Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 94

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


PROVINSI SUMATERA UTARA TENTANG
PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Disiapkan Oleh:
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
draft Penyusunan Naskah Akademik (NA) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini dengan baik dan lancar.

Sebagaimana dinyatakan dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, tujuan Pemerintahan Daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan masyarakat dan daya saing daerah. Guna pencapaian
tujuan tersebut diperlukan adanya dukungan sarana dan prasarana antara lain berupa
barang milik daerah yang dikelola secara efektif dan efisien. Selanjutnya dalam rangka
peningkatan kualitas pengelolaan barang milik daerah agar dapat lebih berdaya guna dan
berhasil guna pencapaian tujuan Pemerintahan Daerah, maka diperlukan pengaturan atau
payung hukum dalam pengelolaan barang milik daerah berupa Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Untuk mewujudkan sebuah Peraturan Daerah yang
baik dan sesuai dengan kaidah dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, perlu
dilakukan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Atas selesainya penyusunan naskah akademik ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyiapan sampai selesainya laporan ini. Laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami menerima kritik dan saran guna perbaikannya. Akhirnya kami berharap
semoga hasil kajian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.

Medan, 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ........................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................

BAB I. : PENDAHULUAN .........................................................

A. Latar Belakang .....................................................


B. Identifikasi Masalah ..............................................
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................
D. Metodologi Penulisan ............................................

BAB II. : KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS .................

A. Kajian Teoritis ......................................................


1. Tinjauan Pemerintahan dan Pemerintah Daerah .....
2. Tinjauan Pengelolaan Barang Milik Daerah ..........
3. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap ........................
4. Pejabat Pengelola Barang Milik Daerah .......
5. Gambaran Perubahan Kebijakan Pengelolaan Barang
Milik Daerah .................................
B. Tinjauan tentang Asas yang Terkait dengan Penyusunan
Norma ..........................................
C. Kajian terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah dan
Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat di Provinsi
Sumatera Utara.......................................
D. Implikasi Sistem Baru yang Akan Diatur dalam Peraturan
Daerah terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan
Dampaknya terhadap Keuangan Daerah
..............................................................

iii
BAB III. : EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGAN
TERKAIT ...................................................................

BAB IV. : LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis .................................................

B. Landasan Sosiologis ..............................................

C. Landasan Yuridis ...................................................

BAB V. : JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH .......................

A. Jangkau dan Arah Pengaturan ................................

B. Ketentuan Umum .................................................

C. Materi Muatan Yang Diatur .....................................

D. Ketentuan Lain-Lain ..............................................

E. Ketentuan Peralihan ..............................................

F. Ketentuan Penutup ...............................................

BAB VI. : P E N U T U P ...........................................................

A. Kesimpulan .........................................................
B. Saran-saran ........................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara


dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (UUD 1945). Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, negara dibagi atas provinsi, dan
provinsi dibagi dalam kabupaten dan kota. Setiap daerah memiliki hak dan kewajiban
dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa


Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan/atau Walikota, dan


Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. UUD 1945
mengamanatkan adanya hubungan keuangan, pelayanan umum serta pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang -
Undang. Untuk melaksanakan hal ini, ditetapkan Undang - Undang No 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


disebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 (Pasal 1 butir 2 UU No 23 Tahun 2014). dan pada Paragraf
4 Pasal 307 bahwa Pengelolaan barang milik daerah adalah termasuk bagian daripada
penyelenggaraan urusan pemerintahan.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien sangat


5 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola
dengan baik dan efisien. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sedangkan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
No.12 Tahun 2019 perubahan dari Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam memberikan pedoman pengelolaan aset negara/daerah, maka pada


tahun 2006 ditetapkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut sejak tanggal 24 April 2014 dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku oleh Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah kemudian digantikan kembali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tersebut mengatur mengenai


perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Ruang lingkup Barang Milik Negara/Daerah dalam Peraturan Pemerintah


No 28 Tahun 2020 tersebut mengacu pada pengertian Barang Milik
Negara/Daerah berdasarkan rumusan dalam Pasal 1 angka 10 dan angka 11
Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Pengaturan mengenai lingkup Barang Milik Negara/Daerah dalam Peraturan
Pemerintah ini dibatasi pada pengertian Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat
berwujud, namun sepanjang belum diatur lain, Peraturan Pemerintah ini juga
melingkupi Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat tak berwujud sebagai
6 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
kelompok Barang Milik Negara/Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

Lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tersebut merupakan


siklus logistik yang lebih terinci sebagai penjabaran dari siklus logistik
sebagaimana yang diamanatkan dalam penjelasan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang disesuaikan dengan
siklus perbendaharaan.

Kebijakan otonomi daerah atau desesentralisasi adalah memberikan


wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat (di daerahnya) sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional. Guna mencapai tujuan otonomi daerah yaitu
meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan
masyarakat dan daya saing daerah diperlukan adanya dukungan sarana dan
prasaranan antara lain berupa barang milik daerah. Oleh karena itu, efektivitias dan
efisiensi pengelolaan barang milik daerah akan mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi pengelolaan keuangan daerah.

Saat ini payung hukum pengelolaan barang milik daerah didasarkan pada
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara. Namun seiring
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka keberadaan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah Provinsi Sumatera Utara perlu dilakukan penyesuaiaan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Penyesuaian dilakukan dengan membentuk peraturan daerah baru yaitu Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Pengelolaan Barang Milik
Daerah, yang mencabut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang- undangan yang dibentuk


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.
Peraturan Daerah ini meliputi Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah
Kabupaten dan Peraturan Daerah Kota. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 14 UU No
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan
bahwa Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi berisi materi muatan dalam rangka
7 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Sebagaimana dipahami bahwa pencapaian tujuan otonomi daerah
(pemerintahan daerah) yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan masyarakat dan daya saing daerah diperlukan adanya
pengelolaan barang milik daerah secara efektivitias dan efisiensi.

Sejak diberlakukanya UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


Pemerintah telah mengundangkan banyak peraturan perundang-undangan terkait
dengan pengelolaan keuangan negara/daerah. Beberapa peraturan perundang-
undangan tersebut yang terkait dengan keuangan daerah antara lain:
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 s e b a g a i m a n a d i u b a h
menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana diubah dengan PP No 27 Tahun 2014.
Selanjutnya PP ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan PP No 28
Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman


Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, selanjutnya pada bulan April 2016
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

PP No 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor


27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah terdapat ketentuan
yang memberikan amanah kepada Daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah
terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah. Berdasarkan Pasal 81 PP No 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dinyatakan bahwa:
ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik daerah diatur dalam
Peraturan Daerah. Selanjutnya ketentuan sejenis diatur dalam Pasal 105 PP No 27
Tahun 2014 Jo PP No.28 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah terdapat
8 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
ketentuan yang memberikan amanah kepada Daerah untuk menetapkan Peraturan
Daerah terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Pasal 511 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah yang berbunyi: Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Barang
Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah berpedoman pada kebijakan
pengelolaan Barang Milik Daerah.

Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang


Pengelolaan Barang Milik Daerah ini juga dalam rangka melaksanakan ketentuan
Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah serta Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Berkenaan dengan upaya optimalisasi pengelolaan kekayaan


daerah/ Barang Milik Daerah, rancangan peraturan daerah mengatur :
1. Ketentuan umum.
2. Pejabat pengelolaan Barang Milik Daerah.
3. Perencanaan kebutuhan dan penggangaran
4. Pengadaan
5. Penggunaan
6. Pemanfaatan
7. Pengamanan dan Pemeliharaan
8. Penilaian
9. Pemindahtanganan
10. Penghapusan
11. Pemusnahan
12. Penatausahaan
13. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
14. Pengelolaan Barang Milik Daerah oleh Badan Layanan Umum Daerah
15. Barang Millik Daerah berupa Rumah Negara.
16. Ganti Rugi dan Sanksi
17. Ketentuan lain-lain
18. Ketentuan peralihan
19. Ketentuan Penutup.

Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dalam pengelolaan


Barang Milik Daerah.

9 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan
pengelolaan Barang Milik Daerah antara lain:

(1) Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah:


a. inventarisasi tanah dan/ a t a u bangunan dan selain tanah
dan/atau bangunan
b. Sertifikasi kekayaan daerah
c. perolehan BMD yang berasal dari aset asing/ cina, perolehan dari
CSR, serta perolehan lainnya yang sah.
d. Penjualan dan penghapusan aset daerah termasuk barang hasil
bongkaran.
e. Sistem pelaporan kegiatan penatausahaan, tukar menukar
(ruislag), hibah, dan PMPD (Penyertaan Modal Pemerintah Daerah)
/ inbreng.
f. Pemindahtanganan dalam bentuk penjualan yang terdapat
dalam area SIPPT maupun area pengembangan dapat
dilaksanakan tanpa lelang kepada pemegang SIPPT atau kepada
pihak yang melakukan pengembangan.
(2) Terciptanya efisiensi dan efektifitas pembangunan aset daerah
(3) Pengamanan aset daerah; dan
(4) Tersedianya data informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan
daerah.

Salah satu optimalisasi barang milik daerah / aset daerah yang


dapat dilakukan agar tidak membebani anggaran pendapatan dan belanja
daerah, bahkan meningkatkan PAD yaitu melalui: kerjasama pemanfaatan,
Bangun Guna Serah (Build Operate and Transfer/ BOT); dan Bangun
Serah Guna (Build Transfer Operate), penyertaan modal berupa barang
milik daerah/ diinbrengkan, Terhadap pemanfaatan Barang Milik Daerah
tersebut dikenakan retribusi daerah/ lain-lain PAD sebagai pembayaran
atau jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. kontribusi yang layak sesuai dengan harga
pasar.
Pengenaan retribusi atas pemanfaatan Barang Milik Daerah
merupakan perwujudan kegotong royongan masyarakat untuk ikut serta

10 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


dalam melaksanakan pembangunan di daerah, sehingga tujuan otonomi
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.
Namun demikian, perlu disadari bahwa mengelola Barang Milik
Daerah jangan seperti menangani harta warisan nenek moyang yang dapat
dilakukan sehendaknya sendiri. Barang Milik Daerah sebagai bentuk aset
daerah merupakan titipan generasi mendatang yang membutuhkan
profesionalisasi dan political will yang kokoh. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa manajemen Barang Milik Daerah termasuk aset pemerintah pusat
dan daerah merupakan bidang profesi atau keahlian tersendiri. Sayangnya,
pada saat ini belum berkembang dengan baik di lingkungan pemerintahan
maupun di satuan kerja atau instansi.
Manajemen Barang Milik Daerah dalam hal ini berupa aset tetap
itu terbagi menjadi 5 (lima) tahapan kerja yang satu sama lainnya saling
berkaitan dan terintegrasi.
1. Inventarisasi Aset.
Terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis atau legal.
Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
alamat dan lain-lain. Kemudian, yang dimaksud aspek yuridis adalah
status penguasaan, masalah legalyang dimiliki, batas akhir penguasaan
dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan dalam tahapan pertama
adalah pendataan, kodefikasi atau labelling, pengelompokan dan
pembukuan.
2. Legal Audit :
Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang
berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas
permasalahan legal. Juga strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun
pengalihan aset.
3. Penilaian Aset :
Untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini
dikerjakan oleh penilai pemerintah atau penilaia/ konsultan independen.
Hasil dari nilai aset tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan

11 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


harga bagi aset yang ingin dijual maupun untuk disewakan,
dimanfaatkan, maupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
4. Optimalisasi Aset :
Proses kerja yang bertujuan untuk mengoptimalkan (potensi fisik,
lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi) yang terkandung
dalam aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai
pemerintah daerah diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang
memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki
potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang
menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi daerah, baik
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya
kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan.
Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor
penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi
yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk
mengoptimalkan aset yang dikuasai.
5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset:
Melalui wahana sistem informasi manajemen aset maka transparansi
dalam pengelolaan aset dapat terjamin, sehingga setiap penanganan
terhadap suatu aset dapat termonitor secara jelas. Mulai dari lingkup
penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya.
Sistem informasi ini tidak hanya dirancang untuk mengelola data aset
daerah yang dimiliki pemerintah. dapat memberikan solusi untuk
menyimpan data penilaian aset daerah untuk mendukung penyusunan
laporan neraca keuangan daerah terutama yang berkaitan dengan aktiva
tetap yang dimiliki oleh daerah. Sistem informasi ini juga memberi
kemudahan untuk meningkatkan kinerja dan informasi secara cepat
mengenai data inventarisasi barang dan aset pemerintahan yang dibuat
berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang undangan.

Dengan sistem informasi manajemen barang dan aset daerah,


maka Pemerintah Daerah akan dapat memenuhi fungsi - fungsi :
• Pemerintah Daerah mempunyai Informasi yang akurat mengenai
barang/asset daerah.

12 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


• Penyelenggara proses perencanaan kebutuhan barang yang
terkoordinasi sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.
• Adanya standarisasi kode barang sesuai unit kerja.
• Proses pemeliharaan barang yang teratur dan tertata guna sehingga
berimbas pada Efisiensi dan efektifitas biaya.
• Pemanfaatan setiap jenis barang dan aset daerah sesuai dengan fungsi
dan kebutuhannya.
Penyajian nilai aset tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi
aset dalam laporan keuangan pemerintah daerah sesuai mekanisme
pengelolaan Barang Milik Daerah;

Berdasarkan kondisi dan fakta tersebut maka keberadaan Peraturan


Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah sangat
urgen untuk segera dibentuk. Untuk mewujudkan sebuah Perda yang ideal maka
dilakukanlah kegiatan Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas maka Pemerintah Provinsi Sumatera


Utara melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah melaksanakan
kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah.

1.2 Identifikasi Masalah

Esensi otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya dan sesuai kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hak dan kewenangan mengatur diwujudkan bahwa
pemerintahan daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang- undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.
Peraturan Daerah ini meliputi Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah
Kabupaten dan Peraturan Daerah Kota. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 14 UU No
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 236 UU
No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 4 ayat (2) dan (3)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
13 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Produk Hukum Daerah dinyatakan bahwa Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
tugas embantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi.
Sebagaimana dipahami bahwa pencapaian tujuan otonomi daerah
(pemerintahan daerah) yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat dan daya
saing daerah diperlukan adanya pengelolaan Barang Milik Daerah secara efektivitias
dan efisiensi.
Pengelolaan Barang Milik Daerah di Provinsi Sumatera Utara saat ini
didasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara. Yang menjadi
dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera
Utara tersebut adalah: sebagai tindak lanjut atau pelaksanaan Pasal 105 dan Pasal
110 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah serta Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Selanjutnya apabila dilihat dari dasar hukum pembentukan Peraturan
Daerah tersebut diatas dibentuk sebagai pelaksanaan atau mendasarkan pada
beberapa peraturan perundang-undangan antara meliputi :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1103);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

14 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6523);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322) perubahan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;

12. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2001 tentang
Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001 Nomor
2);

Seiring berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang


Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka keberadaan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara perlu penyesuaiaan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi terkait Pengelolaan
Barang Milik Daerah. Penyesuaian dilakukan dengan membentuk peraturan daerah
baru yaitu Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan
Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang mencabut Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
15 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
PP No 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
maupun PP No 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah terdapat ketentuan yang
memberikan amanah kepada Daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah terkait
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Berdasarkan Pasal 81 PP No 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dinyatakan bahwa: ketentuan
lebih lanjut mengenai pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dalam Peraturan
Daerah. Selanjutnya dalam PP No 28 Tahun 2020 ketentuan sejenis diatur dalam
Pasal 105 yang berbunyi: Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Barang
Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah berpedoman pada kebijakan
pengelolaan Barang Milik Daerah. Demikian juga dalam Pasal 511 ayat (1)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Meskipun ada amanat dari Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan


Barang Milik Negara/Daerah, namun hingga saat ini di Provinsi Sumatera Utara
belum ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang
ter update dengan peraturan perundangan saat ini. Padahal pelaksanaan pengelolaan
Barang Milik Daerah semakin berkembang dan kompleks. Ketiadaan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai payung hukum bagi
pihak-pihak terkait pengelolaan Barang Milik Daerah berpotensi tidak optimalnya
pengelolaan barang milik di daerah. Bahkan dimungkinkan timbulnya beberapa
permasalahan yang muncul dalam praktik di daerah.

Berdasarkan kondisi dan fakta tersebut maka keberadaan Peraturan


Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah sangat
urgen untuk segera dibentuk.

Sehubungan dengan hal itu maka permasalahan yang urgen


dikemukakan dalam naskah akademik ini adalah:

1. Apakah keberadaan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara


tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah memiliki kelayakan secara
akademik ?.

2. Bagaimana pokok-pokok pengaturan yang perlu dirumuskan dalam draft


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah, sehingga peraturan daerah dimaksud dapat
diberlakukan secara efektif dan efisen ?

16 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


1.3 Tujuan dan Kegunaan

A. Tujuan
Kegiatan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini dimaksudkan
untuk menyiapkan naskah akademik yang dapat digunakan acuan dan/ atau
bahan pertimbangan dalam penyusunan ketentuan umum, maksud dan tujuan,
kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Naskah Akademik ini
adalah sebagai landasan ilmiah bagi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Secara khusus tujuan kajian dalam naskah akademik ini adalah:


1. Untuk mengkaji kelayakan secara akademik atas Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
2. Untuk mengetahui pokok-pokok pengaturan yang perlu dirumuskan
dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah, yang dapat diterima masyarakat serta dapat
diberlakukan secara efektif dan efisien.

B. Kegunaan
Kegunaan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah.

ditafsirkan dan dijabarkan dengan mendasarkan pada teori-teori yang berlaku.

1.4. Sistematika Penulisan

Naskah Akademik ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab I terdiri atas latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan
kegunaan, metode penulisan serta sistematika penulisan naskah
akademik Peratiuran Daerah ini. Latar belakang pemikiran mengenai
alasan yang mendasari kebutuhan materi hukum yang bersangkutan

17 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


untuk segera diatur dalam peraturan perundang-undangan, identifikasi
masalah memuat permasalahan apa saja yang akan dituangkan dalam
ruang lingkup naskah akademik, tujuan dan kegunaan adalah uraian
tentang maksud dan tujuan penyusunan naskah akademik dan metode
penelitian merupakan uraian tentang metode penelitian yang digunakan
dalam melakukan penelitian sebagai bahan penunjang penyusunan
naskah akademik.
BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoritis, asa,
praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik dan
ekonomi keuangan negara dari pengaturan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara.

BAB III : EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT
Bab ini memuat hasil kajian terhadap :
- Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi hukum
yang ada
- Keterkaitan Undang-undang dan Peraturan Daerah baru dengan
Peraturan Perundang-undangan lain
- Harmonisasi secara vertikal dan horizontal, dan
- Status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada, termasuk
Peraturan Perundang-undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku serta peraturan Perundang-undangan yang masih tetap
berlaku karena tidak bertentangan dengan Undang-Undang atau
Peraturan Daerah yang baru.
BAB IV : LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia. Landasan
sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek, landasan sosiologis sesungguhya menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara. Sedangkan landasan yuridis merupakan
18 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada,
yang akan diubah atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat, landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang
diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang
baru.
BAB V : JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup
materi muatan RUU atau RAPERDA yang akan dibentuk. Dalam bab ini
sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran
yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan. Materi
didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya,
selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
ketentuan umum, materi yang akan diatur, ketentuan sanksi dan
ketentuan peralihan.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan jawaban terhadap identifikasi masalah yang
telah ditetapkan yang menjadi pertimbangan penyusunan materi muatan
dan rekomendasi terkait tentang pentingnya penyusunan regulasi
dimaksud.

19 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Tinjauan Pemerintahan dan Pemerintah Daerah.
a. Pengertian Umum Pemerintahan Daerah.

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang terbagi dalam


bagian-bagian pemerintahan daerah, baik Provinsi, Kabupaten maupun
Kota. Pemerintahan daerah ini mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18, 18A dan 18B UUD 1945.
Selengkapnya bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah


provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai kepala


pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis.

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali


urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan


peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur


dalam Undang-Undang

20 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan


daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-Undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya


alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang- undang.

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan- satuan pemerintahan


daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak- hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Dasar mengenai pemerintahan daerah tersebut, memuat pokok-
pokok pikiran sebagai berikut:

a) Daerah Indonesia akan dibagi atas dasar besar dan kecil yang akan
diatur dengan undang- undang;
b) Pengaturan tersebut harus memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara serta hak-hak
asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa (Manan, Bagir,
2002: 2-3)
Beberapa prinsip pemberian otonomi daerah yang dipakai
sebagai pedoman dalam pembentukan dan penyelenggaraan daerah
otonom yaitu:

1) Penyelenggaraan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta


potensi dan keanekaragaman Daerah;
2) Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata
dan bertanggung jawab;
3) Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada
21 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedangkan Daerah Propinsi
merupakan otonomi yang terbatas;
4) Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar
Daerah;
5) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
Daerah Otonom.

b. Perkembangan Regulasi terkait Pemerintahan Daerah (Otonomi


Daerah):
Otonomi daerah yang dilaksanakan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah diatur kerangka landasannya didalam UUD
1945 antara lain sebagai berikut:

(1) Pasal 1 ayat (1), yang berbunyi : Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik.

(2) Pasal 18, yang berbunyi: Pembagian daerah Indonesia atas dasar
besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-Undang dengan memandang dan
mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan
negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa (A.W. Widjaja, 1992: 29).

Meskipun UUD 1945 yang menjadi acuan konstitusi telah menetapkan


konsep dasar tentang kebijakan otonomi kepada daerah-daerah, tetapi
dalam perkembangan sejarahnya ide otonomi daerah itu mengalami
berbagai perubahan bentuk kebijakan yang disebabkan oleh dinamika
dan perkembangan politik pada masanya. Berdasarkan sejarah
perkembangan pengaturan mengenai otonomi daerah sejak tahun 1945
hingga, telah terjadi perubahan- perubahan konsepsi otonomi. Hal itu
terlihat jelas dalam aturan-aturan mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana yang terdapat dalam berbagai undang- undang yaitu
sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentan Pengaturan


Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah;
2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-Undang
Pokok Tentang Pemerintahan Daerah;
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok

22 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Pemerintahan Daerah;
4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah;
5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah;
6) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah; dan
8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.

c. Asas-asas dan Prinsip Pemerintahan Daerah


Menurut ketentuan UU Nomor 23 Tahun 2004, dikenal 3 (tiga)
asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu asas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Asas-asas Desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada
Gubenur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di
daerah, sedangkan asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah kepada daerah dan desa, dan dari daerah ke desa untuk
melaksanakan tugas tertentu yang disertai dengan pembiayaan, saran
dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang
menugaskannya.
Selanjutnya dalam Penjelasan Umum Undang- Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada angka 1, dijelaskan
bawa:
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.

Disamping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi,


Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara

23 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan


berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan
hanya ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan nasional dan tidak
ada kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apapun otonomi yang
diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu
Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan
dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu, kebijakan yang
dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari
kebijakan nasional.Pembedanya adalah terletak pada bagaimana
memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah
untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang pada
gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.

Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi


berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan
kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan
hukum nasional dan kepentingan umum. Dalam rangka memberikan ruang
yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kehidupan
warganya maka Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus
memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk
kebijakan Darah baik dalam bentuk Perda maupun kebijakan lainnya
hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian
akan tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan
tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan local dalam
penyelenggarann pemerintahan secara keseluruhan.
Pada hakekatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah
Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala
daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan
Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari kekuasaan
pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara
kesatuan adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan
Presiden. Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke
Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka Presiden

24 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

2. Tinjauan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah


Pengertian Barang Milik Daerah adalah semua kekayaan daerah baik
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak beserta bagian- bagiannya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang
termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat- surat berharga
lainnya.
Barang Milik Daerah sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari:
1) barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/
pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(OPD)/Instansi/lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2) barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, maka keberadaan Barang Milik Daerah tersebut perlu
dikelola. Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan
keuangan daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang
milik Negara.
Barang Milik Daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan masyarakat harus
dikelola dengan baik dan benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan
pengelolaan Barang Milik Daerah dengan memperhatikan azas-azas sebagai
berikut:
a. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
dibidang pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilaksanakan oleh kuasa
pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah
sesuai fungsi, wewenangdan tanggungjawab masing-masing;
25 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
b. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan Barang Milik Daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
c. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik
Daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;

d. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan Barang Milik Daerah diarahkan agar


Barang Milik Daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan
yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan secara optimal;
e. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan Barang Milik Daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
f. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan Barang Milik Daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan Barang Milik Daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

Barang Milik Daerah yang dipisahkan adalah barang daerah yang


pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan
Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya.
Pada dasarnya pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dimaksudkan
untuk digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
sehingga apabila terdapat Barang Milik Negara/Daerah yang tidak digunakan
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang wajib diserahkan
kepada Pengelola Barang.
Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi Perencanaan
Kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Uraian dari masing-masing lingkup tersebut adalah sebagai berikut.:
a. Perencanaan Kebutuhan, Penganggaran, dan Pengadaan Barang Milik
Daerah.
Perencanaan Barang Milik Daerah merupakan kegiatan yang
dilaksanakan untuk menghubungkan antara ketersediaan Barang Milik

26 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Daerah sebagai hasil pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yang
sedang berjalan dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan
keuangan negara. Perencanaan Barang Milik Daerah harus dapat
mencerminkan kebutuhan riil Barang Milik Daerah pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (OPD), sehingga dapat dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah pada rencana kerja
dan anggaran (RKA) OPD.
Perencanaan Barang Milik Daerah selanjutnya akan menjadi dasar
dalam Perencanaan Kebutuhan, penganggaran, dan pengadaan Barang
Milik Daerah. Rencana kebutuhan Barang Milik Daerah disusun dengan
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dengan mekanisme
pembelian (solusi aset), Pinjam Pakai, Sewa, sewa beli (solusi non aset)
atau mekanisme lainnya yang dianggap lebih efektif dan efisien sesuai
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan Daerah.

b. Penggunaan Barang Milik Daerah


Barang Milik Daerah yang sedang digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan. Barang
Milik Daerah harus
ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang. Barang Milik
Daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna
Barang dapat dialihkan status penggunaannya kepada Pengguna Barang
lainnya atau digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya.

c. Penatausahaan Barang Milik Daerah


Penatausahaan Barang Milik Daerah meliputi kegiatan pembukuan,
Inventarisasi, dan pelaporan. Tertibnya Penatausahaan Barang Milik
Daerah dapat sekaligus mewujudkan pengelolaan Barang Milik Daerah
yang tertib, efektif, dan optimal. Penatausahaan Barang Milik Daerah
dilaksanakan dengan berpedoman pada kebijakan umum Penatausahan
Barang Milik Daerah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Hasil
Penatausahaan Barang Milik Daerah digunakan dalam rangka
penyusunan neraca Pemerintah Daerah, Perencanaan Kebutuhan,
pengadaan dan pemeliharaan Barang Milik Daerah yang secara langsung
akan menjadi bahan dalam penyusunan RKA OPD dan perencanaan
Barang Milik Daerah. Pelaporan Barang Milik Daerah disusun menurut
perkiraan neraca yang terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya.

27 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Aset lancar berupa persediaan, aset tetap berupa tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya
dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset lainnya terdiri dari aset tak
berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga dan aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan operasional pemerintahan.

d. Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Daerah Pengamanan dan


Pemeliharaan Barang Milik Daerah dilaksanakan secara bersama-sama oleh
PengelolaBarang/Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan
kewenangan masing-masing.Pengamanan Barang Milik Daerah dilaksanakan
untuk terciptanya tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum dalam
pengelolaan Barang Milik Daerah.

e. Penilaian Barang Milik Daerah


Penilaian Barang Milik Daerah dilaksanakan dalam rangka mendapatkan
nilai wajar. Penilaian Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah, Pemanfaatan dan Pemindahtanganan
Barang Milik Daerah. Dalam kondisi tertentu, Barang Milik Daerah yang
telah ditetapkan nilainya dalam neraca Pemerintah Daerah, dapat dilakukan
Penilaian kembali.

f. Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah


Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak
digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak sedang
dimanfaatkan wajib diserahkan kepada Pengelola Barang. Pemanfaatan
dan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka
optimalisasi pendayagunaan Barang Milik Daerah dan untuk mendukung
pengelolaan keuangan Daerah.

g. Pemusnahan Barang Milik Daerah


Pemusnahan Barang Milik Daerah dilakukan dalam hal Barang Milik
Daerah sudah tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, atau alasan
lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemusnahan
Barang Milik Daerah harus mempertimbangkan tidak adanya unsur
kerugian bagi Daerah dan kesejahteraan masyarakat.

h. Penghapusan Barang Milik Daerah


Penghapusan Barang Milik Daerah merupakan kegiatan akhir dari
28 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Daerah, sebagai upaya untuk
membersihkan pembukuan dan laporan Barang Milik Daerah dari catatan
atas Barang Milik Daerah yang sudah tidak berada dalam penguasaan
Pengelola Barang/Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dengan
selalu memperhatikan asas-asas dalam pengelolaan Barang Milik Daerah.

3. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap


Secara umum dalam sistem akuntasi pemerintahan terdapat 2 (dua) jenis aset
yaitu: aset tetap dan aset tidak tetap lainnya. Pengertian dari aset tetap adalah
aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk
digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah
daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Selanjutnya aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam


sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap
adalah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan
dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah daerah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.

29 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


f. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.

g. Aset Tetap Lainnya adalah aset tetap yang mencakup aset tetap yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.

h. Aset Lainnya adalah kelompok aset yang tidak termasuk dalam kategori aset
lancar dan aset tetap.

i. Barang Intrakomptabel adalah barang yang memenuhi kriteria kapitalisasi.

j. Barang Ekstrakomptabel adalah barang yang tidak memenuhi kriteria


kapitalisasi.

k. Penyusutan Barang Milik Daerah adalah alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan selama Masa Manfaat aset yang
bersangkutan.

l. Masa Manfaat adalah periode suatu aset tetap yang diharapkan digunakan
untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi
atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas
pemerintahan dan/atau pelayanan publik

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh
dan nilainya dapat diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila
aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
penguasaannya berpindah.
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum
dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti
pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan
sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus
diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah
berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat
tanah atas nama pemilik sebelumnya.

30 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


4. Pejabat Pengelola Barang Milik Daerah
Sebagaimana dekemukakan di atas pengelolaan Barang Milik Daerah
dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara. Pengelolaan
Barang Milik Daerah dilakukan oleh pejabat pengelola Barang Milik Daerah.
Pejabat tersebut meliputi: Kepala Daerah; Sekretaris Daerah: Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (OPD) dan .
Masing-masing pejabat pengelola Barang Milik Daerah tersebut memiliki
tugas dan fungsi yang telah ditentukan. Adapun tugas dan fungsi pejabat
pengelola Barang Milik Daerah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tugas Dan Fungsi Kepala Daerah:
1) menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah;
2) menetapkan Penggunaan, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan Barang
Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan;
3) menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Daerah;
4) menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik
Daerah;
5) mengajukan usul Pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
6) menyetujui usul Pemindahtanganan, Pemusnahan, dan Penghapusan
Barang Milik Daerah sesuai batas kewenangannya;
7) menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa sebagian
tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan; dan
8) menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk Kerja
Sama Penyediaan Infrastruktur.

Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan barang daerah berwenang dan


bertanggung jawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan serta tertib
administrasi Barang Milik Daerah.

b. Tugas Dan Fungsi Sekretaris Daerah Selaku Pengelola Barang:


1) meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Daerah;
2) meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan
Barang Milik Daerah;
3) mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Daerah yang memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;
4) mengatur pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemusnahan, dan
31 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Penghapusan Barang Milik Daerah;
5) mengatur pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang
telah disetujui oleh Gubernur/ Bupati/Walikota atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah;
6) melakukan koordinasi dalam pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik
Daerah; dan
7) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang Milik
Daerah.

c. Tugas dan Tanggungjawab Kepala OPD:


1) mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah
bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

2) mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik


Daerah yang diperoleh dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan perolehan lainnya yang sah;

3) melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Daerah yang


berada dalam penguasaannya;

4) menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya


untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;

5) mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada dalam


penguasaannya;

6) mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik


Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Barang Milik Daerah
selain tanah dan/atau bangunan;

7) menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang


tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya dan sedang tidak
dimanfaatkan Pihak Lain, kepada Gubernur/ Bupati/Walikota melalui
Pengelola Barang;

8) mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Daerah;

9) melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas Penggunaan


Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya; dan

10) menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan

32 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya
kepada Pengelola Barang..

d. Tugas Pengurus Barang Pengguna:


1) membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran
Barang Milik Daerah;

2) menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan Barang


Milik Daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah;

3) melaksanakan pencataan inventarisasi Barang Milik Daerah;

4) membantu mengamankan Barang Milik Daerah yang berada pada


Pengguna Barang;

5) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan


pemindahtanganan Barang Milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah
selain tanah dan/atau bangunan;

6) menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah berupa tanah


dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan sedang tidak
dimanfaatkan pihak lain;

7) menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan


barang milik daerah;

8) menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;

9) menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan nota


permintaan barang;

10) mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Pejabat


Penatausahaan Barang Pengguna;

11) menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang


(SPPB) yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang;

12) membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan;

13) memberi label barang milik daerah;

14) mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan


33 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah
berdasarkan pengecekan fisik barang;

15) melakukan stock opname barang persediaan;

16) menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen


kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan asli/fotokopi/salinan
dokumen penatausahaan;

17) melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang


Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah; dan

18) membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan kepada
Pengelola Barang melalui Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat
Penatausahaan Pengguna Barang.

5. Gambaran Perubahan Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Daerah


Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang penting untuk terus
ditingkatkan efektivitas dan akuntabilitasnya. Pengelolaan Barang Milik Daerah
secara lebih spesifik sudah dimulai dengan terbitnya PP No 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (yang diubah dengan PP No 38 Tahun
2008), di mana telah diatur berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan,
penganggaran, pengadaan, pemeliharaan, pengendalian, dan pertanggungjawaban
terhadap Barang Milik Negara/Daerah. Saat ini terkait dengan pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah telah terjadi penyempurnaan regulasinya yaitu dengan
diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah yang sebelumnya menggantikan PP No 6 Tahun 2006.
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 menandai perhatian
pemerintah pada kerangka pengelolaan Barang Milik Negara Daerah yang
komprehensif. Dengan adanya perubahan aturan ini diharapkan dapat meningkatkan
sinergi antara Pengelola Barang dan Pengguna Barang dalam mengelola barang
yang lebih baik, tertib, transparan, dan akuntabel.
Banyak hal yang menjadi latar belakang perubahan kebijakan pengeloaan
Barang Milik Daerah terdahulu yang didasarkan pada PP No 6 Tahun 2006. Salah
satunya yaitu masih banyaknya hasil audit temuan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) di Daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan PP Nomor 6 Tahun 2006 yang
berdampak pada opini audit yang diterbitkan. Temuan-temuan itu khususnya yang
berkaitan dengan sertifikasi Barang Milik Daerah, Barang Milik Daerah dalam

34 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


sengketa, Barang Milik Daerah hilang atau rusak berat, Barang Milik Daerah yang
dimanfaatkan oleh pihak lain, dan penyusutan Barang Milik Daerah.
Dinamika dari pengelolaan Barang Milik Daerah baik yang bersifat
administratif maupun utilisasinya tidak cukup tertampung dalam PP No 6 Tahun
2006. Saat ini, pemerintah sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur
melalui kerja sama pemerintah dan swasta, dan DJKN sudah mencoba untuk
menampung kebutuhan dari pengelola infrastruktur di dalam PP No 28 Tahun 2020
yang merupakan penyempurnaan dari PP No 27 Tahun 2014, sehingga Pengguna
Barang yang bergerak di bidang infrastruktur dapat lebih dinamis dan agresif
memanfaatkan Barang Milik Daerah dalam kaitannya dengan pembangunan
infrastruktur.
Sebagi contoh, jangka waktu sewa dan jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan
(KSP) yang lebih panjang dapat menjadi appetite (daya pikat) bagi investor untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur dengan memanfaatkan Barang
Milik Daerah.
Prinsip tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib fisik (3T) selalu menjadi
tugas besar Kementerian/Lembaga untuk memastikan agar dapat dijalankan dengan
baik. Peningkatan kapasitas SDM dan infrastruktur agar mampu menopang
pengelolaan Barang Milik Daerah yang lebih modern dan IT- based adalah salah satu
hal yang diharapkan dari perubahan ini. Optimalisasi berdasarkan prinsip The
Highest and Best Use dari aset-aset idle juga masih perlu menjadi perhatian. Aset
idle harus diserahkanke Pengelola Barang untuk meningkatkan optimalisasi dari
Barang Milik Daerah sebagaimana diatur dalam PP No 28 Tahun 2020.
PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah mengubah PP 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah karena sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kebutuhan pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2014 menyangkut penyederhanaan
birokrasi pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dengan PP No 28 Tahun 2020,
Pengelola Barang dapat melimpahkan kewenangan ke Pengguna Barang dan
Pengguna Barang dapat melimpahkan kewenangan ke Kuasa Pengguna Barang
sehingga birokrasi akan menjadi semakin singkat dan arus pengelolaan Barang Milik
Daerah menjadi semakin cepat.
Ada 36 Perubahan dalam PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27
tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah ada yang dihapus,
penambahan dan penyisipan pasal-pasal. Seiring dengan perkembangannya,
pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah menjadi semakin kompleks, sehingga
35 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
perlu dikelola secara optimal, efektif, dan efisien.
Latar belakang lain dari penyempurnaan peraturan pemerintah ini antara lain
karena adanya dinamika pengelolaan Barang Milik Daerah terkait dengan sewa
dan KSP yang harus diperlakukan secara khusus; adanya multitafsir terhadap aturan-
aturan dalam PP No 6 Tahun 2006 mengenai Badan Layanan Umum (BLU) Daerah;
kasus- kasus yang muncul dalam pengelolaan Barang Milik Daerah; dan adanya
temuan pemeriksaan BPK. Dengan adanya penyempurnaan PP ini diharapkan dapat
mengakomodasi dinamika pengelolaan Barang Milik Daerah; meminimalisasi
multitafsir atas pengelolaan Barang Milik Daerah; mempertegas hak, kewajiban,
tanggung jawab, dan kewenangan Pengguna Barang dan Pengelola Barang; serta
menciptakan harmonisasi dengan peraturan-peraturan terkait.
PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah menyempurnakan pengaturan pada Bab
V mengenai Penggunaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, berupa penambahan pengaturan
mengenai "Pengelola Barang" sebagai subjek yang dapat melaksanakan Penggunaan
Sementara Barang Milik Negara/Daerah.
PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah mendorong percepatan pembangunan
infrastruktur dalam hal pemanfaatan barang milik negara / daerah yaitu dengan kerja
sama terbatas untuk pembiayaan infrastruktur.
PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah mendorong penerimaan negara melalui
sektor pemanfaatan barang milik negara / daerah diantaranya dengan:
a. jenis sewa yang penyetorannya dapat dilakukan secara bertahap yaitu untuk
Barang Milik Negara/Daerah dengan karakteristik / sifat khusus ;
b. jangka waktu Pinjam Pakai dapat dilakukan perpanjangan;
c. penambahan pihak yang dapat ditunjuk langsung sebagai Mitra Kerja Sama
Pemanfaatan, yaitu anak perusahaan badan usaha milik negara yang diperlakukan
sama dengan badan usaha milik negara sesuai ketentuan peraturan pemerintah
yang mengatur mengenai tata cara penyertaan dan penatausahaan modal negara
pada badan usaha milik negara dan perseroan terbatas; dan
d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna Barang Milik Negara yang dapat
dilakukan oleh Pengguna Barang setelah memperoleh persetujuan Pengelola
Barang.

36 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Maka berdasarkan paparan tersebut di atas, terdapat empat poin utama yang
melatarbelakangi perubahan PP Nomor 28 tahun 2020, sebagai berikut :

a. Dinamika pengelolaan BMN/D yang terjadi seiring perkembangan waktu,


terutama dalam bentuk:
1) Sewa periodik
2) KSP
3) BMN luar negeri
yang harus diperlakukan secara khusus.
b. Multiinterpretasi yang seringkali terjadi terhadap aturan pengelolaan BMN/D
yang lama (PP nomor 6 Tahun 2006 jo. PP nomor 38 Tahun 2008), terutama
dalam hal:
1) BLU
2) PNBP
c. Kasus-kasus pengelolaan BMN/D yang marak terjadi. Temuan pemeriksaan
BPK yang berujung pada penerbitan opini non-WTP untuk Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat/Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah menambah entitas Desa sebagaimana
diamanatkan dalam UU 6 tahun 2014 tentang Desa untuk bisa menjadi pihak yang
dapat melakukan proses Tukar Menukar dan Hibah untuk Barang Milik Negara /
Daerah.

PP 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas PP 27 tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah melakukan penyederhanaan proses
Pemindahtanganan Barang Milik Negara dalam bentuk Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk menjadi
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat menggunakan nilai realisasi anggaran yang telah
direviu oleh aparat pengawasan intern pemerintah, yaitu:

a. perencanaan pengadaan Barang Milik Negara dibahas bersama dengan badan


usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang
dimiliki negara calon penerima Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;

b. tidak dilakukan Penetapan Status Penggunaan; dan

c. usulan penetapan sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dilakukan paling


lama 1 (satu) tahun sejak akhir tahun anggaran pengadaan Barang Milik Negara.

37 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 142. Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6523.

B. Tinjauan tentang Asas-Asas yang Terkait dengan


Penyusunan Norma
I.C. van der Vlies dalam bukunya yang berjudul “Het wetsbegrip en beginselen
van behoorlijke regelgeving”, membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan
negara yang baik (beginselen van behoorlijke regelgeving) ke dalam asas-asas yang
formal dan yang material.1

Asas-asas yang formal meliputi :


a. Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijkedoelstelling);

b. asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan);


c. asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheidsbeginsel);
d. asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid);
e. asas konsensus (het beginsel van consensus).

Asas-asas yang material meliputi:


a. asas tentang terminologi dan sistematika yang benar;
b. asas tentang dapat dikenali;
c. asas perlakuan yang sama dalam hukum;
d. asas kepastian hukum;
e. asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.

1
I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving, ’s-Gravenhage: Vuga 1984 hal
186 seperti dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, hal. 330, dalam Maria Farida Indrati, S., Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan, Jakarta: Kanisius, hlm. 253-254.

38 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Hamid S. Attamimi berpendapat, bahwa pembentukan peraturan perundang-
undangan Indonesia yang patut, adalah sebagai berikut:

a. Cita Hukum Indonesia, yang tidak lain adalah Pancasila yang berlaku sebagai
“bintang pemandu”;
b. Asas Negara Berdasar Atas Hukum yang menempatkan Undang-undang
sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam keutamaan hukum, dan Asas
Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi yang menempatkan Undang-
undang sebagai dasar dan batas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
Pemerintahan.
c. Asas-asas lainnya, yaitu asas-asas negara berdasar atas hukum yang
menempatkan undang-undang sebagai alat pengaturan yang khas berada
dalam keutamaan hukum dan asas-asas pemerintahan berdasar sistem
konstitusi yang menempatkan undang-undang sebagai dasar dan batas
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut itu


meliputi juga:
a. asas tujuan yang jelas;
b. asas perlunya pengaturan;
c. asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat;
d. asas dapatnya dilaksanakan;
e. asas dapatnya dikenali;
f. asas perlakuan yang sama dalam hukum;
g. asas kepastian hukum;
h. asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.2

Apabila mengikuti pembagian mengenai adanya asas yang formal dan asas
yang material, maka A. Hamid S. Attamimi cenderung untuk membagi asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut tersebut ke dalam:
a. Asas-asas formal, dengan perincian:
(1) asas tujuan yang jelas;
(2) asas perlunya pengaturan;
(3) asas organ/ lembaga yang tepat;
(4) asas materi muatan yang tepat;
39 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
(5) asas dapatnya dilaksanakan; dan
(6) asas dapatnya dikenali;
b. Asas-asas material, dengan perincian:
(1) asas sesuai dengan Cita Hukum Indonesia dan Norma Fundamental
Negara;
(2) asas sesuai dengan Hukum Dasar Negara;
(3) asas sesuai dengan prinsip-prinsip Negara berdasar atas Hukum; dan
(4) asas sesuai dengan prinsip-prinsip Pemerintahan
berdasar Sistem Konstitusi.3

2
A. Hamid Attamimi, Ibid., hal. 344-345 dalam Maria Farida Indrati S., Ibid. hlm. 254-
256.

3
A. Hamid Attamimi, Ibid., hal. 344-345 dalam Maria Farida Indrati S., Ibid. hlm. 256.

40 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik dirumuskan
juga dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan khususnya Pasal 5 dan Pasal 6. Dalam membentuk Peraturan
Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik yang meliputi:
a. kejelasan tujuan; yang dimaksud dengan “kejelasan tujuan” adalah bahwa
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan
yang jelas yang hendak dicapai.
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; Yang dimaksud dengan asas
“kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis
Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/ pejabat
Pembentuk Peraturan Perundang- undangan yang berwenang. Peraturan
Perundang- undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum,
apabila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; yang dimaksud dengan asas
“kesesuaian antara jenis dan materi muatan” adalah bahwa dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-
undangannya.
d. dapat dilaksanakan; yang dimaksud dengan asas “dapat dilaksanakan” adalah
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhitungkan efectivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di
dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; yang dimaksud dengan asas “kedaya-
gunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. kejelasan rumusan; yang dimaksud dengan asas “kejelasan rumusan” adalah
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan
teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan sistematika dan pilihan
kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
g. keterbukaan; yang dimaksud dengan asas “keterbukaan” adalah bahwa dalam
proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
41 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai desempatan yang
seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan
Peraturan Perundang-undangan.
Sementara itu, asas-asas yang harus dikandung dalam materi muatan
Peraturan Perundang-undangan dirumuskan dalam Pasal 6 sebagai berikut:
Materi muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas:
a. pengayoman; yang dimaksud dengan “asas pengayoman” adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang- undangan harus berfungsi memberikan
perlindungan dalam rangka menciptakan ketenteraman masyarakat.
b. kemanusiaan; yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang- undangan harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan
martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. kebangsaan; yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Perundang- undangan harus mencerminkan sifat dan
watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. kekeluargaan; yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. kenusantaraan; yang dimaksud dengan “asas kenusantaraan” adalah bahwa


setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan senantiasamemperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yangdibuat di
daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila.
f. bhinneka tunggal ika; yang dimaksud dengan “asas bhinneka tunggal ika”
adalah bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mem-
perhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan, kondisi khusus
daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. keadilan; yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang- undangan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; yang dimaksud dengan
”asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa

42 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-
hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama,
suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. ketertiban dan kepastian hukum; yang dimaksud dengan ”asas ketertiban dan
kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan adanya kepastian hukum.

j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; yang dimaksud dengan ”asas


keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat
dengan kepentingan bangsa dan negara.

Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-


undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “asas lain sesuai
dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”, antara
lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

C. Kajian terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Permasalahan yang


Dihadapi Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara
1. Gambaran Umum Daerah Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berda di bagian barat Indonesia, terletak pada


garis 1º – 4º Lintang Utara dan 98º – 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan
dengan provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka,
sebelah Selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan provinsi
Sumatra Utara adalah 71.680,68 Km2 , sebagian besar berada d daratan pulau
Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau Nias, pulau – pulau Batu, serta
beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur pantau pulau
Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara,

43 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70
Km2 , atau sekitar 9,23% dari total luas Sumatera utara, diikuti kabupaten
Langkat dengan luas 6.263,29 Km2 atau sekitar 8,74%, kemudian kabupaten
Simalunggun dengan luas 4.386,60 Km2 atau sekitar 6,12%. Sedangkan luas
daerah terkecil adalah kota Sibolga gengan luas 10,77 Km2 atau sekitar 0,02%
dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi
dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi,
dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten
Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara,
Kabupaten Tapanuli Tenggah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang
Sidempuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi
meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten
Simalunggun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota
Pemantang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu,
Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten
Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota
Medan, dan Kota Binjai.
Karena terletak dekat garis khatulistiwa. Provinsi Sumatera Utara
tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan
provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya
beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bias mencapai
33,40 C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim
sedang dan Universitas Sumatera Utara sebagian lagi berada pada daerah
ketinggian yang suhunya minimalnya bisa mencapai 23,70 C. Sebagaimana
provinsi lainnya di Indonesia, provinsi Sumatera Utara mempunyai musim
kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan Maret. Diantara kedua musim itu
diselingi oleh musim pancaroba.

44 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


2. Kelembagaan/Perangkat Daerah Pengelola Barang Milik Daerah
Secara kelembagaan di Provinsi Sumatera Utara saat ini, pengelolaan
Barang Milik Daerah diselenggarakan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD). BPKAD Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
organisasi perangkat daerah di Provinsi Sumatera Utara. Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut BPKAD merupakan Perangkat Daerah
Provinsi Sumatera Utara yang melaksanakan fungsi penunjang bidang keuangan
pada sub bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 50
Tahun 2018 tentang Tugas, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Utara. Susunan
Organisasi BPKAD, terdiri dari:
1. Kepala Badan;
2. Sekretaris, membawahkan:
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawian;
b) Sub Bagian Keuangan; dan
c) Sub Bagian Program, Akuntabilitas dan Informasi Publik.
3. Bidang Pengelolaan Anggaran, membawahkan:
a) Sub Bidang Pengelolaan Anggaran I;

b) Sub Bidang Pengelolaan Anggaran II;


c) Sub Bidang Pengelolaan Anggaran III;

4. Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah, membawahkan:


a) Sub Bidang Perbendaharaan I;
b) Sub Bidang Perbendaharaan II;
c) Sub Bidang Kas Daerah;
5. Bidang Akuntansi, membawahkan:
a) Sub Bidang Akuntansi I;
b) Sub Bidang Akuntansi II;
c) Sub Bidang Akuntansi III;
6. Bidang Aset, membawahkan:
a) Sub Bidang Analisis dan Kebutuhan Aset;;
b) Sub Bidang Pengelolaan Aset;
c) Sub Bidang Penghapusan Aset;

45 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


7. Bidang Bina Keuangan Daerah Kabupaten/Kota, membawahkan:
a) Sub Bidang Bina Keuangan I;
b) Sub Bidang Bina Keuangan II;
c) Sub Bidang Bina Keuangan III;
8. Kelompok Jabatan Fungsional.

BPKAD Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur pelaksana otonomi


daerah dibidang administrasi keuangan daerah khusus pengelolaan keuangan
dan aset daerah sebagai pembantu Gubernur dalam melaksanakan urusan
administrasi keuangan daerah khusus pengelolaan keuangan dan aset daerah.
BPKAD berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah. BPKAD dipimpin oleh seorang Kepala Badan.

Dari struktur organisasi BPKAD tersebut, bidang yang secara langsung


memiliki tugas dan fungsi pengelolaan Barang Milik Daerah adalah Bidang
Aset. Secara rinci, Bidang Aset BPKAD Provinsi Sumatera Utara mempunyai
tugas membantu Kepala Badan dalam penyelenggaraan analisis kebutuhan,
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,
pengamanan Aset, penatausahaan dan pelaporan Aset Pemerintah Provinsi.

3. Beberapa bentuk Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilakukan dan


Permasalahan yang dihadapi

Selama ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan


pengelolaan Barang Milik Daerah. Pengelolaan Barang Milik Daerah dilakukan
oleh Bidang Aset pada BPKAD. Sesuai tugasnya, Bidang Aset BPKAD
Provinsi Sumatera Utara Kepala Badan dalam penyelenggaraan analisis
kebutuhan, penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, pemusnahan,
penghapusan, pengamanan Aset, penatausahaan dan pelaporan Aset Pemerintah
Provinsi.
Pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilakukan selama ini
mendasarkan pada:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
46 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; dan
c. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Terdapat bentuk pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera


Utara yang rutin (reguler) dilakukan seperti:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penggunaan;
d. pengamanan dan pemeliharaan;
e. penatausahaan;
f. pemindahtanganan
g. pengawasan dan pengendalian
Sedangkan bentuk pengelolaan barang milik daerah
Provinsi Sumatera Utara yang tidak rutin (insidentil) meliputi:
a. pemanfaatan berupa: sewa, pinjam pakai, dan
kerjasama pemanfaatan;
b. penilaian;
c. Pemindahtanganan berupa penyertaan modal; dan
d. Penghapusan.
Bentuk pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk sewa
diorientasikan guna memperoleh manfaat berupa uang sewa yang merupakan
salah satu sumber pendapatan asli daerah. Aset yang disewakan adalah asset
atau kekayaan milik Daerah yang belum/tidak dipungut atau dijadikan objek
Retribusi Pemakaian Kekayaan Milik Daerah. Di samping itu, pemanfaatan
Barang Milik Daerah juga dilakukan dalam bentuk pinjam pakai.

Terkait dengan pengelolaan Barang Milik Daerah di Provinsi Sumatera


Utara, saat ini terdapat beberapa permasalahan antara lain:
a. masih adanya beberapa aset berupa tanah yang belum tersertifikatkan;
b. masih adanya beberapa aset yang digunakan oleh Pemerintah Daerah
seperti Gedung Pemerintahan yang berdiri diatas tanah Desa dan/atau
tanah yang belum jelas status hukumnya; dan

c. masih adanya bentuk pinjam pakai yang belum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

47 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


4. Permasalahan yang Dihadapi Terkait Pengaturan
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pengelolaan Barang Milik Daerah di Provinsi Sumatera Utara saat ini
didasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun
2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara. Yang
menjadi dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara Nomor 2 Tahun 2009 tersebut adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal
81 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008, sedangkan
yang menjadi dasar pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini adalah ketentuan
Pasal 105 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pemnelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah.

Secara sistematika ruang lingkup pengaturan dalam rancangan Peraturan


Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
tersebut meliputi:
BAB MATERI PENGATURAN PASAL
I KETENTUAN UMUM 1
II ASAS-ASAS PENGELOLAAN BARANG 1
MILIK DAERAH
III RUANG LINGKUP 2
IV PEJABAT PENGELOLA BARANG 9
V PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN 3
PENGANGGARAN

VI PENGADAAN 2
VII PENGGUNAAN 10
VIII PEMANFAATAN 16

IX PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN 5


X PENILAIAN 6

48 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


XI PEMINDAHTANGANAN 19

XII PEMUSNAHAN 4

XIII PENGHAPUSAN 3

XIV PENATAUSAHAAN 6

XV PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN 5


PENGENDALIAN

XVI PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH 1


OLEH BLUD

XVII BARANG MILIK DAERAH BERUPA 1


RUMAH DAERAH

XVIII GANTI RUGI DAN SANKSI 1

XIX SENGKETA BARANG MILIK DAERAH 1

XX KETENTUAN LAIN-LAIN 2

XXI KETENTUAN PERALIHAN 2

XXII KETENTUAN PENUTUP 3

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor


2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Sumatera
Utara hingga saat telah terjadi pembaharuan baik dengan perubahan atau
penggantian dan berimplikasi pada keberadaan Peraturan Daerah tersebut.
Peraturan perundang-undangan dimaksud antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah


Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi
Sumatera Utara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

49 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


1103), jo. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Propinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 59);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3815);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

50 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


9. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1971 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2967);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3575), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang
Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3643);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan


Pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara Dari Pemerintah Pusat Kepada
Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahann
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
495, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
4503);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang


Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

51 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


4609), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemeritah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Provinsi dan
Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4734);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

19. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1974 tentang Tata Cara Penjualan
Rumah Negari;

20. Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 1982 tentang Tata Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 134 Tahun 1974 tentang Perubahan Penetapan
Status Rumah Negeri;

21. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah;

22. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang


Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4330), sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun
2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang Sistem
Informasi Manajemen Barang Daerah;

24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang Nomor
Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota;

25. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang


Pedoman Penilaian Barang Daerah;

26. PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi


52 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006
tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

28. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2001 tentang
Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2001 Nomor 2);

29. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Dinas-Dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah Tahun
2001 Nomor 3);

30. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Lembaga Teknis Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah
Tahun 2001 Nomor 4);

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang- undangan yang dibentuk


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah. Peraturan Daerah ini meliputi Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan
Daerah Kabupaten dan Peraturan Daerah Kota.
Sesuai dengan Pasal 14 UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Pasal 236 UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 4 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
dinyatakan bahwa Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi.
Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 dan Pasal 110 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah serta Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

53 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


D. Implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Peraturan Daerah
terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap keuangan
daerah.

Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi sumatera Utara tentang Pengelolaan


Barang Milik Daerah ini adalah melaksanakan ketentuan Pasal 121 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Barang Milik Daerah merupakan
salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Daerah,
maka Barang Milik Daerah perlu dikelola secara tertib agar dapat dimanfaatkan secara optimal
dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi Daerah.

Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan


Daerah dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.
Pengaturan pengelolaan Barang Milik Daerah dalam Peraturan Daerah ini
dimaksudkan adalah untuk:
a. Mengamankan Barang Milik Daerah;
b. Menyeragamkan langkah-langkah dan tindakan dalam pengelolaan Barang Milik
Daerah; dan
c. Memberikan jaminan/kepastian dalam pengelolaan Barang Milik Daerah.

Selanjutnya dengan pengelolaan Barang Milik Daerah yang dilakukan dengan


konsisten (taat asas) dan berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan
daerah ini maka akan:
a. menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Daerah serta dalam rangka melaksanakan tertib administrasi
pengelolaan Barang Milik Daerah;
a. terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan Barang Milik Daerah; dan
b. terwujudnya pengelolaan Barang Milik Daerah yang tertib, efisien dan efektif,
fleksibel dan optimal serta sesuai dengan asas-asas pengelolaan Barang Milik
Daerah.

Untuk mencapai tujuan pengelolaan aset secara terencana,


terintegrasi, dan sanggup menyediakan data dan informasi yang
54 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
dikehendaki dalam tempo yang singkat, diperlukan suatu sistem informasi
pendukung pengambilan keputusan atas aset ( decision supporting system),
yang disebut sebagai Sistem Informasi Manajemen Aset (Siregar, 2004).
Mardiasmo (2004) menjelaskan untuk pengelolaan aset daerah secara
efesien dan efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan
aset daerah, makapemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan
sistem informasi manajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat
pengambilan keputusan.

Pada praktinya, sistem tersebut bermanfaat untuk menghasilkan


laporan pertanggungjawaban, selain itu juga bermanfaat untuk dasar
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pengadaan barang dan
estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan
APBD.

55 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Dalam Bab ini akan dikemukakan hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-
undangan terkait dengan pengelolaan Barang Milik Daerah. Kajian dilakukan dengan
menganalisis naorma yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dengan Peraturan
Perundang- undangan lain, harmonisasi secara vertikal dan horizontal.

Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk


mengetahui kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai substansi atau materi yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Dalam Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara


tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah memiliki relevansi dengan substansi
beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan, yang antara lain sebagimana
diuraikan di bawah ini.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 18 ayat (5) dan (6) menyebutkan bahwa:

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas- luasnya, kecuali urusan


pemerintahan yang oleh undang- undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-


peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Pasal tersebut mengandung maksud bahwa pemerintahan daerah menjalankan


otonomi yaitu kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kecuali
urusan yang memang menjadi urusan pemerintah. Izin Mendirikan Bangunan
merupakan urusan yang menjadi kewenangan kepala daerah kabupaten/kota.
Selanjutnya dalam rangka mengatur tersebut maka Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan.
Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa: "bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
56 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
di dalamnya adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan dikuasai oleh Negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".

Pasal tersebut memberikan amanat agar bumi, air, dan kekayaan alam yang lain
harus dikelola sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat, baik generasi sekarang
maupun generasi yang akan datang.

2. Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 butir 1 UU No 1 Tahun 2004 tersebut
diberikan pengertian dan definisi terkait Keuangan negara, yaitu semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Selanjutnya beberapa ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Daerah
dalam UU No 17 Tahun 2003 dan urgen dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:

Pasal 2

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi :


a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.

57 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


3. Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara ;
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 butir 19 UU No 1 Tahun 2004 tersebut
diberikan pengertian dan definisi terkait Barang Milik Daerah, yaitu semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Selanjutnya beberapa ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Daerah
dalam UU No 1 Tahun 2004 dan urgen dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:

Pasal 42

(1) Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.


(2) Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
(3) Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah Kuasa
Pengguna Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan.

Pasal 43

(1) Gubernur/bupati/walikota menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik


Daerah.
(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah melakukan pengawasan atas
penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota.
(3) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang bagi satuan kerja
daerah yang dipimpinnya.

Pasal 44

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan


menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya dengan
sebaik-baiknya.

Pasal 45

(1) Barang milik negara/ daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan.
(2) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara jual,
dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal Pemerintah setelah
mendapat persetujuan DPR/DPRD.

58 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Pasal 46

(1) Persetujuan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dilakukan untuk:
a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.
b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak
termasuk tanah dan/atau bangunan yang:
1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
2) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;
3) diperuntukkan bagi pegawai negeri;
4) diperuntukkan bagi kepentingan umum;
5) dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, yang jika status kepemilikannnya dipertahankan tidak layak
secara ekonomis.

Pasal 47

(1) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dilakukan
untuk:
a. pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan.
b. tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak
termasuk tanah dan/atau bangunan yang:
1) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

2) harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah


disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;
3) diperuntukkan bagi pegawai negeri;
4) diperuntukkan bagi kepentingan umum;
5) dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, yang jika status kepemilikannnya dipertahankan tidak layak
secara ekonomis.
c. Pemindahtanganan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan
yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(1) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau
bangunan yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota.
59 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Pasal 48

(1) Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali
dalam hal-hal tertentu.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Pasal 49

(1) Barang milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah
Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik
Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.
(2) Bangunan milik negara harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan secara tertib.
(3) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan,
wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/gubernur/
bupati/walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pemerintahan
negara/daerah.
(4) Barang milik negara/daerah dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai
pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Pusat/Daerah.
(5) Barang milik negara/daerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk
mendapatkan pinjaman.

(6) Ketentuan mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan barang milik
negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

Larangan Penyitaan Uang Dan Barang Milik Negara/Daerah Dan/Atau Yang Dikuasai
Negara/Daerah

Pasal 50

Pihak mana pun dilarang melakukan penyitaan terhadap:

a. uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada instansi
Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
b. uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;
c. barang bergerak milik negara/daerah baik yang berada pada instansi Pemerintah
maupun pada pihak ketiga;

60 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


d. barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara/daerah;
e. barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara/daerah yang diperlukan untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan
Beberapa ketentuan dalam UU No 12 Tahun 2011 yang relevan dikemukakan
terkait dengan tulisan ini adalah:
Pasal 5

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada


asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

Pasal 6

(1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:


a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
(2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan
Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum

61 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Pasal 14

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.


Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 2 UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa: Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Selanjutnya dalam butir 5, 6 dan 19 disebutkan bahwa:

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan


Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan
penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat (butir 5);

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (butir 6);

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (butir 19).

Terkait dengan pengaturan mengenai penyelenggaraan urusan pemerintahan ini


beberapa ketentuan dalam UU No 23 Tahun 2014 dikemukakan dalam tulisan ini yaitu
sebagai berikut.

Pasal 17

(1) Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan


Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

62 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


(2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

(3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma,
standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (5) Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Pasal 236

(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah


membentuk Perda.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan
persetujuan bersama kepala Daerah.
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:
a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
b. Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat
memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 237

(1) Asas pembentukan dan materi muatan Perda berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Pembentukan Perda mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
penetapan, dan pengundangan yang berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam
pembentukan Perda.
(4) Pembentukan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara

63 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


efektif dan efisien.

Pasal 250

(1) Perda dan Perkada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat (1) dan ayat (3)
dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan.
(2) Bertentangan dengan kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat;
b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik;
c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;
d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; dan/atau
e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan,
dan gender.

Selanjutnya ketentuan yang mengatur mengenai pengelolaan Barang Milik


Daerah dalam UU No 23 Tahun 2014 terdapat dalam Pasal 307 yang selengkapnya
berbunyi:

Pasal 307

(1) Barang Milik Daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan tidak dapat dipindahtangankan.
(2) Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Daerah dilakukan sesuai dengan
kemampuan keuangan dan kebutuhan Daerah berdasarkan prinsip efisiensi,
efektivitas, dan transparansi dengan mengutamakan produk dalam negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Barang Milik Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan dapat dihapus dari daftar Barang Milik Daerah dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan, disertakan sebagai modal Daerah, dan/atau
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
tidak dapat dijadikan tanggungan atau digadaikan untuk mendapatkan pinjaman.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah.
64 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 46 PP No 12 Tahun 2019 perubahan PP
No.58 Tahun 2005, disebutkan bahwa: Barang Milik Daerah adalah semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Selanjutnya terkait dengan pengaturan mengenai pengelolaan Barang Milik
Daerah dalam PP No 12 Tahun 2019 yang urgen dikemukakan dalam tulisan ini yaitu
sebagai antara lain sebagai berikut :

Pasal 159

1. Pengelolaan BMD adalah keseluruhan Kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan


dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan
dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
2. Pengelolaan BMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 203
1) Pengelolaan BMD meliputi rangkaian Kegiatan pengelolaan BMD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik


Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini
mencabut dan menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Beberapa ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
yang urgen dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:
Pasal 1 butir 2: Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.

Pasal 2

(4) Barang Milik Negara/Daerah meliputi:


a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah; dan
b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
65 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
(5) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; atau
d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.

Pasal 3

(7) Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas


fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastian nilai.
(8) Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi:

a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;


b. pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan;
j. Penatausahaan; dan
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pasal 5

(1) Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Barang


Milik Daerah.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan Barang Milik Daerah berwenang dan
bertanggung jawab:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik
Daerah;
b. menetapkan Penggunaan, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan Barang
Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Daerah;
d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Daerah;
e. mengajukan usul Pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang
memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
66 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
f. menyetujui usul Pemindahtanganan, Pemusnahan, dan Penghapusan
Barang Milik Daerah sesuai batas kewenangannya;
g. menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah
dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan; dan
h. menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk Kerja
Sama Penyediaan Infrastruktur.
(3) Sekretaris Daerah adalah Pengelola Barang Milik Daerah.
(4) Pengelola Barang Milik Daerah berwenang dan
bertanggung jawab:
a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan


Barang Milik Daerah;
c. mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Daerah yang memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;
d. mengatur pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemusnahan, dan
Penghapusan Barang Milik Daerah;
e. mengatur pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang telah
disetujui oleh Gubernur/ Bupati/Walikota atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
f. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik
Daerah; dan
g. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang Milik
Daerah.

Pasal 8

(1) Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Barang Milik Daerah.
(2) Pengguna Barang Milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah
bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
b. mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik
Daerah yang diperoleh dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dan perolehan lainnya yang sah;
c. melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Daerah yang berada
dalam penguasaannya;
d. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja

67 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


perangkat daerah yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada dalam
penguasaannya;
f. mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Barang Milik Daerah
selain tanah dan/atau bangunan;

g. menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang


tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya dan sedang tidak
dimanfaatkan Pihak Lain, kepada Gubernur/ Bupati/Walikota melalui
Pengelola Barang;
h. mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Daerah;
i. melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas Penggunaan
Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya; dan
j. menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan
laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya
kepada Pengelola Barang.

Pasal 27

(1) Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:

a. Sewa;

b. Pinjam Pakai;

c. Kerja Sama Pemanfaatan;

d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau

e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

(2) Selain bentuk Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bentuk

Pemanfaatan Barang Milik Negara juga berupa Kerja Sama Terbatas Untuk

Pembiayaan Infrastruktur.

Pasal 105

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dengan
Peraturan Daerah berpedoman pada kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (3).
68 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Negara;
Beberapa ketentuan dalam Pasal 1 butir 76 Peraturan Menteri Dalam Negeri
No: 13 Tahun 2006 (sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 21 Tahun 2011) menyebutkan bahwa: Barang Milik Daerah
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.

Beberapa ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No: 13 Tahun


2006 (sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 21 Tahun 2011) yang urgen dikemukakan dalam tulisan ini antara lain:

Pasal 5

(1) Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan Barang Milik
Daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
(3) Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala OPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
(4) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan

69 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.
.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2016
yang relevan dikemukakan dalam tulisan ini antara lain: Pasal 1 angka 8, dan angka
16 yang memberikan pengertian terkait:

(8) Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengelola Barang adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi
pengelolaan barang milik daerah.
(16) Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri adalah :


a. pejabat pengelola Barang Milik Daerah;
b. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
c. pengadaan;
d. penggunaan;
e. pemanfaatan;
f. pengamanan dan pemeliharaan;
g. penilaian;
h. pemindahtanganan;
i. pemusnahan;
j. penghapusan;
k. penatausahaan;
l. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
m. pengelolaan Barang Milik Daerah pada OPD yang menggunakan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah:
n. Barang Milik Daerah berupa rumah negara; dan
o. ganti rugi dan sanksi.

Pasal 3

Barang Milik Daerah meliputi:

70 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


a. Barang Milik Daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; atau

b. Barang Milik Daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pasal 4

(1) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilarang


digadaikan/dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman atau diserahkan kepada
pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah daerah.
(2) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak dapat disita
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

(1) Barang Milik Daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilengkapi dokumen pengadaan.
(2) Barang Milik Daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, dilengkapi dokumen perolehan.
(3) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat
berwujud maupun tidak berwujud.

Pasal 6

Barang Milik Daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dariperjanjian/kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
e. Barang yang diperoleh kembali dari hasil divestasi atas penyertaan modal
Pemerintah Daerah.

Pasal 7

Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau sejenis sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 huruf a meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis dari
negara/lembaga internasional sesuai peraturan perundang-undangan.

71 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Pasal 8

Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 huruf b antara lain berasal dari:
a. kontrak karya;

b. kontrak bagi hasil;

c. kontrak kerjasama;
d. perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional; dan

e. kerja sama pemerintah daerah dengan badan usaha dalam penyediaan


infrastruktur.

72 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN
YURIDIS

Dalam kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini terdapat 3 (tiga)
landasan yang dipergunakan dalam penyusunan Peraturan Daerah terkait. Tiga
landasan tersebut adalah sebagai berikut.

A. Landasan Filosofis.

Peraturan perundang-undangan harus mendapatkan pembenaran yang


dapat diterima secara filosofis (filsafat) yaitu berkaitan cita-cita kebenaran,
keadilan dan kesusilaan. Filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa berisi nilai
moral dan etika dari bangsa tersebut. Moral dan etika pada dasarnya berisi nilai-
nilai yang baik dan yang tidak baik. Nilai yang baik adalah nilai yang wajib
dijunjung tinggi, didalamnya ada nilai kebenaran, keadilan dan kesusilaan serta
berbagai nilai lainnya yang dianggap baik. Pengertian baik, benar, adil dan
susila tersebut menurut ukuran yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Hukum
yang dibentuk tanpa memperhatikan moral bangsa akan sia-sia, kalau diterapkan
tidak akan dipatuhi secara sempurna. Nilai yang ada nilai di Negara Indonesia
tercermin dalam pandangan hidup, cita-cita bangsa, falsafah atau jalan kehidupan
bangsa (way of life) yaitu Pancasila.

Oleh karena itu Pancasila merupakan landasan untuk membentuk hukum


suatu bangsa. Dengan demikian hukum yang dibentuk harus mencerminkan nilai-
nilai Pancasila. Sehingga dalam penyusunan peraturan perundang-undangan
termasuk Peraturan Daerah pun harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila yaitu:
nilai ketuhanan, nilai kemanusian, nilai persatuan dan nilai kerakyatan serta nilai
kaedilan sosial. Di samping itu Peraturan Daerah juga harus mencerminkan nilai
moral yang hidup di masyarakat (daerah) yang bersangkutan.

Pengaturan terkait penyelenggaraan kebijakan pengelolaan Barang Milik


Daerah nantinya juga harus mencerminkan dan menjunjung norma serta tujuan
Pembangunan Nasional berdasarkan visi dan misi setempat. Di samping itu juga
harus sejalan dengan visi dan misi daerah Provinsi Sumatera Utara serta harus

73 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


memperhatikan karakteristik budaya masyarakat dan kearifan lokal yang ada di
Provinsi Sumatera Utara.

Oleh karena itu agar Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera


Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang akan dibentuk agar nantinya
dapat diberlakukan secara optimal, maka dalam membentuknya harus
memperhatikan nilai-nilai Pancasila, tujuan bernegara, visi-misi daerah dan
kaerifan lokal yang hidup dan berkembang di Daerah. Di samping itu keberadaan
peraturan daerah ini nantinya harus mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan pemerintah daerah. Di samping tentunya harus mampu
memberikan kontribusi bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

B. Landasan Sosiologis.

Peraturan perundang-undangan termasuk peraturan daerah merupakan


wujud konkrit dari hukum. Pembentukan peraturan perundang-undangan harus
sesuai dengan kenyataan, fenomena, perkembangan dan keyakinan atau kesadaran
serta kebutuhan hukum masyarakat. Keberadaanya harus mempunyai landasan
sosiologis. Apabila ketentuan–ketentuan yang terdapat dalam peraturan daerah
sesuai dengan keyakinan masyarakat umum atau kesadaran hukum masyarakat,
maka untuk mengimplementasikannya tidak akan banyak mengalami kendala.
Hukum yang dibuat harus dapat dipahami masyarakat sesuai dengan kenyataan
yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian dalam penyusunan rancangan
peraturan daerah harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan.

Meskipun terkait pengelolaan Barang Milik Daerah saat ini di Provinsi


Sumatera Utara telah ada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 2
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2013 Nomor 16). Peraturan Daerah tersebut dibentuk untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Namun seiring
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka keberadaan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah perlu penyesuaiaan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

74 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


tinggi terkait Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Selanjutnya guna melaksanakan ketentuan Pasal 105 dan Pasal 110 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah serta Pasal 511 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, maka
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Dengan kondisi ini maka permasalahan-permasalahan yang muncul


terkait pengelolaan Barang Milik Daerah tidak bisa diselesaikan secara maksimal.
Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan adanya Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Dengan demikian secara sosiologis Rancangan Peraturan Daerah tentang


Pengelolaan Barang Milik Daerah memiliki landasan yang cukup kuat. Sehingga
diharapkan dengan melalui proses dan tahapan pembentukan Peraturan Daerah
yang baik, nantinya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
tidak akan mendapatkan penolakan, tetapi justru dibutuhkan.

C. Landasan Yuridis.

Pembentukan Peraturan Daerah harus mempunyai landasan hukum atau dasar


hukum. Berdasarkan Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan landasan hukum disini meliputi: pertama, peraturan
perundang- undangan yang menjadi dasar hukum pembentukan Daerah yang
bersangkutan; kedua: peraturan perundang-undangan yang memberi kewenangan
pembuatan Peraturan Daerah; dan ketiga: peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan materi Peraturan Daerah yang dibentuk.

Dari landasan hukum yang berkaitan dengan dasar kewenangan pembuatan


dapat apakah seorang pejabat atau badan memiliki kewenangan membentuk regulasi
sebagamana yang ditentukan dalam peraraturan perundang-undangan. Hal ini
penting, mengingat sebuah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh badan
atau pejabat yang tidak memiliki kewenangan maka peraturan perundang-undangan
tersebut batal demi hokum (neitige). Misalnya kewenangan untuk menyusun
Undang-Undang ada pada DPR dan Presiden; Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Presiden ada pada Presiden; Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ada pada
75 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Bupati/Walikota bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Sedangkan berkaitan dengan materi muatan dalam peraturan perundang-
undangan maka harus beradasarkan asas sinkronisasi baik vertikal maupun
horisontal. Di samping itu juga harus diperhatikan asas-asas lain seperti asas Lex
Specialist Derograt legi Generali, asas yang kemudian mengesampingkan yang
terdahulu dan lain sebagainya.

Untuk materi muatan Peraturan Daerah adalah: seluruh materi muatan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; menampung kondisi
khusus daerah; dan penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik


Daerah ini merupakan pelaksanaan amanah dari ketentuan Pasal 105 PP No 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Pasal 511 ayat
(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah yang menyatakan bahwa: Ketentuan lebih lanjut
mengenai pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah
berpedoman pada kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 90 ayat (3).

Selanjutnya menyangkut Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini terdapat beberapa
peraturan perundang-undangan terkait. Berdasarkan hierarki perundang-undangan
terkait dengan pengelolaan Barang Milik Daerah dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1103);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

76 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;

Berdasarkan uraian di atas, maka Peraturan Daerah tentang Pengelolaan


Barang Milik Daerah memiliki landasan filosofis, sosiologis dan yuridis yang cukup
untuk segera disusun.

77 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN
DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan


Naskah Akademik berfungsi untuk mengarahkan ruang lingkup materi muatan
Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibentuk. Arah dari Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah
mewujudkan adanya regulasi daerah yang dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi
pihak-pihak terkait dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya
dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah juga sebagai upaya untuk menjamin kepastian hukum,
penyederhanaan dalam pengaturan dan pengurusan Barang Milik Daerah, sehingga
dapat:

b. menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan


pembangunan Daerah serta dalam rangka melaksanakan tertib administrasi
pengelolaan Barang Milik Daerah;
c. terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan Barang Milik Daerah; dan
d. terwujudnya pengelolaan Barang Milik Daerah yang tertib, efisien dan efektif,
fleksibel dan optimal serta sesuai dengan asas-asas pengelolaan Barang Milik
Daerah.
B. Ketentuan Umum

Ketentuan Umum Naskah Akademik Peraturan Daerah ini, pada dasarnya


memuat pengertian-pengertian dasar yang termuat dalam ketentuan umum,
merupakan pengertian dan persitilahan yang terkait dengan subtansi/materi yang ada
dalam pasal-pasal batang tubuh. Atau kutipan dari peraturan Perundang-undangan
yang ada.
Pengertian dan peristilahan dalam Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah ini adalah sebagai berikut.

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

78 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Utara.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Utara.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.
6. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disingkat BPKAD
adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Utara.
7. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
8. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah Unit Pelaksana
Teknis pada Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Utara.
9. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
Perangkat Daerah atau Unit Pelaksana Teknis pada Perangkat Daerah di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dan dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara.
11. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik
Daerah.
13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang
Milik Daerah.
14. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk
oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
15. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya.
16. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu
objek penilaian berupa Barang Milik Daerah pada saat tertentu.
17. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang
Milik Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang
akan datang.
18. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam

79 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


mengelola dan menatausahakan Barang Milik Daerah sesuai dengan tugas dan
fungsi Perangkat Daerah yang bersangkutan.
19. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah yang tidak digunakan
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan/atau optimalisasi
Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.
20. Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh Pihak Lain dalam jangka
waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
21. Pinjam Pakai adalah penyerahan Penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu
tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan
kembali kepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.
22. Kerja Sama Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah oleh Pihak
Lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah
bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya..
23. Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah oleh
Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh Pihak Lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
24. Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah oleh
Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak
Lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
25. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara Pemerintah dan
Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
26. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur adalah optimalisasi Barang
Milik Daerah untuk meningkatkan fungsi operasional Barang Milik Daerah guna
mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya.
Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah yang
dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, atau antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Lain, dengan menerima
penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
27. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah.
28. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah kepada Pihak Lain
dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.
29. Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah yang
dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, atau antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Lain, dengan menerima
penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
30. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar

80 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa
memperoleh penggantian.
31. Pernyataan Modal Pemerintah Daerah adalah pengalihankepemilikan Barang
Milik Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/ saham / aset neto/
kekayaan bersih milik daerah pada badan usaha milik daerah, atau badan hukum
lainnya yang dimiliki daerah.
32. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik
Daerah.
33. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Daerah dari daftar barang
dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
34. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
35. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan Barang Milik Daerah.
36. Daftar Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat DBP adalah daftar yang
memuat data barang yang digunakan oleh masing-masing Pengguna Barang.
37. Daftar Barang Kuasa Pengguna yang selanjutnya disingkat DBKP adalah daftar
yang memuat data barang yang dimiliki oleh masing-masing Kuasa Pengguna
Barang.
38. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Pemerintah Daerah.

C. Materi yang Akan Diatur

1. Maksud, Tujuan Dan Asas

Pengaturan pengelolaan Barang Milik Daerah dalam Peraturan Daerah ini


dimaksudkan sebagai upaya untuk:
a. mengamankan Barang Milik Daerah;
b. menyeragamkan langkah-langkah dan tindakan dalam pengelolaan Barang
Milik Daerah; dan
c. memberikan jaminan/kepastian dalam pengelolaan Barang Milik Daerah.
Pengelolaan Barang Milik Daerah bertujuan untuk:
a. menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Daerah;
b. mewujudkan akuntabilitas dalam pengelolaan Barang Milik Daerah;

81 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


c. menciptakan pengelolaan Barang Milik Daerah yang tertib, efektif, efesien dan
ekonomis;
d. memberikan pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Daerah;
e. mewujudkan tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Daerah;
f. menciptakan efisiensi dan efektifitas penggunaan Barang Milik Daerah;
g. memberikan pedoman dalam penyusunan neraca yang dapat
dipertanggungjawabkan yang bersumber pada daftar Barang Milik Daerah;
h. memberikan informasi mengenai status hukum Barang Milik Daerah serta
memberikan jaminan/kepastian hukum pengelolaan Barang Milik Daerah;
i. Memberikan kemudahan dalam melakukan evaluasi kinerja pengelolaan
Barang Milik Daerah;
j. Mengamankan Barang Milik Daerah; dan
k. mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Barang Milik Daerah

Pengelolaan Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan asas:


a. fungsional;
b. kepastian Hukum;
c. transparansi;
d. efisiensi;
e. akuntabilitas; dan
f. kepastian nilai.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan pengelolaan Barang Milik Daerah dalam
peraturan daerah ini nantinya meliputi:
g. Barang Milik Daerah;
h. pejabat pengelola Barang Milik Daerah;
i. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
j. pengadaan;
k. penggunaan;
l. pemanfaatan;
m. pengamanan dan pemeliharaan;
n. penilaian;
o. pemindahtanganan;
p. pemusnahan;

82 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


q. penghapusan;
r. penatausahaan;
s. pengawasan dan pengendalian;
t. pengelolaan Barang Milik Daerah pada Peraangkat Daerah yang
menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
u. Barang Milik Daerah berupa rumah negara; dan
v. ganti rugi dan sanksi.

Selanjutnya bentuk kegiatan pengelolaan barang milik daerah di atas akan


diatur mengenai bentuk (siklus) pengelolaan Barang Milik Daerah yang merupakan
rangkaian siklus:

a. Perencanaan Kebutuhan Dan Penganggaran;


b. Pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. Pengamanan Dan Pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan;
j. Penatausahaan; dan
k. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

3. Barang Milik Daerah

(1) Barang Milik Daerah meliputi:


a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas bebanAnggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah; dan
b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
(2) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; atau

83 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.

Pasal ..
(3) Barang Milik Daerah dilarang digadaikan/dijaminkan untuk mendapatkan
pinjaman atau diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan
kepada pemerintah daerah.
(4) Barang Milik Daerah tidak dapat disita sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Barang Milik Daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD,
dilengkapi dokumen pengadaan.
(6) Barang Milik Daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,
dilengkapi dokumen perolehan.

4. Pejabat Pengelola Barang Milik Daerah dan Wewenangnya

Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan


bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan
pengelolaan Barang Milik Daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan
barang milik daerah adalah Gubernur / bupati/ walikota, yang
berwenang untuk:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan
Barang Milik Daerah berupa tanah dan bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Daerah;
d. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik
Daerah;

e. mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang


memerlukan persetujuan DPRD;

f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan


penghapusan Barang Milik Daerah sesuai batas kewenangannya;
g. menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa sebagian
tanah dan/ atau selain tanah dan/ atau bangunan.

84 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


h. Menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk
kerja sama penyediaan infrastruktur.
Sedangkan Pengelola Barang Milik Daerah adalah Sekretaris
Daerah, yang berwenang dan bertanggung jawab untuk:
a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/
perawatan Barang Milik Daerah;
c. Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtangan Barang Milik
Daerah yang memerlukan persetujuan Gubemur.
d. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan
penghapusan Barang Milik Daerah
e. Mengatur pelaksanaan pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang
telah disetujui oleh gubernur / bupati/ walikota atau DPRD;

f. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi Barang Milik


Daerah;

g. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang


Milik Daerah.

A. Pengguna Barang Milik Daerah


Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang milik negara/ daerah. Pengguna Barang Milik Daerah
adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk:
a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik
Daerah bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaanBarang Milik
Daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang
sah;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya;
d. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam
penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada

85 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


dalam penguasaannya;
f. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan Barang Milik
Daerah berupa tanah dan/ atau bangunanyang tidak memerlukan
persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah selain tanah dan
bangunan;

g. menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/ atau bangunan


yang tidak digunakan untuk kepentinganpenyelenggaraan tugas dan
fungsi satuan kerja perangkatdaerah yang dipimpinnya dan sedang
tidak dimanfaatkan Pihak Lain kepada gubernur/ bupati/ walikota
melalui pengelola barang;
h. Mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan Barang Milik
Daerah.
i. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas
penggunaan barang milikdaerah yang ada dalam penguasaannya;
j. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang PenggunaSemesteran
(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada
dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

B. Siklus Pengelolaan Barang Milik Daerah


Siklus pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan rangkaian
kegiatan dan/ atau aktivitas yang terdiri dari:
1. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. pengadaan termasuk aktivitas penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran;
3. penggunaan;
4. pemanfaatan;
5. pengamanan dan pemeliharaan;
6. penilaian;
7. pemindahtanganan;
8. pemusnahan;
9. penghapusan;
10. penatausahaan;
11. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
12. ganti rugi dan sanksi.
86 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
Siklus pengelolaan Barang Milik Daerah dimulai dari perencanaan
dan penganggaran Barang Milik Daerah. Salah satu wewenang dan
tanggung jawab Kepala OPD sebagai pengguna Barang Milik Daerah,
adalah mengajukan rencana kebutuhanBarang Milik Daerah bagi satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Gubernur melalui
pengelola. Tentu saja pada saat kepala daerah mengajukan rencana
kebutuhan Barang Milik Daerah, harus memperhatikan kepentingan
umum, yaitu kegiatan yang menyangkut kepentingan bangsa dan
negara,masyarakat luas, rakyat banyak / bersama, dan/ ataukepentingan
pembangunan. Bidang kegiatan yang termasuk untuk kepentingan
umum antara lain:
1. jalan umum, jalan tol, rel kereta api, saluran air minum / air bersih
dan/ atau saluran pembuangan air;
2. waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya termasuk saluran
irigasi;
3. rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat;
4. pelabuhan atau bandar udara atau stasiun kereta api atau terminal;
5. peribadatan;
6. pendidikan atau sekolah;
7. pasar umum;

5. Pengelolaan Barang Milik Daerah Oleh Badan Layanan Umum

Pasal
(1) Barang Milik Daerah yang digunakan oleh Badan Layanan Daerah
merupakan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan untuk menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan
Daerah yang bersangkutan.
(1) Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, kecuali
terhadap barang yang dikelola dan/atau dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum sesuai dengan tugas dan
fungsi Badan Layanan Daerah, diatur tersendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

87 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


6. Pembiayaan

Dalam bagian ini diatur mengenai pembiayan yang selengkapnya berbunyi:


Pasal ...

(1) Dalam pelaksanaan tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Daerah


disediakan anggaran yang dibebankan pada APBD.
(2) Pengelolaan Barang Milik Daerah yang menghasilkan pendapatan dan
penerimaan Daerah diberikan biaya upah pungut/uang perangsang/insentif
kepada aparat pengelola barang yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
(3) Penyimpan barang, dan pengurus barang dalam melaksanakan tugas diberikan
tunjangan khusus yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan
Daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

7. Ganti Rugi dan Sanksi

Dalam bagian ini diatur mengenai ganti rugi dan sanksi yang timbal dalam
pengelolaan Barang Milik Daerah. Bunyi ketentuan selengkapnya adalah:

Pasal ..

(1) Setiap kerugian daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan atau pelanggaran


hukum atas pengelolaan Barang Milik Daerah diselesaikan melalui tuntutan
ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap pihak yang mengakibatkan kerugian Negara/daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

D. Ketentuan Lain-lain
Dalam bagian ini diatur mengenai beberapa hal yang tidak dapat dimaksukan dalam
materi muatan pengelolaan Barang Milik Daerah. Bunyi ketentuan selengkapnya adalah:

Pasal ...

(1) Pejabat atau pegawai yang melaksanakan pengelolaan Barang Milik Daerah
yang menghasilkan penerimaan Daerah dapat diberikan insentif.
(2) Pejabat atau pegawai selaku pengurus barang dalam melaksanakan tugas
rutinnya dapat diberikan tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan
kemampuan keuangan Daerah.
88 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
(3) Pemberian insentif dan/atau tunjangan kepada pejabat atau pegawai yang
melaksanakan pengelolaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Gubernur.

Pasal ..

(1) Gubernur dapat mengenakan beban pengelolaan (capital charge) terhadap


Barang Milik Daerah pada Pengguna Barang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban pengelolaan (capital charge) terhadap
Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur.

E. Ketentuan Peralihan
Dalam bab ini dimuat hal-hal atau ketentuan yang berhubungan dengan
ketentuan mengenai implikasi transisional dari berlakunya Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Pasal ..
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. Pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah terjadi dan belum mendapat
persetujuan Gubernur dapat menerbitkan persetujuan terhadap kelanjutan
Pemanfaatan Barang Milik Daerah dengan ketentuan Pengelola Barang
menyampaikan permohonan persetujuan untuk sisa waktu Pemanfaatan
sesuai dengan perjanjian kepada Gubernur pencabutan status badan hokum;

b. Pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah terjadi dan belum mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang, Gubernur dapat menerbitkan
persetujuan terhadap kelanjutan Pemanfaatan Barang Milik Daerah dengan
ketentuan Pengelola Barang menyampaikan permohonan persetujuan untuk
sisa waktu Pemanfaatan sesuai dengan perjanjian kepada Gubernur, dengan
melampirkan:
1. usulan kontribusi dari Pemanfaatan Barang Milik Daerah; dan
2. laporan hasil audit aparat pengawasan intern Pemerintah.
c. Tukar Menukar Barang Milik Daerah yang telah dilaksanakan tanpa
persetujuan pejabat berwenang dan barang pengganti telah tersedia
seluruhnya, dilanjutkan dengan serah terima Barang Milik Daerah dengan
aset pengganti antara Pengelola Barang dengan mitra Tukar Menukar dengan
ketentuan:

89 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


1. Pengelola Barang memastikan nilai barang pengganti sekurang-
kurangnya sama dengan nilai Barang Milik Daerah yang dipertukarkan;
dan
2. Pengelola Barang membuat pernyataan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan Tukar Menukar tersebut.
(2) Gubernur dapat menerbitkan persetujuan Penghapusan atas Barang Milik Daerah
yang telah diserahterimakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berdasarkan permohonan dari Pengelola Barang.

(3) Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaan Pemanfaatan sebelum


diberikannya persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a serta
pelaksanaan Tukar Menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak dalam Pemanfaatan atau Tukar
Menukar tersebut.

Pasal ..
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
a. seluruh kegiatan Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
Penggunaan, Pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian,
Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian Barang Milik Daerah yang telah mendapatkan persetujuan
dan/atau penetapan dari pejabat berwenang, dinyatakan tetap berlaku dan proses
penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. seluruh kegiatan Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
Penggunaan, Pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian,
Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian Barang Milik Daerah yang belum mendapat persetujuan dan/atau
penetapan dari pejabat berwenang, proses penyelesaiannya dilaksanakan
berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini.

Pasal ..
(1) Dalam hal peraturan perundang-undangan mengenai Badan Layanan Umum
belum mengatur pengelolaan dan/atau Pemanfaatan Barang Milik Daerah,
pengelolaan dan pemanfaatannya berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah dilaksanakan
oleh Badan Layanan Umum Daerah sebelum Peraturan Daerah ini ini berlaku,
90 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
dinyatakan berlaku dengan ketentuan wajib disesuaikan dengan Peraturan Daerah
ini paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

F. Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup merupakan bagian terakhir Batang Tubuh Peraturan
Daerah, yang biasanya berisi ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan
Daerah dapat melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Penetapan mulai berlakunya Peraturan Daerah pada suatu tanggal tertentu;


2. Saat mulai berlakunya Peraturan Daerah tidak harus sama untuk seluruhnya
(untuk beberapa bagian dapat berbeda).
Selengkapnya bunyi ketantuan penutup dalam Rancangan Peraturan Daerah ini
adalah sebagai berikut.

Pasal …

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 02), dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal …

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal …

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 1
(satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal ….

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera
Utara.
91 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab terdahulu dari Naskah Akademik ini, maka
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah, memiliki kelayakan secara akademis.

B. Saran.

Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan:

1. Perlu segera disusun/dibentuk Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera


Utara tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini sebagai dasar bagi Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan kebijakan terkait pengelolaan Barang Milik
Daerah dan sebagai pengganti Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor
2 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 2).
2. Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini, diharapkan akan memberikan
landasan hukum dalam pengelolaan Barang Milik Daerah sekaligus memberikan
pedoman bagi penyelesaian permasalahan yang terkait pengelolaan Barang Milik
Daerah yang muncul di Provinsi Sumatera Utara.
3. Untuk menghasilkan dokumen Draf Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang aspiratif dan partisipatif serta
implementatif, maka penyusunan Peraturan Daerah ini harus tetap mempedomani
pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi terutama PP No 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah serta memperhatikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dan melibatkan
secara aktif berbagai pihak terkait antara lain dan Stakeholders terkait lainnya.

92 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah


A. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika
.Jakarta, 2010
Bagir Manan, 1994, Pemerintah Daerah Bagian I, Penataran Administrative and
Organization Planning University Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bambang Sunggono. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik.


Jakarta: Sinar Grafika .

Budi Winarno. 2002. Teori Dan Proses Kebijakan Publik.


Yogyakarta: Media Pressindo.

C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1976


H.A.W. Widjaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT. Raja Grafindo
Pustaka, Jakarta, 2002
Hans Kelsen, 2007. Teori Hukum Murni Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatif.
Bandung: Nusamedia&nuansa.
Johny ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia.
Maria Farida Indrati, 1996. Ilmu Perundang-Undangan Dasar dan Peruntukannya.
Konsorsium Ilmu Hukum, UI: Jakarta.

Mr.S. Prajudi Atmosudirjo. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia.Jakarta.


1981
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah. Hukum Pemerintahan Daerah.Pustaka Bani
Quraisy. Bandung. 2005
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Ikhtiar Antinomi Aliran Filsafat
Sebagai Landasan Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985
Ridwan, HR. 2002. Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta
Sadu Wasisto, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, Fokus Media,
Bandung, 2003
Saldi Isra dan Suharizal (ed), 2001, Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah,
Anggrek Law Firm
Soerjono Soekanto. 2008. Pengantar Penelitian Hukum.
Jakarta: UI-Press.

Solichin Abdul Wahab. 2004. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara. Kakarta: Bumi Aksara.
Tim Depkum HAM & UNDP, 2008, Panduan Praktis Memahami Perancangan
Peraturan Daerah, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP)
93 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah
melalui Proyek Enhancing Communications, Advocacy and Public
Participation Capacity for Legal Reforms (CAPPLER Project), Penerbit
: CAPPLER, Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan yang Baik;
Gagasan Pembentukan Undang- undang Berkelanjutan, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009.

Media Kekayaan Negara Edisi No.10 Kuartal III Tahun 2012.


Pengelolaan Investasi Pemerintah.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/pp-272014- sederhanakan-birokrasi-
pengelolaan-bmn Diakses pada tanggal 20 Nopember 2014.
http://www.scribd.com/doc/228384938/PP-27-2014-DIR-
BMN-Pengelolaan Diakses pada tanggal 20 Nopember 2014.
http://www.scribd.com/doc/228385194/Matriks-Perubahan- PP-27-Tahun-2014
Diakses pada tanggal 20 Nopember 2014.

94 | NA Raperda Provsu Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Daerah

Anda mungkin juga menyukai