Anestesi Pada Hipertensi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Anestesi Pada Pasien Hipertensi

Definisi
The Joint National Community on Preventation Detection evaluation and
treatment of High Blood Pressure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
international society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah
seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau
lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Batas atas tekanan darah normal yang diijinkan :
Dewasa 140/90 mmHg
Dewasa muda (remaja) 100/75 mmHg
Anak usia prasekolah 85/55 mmHg
Anak < 1 tahun (infant) 70/45 mmHg.

The Joint National Committee 7 (JNC 7) on prevention, detection, evaluation,
and treatment of high blood pressure tahun 2003


Patogenesis terjadinya hipertensi
Peningkatan resistensi pembuluh darah perifer (SVR) merupakan penyebab
hipertensi pada mayoritas penderita hipertensi. terjadi peningkatan baseline dari
curah jantung (CO).
Pola perkembangan terjadinya hipertensi, awalnya CO meningkat, tetapi SVR
dalam batas-batas normal. Ketika hipertensi semakin progresif, CO kembali normal
tetapi SVR meningkat menjadi tidak normal. Afterload jantung yang meningkat secara
kronis menghasilkan LVH (Left Ventricle Hypertrophy) dan merubah fungsi diastolik.
Hipertensi juga mengubah autoregulasi serebral sehingga Cerebral Blood Flow (CBF)
normal untuk penderita hipertensi dipertahankan pada tekanan yang tinggi.

Farmakologi Dasar Obat-Obat
Antihipertensi

1. Diuretika (menurunkan TD dengan cara mengurangi natrium tubuh dan volume darah,
sehingga CO berkurang ) ex : golongan thiazide, loop diuretics
2. Golongan simpatolitik / simpatoplegik ( menurunkan TD dengan cara
menumpulkan refleks arkus simpatis sehingga menurunkan resistensi pembuluh darah
perifer, menghambat fungsi kardiak, meningkatkan pengisian vena sehingga terjadi
penurunan CO ) ex : beta dan alpha blocker
3. Vasodilator ( menurunkan TD dengan cara relaksasi otot-otot polos vaskuler ) ex :
nitroprusside, hydralazine, calcium channel blocker
4. Golongan penghambat produksi atau aktivitas Angiotensin
(menurunkan resistensi perifer dan volume darah, yaitu dengan menghambat angiotensin I
menjadi angiotensin II dan menghambat metabolisme dari bradikinin )




Manajemen Perioperatif Penderita
Hipertensi
I. Penilaian Preoperatif dan Persiapan Preoperatif Penderita Hipertensi

4 hal dasar yang harus dicari apa bila akan dilakukan pembedahan,yaitu:
Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensinya.
Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telahterjadi.
Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita.
Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi,untuk prosedur pembedahan
yang memerlukan teknik hipotensi.

II. Pertimbangan Anestesia Penderita Hipertensi
The American Heart Association / American College of Cardiology (AHA/ACC) mengeluarkan acuan
bahwa TDS 180 mmHg dan/atau TDD 110 mmHg sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan operasi, terkecuali
operasi bersifat urgensi

III. Perlengkapan Monitor


III. Perlengkapan Monitor

EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel lead ST, karena pasien hipertensi
punya risiko tinggi untuk mengalami iskemia miokard.
TD: monitoring secara continuous TD adalah esensial kateter Swan-Ganz: hanya
digunakan untuk penderita hipertensi dengan riwayat CHF atau MCI berulang.
Pulse oxymeter: digunakan untuk menilai perfusi dan oksigenasi jaringan perifer.
Analizer end-tidal CO2: Monitor ini berguna untuk membantu kita
mempertahankan kadar CO2.
Suhu atau temperature.

IV. Premedikasi
Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan sedang mungkin bisa menggunakan
ansiolitik seperti golongan benzodiazepin atau midazolam.

V. Induksi Anestesi
Beberapa teknik dibawah ini bisa dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-intubasi
untuk menghindari terjadinya hipertensi :

Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten selama 5-10 menit.
Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25mikrogram/kgbb, sufentanil
0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil 0,5-1mikrogram/ kgbb).
Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.
Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb, propanolol 1-3
mg, atau labetatol 5-20 mg).
Menggunakan anestesia topikal pada airway.

Anda mungkin juga menyukai