Makalah Agroforestri Fix
Makalah Agroforestri Fix
Makalah Agroforestri Fix
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang kiranya pantas penulis ucapkan
karena atas Berkat, Rahmat serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Agroforestri ini dalam waktu yang telah di tentukan. Penulis menyadari, dalam makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini di sebabkan keterbatasan pengetahuan
penulis, sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah sehingga
penulis mendapat teori dan bekal pengetahuan dalam membuat makalah ini. Penulis, berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian
a. Definisi
Agroforestry secara ekonomi terus dijalankan petani untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi dari tanah yang dikatagorikan tidak produktif dan sebagian besar terbatas pada
praktek silvopastoral. Sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan produksi, jasa
lingkungan (keanekaragaman hayati, penyerapan karbon, siklus nutrisi dan kualitas air) dan
manfaat sosial telah menciptakan minat baru dalam system agroforestry. Sebagian besar
system agroforestry secara Iglobal-silvoarable, pertanian hutan, strip tepi sungai penyangga,
peningkatan bera, pohon serbaguna dan silvopastura. Potensi system agroforestry untuk
memberikan manfaat ekonomi lingkungan dan sosial masyarakat.
Sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian yang meningkatkan hasil lahan
secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman
pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada
unit lahan yang sama dan dengan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan
kebudayaan penduduk stempat (King dan Chandier, 1976). Nair (1979) menjelaskan bahwa
agroforestry merupakan suatu bentuk tata guna lahan, dimana pada lahan yang sama
dilakukan pola integrasi penanaman antara pohon dan tanaman pertanian atau hijauan makan
ternak, agar dihasilkan produksi yang lebih tinggi, serta secara ekonomis menguntungkan dan
dapat memberikan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik kepada penduduk pedesaan.
Dalam rumusan seminar APP, 1981 agroforestry didefinisikan sebagai suatu bentuk
pemanfaatan lahan secara optimal dalam suatu tapak yang mengusahakan produksi biologis
berdaur pendek dan berdaur panjang (merupakan kombinasi kegiatan kehutanan dengan
kegiatan pertanian) berdasarkan kelestarian, baik secara serempak ataupun beruntun di dalam
dan diluar kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat.
b. Pemanfaatan
Agroforestry diharapkan dapat bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah yang
terdegradasi, melestasikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta
menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh
petani diberbagai tempat di Indonesia selama berabad abad, misalnya system ladang
berpindah, kebun campuran dilahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang pengembalaan
hewan.
Tujuan system agroforestry berkaitan dengan sosial, ekonomi dan lingkungan, namun
lebih mengkhususkan pada sisi profit. Profitabilitas tergantung pada output bahwa sistim
agroforestry menyediakan dan memiliki nilai yang diberikan oleh masyarakat untuk semua
produk mereka dalam periode tertentu. Sistem agroforestry bermanfaat bagi lingkungan
sebagai penyumbang dampak positif terhadap keanekaragaman hayati dan siklus hara. Sistem
agroforestry yang membawa dampak positif bagi keanekaragaman hayati (flora dan fauna).
Peran agroforestry bagi rotasi siklus hara, perlindungan kualitas air dan pencegahan erosi
serta mengurangi pencucian nitrat, juga telah terbukti menurunkan kerugian erosi kehilangan
tanah dan hilangnya bahan bahan
Dalam sistem wanatani terjadi interaksi ekologi antara pohon dan komponen lainnya baik
diatas permukaan lahan (above ground, seperti penaungan, evapotranspirasi) maupun dibawah
permukaan tanah (below ground, seperti interaksi perakaran yang berhubungan dengan
pengambilan air dan unsur hara) dan melalui perpindahan biomasa (transfer of biomass),
serasah atau pemangkasan (prunings).
Wanatani memiliki fungsi produksi dan jasa. Fungsi produksi meliputi produksi pangan,
obat-obatan, produk petiernakan, produk perikan, Sementara fungsi jasa meliputi fungsi
naungan bagi manusia dan satwa, mengugrangi kecepatan angin, mengendalikan erosi,
penyerap dan penimbun emisi karbon (carbon stock), memelihara dan mempertahankan
kesuburan tanah serta masih banyak fungsi jasa lainnya.
3.1 Kesimpulan
Agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup
masyarakat. Sistem keberlanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi
tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Di tingkat petani,
keputusan untuk menerapkan dan mengembangkan agroforestri mencakup berbagai hal yang
jauh lebih kompleks dari sekedar analisis untung-rugi. Suatu sistem penggunaan lahan dinilai
dari bagaimana sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar petani, termasuk
pangan, papan, dan penghasilan tunai. Sayangnya, sistem penggunaan lahan yang potensial
seringkali dibatasi oleh berbagai faktor lain, seperti kebijakan yang berlaku, infrastruktur yang
tersedia, aturan-aturan sosial budaya, ketersediaan sumber daya, kemudahan akses terhadap
informasi, dsb. Kesemua faktor tersebut mempengaruhi apakah suatu sistem agroforestri layak
untuk dikembangkan, menguntungkan baik secara ekonomi maupun dari segi biofisik, dapat
diterima atau paling tidak sesuai dengan sosial budaya setempat, dan terjamin
kesinambungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suharjito, Didik, Leti Sundawati, Suryanto, Sri Rahayu Utami. 2003. Aspek Sosial Ekonomi dan
Budaya Agroforestri: PDF. ICRAF. Bogor
Suyanto S, Khususiyah N, Permana RP and MD Angeles. 2002. The Role of
Land Tenure in Improving Sustainbale Land Management and Environment in
Forest Zone. Draft report of CIFOR/ICRAF fire project.
Schoorl JW. 1970. Muyu Land Tenure. New Guinea Research Bulletin No. 38:
34-41. The New Guinea Research Unit, The Australian National University.
Canbera.
Suharjito D dan S Sarwoprasodjo. 1997. Organisasi Keluarga dan Status Wanita
(Studi Kasus Peranan Wanita Pada Keluarga Penyadap Getah Pinus dan Keluarga
Petani Hutan Rakyat). Penelitian OPF. Pusat Studi Wanita, Lembaga Penelitian
IPB.Bogor.
Suharjito D, Mugniesyah SM, Guhardja S dan Sri Hartoyo. 1997. Hubungan
Perilaku Manusia dan Lingkungan Binaan (Studi Kasus Gender dalam Pembinaan
Program Penghijauan di DAS Cimanuk Hulu, Propinsi Jawa Barat). Penelitian
Ilmu Pengetahuan Dasar-Ditjen DIKTI. Pusat Studi Wanita, Lembaga Penelitian
IPB.Bogor.
Suharjito D. 2002. Kebun-Talun: Strategi Adaptasi Sosial Kultural dan Ekologi
Masyarakat Pertanian Lahan Kering di Desa Buniwangi, Sukabumi-Jawa
Barat. Disertasi, Program Studi Antropologi Universitas Indonesia.
Suryanata K. 2002. Dari Pekarangan menjadi Kebun Buah-Buahan: Stabilisasi
Sumber daya dan Diferensiasi Ekonomi di Jawa. Dalam Murray Li T
(Penyunting). Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Yayasan
Obor Indonesia.
Teluma, D.L. 2002. Pengembangan Program Wanatani. Dalam Roshetko JM et
al. (editor). Wanatani di Nusa Tenggara. ICRAF dan Winrock
International. Bogor.
Van der Poel P and H van Dijk. 1987. Household Economy and Tree Growing in
Upland Central Java. Agroforestry Systems No. 5: 169-184. Martinus Nijhoff
Publishers. Dordrecht. The Netherlands.
Wijayanto N. 2001. Faktor dominan dalam sistem pengelolaan hutan
kemasyarakatan. Disertasi S3, PPS-IPB. Bogor.