Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan


Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, bidang pendidikan harus
dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kamajuan zaman. Pendidikan
yang mampu mendukung pembagunan di masa mendatang adalah pendidikan
yang mampu memiliki dan memecahkan masalah pendidikan yang dihadapinya.
Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seorang harus
memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan
harus mampu menerapkan materi yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan
datang (Djonomiarjo., 2019). Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 3 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berbagai upaya inovasi dalam dunia pendidikan dilakukan
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut, dimana hal yang mendasar
adalah pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana
pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Umumnya sekolah di Indonesia masih menggunakan kurikulum 2013.
Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 diarahkah untuk memberdayakan
semua potensi yang dimiliki siswa agar siswa dapat memiliki kompetensi-
kompetensi yang diharapkan agar dapat membuat perubahan negara yang jauh
lebih baik kedepannya. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang
mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut
untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki
sopan santun juga disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan

1
2

saintifik yang mengacu pada penemuan konsep dasar yang melandasi penerapan
model pembelajaran dengan menanamkan sikap ilmiah pada diri siswa dimana
menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai
dengan penilaian dalam kurikulum 2013 (Janah dkk., 2018).
Pembelajaran dapat dilakukan dengan pemberian masalah nyata,
langsung, serta relevan dengan kebutuhan siswa tersebut, sehingga siswa dapat
memperoleh informasi yang relevan untuk setiap masalah tertentu dalam suatu
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan
eksplorasi sederhana sehingga siswa tidak hanya sekedar menerima dan
menghafal (Adiga dan Sachinanda., 2015). Dalam proses pembelajaran, guru
harus bisa menentukan model pembelajaran yang tepat agar siswa aktif dan
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien sehingga tercapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran sains merupakan salah satu pembelajaran yang memiliki
peranan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, mengajak
siswa untuk berpikir aktif dan kreatif dan berperan penting dalam membentuk
karakter seseorang yaitu karakter berpikir kognitif, afektif dan psikomotorik yang
berdasarkan sikap pengetahuan yang tinggi dalam memecahkan suatu fenomena
alam. Salah satu yang termasuk dalam pembelajaran sains adalah fisika, selain
sebagai bagian dari pengembangan karakter, fisika merupakan pengetahuan yang
berisi konsep yang menguji analisis berpikir seseorang dalam menafsirkan dan
menentukan hal-hal yang diperoleh pada saat melakukan kegiatan eksperimen
atau investigasi. Sehingga melalui serangkaian kegiatan eksperimen, proses
berpikir siswa dapat dimanfaatkan dengan baik dalam mengembangkan dan
menciptakan kemampuan berpikir kognitif intelektual siswa (Zunanda dan
Sinulingga., 2015).
Hasil wawancara salah satu guru fisika di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi
diketahui bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan masih dominan konvensional
yaitu dengan ceramah, kemudian siswa mencatat materi yang ada dipapan tulis,
lalu siswa mengerjakan soal-soal atau memberi tugas di rumah atau dengan kata
lain pembelajaran masih berpusat pada guru (techer centered). Minat siswa
terhadap pelajaran fisika masih tergolong sedang yaitu 50%, di kelas siswa cukup
3

antusias dalam belajar fisika, namun banyak siswa yang belum mampu
mendapatkan hasil ulangan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditetapkan. Hasil yang rendah disebabkan karena siswa menghapal rumus fisika
dan kurang memahami konsep fisika, kemampuan matematis siswa masih lemah
dan guru jarang mengajak siswa melakukan kegiatan praktikum. Hasil observasi
dilakukan menggunakan angket kepada siswa SMA Negeri 3 Tebing Tinggi
diketahui bahwa 75% siswa menyatakan pelajaran fisika itu sulit karena banyak
menghitung dan banyak rumus sehingga sulit untuk dipahami, 77,8% siswa
menyatakan kurang aktif dalam pembelajaran karena kurangnya keberanian siswa
dalam hal mengemukakan pendapat dan memberi gagasan secara logis, 58,3%
siswa menyatakan pembelajaran fisika tidak dihubungkan dengan masalah yang
ada dikehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMA Negeri 3 Tebing
Tinggi, maka diperlukan cara yang efektif untuk membuat siswa tertarik, serta
lebih aktif dalam pembelajaran fisika sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan efektif dengan
menggunakan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan
siswa pada suatu skenario pembelajaran yang jelas. Pemilihan suatu model
pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran fisika akan berpengaruh
terhadap minat serta kemampuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah model Problem
Based Learning (PBL).
Model PBL merupakan model yang memfasilitasi siswa untuk menemukan
masalah dalam situasi yang kompleks. Dalam model ini, siswa bekerja
berkelompok secara kolaboratif untuk mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan
untuk belajar memecahkan masalah. Masalah yang dihadirkan dalam
pembelajaran dengan model PBL adalah permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa sehingga model PBL sesuai
diterapkan pada pembelajaran fisika (Aulia dkk., 2019). Model PBL merupakan
sebuah model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam model ini pelajaran
berfokus pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa, sehingga siswa
memiliki tanggung jawab untuk menganalisis dan memecahkan masalah tersebut
4

dengan kemampuan sendiri, sedangkan peran pendidik hanya sebagai fasilitator


dan memberikan bimbingan kepada siswa. Hal yang menarik dari model PBL
adalah lebih kepada instrumen yang didesain oleh guru adalah bernuansa masalah
dalam kehidupan sehari-hari terutama masalah yang dekat dengan kehidupan
siswa itu sendiri. Karena dengan demikian bisa menumbuhkan minat siswa dalam
memaknai masalah yang di aktualisasi dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal
evaluasi (Meilasari dkk., 2020).
Selain penggunaan model, media pembelajaran memiliki peranan penting
dalam keberhasilan pembelajaran. Salah satu penggunaan media yang sesuai
untuk pembelajaran fisika adalah media laboratorium virtual. Laboratorium
virtual adalah laboratorium yang digunakan siswa dalam melakukan eksperimen
tanpa memerlukan adanya alat-alat laboratorium yang nyata (Sugiana dkk., 2016).
Dalam pembelajaran fisika, salah satu contoh perkembangan media laboratorium
virtual berbasis teknologi adalah the Physics Education Technology (PhET). PhET
merupakan simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis, berbasis riset. Simulasi-
simulasi yang ada di dalam PhET dikembangkan dengan penelitian sehingga
semua simulasi sesuai dengan kehidupan nyata dan konsep-konsep yang akan
dibangun (Susanto., 2019). Kelebihan dari simulasi PhET yakni dapat melakukan
percobaan secara ideal, yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan alat
yang sesungguhnya. Media simulasi PhET layak digunakan sebagai media
pembelajaran fisika untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Penelitian menggunakan model PBL dalam pembelajaran sudah banyak
dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Parasamya dan Wahyuni
(2017) menemukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar, aktivitas guru dan
siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan respon siswa yang
baik terhadap penerapan model PBL. Djonomiarjo (2019) juga mengungkapkan
bahwa dengan pemberian model PBL dalam proses belajar mengajar sangat
berpengaruh terhadap penigkatan kegiatan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Agusmin, dkk (2018) penerapan model PBL berbantuan
simulasi PhET dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat
5

dilihat berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa yang berada pada kategori
tuntas.
Data beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian
menggunakan model PBL sudah banyak dilakukan dan hasilnya maksimal. Hasil
penelitian yang maksimal diharapkan dapat diperoleh pada penelitian kali ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tempat penelitian,
sampel penelitian, materi penelitian, dan waktu pelaksanaan penelitian. Peneliti
melaksanakan penelitian ini di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi Pada Materi
Momentum dan Impuls. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Problem
Based Learning Berbantuan Media Simulasi PhET Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Momentum dan Impuls.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka


diperoleh bahwa:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih belum mencapai nilai
KKM.
2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
3. Kurangnya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar.
4. Pembelajaran jarang disertai dengan kegiatan percobaan dan eksperimen.

1.3 Batasan Masalah

Untuk membentuk ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka


perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model PBL berbantuan media
simulasi PhET di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas
kontrol.
2. Populasi penelitian adalah siswa kelas X semester II SMA Negeri 3 Tebing
Tinggi T.P 2022/2023.
3. Materi yang diajarkan adalah Momentum dan Impuls.
4. Hasil belajar yang diteliti adalah aspek kognitif dan afektif.
6

1.4 Rumusan Masalah

Untuk dapat mencapai sasaran yang tepat sesuai dengan yang diharapkan,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh model PBL berbantuan media simulasi PhET dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Momentum dan Impuls?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model PBL
berbantuan media simulasi PhET pada materi pokok Momentum dan Impuls?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam


penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh model PBL berbantuan media simulasi PhET
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Momentum dan
Impuls.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model PBL
berbantuan media simulasi PhET pada materi pokok Momentum dan Impuls.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajar dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk mempertimbangkan model
PBL berbantuan media simulasi PhET sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran fisika.
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan peneliti sebagai calon guru terhadap
model pembelajaran PBL dan meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai
bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai