Makalah Agroforestri Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

KEBIJAKAN LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN


WILAYAH
“AGROFORESTRY”

Disusun Oleh:

I Gede Ketut Buana P2F122001


Atresha Octadio Hilsia P2F122002
Rana Fajriaty P2F122003

Dosen Pengampu: Dr. Marwoto, S.Hut, M.Si

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang kiranya pantas penulis ucapkan
karena atas Berkat, Rahmat serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Agroforestri ini dalam waktu yang telah di tentukan. Penulis menyadari, dalam makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini di sebabkan keterbatasan pengetahuan
penulis, sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah sehingga
penulis mendapat teori dan bekal pengetahuan dalam membuat makalah ini. Penulis, berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.

Jambi, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1
1. Latar Belakang .................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................. 2
3. Tujuan .............................................................................................. 2
4. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................3
2.1 Pengertian ..................................................................................... 3
1. Definisi Agroforestri .......................................................................... 3
2. Pemanfaatan Agroforestri ................................................................. 3
3. Sistem Teknoloi Agroforestri ............................................................ 4
2.2 Perkembangan Agroforestri ........................................................ 5

BAB III KESIMPULAN ....................................................................6


DAFTAR PUSTAKA .........................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lahan sebagai sumberdaya alam mempunyai peranann diantaranya sebagai penghasil
komoditi pertanian secara luas. Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pokok telah
menyebabkan diperlukannya areal yang lebih luas dan diusahakan lebih intensif. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukan kegiatan pengelolaan lahan yang optimal untuk mendapatkan hasil
yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah memanfaatkan lahan secara optimal melalui kegiatan agroforestry.
Perubahan lingkungan daerah tropis berkaitan dengan permasalahan seperti pembukaan
hutan alam, degradasi lahan dan perluasan lahan kritis, kepunahan tumbuh-tumbuhan dan satwa,
kebakaran hutan dan sebagainya. Semakin beratnya permasalahan tersebut telah mendorong
munculnya sebuah ilmu baru yanag berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan
system wanatani yang telah dikembangkan petani di wilayah .tropika yaitu ilmu agroforestry
(wanatani). Wanatani merupakan bidang kajian ilmu kehutanan dan agronomi, serta memadukan
usaha kehutanan dan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselaraasan antara
intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (Bene, 1977, de Foresta, et. al., 1999).
Pengembangan wanatani diharapkan dapat mencegah perluasan lahan kritis dan kemerosotan
kesuburan tanah serta pelestarian sumber daya hutan.
Agroforestry secara ekonomi terus dijalankan petani untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi dari tanah yang dikatagorikan tidak produktif dan sebagian besar terbatas pada praktek
silvopastoral. Sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan produksi, jasa lingkungan
(keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, siklus nutrisi dan kualitas air) dan manfaat sosial
telah menciptakan minat baru dalam system agroforestry. Sebagian besar system agroforestry
dipraktekkan secara Iglobal-silvoarable, pertanian hutan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Pengertian Agroforestri ?
2. Bagaimana Pemanfaatan Agroforestri ?
3. Bagaimana Sistem Teknologi dari Agroforestri ?
4. Bagaimana Perkembangan Agroforestri ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui Pengertian Agroforestri
2. Mengetahui Pemanfaatan Agroforestri
3. Menganalisis Sistem Teknologi dari Agroforestri
4. Mengetahui Perkembangan Agroforestri

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah Mahasiswa mengetahui aspek
perkembangan serta pemanfaatan dan pengembangan system tekonologi dari Agroforestri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
a. Definisi
Agroforestry secara ekonomi terus dijalankan petani untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi dari tanah yang dikatagorikan tidak produktif dan sebagian besar terbatas pada
praktek silvopastoral. Sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan produksi, jasa
lingkungan (keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, siklus nutrisi dan kualitas air) dan
manfaat sosial telah menciptakan minat baru dalam system agroforestry. Sebagian besar
system agroforestry secara Iglobal-silvoarable, pertanian hutan, strip tepi sungai penyangga,
peningkatan bera, pohon serbaguna dan silvopastura. Potensi system agroforestry untuk
memberikan manfaat ekonomi lingkungan dan sosial masyarakat.
Sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian yang meningkatkan hasil lahan
secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman
pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada
unit lahan yang sama dan dengan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan
kebudayaan penduduk stempat (King dan Chandier, 1976). Nair (1979) menjelaskan bahwa
agroforestry merupakan suatu bentuk tata guna lahan, dimana pada lahan yang sama
dilakukan pola integrasi penanaman antara pohon dan tanaman pertanian atau hijauan makan
ternak, agar dihasilkan produksi yang lebih tinggi, serta secara ekonomis menguntungkan dan
dapat memberikan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik kepada penduduk pedesaan.
Dalam rumusan seminar APP, 1981 agroforestry didefinisikan sebagai suatu bentuk
pemanfaatan lahan secara optimal dalam suatu tapak yang mengusahakan produksi biologis
berdaur pendek dan berdaur panjang (merupakan kombinasi kegiatan kehutanan dengan
kegiatan pertanian) berdasarkan kelestarian, baik secara serempak ataupun beruntun di dalam
dan diluar kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat.

b. Pemanfaatan
Agroforestry diharapkan dapat bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah yang
terdegradasi, melestasikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta
menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh
petani diberbagai tempat di Indonesia selama berabad abad, misalnya system ladang
berpindah, kebun campuran dilahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang pengembalaan
hewan.

Tujuan system agroforestry berkaitan dengan sosial, ekonomi dan lingkungan, namun
lebih mengkhususkan pada sisi profit. Profitabilitas tergantung pada output bahwa sistim
agroforestry menyediakan dan memiliki nilai yang diberikan oleh masyarakat untuk semua
produk mereka dalam periode tertentu. Sistem agroforestry bermanfaat bagi lingkungan
sebagai penyumbang dampak positif terhadap keanekaragaman hayati dan siklus hara. Sistem
agroforestry yang membawa dampak positif bagi keanekaragaman hayati (flora dan fauna).
Peran agroforestry bagi rotasi siklus hara, perlindungan kualitas air dan pencegahan erosi
serta mengurangi pencucian nitrat, juga telah terbukti menurunkan kerugian erosi kehilangan
tanah dan hilangnya bahan bahan

Dalam sistem wanatani terjadi interaksi ekologi antara pohon dan komponen lainnya baik
diatas permukaan lahan (above ground, seperti penaungan, evapotranspirasi) maupun dibawah
permukaan tanah (below ground, seperti interaksi perakaran yang berhubungan dengan
pengambilan air dan unsur hara) dan melalui perpindahan biomasa (transfer of biomass),
serasah atau pemangkasan (prunings).

Wanatani memiliki fungsi produksi dan jasa. Fungsi produksi meliputi produksi pangan,
obat-obatan, produk petiernakan, produk perikan, Sementara fungsi jasa meliputi fungsi
naungan bagi manusia dan satwa, mengugrangi kecepatan angin, mengendalikan erosi,
penyerap dan penimbun emisi karbon (carbon stock), memelihara dan mempertahankan
kesuburan tanah serta masih banyak fungsi jasa lainnya.

c. Sistem Teknologi Agroforestry


Ada beberapa macam teknologi agroforestry di Indonesia (Risman dan Sutisna, 1986),
yaitu
1. Agri Silvikultus, kombinasi aspek pertanian dan kehutanan seperti sistem tumpang sari
di Jawa.
2. Silvo pastur, kombinasi aspek kehutanan dan peternakan, seperti penanaman rumput
atau hijauan pakan ternak di bawah tegakan hutan Agathis, pinus dan Albizia di daerah
Pujon, Malang.
3. Silvo Fishery, kombinasi hutan dan tambak di kawasn pantai.
4. Farm Forestry, kombinasi kehutanan dan pertanian di daerah pemukiman (pekarangan,
pematang sawah)
5. Agro Silvopastur, kombinasi aspek pertanian , kehutanan dan peternakan.
6. Home Garden, pekarangan
7. Sistem tahun kebun, didominasi oleh tanaman palawija.

2.2 Perkembangan Agroforestri


Pemikiran tentang pengkombinasian komponen kehutanan dengan pertanian sebenarnya
bukan merupakan hal yang baru. Pohon-pohon telah dimanfaatkan dalam sistem pertanian sejak
pertama kali aktivitas bercocok tanam dan memelihara ternak dikembangkan. Sekitar tahun 7000
SM terjadi perubahan budaya manusia dalam mempertahankan eksistensinya dari pola berburu
dan mengumpulkan makanan ke bercocok tanam dan beternak. Sebagai bagian dari proses ini
mereka menebang pohon, membakar serasah dan selanjutnya melakukan budidaya tanaman. Dari
sini lahirlah pertanian tebas bakar yang merupakan awal agroforestry.
Tradisi pemeliharaan pohon dalam bentuk kebun pada areal perladangan, pekarangan
dan tempat-tempat penting lainnya oleh masyarakat tradisional itu dikarenakan nilai-nilainya
yang dirasakan tinggi sejak manusia hidup dalam hutan. Menurut Hariah (2003) pada akhir abad
XIX, pembangunan hutan tanam menjadi tujuan utama. Agroforestry dipraktekkan sebagai
sistem pengelolaan lahan. Pada pertengahan 1800-an dimulai penanaman jati di sebuah daerah di
Birma oleh Sir Dietrich Brandis. Penanaman jati dilakukan melalui taungya, diselang-seling atau
dikombinasikan dengan tanaman pertanian.
Kelebihan sistem ini bukan hanya dapat menghasilkan bahan pangan, tetapi juga dapat
mengurangi biaya pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman yang memang sangat mahal.
Selanjutnya taungya dikenal di Indonesia sebagai tumpangsari. Banyak ahli yang berpendapat
bahwa sistem taungya adalah cikal bakal agroforestri modern. Agroforestry klasik atau
tradisional sifatnya lebih polikultur dan lebih besar manfaatnya bagi masyarakat setempat
dibandingkan agroforestry modern. Agroforestry modern hanya melihat komuninasi antara
tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Dalam agroforestry modern,
tidak terdapat lagi keragaman kombinasi yang tinggi dari pohon yang bermanfaat atau juga satwa
liar yang menjadi terpadu dari sistem tradisional (Hariah K et al, 2003).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup
masyarakat. Sistem keberlanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi
tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Di tingkat petani,
keputusan untuk menerapkan dan mengembangkan agroforestri mencakup berbagai hal yang
jauh lebih kompleks dari sekedar analisis untung-rugi. Suatu sistem penggunaan lahan dinilai
dari bagaimana sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar petani, termasuk
pangan, papan, dan penghasilan tunai. Sayangnya, sistem penggunaan lahan yang potensial
seringkali dibatasi oleh berbagai faktor lain, seperti kebijakan yang berlaku, infrastruktur yang
tersedia, aturan-aturan sosial budaya, ketersediaan sumber daya, kemudahan akses terhadap
informasi, dsb. Kesemua faktor tersebut mempengaruhi apakah suatu sistem agroforestri layak
untuk dikembangkan, menguntungkan baik secara ekonomi maupun dari segi biofisik, dapat
diterima atau paling tidak sesuai dengan sosial budaya setempat, dan terjamin
kesinambungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suharjito, Didik, Leti Sundawati, Suryanto, Sri Rahayu Utami. 2003. Aspek Sosial Ekonomi dan
Budaya Agroforestri: PDF. ICRAF. Bogor
Suyanto S, Khususiyah N, Permana RP and MD Angeles. 2002. The Role of
Land Tenure in Improving Sustainbale Land Management and Environment in
Forest Zone. Draft report of CIFOR/ICRAF fire project.
Schoorl JW. 1970. Muyu Land Tenure. New Guinea Research Bulletin No. 38:
34-41. The New Guinea Research Unit, The Australian National University.
Canbera.
Suharjito D dan S Sarwoprasodjo. 1997. Organisasi Keluarga dan Status Wanita
(Studi Kasus Peranan Wanita Pada Keluarga Penyadap Getah Pinus dan Keluarga
Petani Hutan Rakyat). Penelitian OPF. Pusat Studi Wanita, Lembaga Penelitian
IPB.Bogor.
Suharjito D, Mugniesyah SM, Guhardja S dan Sri Hartoyo. 1997. Hubungan
Perilaku Manusia dan Lingkungan Binaan (Studi Kasus Gender dalam Pembinaan
Program Penghijauan di DAS Cimanuk Hulu, Propinsi Jawa Barat). Penelitian
Ilmu Pengetahuan Dasar-Ditjen DIKTI. Pusat Studi Wanita, Lembaga Penelitian
IPB.Bogor.
Suharjito D. 2002. Kebun-Talun: Strategi Adaptasi Sosial Kultural dan Ekologi
Masyarakat Pertanian Lahan Kering di Desa Buniwangi, Sukabumi-Jawa
Barat. Disertasi, Program Studi Antropologi Universitas Indonesia.
Suryanata K. 2002. Dari Pekarangan menjadi Kebun Buah-Buahan: Stabilisasi
Sumber daya dan Diferensiasi Ekonomi di Jawa. Dalam Murray Li T
(Penyunting). Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Yayasan
Obor Indonesia.
Teluma, D.L. 2002. Pengembangan Program Wanatani. Dalam Roshetko JM et
al. (editor). Wanatani di Nusa Tenggara. ICRAF dan Winrock
International. Bogor.
Van der Poel P and H van Dijk. 1987. Household Economy and Tree Growing in
Upland Central Java. Agroforestry Systems No. 5: 169-184. Martinus Nijhoff
Publishers. Dordrecht. The Netherlands.
Wijayanto N. 2001. Faktor dominan dalam sistem pengelolaan hutan
kemasyarakatan. Disertasi S3, PPS-IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai