Makalah Guru Dan Pengembangan Kurikulum
Makalah Guru Dan Pengembangan Kurikulum
Makalah Guru Dan Pengembangan Kurikulum
Oleh:
Dosen Pengampu:
PROGRAM PASCASARJANA
2024
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D. Metode Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PENGEMBANGAN GURU DALAM KURIKULUM .................. 3
A. Definisi Guru ............................................................................... 3
B. Guru dalam Perspektif Islam........................................................ 4
C. Guru sebagai Profesi .................................................................... 6
D. Memahami Tujuan Pengajaran .................................................... 8
1
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2008.
Hlm. 151.
2
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2009. Hlm. 118
3
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2008.
Hlm. 151.
1
Sejalan dengan permasalahan tersebut, makalah ini akan mencoba menguraikan
tentang apa yang dimaksud dengan profesi guru dan hal-hal yang berkaitan
dengannya seperti fungsi guru, tanggung jawab profesinya dan ketrampilan dalam
mengelola peserta didik. Sehingga muncul pertanyaan ; mengapa guru perlu
memahami tujuan pengajaran dan hakikat fungsi profesionalnya dalam mengajar,
bagaimana hubungan profesionalisme guru dengan peranannya dalam upaya
pengembangan kurikulum dalam pendidikan ?
Untuk menjawab berbagai pertanyaan yang merupakan ruang lingkup
pembahasan makalah ini, tulisan ini akan mendeskripsikan sekaligus menganalisis
dengan pendekatan ilmu kependidikan yang bersumber dari literatur para pakar
pendidikan dalam bidangnya.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Guru dalam Pengembangan
Kurikulum, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan Guru dan Profesionalisme nya dalam Pendidikan?
2. Apa saja Peran, Fungsi, serta Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah mempelajari
tentang Guru dalam Pengembangan Kurikulum serta pembahasan yang mencakup
ruang lingkup di dalamnya seperti profesionalisme guru, peran, fungsi serta
tanggung jawabnya dalam pendidikan sebagai bentuk usaha pengembangan
pendidikan.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu mencari dan mengumpulkan data yang relevan dengan tema
yang akan dibahas, terutama yang terdapat dalam literatur yang mempelajari tentang
Profesionalisme Guru
2
BAB II
PENGEMBANGAN GURU DALAM KURIKULUM
A. Definisi Guru
Pendidik atau lebih populer dikatakan sebagai Guru adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 4Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta
didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.6
Untuk dapat benar-benar menjadi pendidik, seorang guru tidak cukup hanya dengan
menguasai bahan pelajaran, tetapi juga harus tahu nilai-nilai apa yang dapat disentuh
oleh materi pelajaran yang akan diberikan kepada para siswa.7
Terdapat dua syarat penting untuk seorang guru supaya berhasil melaksanakan
tugasnya, syarat yang pertama adalah menguasai dengan sempurna bidang
pengetahuan yang dimilikinya. Karena kualitas sebuah pengajaran sangat ditentukan
oleh tingkat penguasaan bahan pengajaran. Sedangkan syarat yang lainnya adalah
kemampuan guru dalam menerapkan metodologi mengajar dalam proses
pengajaran.8
4
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
5
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Setia Pustaka, 2011. Hlm. 219.
6
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2008. Hlm. 37.
7
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2008.
Hlm.158
8
Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo, 1993. Hlm.95.
3
B. Guru dalam Perspektif Islam
Guru atau pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik. Sama dengan teori pendidikan barat, tugas
pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif,
maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ke
tingkat setinggi mungkin9
Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru biasa disebut sebagai ustadz,
mu‟allim, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu‟addib. Kata ustadz biasa digunakan
untuk memanggil seorang professor. Ini mengandung makna bahwa seorang guru
dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.
Seseorang dikatakan professional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif
yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil
kerja, serta sikap continuous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan
memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya,
yang dilandasi oleh kesadaran yang tingi bahwa tugas mendidik adalah tugas
menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya di masa depan.
Kata “mu‟allim” berasal dari kata dasar „ilm yang berarti menangkap hakikat
sesuatu. Dalam setiap „ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi amaliah. Ini
mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat
ilmu pengetahuan yang diajarkannya serta menjelaskan dimensi teoritis dan
praktisnya, dan berusaha membangkitkan siswa untuk mengamalkannya, Allah
mengutus rasul-Nya antara lain agar beliau mengajarkan (ta‟lim) kandungan al-
kitab dan al-hikmah, yakni kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang
mendatangkan manfaat dan menampik mudharat. Ini mengandung makna bahwa
seseorang guru dituntut untuk mampu mengajarkan kandungan ilmu pengetahuan
dan al-hikmah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan ilmu pengetahuan itu
dalam kehidupannya yang bisa mendatangkan manfaat dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjauhi mudhorot. Dengan demikian,
9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya, 2005. Hlm. 74.
4
seorang guru dituntut untuk sekaligus melakukan “transfer ilmu/pengetahuan,
internalisasi, serta amaliah (implementasi).
Kata “murabby” berasal dari kata dasar “rabb”. Tuhan adalah sebagai rabb al-
„alamin dan rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam
seisinya termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas untuk
menumbuh kembangkan kreativitasnya agar mampu mengkreasi, mengatur dan
memelihara alam seisinya. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur
dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya. Di dalam khazanah pemikiran Islam terdapat
konsep tauhid rububiyyah, yang bertolak dari pandangan dasar bahwa hanya Allah
lah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya. Alam ini
diserahkan oleh Allah kepada manusia (sebagai khalifah) untuk diolah, sehingga
manusia dituntut untuk mampu menggali dan menemukan ayat-ayat-Nya (tanda-
tanda keagungan dan kebesaran-Nya) di alam semesta ini yang serba seimbang,
teratur dan terpelihara dengan baik. Jika konsep tauhid ini dijadikan landasan dalam
aktivitas pendidikan Islam, maka akan berimplikasi pada proses pendidikan yang
lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan
penelitian, eksperimen di laboratorium, problem solving terhadap masalah-masalah
sosial dan sebagainya. Dengan demikian, proses pendidikan akan menghasilkan
nilai-nilai positif yang berupa sikap rasional empirik, obyektif-empirik, obyektif-
matematis, dan professional.
Kata “mudarris” berasal dari akar kata “darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa
dirasatan”, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang,
melatih, mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru adalah berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan mereka sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya. Pengetahuan dan ketrampilan seseorang akan cepat usang
selaras dengan percepatan kemajuan IPTEK dan perkembangan zaman, sehingga
guru dituntut untuk memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, agar tetap up to
date dan tidak cepat usang.
5
Sedangkan kata “mu‟addib” berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika,
dan adab atau kemajuan kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Kata peradaban
(Indonesia) juga berasal dari kata dasar adab, sehingga guru adalah orang yang
beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban
(civilization) yang berkulitas di masa depan.10
10
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Penerbit Pustaka Pelajar, 2004. Hlm.
210-213.
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya,
2005. Hlm. 107.
12
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2008. Hlm.
155.
13
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Setia Pustaka, 2011. Hlm. 219
14
Ida Rosyidah, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Penerbit UIN Press, 2013. Hlm. 24.
6
professional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Secara umum profesi seorang guru dalam
garis besarnya ada tiga, diantaranya :
- Pertama, seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu
pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar ahli dalam
bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang pengetahuan
apapun selalu mengalami perkembangan, maka seorang guru professional
juga harus terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan
peningkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru
harus secara terus menerus melakukan penmelitian dengan menggunakan
berbagai macam metode.
- Kedua, seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of
knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efesien. Untuk ini,
seorang guru harus memiliki ilmu keperguruan. Dahulu, ilmu keguruan ini
terdiri dari tiga bidang keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik, dan metodik.
Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik dan yang
dibahasa adalah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak.
Sedangkan, didaktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar
secara umum, yang diajarkan disini antara lain : cara membuat persiapan
pengajaran sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan- bahan pelajaran,
dan cara menilai hasil pelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan
tentang cara mengajarkan suatu bidang pengetahuan. Beberapa mata
pelajaran dipandang memerlukan cara-cara khusus untuk menyajikannya dan
untuk ini dikembangkan metodik khusus. Pelajaran yang memerlukan
metodik khusus ini misalnya menggambar, pekerjaan tangan dan olahraga.
- Ketiga, seorang guru yang professional harus berpegang teguh kepada kode
etik professional sebagaimana tersebut di atas. Kode etik disini lebih
dikhususkan lagi tekanannya pada perlunya memiliki akhlak yang mulia.
Dengan akhlak yang demikian itu, maka seorang guru akan dijadikan
panutan, contoh dan teladan. Dengan cara demikian ilmu yang diajarkan
7
atau nasihat yang diberikannya kepada para siswa akan didengarkan dan
dilaksanakannya dengan baik. Tentang perlunya akhlak yang baik bagi
seorang guru yang professional ini sudah lama menjadi perhatian dan kajian
para ulama Islam di zaman klasik. Ibn Muqaffa (lahir di Persia tahun 106 H)
misalnya mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mau berusaha
memulai dengan mendidik dirinya, memperbaiki tingkah lakunya,
meluruskan pikirannya, dan menjaga kata-katanya terlebih dahulu sebelum
menyampaikan kepada orang lain.
Dalam kaitannya dengan uraian tersebut diatas, seorang guru disamping sebagai
pengajar, juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian, disamping membimbing
para siswa untuk menguasai sejumlah pengetahuandan ketrampilan (mengajar),
seyogyanya guru juga membimbing siswa-siswanya mengembangkan segenap
potensi yang ada di dalam diri mereka (mendidik).15
15
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2008. Hlm.
157-158.
8
waktu. Bilamana pengajar memperoleh tugas memberi kursus pengantar
ilmu ekonomi perusahaan pada kelompok mahasiswa tingkat pertama
fakultas ekonomi, maka isi kursus itu harus ada hubungannya dengan
kelanjutan kursus ilmu ekonomi perusahaan yang akan diajarkan di
fakultas tersebut. Dengan kata lain kelanjutan kursus ilmu ekonomi
perusahaan menentukan isi kursus pengantar ilmu ekonomi perusahaan
itu. Selanjutnya pengajar perlu memikirkan bahan yang harus diketahui
oleh murid, serta dengan urutan bagaimana bahan yang akan ia ajarkan
harus disusun. Dia harus memperhitungkan, apakah bahan yang akan ia
berikan itu terlalu sederhana atau terlalu sulit bagi murid? Apakah bahan
pengajaran tersebut akan dapat selesai dibicarakan dalam waktu yang
tersedia?
b. Pertanyaan yang tidak kalah pentingnya adalah, apa yang perlu dilakukan
oleh murid? Apa yang diinginkan oleh pengajar dari muridnya? Mereka
cukup mendengarkan saja atau perlu juga mempelajari buku-buku
tertentu yang ditunjuk oleh pengajar? Mereka wajib mengikuti pelajaran
atau cukup belajar dirumah saja? Apakah mereka harus menempuh
tentamen atau sama sekali tidak perlu. Pengajar perlu mempelajari semua
hal itu, sebelum ia mulai mengerjakan persiapan pelajaran.
c. Jawaban atas pertanyaan ketiga, yaitu sejauh mana murid perlu
mengetahui bahan pelajaran, akan banyak membantu pengajar dalam
memilih cara mengajar yang akan ia pakai. Sebagai contoh : seorang
pengajar menganggap perlu murid-muridnya sedikit tahu tentang teknik
pengujian dalam masalah statistik. Untuk itu ia dapat merangkaikan
beberapa jam pelajaran guna menjelaskan berbagai macam teknik
pengujian. Dalam hal seperti ini murid cukup mendengarkan uraian saja.
Tetapi bilamana pengajar mempunyai tuntutan agar murid-muridnya
mampu menerangkan serta menerapkan teknik-teknik tersebut, maka
pengajar perlu memberi kesempatan berlatih kepada mereka.
9
Tujuan adalah suatu rumusan yang menunjukan dan menjelaskan hal yang ingin
dicapai. Memahami tujuan pengajaran bagi seorang guru adalah penting, karena
dengan memahami tujuan itu justru akan membantu guru dalam mencari bahan yang
akan diajarkan, serta akan membulatkan susunan pengajaran. Sedangkan bahan
pengajaran merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya berdasarkan tujuan tersebut ia dapat menyusun ulangan atau ujiannya.
Jelasnya, dalam tujuan itu telah dipastikan secara tepat, apa yang harus diketahui
oleh murid. Di lain pihak murid-murid perlu tahu juga tujuan yang diinginkan oleh
pengajar. Dengan begitu murid dapat mengetahui apa yang akan dituntut dari
mereka serta apa yang akan mereka hadapi selama pelajaran. Kemudian mereka pun
akan dapat membuat pembagian kerja untuk mereka sendiri. Selama mengikuti
pelajaran mereka dapat mengetahui rencana pengajar.16
16
Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo, 1993. Hlm.97-99
10
11
BAB III
PERANAN GURU DALAM KURIKULUM
12
berperan sebagai agen politik. Guru menyampaikan sikap kultur dan
tindakan politik masyarakat kepada generasi muda. Kemauan-kemauan politik
masyarakat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.
17
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Penerbit Setia Pustaka, 2012. Hlm. 185-186.
13
dalam cara mengajar yakni mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan
(alat bantu atau peraga).18
Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab yang
besar dan penting karena pada tatanan operasionalnya pendidikan merupakan
pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau orang yang
bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum dewasa. Pendidikan
merupakan bagian dari proses pendewasaan rohaniyah dan jasmaniyah. Guru
sebagai tenaga pendidik bertanggung jawab melaksanakan administrasi, mengelola,
mengembangkan, mengawasi dan melayani secara teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.19
18
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, 2008.
Hlm. 262-264.
19
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Setia Pustaka, 2011.
Hlm. 213.
14
pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan
membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. uraian
di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan
para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional, dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai berikut :
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakat.
d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untukdapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab .
f. Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturahim dengan orang lain
secara wajar.
g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang lain
dan lingkungannya.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Menjadi pembantu ketika diuperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan kepribadian kualitas pribadi peserta didik. Untuk kepentingan
tersebut, dengan memperhatikankajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990),
serta Yelon dan Weinstein (1997), dapat diidentifikasikan sedikitnya 15 peran
guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,
pembaharu kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,
actor, dan evaluator
15
(1) Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui serta memahami
nilai, norma moral dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai
dengan nilai dan norma tersebut
(2) Guru sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung
jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,
membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
(3) Guru sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru
harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapklan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan
serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik.
(4) Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak
sebagai pelatih. Karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan
mampu menunjukan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir
dalam berbagai ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi
standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih yang
16
bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar serta
potensi masing-masing.
17
(9) Guru sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni yang dalam pelaksanaannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai penelitian yang ada di dalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu
guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa
dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran.
Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha
mencarinya melalui kegiatan penelitian.
(10) Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreativitas
tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan ciri aspek dunia kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecendrungan untuk menciptakan sesuatu.
(11) Guru sebagai Pembangkit Pandangan
Guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta didiknya., mengenai fungsi ini guru harus
terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur sehingga
setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk
menunjang fungsi ini. Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan
pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak
memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran
tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula
kebesaran Allah yang menciptakannya.
(12) Guru sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan
rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan
tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau
merusak keefektifan guru pada semua peranannya. Disamping itu, jika
kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah
18
sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan
pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci
atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan
pembelajaran.
(13) Guru sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang
suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal
lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha
keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan
yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai.
(14) Guru sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi
yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia
sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan
merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Untuk
melakukan hal ini ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan
tugasnya, sehingga dapat bekerja secara efektif.
(15) Guru sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran
tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menmetapkan kualitas
hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik.
19
BAB IV
PENUTU
P
A. Kesimpulan
1. Pendidik atau lebih popular dikatakan sebagai Guru adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Adapun profesi guru adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
2. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran
kognitif, sebagai agen moral, innovator, dan kooperatif. Sedangakan
dalam arti sempit guru memiliki peran diantaranya sebagai (1)
pendidik, (2) sebagai pengajar, (3) sebagai pembimbing, (4) sebagai
pelatih, (5) sebagai penasehat, (6) sebagai pembaharu kreativitas, (7)
sebagai model teladan, (8) sebagai pribadi, (9) sebagai peneliti, (10)
sebagai pendorong kreatifitas, (11) sebagai pembangkit pandangan,
(12) sebagai pekerja rutin, (13) sebagai pemindah kemah, (14) sebagai
actor, (15) sebagai evaluator. Guru sebagai tenaga pendidik
bertanggung jawab melaksanakan administrasi, mengelola,
mengembangkan, mengawasi dan melayani secara teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan
20
DAFTAR PUSTAKA
21