendidikan
(sekolah/madrasah). b. Meningkatkan diversifikasi fungsi perpustakaan untuk mewujudkan
perpustakaan sebagai tempat yang menarik, terutama bagi anak dan remaja, untuk belajar dan
mengembangkan kreativitas. c. Pemberdayaan kepala perpustakaan sekolah sebagai pusat
sumber belajar (PSB) dengan mengembangkan jabatan fungsional kepala perpustakaan sekolah.
d. Membangun Citra Ideal Kepribadian Kepala Perpustakaan Sekolah Profesional RAMAH,
SOPAN, KOMUNIKATIF, DISIPLIN, CERMAT PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN MUDAH BEKERJA SAMA
DENGAN TEAMWORK PUNYA KREATIVITAS DAN DAYA KRITIS TINGGI
6. Beberapa istilah information literacy digunakan di Indonesia, seperti melek informasi, literasi
informasi, dan keberaksaraan informasi. Melek informasi digunakan dengan menganalogikan
melek huruf yang dipakai sebagai lawan kata buta huruf. Buta huruf 47 digunakan lebih dahulu
untuk terjemahan illiterate, baru kemudian muncul istilah melek huruf sebagai padanan istilah
literate. Istilah buta huruf dan melek huruf dipakai baik untuk adjektiva (literate dan illiterate)
maupun untuk nomina (literacy dan illiteracy). Menurut aturan pembentukan istilah dalam
Bahasa Indonesia, seharusnya literacy dan illiteracy diterjemahkan menjadi ”ke-melekhuruf-an”
dan ”ke-butahuruf-an”.
Beberapa cara untuk lebih memberdayakan keberadaan perpustakaan di lingkungan sekolah,
antara lain perlu upaya untuk menciptakan “penguatan kelembagaan” terhadap perpustakaan
sekolah, perlunya diciptakan pengajaran yang terkait dengan pemanfaatan fasilitas yang tersedia
di perpustakaan, Selain hal itu, pengelola perpustakaan berupaya melibatkan guru dalam
pemilihan koleksi perpustakaan yang akan dibeli, sehingga guru tahu koleksi yang dimiliki
perpustakaan. Pengelola perpustakaan juga aktif mempromosikan dan memasyarakatkan
perpustakaan dan koleksinya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik
perhatian, misalnya melaksanakan kegiatan khusus pada hari peringatan nasional.
PERPUSTAKAAN 1. perlu diupayakan adanya jam belajar di perpustakaan, sehingga siswa terbiasa
memanfaatkan perpustakaan. 2. perlunya pemberian rangsangan kepada siswa agar termotivasi
untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal sebagai pusat informasi. 3. Memberikan
penghargaan terhadap siswa yang meminjam buku paling banyak dalam kurun waktu tertentu.