Renungan Hari Ke-8
Renungan Hari Ke-8
Renungan Hari Ke-8
Tanggal 19 - 08 - 2024
PELAYAN YANG TAAT
DALAM SEMANGAT CINTA KASIH DAN KERENDAHAN HATI
Hidup kita dilimpahi dengan kebaikan Allah. Kasih- Nya meresapi seluruh hidup kita
lewat berbagai macam cara. Melalui peristiwa kebangkitan, Yesus mau mengajarkan kepada
para murid bahwa Allah mesti kita temukan dalam segala sesuatu. Dengan mata iman, kita
memandang bahwa segala yang ada di sekeliling kita ini baik, karena bersumber serta
mengalir dari kebaikan Allah. Bagaimana kita memahami hal ini?
Marilah kita ingat kembali bagaimana Allah hadir dan berkarya dalam diri Yesus Kristus,
Sang Immanuel demi keselamatan kita (Yoh 1:1-3, lbr 1:1-3). Kita patut mengingat-ingat
kembali karya Allah dalam diri kita, dalam peristiwa hidup kita masing-masing. Rahmat apa
saja yang telah dianugerahkan Allah atas diriku dari sejak lahir hingga sekarang ini?
Bagaimana Allah kualami hadir dan berkarya dalam peristiwa hidupku akhir-akhir ini?
Dengan menyadari dua hal tersebut, kita merasakan ikatan relasi antara Allah dan diri
kita. Begitu besar cinta Allah atas diriku sehingga la mengutus Putera-Nya yang. tunggal
(Yoh3:16) dan di dalam Dia pula segala sesuatu dikerjakan untuk kebaikanku (Kol 1:16).
Bahkan, sekalipun kita berpaling dari Allah, Dia tetap mengasihiku. Bagaimana aku hendak
membalas kebaikan Allah yang begitu besar atas diriku ini? Bukankah dengan demikian aku
diajak untuk mencintai sebagaimana Allah telah mencintaiku, berbuat sebagaimana Allah
telah berbuat atas diriku, berani memberi sebagaimana Allah memberi? "Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal." (Yoh 3:16).
Allah hadir dalam seluruh ciptaan-Nya melalui daya ilahi yang selalu mencipta,
menggerakkan, serta menghidupkan secara unik lagi menakjubkan dalam masing-masing
ciptaan. Dia menciptakan benda-benda mati dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga
tampak indah, bertumpu pada dirinya, dan tidak tercerai berai. Dia menciptakan
tumbuh-tumbuhan, menyiraminya dengan cahaya dan memberikan hujan,
menumbuhkannya saat demi saat meski tak terlihat, hingga akhirnya mekar berbunga dan
menghasilkan buah. Allah memberi hewan mata untuk melihat, penciuman dan
pendengaran yang tajam, naluri untuk mempertahankan diri serta berkembang biak.
Dengan cahaya matahari, Dia memancarkan kehangatan bagiku, dengan udara yang
kuhirup, Dia memberi daya hidup. Allah juga tinggal dalam aku dengan memberi aku hidup,
daya rasa, dan pikiran. Ia sudah membentukku sejak aku masih dalam kandungan. Bahkan
dijadikan-Nya aku bait-Nya karena aku diciptakan secitra dan seturut rupa Yang
Mahaagung, Allah pijakan adaku, teras hidupku.
Tapi sayang, kita sering lupa akan kehadiran Tuhan dalam ciptaan-Nya. Kita sering
terlalu serakah sehingga alam yang telah ditata Tuhan dengan begitu indah itu justru kita
rusak karena kita hanya mau cari enaknya, mau mengeruk untung sebanyak-banyaknya tapi
enggan merawat dan memperhatikan.
Lalu muncullah berbagai bencana. Bahasa alam berbicara. Kita pun sering
mengabaikan, bahwa setiap insan bagaimana pun keadaannya adalah citra Allah sendiri.
Maka kita tega saling melukai dan membunuh, melakukan tindak kekerasan, bahkan
membunuhi beribu -ribu janin tak berdosa setiap harinya. Kita pantas bertanya, apa yang
semestinya kita lakukan dan apa yang harus kita persembahkan kepada Allah sekarang.
"Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah?" (1 Kor 6:19). Allah Terus Bekerja Hingga
Sekarang
Penciptaan tidak terjadi hanya dalam satu kali langkah pada waktu sekian ratus juta
tahun yang lampau. Allah masih terus berkarya dan mencipta juga di sini dan pada saat ini.
Ia menyelenggarakan ciptaan-ciptaan itu, berkarya di dalamnya -sehingga mereka tumbuh
dan mekar dalam keanekaragaman, senantiasa baru, melampaui dirinya dan mengarah
pada kesempurnaan.
Begitu pula Allah selalu menyentuh, terus-menerus membentuk hidupku dan hidup
setiap orang, dan mengarahkannya pada kesempurnaan. Allah bekerja, kerajaan- Nya hadir
dan ditemukan tak perlu dalam peristiwa- peristiwa menghebohkan. Kehadiran-Nya bisa
dikenali dalam hidup sehari-hari.
8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong
dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. 9
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an, 10 dan
kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
11 Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia,
tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, 12
karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati.
PENUTUP
"Sudahkah kamu mengenali hati Allah?" Pertanyaan ini sering mengusik, karena sering
timbul pikiran buruk dalam hati kita, seperti tampak dalam perumpamaan Yesus, yaitu iri bila
melihat orang lain mengalami nasib baik bahkan kebaikan, yang rasa-rasanya tidak sesuai
dengan kerja dan jasanya.
Kita diajak oleh Tuhan Yesus untuk mengubah cara pikir dan cara pandang kita. Kita
diajak untuk hidup berdasarkan pola dan budaya hidup Kerajaan Allah, yang dikemudikan
oleh hukum kasih. Hukum kasih memang tidak cukup hanya diukur dengan hebatnya
sumbangan (kuantitas hasil), meski itu baik juga. Hukum kasih lebih akan ditentukan
mutunya dengan memberikan apa yang ada pada dirinya sepenuhnya (kualitas basil) tanpa
merasa bahwa itu yang paling baik.
Dengan hidup bersujud dan bersyukur yang semakin dalam, kita belajar mengenal hati
Allah yang limpah dengan pengampunan dan belas kasih.
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan
canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia
dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk
memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak
berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak
ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. la tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.