29470-Article Text-92656-1-10-20220830
29470-Article Text-92656-1-10-20220830
29470-Article Text-92656-1-10-20220830
*
Corresponding author: Jl. HM. Yasin Limpo 36 Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. 92113
E-mail addresses: [email protected]
Kata kunci A b s t r a k
Araceae Tumbuhan talas merupakan tumbuhan tingkat tinggi atau tumbuhan
Identifikasi morfologi tegak yang dapat dibedakan dengan jelas antara daun,batang dan akar.
Metode jelajah
Tumbuhan talas Kegiatan identifikasi morfologi diperlukan untuk melihat keragaman
jenis tumbuhan talas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Diajukan: 16 Juni 2022 keragaman tumbuhan talas berdasarkan karakter morfologi daun.
Ditinjau: 30 Juni 2022 Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
Diterima: 1 Agustus 2022
Diterbitkan: 30 Agustus 2022 metode jelajah. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah
ditemukan 4 jenis tumbuhan talas yang terdiri dari dua genus yaitu
Cara Sitasi: Alocasia dan Colocasia. Tumbuhan talas yang ditemukan antara lain,
A. Imran., H. Hasyimudiin., N.
Nurindah, “Identifikasi jenis Alocasia macrorrhizos, Colocasia esculenta, Alocasia longiloba dan
tumbuhan talas di Hutan Topidi, Alocasia brisbanensis
Kecamatan Tinggimoncong,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan",
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi,
vol. 2, no. 2, pp. 59-63, 2022.
Copyright © 2022. The authors. This is an open access article under the CC BY-SA license
1. Pendahuluan
Keanekaragaman merupakan bentuk komunitas yang meliputi hewan dan tumbuhan
yang tersebar di muka bumi. Salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman
hayati tertinggi yaitu Indonesia yang berada di peringkat kedua di dunia setelah Brazil.
Kondisi geografis yang menjadikan Indonesia sebagai negara mega-biodiversity yang
memiliki banyak keunikan genetik mulai dari keragaman genetik yang tinggi, keragaman
spesies ekosistem dan endemik yang tinggi, padahal luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas
bumi [1]. Hutan merupakan kawasan yang menjadi tempat berbagai jenis tumbuhan yang
saling bergantung dan membentuk ekosistemnya sendiri. Araceae merupakan salah satu
famili tropis yang dominan [2]. Tumbuhan ini menyebar di negara yang dilintasi garis
khatulistiwa sehingga disebut tumbuhan tropis [3]. Famili Araceae tersebar di beberapa
pulau di Indonesia yaitu sekitar 25% populasi tumbuhan Araceae di dunia [4].
Tumbuhan talas merupakan tumbuhan tingkat tinggi atau tumbuhan tegak yang dapat
dibedakan dengan jelas antara daun, batang dan akar. Tanaman talas juga termasuk tanaman
herba yang termasuk dalam kelompok Angiospermae monokotil yang dapat tumbuh sekitar
90-180 cm[5]. Pada umumnya tanaman talas memiliki tipe perbungaan berkuku yang
tersusun dari tongkol (spadix) yang dikelilingi oleh spathe. Tanaman ini membutuhkan
waktu lama untuk berbunga, bentuk daunnya berupa perisai besar dengan lebar daun yang
umumnya 20-50 cm. Pangkal daun beralur dengan daun berdaging tipis dengan permukaan
daun berlilin yang berfungsi untuk perlindungan diri dengan tulang daun menyirip yang
59
Imran dkk., Identifikasi jenis tumbuhan… _ 60
umumnya berwarna hijau daun. Jenis batang herba dengan arah tumbuh tegak yang
umumnya hijau atau ungu tua dan memiliki roset akar yang membentuk umbi[6].
Terdapat banyak manfaat pada tumbuhan Araceae yang bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat anatara lain bisa dijadikan sumber pangan dengan memanfaatkan umbi yang
kemudian dikonsumsi selanjutnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang dapat
memperindah pekaranga [7]. Habitat tanaman talas sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti cahaya, kelembaban relatif tinggi, suhu udara sekitar 25 -30oC dan pH
tanah sekitar 5 - 7,5.[8]. Menurut Zone & Buke [9], talas merupakan tanaman yang kurang
adaptif karena perbanyakan vegetatif yang dominan dan persyaratan tanah yang subur.
Pemanfaatan tanaman talas oleh masyarakat antara lain sebagai tanaman hias, sumber
pangan dan obat-obatan. Pemanfaatan umbi talas dapat diolah menjadi ragam masakan dan
dapat diolah dengan beberapa teknik pengolahan seperti direbus bersama sayur, kemudian
digoreng dan dapat pula dijadikan tepung yang selanjutnya bisa menjadi olahan kue serta
umbi talas dapat dibuat menjadi keripik yang mengandung banyak nutrisi dibandingan
keripik olahan singkong[10]. Manfaat talas lainnya adalah sebagai bahan obat-obatan yang
dapat digunakan di luar maupun di dalam tubuh dan berasal hampir semua organ pada
tumbuhan talas.pengolaahn menjadi sumber obat-obatan dengan menggunakan organ umbi
atau akar ditumbuk atau dilumatkan kemudian diaplikasikan pada kulit yang dapat
menyembuhkan luka atau memar[11].
Kesatuan Pengelolaan Hutan yang telah dibentuk oleh Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi produksi dan jasa sumber daya hutan di lingkungannya, baik produksi bukan
kayu maupun jasa lingkungan melalui kegiatan pokok pemanfaatan pemberdayaan
masyarakat dan pelestarian lingkungan. Sebelum satuan pengelolaan hutan terbentuk, hal ini
didasarkan pada organisasi dan tata kerja lulusan teknik pelestarian pada Dinas Kehutanan
Provinsi yang berkedudukan di kawasan lindung dan hutan produksi, nilai administrasi
Kabupaten Gowa Takalar dan Jeneponto. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan talas yang terdapat di Hutan Topidi yang masuk ke
dalam pengawasan dan pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Jeneberang.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode jelajah, meliputi beberapa
tahap yaitu tahapan persiapan, pengambilan sampel, dan pengamatan morfologi.
Tahapan persiapan. Persiapan dilakukan sebelum menyusuri jalur yaitu
menyiapkan terlebih dahulu alat yang dibutuhkan seperti alat tulis, buku catatan dan kamera.
Kemudian menentukan lokasi pengamatan serta penentuan area yang akan menjadi lokasi
pengambilan sampel.
Pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
jelajah. Sampel yang ditemukan kemudian didokumentasikan dan dicatat ciri-ciri dari
sampel.
Pengamatan morfologi. Pengamatan morfologi meliputi semua bagian karakter
fisik luar daun dari tumbuhan.
61 _ Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2022, hlm. 59-63
Gambar 1. Jenis tumbuhan talas yang ditemukan di Hutan Topidi, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten
Gowa
3.2 Pembahasan
Tumbuhan talas yang ditemukan di Kawasan Hutan Topidi sebanyak 4 spesies yang
terdiri dari Alocasia macrirrhizos, Colocasia esculenta, Alocasia longialba, dan Alocasia
brisbanensis.
1. Alocasia macrorrhizos
Spesies ini disebut juga dengan tumbuhan herba besar yang dapat hidup dengan
tinggi 2-3 m serta memiliki batang yang tingginya hampir mencapai 1 meter dengan diameter
20 cm [14]. Hasil pengamatan yang memfokuskan pada organ daun dapat dideskripsikan
yaitu memiliki daun tunggal dengan bentuk daun perisai dengan ujung daun membentuk
membulat selanjutnya yaitu pada pangkal daun berlekuk atau emerginatus pada tepi daun
bersifat rata serta warna pada daun berwarna hijau tua letak daun berhadapan dan umumnya
tangkai daun berwarna hijau muda serta pelepah daun pun berwarna hijau muda. Spesies ini
biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena bentuk daunnya yang indah dipandang
dan biasanya spesies ini dibudidayakan di berbagai macam negara hal ini dikarenakan
habitat dari spesies ini belum diketahui namun ada beberapa pendapat yang menyebabkan
bahwa spesies ini berasal dari India. Daerah tersebut memanfaatkan spesies ini tidak hanya
sebagai menjadi tanaman hias akan tetapi sebagai sumber karbohidrat vitamin serta
mineral.[14].
Imran dkk., Identifikasi jenis tumbuhan… _ 62
2. Colocasia esculenta
Tanaman ini memiliki banyak kultivar yang tersebar secara alami di ladang dan
pekarangan warga. Namun, spesies liar kebanyakan ditemukan di lantai hutan sekunder [15].
Karakteristik morfologi daun pada spesies ini terdiri atas daun tunggal dengan bentuk daun
perisai serta ujung daun meruncing dari pangkal daun yaitu beralur atau bergelombang
kemudian tepi daun juga beralur selanjutnya warna daun pada spesies ini yaitu berwarna
hijau muda dan sifat permukaan daun seperti kertas ciri lain dari daun spesies ini yaitu
terdapat bintik kecil berwarna ungu yang berada di tengah daun atau yang tersambung
langsung dengan tangkai daun letak daun yaitu sebaliknya dan tangkai daun berwarna hijau
muda serta untuk pelepah daun warna hijau tua. Pemanfaatan spesies ini yang sering
digunakan yaitu pada organ daun yang dimanfaatkan sebagai obat luka bakar kemudian biasa
dimanfaatkan sebagai obat tenggorokan yang sebelumnya diolah dengan cara direbus
kemudian diminum air rebusannya kemudian penyakit disentri, sakit perut serta digunakan
juga sebagai pembungkus makanan tradisional. Spesies ini merupakan salah satu spesies dari
famili Araceae yang hidup menyebar secara alami dari lahan budidaya kawasan hutan[16].
3. Alocasia longiloba
Karakteristik fisik daun dari spesies ini yaitu berwarna hijau muda pada daun muda
akan tetapi pada daun tua berwarna hijau tua dengan arah tumbuh daun yaitu tegak. Bentuk
daun yaitu perisai dengan ujung daun berbentuk runcing. Warna pada tangkai daun berwarna
hijau muda serta terdapat sentuhan bercak warna kecoklatan di area tangkai daun sebelum
pelepah daun. Spesies ini merupakan jenis tanaman yang memiliki karakter morfologi daun
yang indah sehingga spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias [14]. Pada
umumnya genus dari spesies ini yaitu jenis Alocasia yang memiliki karakter fisk daun yaitu
permukaan atas dan bawah licin atau berlapis lilin dengan warna hijau tua pada permukaan
atas dan warna hijau muda pada permukaan bawah[14].
4. Alocasia brisbanensis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis atau spesies ini termasuk daun tunggal
dengan bentuk daun perisai kemudian pada ujung daun meruncing serta pada pangkal daun
berlekuk atau bergelombang dan pada tepi daun yaitu rata atau integer. Habitat asli pada
spesies ini mencapai ketinggian 1,5 m. Jika dilihat sekilas bentuk dari spesies ini hampir
mirip dengan spesies sebelumnya yaitu Alocasia macrorrhizos akan tetapi pada kedua
spesies ini merupakan tumbuhan yang berbeda yang dapat dibedakan dari batang dan umbi.
Umbi talas ini tidak dapat dimakan hal ini dikarenakan umbi pada spesies ini mengandung
racun yang bisa berbahaya pada manusia jika dikonsumsi. Hal fatal jika umbi tersebut
dikonsumsi adalah dapat menimbulkan rasa sakit yang cepat, lecet pada kulit seperti terbakar
dan pembengkakan pada mulut termasuk bibir lidah dan seluruh bagian mulut [3].
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Hutan Topidi diperoleh
kesimpulan yaitu Hutan Topidi memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan talas sangat
rendah dikarenakan hanya 4 spesies dari 2 genus yakni genus Alocasia dan Colocasia yang
ditemukan dari hasil observasi di lapangan. Spesies yang ditemukan yaitu Alocasia
macrorrhizos, Colocasia esculenta, Alocasia longiloba dan Alocasia brisbanensis.
63 _ Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, Volume 2, Nomor 2, Mei-Agustus 2022, hlm. 59-63
Daftar Pustaka
[1] A. S. Bago, “Identifikasi Keragaman Famili Araceae Sebagai Bahan Pangan, Obat, dan Tanaman Hias di
Desa Hilionaha Kecamatan Onolalu Kabupaten Nias Selatan,” J. Educ. Dev., vol. 8, no. 4, pp. 695–699,
2020.
[2] B. T. A. Nugroho and Y. Santika, “Exploration and Inventory of Araceae Genera in Silui Mountain and
Uluisimbone Forest, Kolaka Regency, South-East Sulawesi,” Biodiversitas J. Biol. Divers., vol. 9, no. 4,
pp. 288–291, 2008, doi: 10.13057/biodiv/d090410.
[3] R. Eka, D. Purwandari, S. Gumiri, and S. Sunariyati, “Keanekaragaman dan Karakteristik Habitat
Tumbuhan Famili Araceae di Wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya,” 2020.
[4] S. R. Rahman, “Variasi Morfologi Tumbuhan Famili Araceae Di Wilayah Kabupaten Majene,” Pros.
Semin. Nas. Pendidik. Biol., pp. 794–797, 2018.
[5] S. W. Ulfa, “Inventarisasi Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat Tinggi di Kecamatan Medan Amplas
Kota Medan Propinsi Sumatera Utara,” vol. 2, no. 01, pp. 9–20, 2019.
[6] K. A. Sinaga, M. Murningsih, and J. Jumari, “Identifikasi Talas-Talasan Edible (Araceae) Di Semarang,
Jawa Tengah,” Bioma Berk. Ilm. Biol., vol. 19, no. 1, p. 18, 2017, doi: 10.14710/bioma.19.1.18-21.
[7] D. N. Widiyanti, Mukarlina, and M. Turnip, “Inventarisasi Tumbuhan Araceae Di Hutan Desa Subah
Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat,” Protobiont, vol. 6, no. 3, pp. 207–214,
2017.
[8] R. Muslimin, “jenis dan kelimpahan suku araceae di jalur pendakian gunung nokilalaki untuk
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran,” Universitas Tadulako, 2019.
[9] B. W. W. Zone and T. Buke, “The Effect of Np Fertlizer Rates on the Yield and Yield Components of
Taro ( Colocasia esculenta ( L .) Schott .) in,” vol. 5, no. 3, pp. 329–340, 2016.
[10] M. Setyowati and I. Hanarida, “Karakteristik Umbi Plasma Nutfah Tanaman Talas (Colocasia
esculenta),” pp. 49–55, 2006.
[11] Kahayu, “Jenis Tumbuhan Family Araceae Berpotensi Obat Untuk Menunjang Kesehatan Masyarakat
dan Pemanfaatannya di Kawasan Air Terjun Ironggolo,” Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017.
[12] T. M. Sarjani, M. Mawardi, E. S. Pandia, and D. Wulandari, “Identifikasi morfologi dan anatomi tipe
stomata famili piperaceae di Kota Langsa,” J. IPA Pembelajaran IPA, vol. 1, no. 2, pp. 182–191, 2017,
doi: 10.24815/jipi.v1i2.9693.
[13] E. Adelina and N. Sahiri, “Identification of Morphological Anatomical Characters of Mango Plant
(Mangifera) in Bungku Tengah Subdistrict, Morowali District,” Agrotekbis, vol. 5, no. 6, pp. 668–673,
2017.
[14] N. P. Sri Asih and A. Kurniawan, “Studi Araceae Bali : Keragaman Dan Potensinya,” J. Widya Biol., vol.
10, no. 02, pp. 135–147, 2019, doi: 10.32795/widyabiologi.v10i02.411.
[15] N. P. S. Asih, T. Warseno, and A. Kurniawan, “Studi inventarisasi Araceae di Gunung Seraya
(Lempuyang), Karangasem, Bali,” in Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia,
2015, vol. 1, no. 2013, pp. 521–527, doi: 10.13057/psnmbi/m010324.
[16] N. Putu and S. Asih, “Kekayaan jenis dan upaya konservasi araceae sulawesi di Kebun Raya Eka Karya
Bali,” J. Penelit. Kehutan. Wallacea, vol. 10, no. 1, pp. 39–49, 2021.